XTC

KATA BERMULA

Halo semuanya.
Saya bukan Cak Lontong, Salam Lemper.

Cerita ini sudah pernah rilis di forum kita ini sampai dengan 11 bagian dengan judul XYZ – tapi saya putuskan untuk meremake, merenovasi, dan merilisnya ulang dengan napas baru. Cerita ini tidak seperti JALAK yang penuh fight scene. Secara garis besar, ini cerita yang sama, hanya saya perlakukan seolah-olah menulis cerita anyar supaya dapat feel-nya kembali. Mirip seperti ketika saya merilis ulang Ranjang Yang Ternoda menjadi RYT Remastered.

Kenapa diganti judulnya?
Karena menurut saya judul yang lama sangat berkaitan dengan karya salah satu suhu yang pernah mewarnai forum ini. Meski ceritanya tidak bakal nyambung dengan karya beliau, tapi sepertinya judul itu sangat bersinonim sekali. Jadi saya mengganti judul dengan yang baru supaya tidak menimbulkan kerancuan. Rasa-rasanya tidak akan banyak berpengaruh mengenai judul karena dulu saya ambil judul itu juga karena asal dan iseng saja tanpa ada tendensi apapun.

Kenapa di-remake?
Karena menurut saya ada beberapa bagian dari cerita yang lama yang sangat rentan membuat saya tersandung writer’s block. Makanya akan ada beberapa bagian yang akan saya hapus dan perbaiki. Bagian-bagian yang mana itu akan ada dan terlihat nanti saat saya selesai mengedit dan merilis ulang cerita ini satu demi satu sampai episode 11, yang kemudian akan saya lanjut ke bagian 12 dan seterusnya sampai mudah-mudahan tamat.

Kenapa tidak dilanjutkan saja dari yang lama?

Saya maunya begini.

Apa yang direnovasi?
Cover dan mulustrasi. Kenapa? Pengen refresh.

Kenapa dulu digembok?

Banyak alasan. Alasan pertama karena junk post dan spam yang terlalu berlebih sehingga saat itu digembok momod. Jadi mohon dipahami kalau cerita ini pasti update ketika saya sudah ada update. Tidak perlu junk post untuk ‘mengingatkan’ saya. Dulu saya sampai harus sering-sering kontak momod untuk buka tutup gembok cerita ini.

Kapan jadwal update?
Semau saya, tidak ada jadwal resmi. Bisa sebulan sekali, bisa sebulan dua kali. Terserah saya, sebisanya saya. Pokoknya pasti di-update. Yang penting sabar. Tidak perlu dikejar-kejar ke thread saya yang lain, saya sudah tahu kapan harus update. Yang jelas fokus saya ada di cerita JALAK. Kalau thread yang lain diganggu, thread ini justru saya gembok dan tidak akan saya lanjutkan.

Bagi yang tidak menyukai cerita NTR, KBB (Kisah Beauty and the Beast) dan pemaksaan, MOHON JANGAN DIBACA karena cerita ini jelas tidak sesuai dengan selera anda. Cerita ini juga sedikit banyak akan memuat cerita bergenre vanilla jadi jangan harap saya akan terus menerus menulis cerita pemerkosaan yang membabi-buta, ini bukan cerita semacam itu. Cerita ini alurnya lambat, sangat-sangat lambat. Harap diingat juga bahwa tidak melulu ada sex scene di setiap post-nya.

Cerita ini adalah karya fiksi yang NO SARA. Semua karakter, tempat, dan peristiwa yang termuat di dalamnya bukanlah tokoh, lokasi, dan kejadian nyata. Kemiripan akan penamaan, perilaku, penggambaran, ataupun kejadian yang terdapat dalam cerita ini murni ketidaksengajaan dan hanya kebetulan belaka. jika nantinya ada mulustrasi maka gambar tersebut hanyalah untuk memudahkan penggambaran karakter tanpa ada maksud apa-apa. Saya tidak menganjurkan dan atau mendukung seandainya terdapat aktivitas negatif seperti yang mungkin diceritakan.​

Sekali lagi – Cerita ini sedikit banyak akan berbau NTR dan KBB. Read at your own risk.

Mudah-mudahan berkenan.
Selamat menikmati, Sobat ambyar.

.:: 1. TIGA MINGGU YANG LALU

Khairunnisa Rahma mengangkat gelas dan menyeruput minuman yang sudah sejak beberapa waktu lalu dihidangkan di atas meja. Meja di cafe itu agak pendek, sehingga ia harus membungkuk untuk menggapai gelasnya. Ketika meminumnya, ada rasa hangat dengan blend aroma kopi yang harum menyalakan semangat pada tubuhnya yang mungil. Wanita jelita yang sering dipanggil Nisa itu pun lantas memejamkan mata dan menikmati wangi kopi yang baru saja ia seruput.

Ah. Aroma kopi dan nikmatnya rasa merasuk ke dalam tubuh, menghangatkan jiwa, menyuntikkan sekejap semangat, dan membuat wajah ovalnya yang manis menjadi lebih ceria. Wanita berusia 28 tahun itu pun menjadi lebih segar di pagi nan cerah.

Segar dan menusuk tajam, tapi juga pas sekali untuk dinikmati. Barista di cafe ini cukup pintar menyeduh kopi, takarannya pas dan khas. Oh iya lho, menyeduh kopi itu bukan sekedar menuang atau mencampur air panas dengan bubuk kopi saja. Ada beberapa langkah yang mesti dilakukan secara berurutan agar kopi terasa lebih enak. Ibarat kata, cara menyeduh kopi itu merupakan titian langkah seni; jika ada tahapan yang dilakukan secara berbeda maka akan ada perubahan aroma, ketebalan, keasaman dan rasanya.

Syukurlah, tempat ini mampu menghadirkan seni tersebut dan kini terhidang satu cangkir kopi yang pas mantap di hadapan Nisa.

Kopi yang sesempurna itu, tentunya tak puas dinikmati hanya dengan sekali seruput.

Nisa mengulanginya lagi. Ia menyeruput kopinya dengan perlahan. Aaah, memang seharusnya seperti inilah rasa kopi yang enak. Ia tersenyum puas. Senyum Nisa memang sangat manis, terlebih dengan tambahan mata membulat, bulu mata lentik, hidung persegi, alis lancip, bibir tipis dan kulit seputih pualam yang dimilikinya.

“Gimana rasanya, Kak?” tanya Rahmi Nur Aisyah yang duduk di samping Nisa. Dari raut wajahnya terlihat si cantik berkerudung yang sering dipanggil Amy itu juga penasaran dengan semua cita rasa yang ada di cafe Boiler and Panda, tempat mereka sedang duduk berdua saat ini. Terutama karena dia yang memilih tempat dan ini adalah kali pertama sahabat-sahabat mereka akan berkumpul di sini.

Amy mengetahui tempat ini dari salah satu rekanan bisnis. Selain menghidangkan kopi dan makanan ringan, Boiler and Panda juga menyediakan pasta dan beraneka ragam makanan berat, rasa-rasanya cocok untuk hangout bareng.

Nisa tersenyum manis, ibu dua anak yang masih kecil itu terus menerus menganggukkan kepala, mirip boneka dashboard mobil, “Enak kok.”

“Alhamdulillah.” Amy menarik napas lega.

Jika Nisa memiliki wajah yang sangat manis, maka Amy ini bisa dikatakan memiliki kecantikan yang khas. Keindahan seorang wanita dari dataran tinggi Jawa Barat dengan wajah yang bulat dan penuh, mata indah sayu, serta dihiasi bibir merah merekah. Dari proporsi tubuh, Amy hanya sedikit lebih tinggi beberapa sentimeter dibandingkan Nisa, meskipun keduanya sama-sama mungil tapi tetap segar menggairahkan.

Sekali lagi Amy memastikan, “berarti aku ga salah pilih tempat, ya?”

Nisa menggeleng dan mengacungkan jempol. Tentu tidak salah tempat, aman untuk acara bersama mereka nanti. “Gwaenchana. Cobain aja deh. Kamu pesen apa tadi, Dek?”

Arabica House Special.” Amy tersenyum sambil memamerkan gigi putih sempurnanya. Ia bahagia dan lega karena akhirnya mendapatkan tempat nongkrong yang cocok malam ini. Ia pun mengangkat gelas dan menyeruput kopi yang dihidangkan untuknya.

Seperti halnya Nisa, ia juga ikut mengangguk-angguk, “Uff. Ya ya ya. Ini memang bener-bener kopi Arabika. Memang tidak terlalu pekat. After taste-nya dapet, blend-nya juga lumayan. Asem, pait, dan manis bisa tercampur seimbang dengan balance yang gak lebay. Overall enak. Aku suka nih,” review Amy pada kopi yang ia rasakan, “empat dari lima bintang deh.”

“Aih comelnya, sejak kapan kamu ikut-ikutan jadi kritikus kopi, Dek?” Ledek Nisa dengan main-main sembari kemudian mencubit pelan sang sahabat. Amy tertawa karena baru saja bercanda sok-sokan tahu tentang kopi. Wanita berkerudung itu meletakkan gelasnya sendiri dan mengambil chocolate chip cookie berukuran besar dari atas piring. “Eh iya, Dek. Si Princess Anya mana ya? Kok ga keliatan sedari tadi. Bukannya tadi dia bilang sudah on the way?”

Pertanyaan Nisa itu tentu pertanyaan main-main, karena saat ini Anya sudah berada tepat di belakang Amy.

Anjani Sarasvati adalah rekan satu tempat kerja Nisa dan Amy dari divisi yang berbeda. Biasa dipanggil Anya atau Princess, karena memang wanita yang bekerja di divisi marketing mereka itu sangat cantik, anggun, dan menawan. Tidak ada pria yang tidak langsung jatuh hati jika bertemu dengannya. Tinggi, putih, seksi dan memiliki wajah campuran Jawa-Persia. Konon kakek buyutnya merupakan pengusaha tekstil yang berasal dari negara itu, sementara ibunya orang Cilacap asli.

“Yaaaah, Kak Nisa kayak ga tau Anya. Dia mah udah pasti telat, Kak.” Amy cekikikan kalau ingat tingkah Anya, tapi Nisa lebih cekikikan lagi karena Amy masih belum sadar kalau yang diomongin sekarang sedang berkacak pinggang di belakang dirinya “mestinya kita tadi bilang ketemuannya jam lima sore pulang kerja. Baru deh dia datengnya ga telat. Meskipun tadi bilangnya on the way, paling-paling juga baru nyadar kalau kita ada ketemuan sore ini terus buru-buru ke sini sekarang.”

“Emang gitu ya, suka lupa kalau ada ketemuan. Sering banget ngaret tuh anak ya?” Nisa memancing dengan geli.

“Bangeeeeet! Ngaret banget, Kak! Parah dah.” Amy mengangguk-angguk.

“Oooooh gitu?! Oke, fine! Ngaret ya? Ngareeeet?” Anya menepuk pundak Amy.

“ANYAAAA!” Tentu saja Amy terkejut saat menengok ke belakang. Dia terbelalak melihat sang sahabat ternyata sudah datang.

“Syebel. Pokoknya ga mau ngomong lagi sama Amy,” tukas Anya ketus sambil pura-pura ngambek. Tentu saja Anya tidak benar-benar marah karena sangat menyayangi Amy seperi adik sendiri.

Nisa tertawa terpingkal-pingkal melihat Amy jadi kebingungan, salah tingkah dan memohon ampun saat mengetahui Anya ternyata sudah ada dibelakangnya.

“Ihhh, Kak Nisa ga ngasih tahu siiih…? Maaf Princesskuuuu…”

Satu teman lagi juga ikut-ikutan tertawa. Dia langsung duduk di samping Nisa sambil memainkan kunci mobilnya. Anya ternyata datang bersama dengan Bening Aura Riyanti, yang juga berasal dari divisi marketing. Bening yang tak kalah cantik dengan yang lain sering dipanggil Pak Sopir terutama oleh Anya dan Amy, karena memang dari kelompok pertemanan mereka, dia yang paling bebas membawa mobil kemana-mana dan mengantarkan kemanapun mereka mau jalan-jalan. Motto mereka adalah, mau kemana pun tujuan, asal sama Bening, semua beres.

“Kak Nisa.” Bening cipika-cipiki dengan Nisa.

“Udah pamit sama suami, Be?”

“Udah Kak. Dia lagi ada urusan kerjaan proyek property gitu sama Papa Mertua. Jadi bakal sekalian nunggu di rumah sana sama Adinda, ini nanti aku pulangnya ke sana jemput mereka.” Adinda adalah nama putri semata wayang Bening.

“Oooh gitu, ya ya…” Nisa celingukan mencari kawan mereka yang satu lagi. “Kurang satu personil nih girlband kita, Si Nae mana, Be?”

Bening menggelengkan kepala. “Bagian purchasing lembur hari ini, kalau ga salah gara-gara ada kekeliruan hitung barang atau pembayarannya atau gimana gitu. Mesti nyari satu-satu bon masuk. Tadi ketemu Nae di pantry pas mau bikin kopi. Udah aku ajakin ke sini tapi katanya dia ga bisa ninggalin temen-temen purchasing yang lain. Tapi kalau bisa selesai cepet dia bilang bakal langsung nyusul ke sini kok.”

“Yaaaah, ga seru kalau ga ada Nae.” Amy cemberut.

“Emang. Makanya tadi aku suruh cepet-cepet beresin lemburnya. Itu lho… atasannya si Nae yang namanya Mbak Nessa itu kan kalau ada kerja lembur bakal ditungguin sampai kelar dan semua staf purchasing harus on duty. Lembur satu lembur semua. Jadi dia ga bakal bisa cabut duluan.”

Nisa mengangguk-angguk.

.::..::..::..::.

.:: 2. SATU JAM KEMUDIAN

“Semua makanan dan minuman sudah dihidangkan, ngobrol recehnya sudah tuntas, anggota kita juga sudah lengkap. Alhamdulillah si Maknae akhirnya bisa datang juga setelah berjuang mencari-cari bon keselip di kantor. Ya udah, yuk yuk… kita mulai acaranya. Semua duduk yang rapi dan tenang yaaa. Ibu dosen mau buka kuliahnya.” Kata Nisa sambil berdiri agar teman-temannya memperhatikan.

“Berdiri dong, Kak. Berdiri,” Anya cekikikan menggoda Nisa. “Kalau mau jelasin sesuatu berdiri dulu dong.”

Teman-temannya tertawa karena sejak tadi Nisa toh sudah berdiri.

Ish, dasar Princess! Ini juga sudah berdiri, sayaaaaaaaang! Mentang-mentang aku pendek nih yaaa,” Nisa yang bertubuh mungil berkacak pinggang. Dari mereka semua, Nisa memang sepertinya tinggi badannya paling mungil.

Ketiga teman yang lain tertawa mendengar candaan Nisa dan Anya. Meja tempat mereka duduk pun menjadi semarak dan ramai.

Nisa mengangkat gelas dan mengetuknya untuk memusatkan perhatian keempat kawannya.

“Jadi pertama-tama ada pengumuman. Pengumumannya adalah… kita semua berkumpul di sini untuk memberikan selamat pada Amy yang besok lusa akan mengadakan acara lamaran. Beliaunya akhirnya laku juga, sodara-sodara. Grand prize berupa si cantik Amy ini sudah akan resmi didapatkan oleh Mas Beno. Mari kita sama-sama doakan yang terbaik untuk acaranya. Selamat untuk Amy dan Beno, semoga semuanya berjalan dengan lancar sampai hari H,” pimpin Nisa dengan menebar senyum. “Jadi mari kita mulai acara kita hari ini dengan berdoaaa yaaa… sama-sama mendoakan Amy semoga diberikan yang terbaik.”

Wajah Amy memerah karena malu menjadi pusat perhatian, sekaligus bahagia.

“Berdoaaa… dipersilahkan.”

Lima kepala wanita yang cantik dan manis itu menunduk, mengucapkan kalimat-kalimat doa dengan penuh harapan bagi sahabat mereka tercinta.

“Selesai!”

Usai mengucapkan kata selesai, Nisa yang duduknya bersebelahan dengan Amy langsung membentangkan tangan. “Selamaaaaat yaaaaa, Dek. Semoga dilancarkan semuanya sampai hari-H nanti. Pokoknya aku seneng banget akhirnya kalian berdua jadi juga setelah bertahun-tahun.”

“Amiiiiiin. Makasih Kak Nisaaaa.” Amy memeluk sekaligus sahabat yang sudah ia anggap seperti kakak sendiri itu dengan pelukan paling erat yang pernah ia berikan. Sebagai sesama karyawan di perusahaan yang sama – meskipun berada di unit yang berbeda, keduanya memang sering berbagi keluh kesah dan curhat satu sama lain, baik itu saat gembira ataupun sedih.

Bagi yang lain, Nisa memang sering dianggap sebagai yang dituakan dari semua staff muda, meskipun dari sisi penampilan si cantik Nisa justru terlihat muda dan imut sekali, tapi dari segi usia dan kedewasaan, Nisa adalah yang paling bijak – setidaknya seperti itu seharusnya.

Selain dianggap kakak pertama, Nisa juga menjadi sumber resep makanan. Karena selain bekerja sebagai karyawan, mamah muda dua orang anak itu juga merintis usaha kuliner khusus roti yang ia namakan Nisa Cakes.

“Amoy! Selamaaat!! Duh seneng banget aku, kamu akhirnya dilamar juga sama Beno! Akhirnyaaaa! Kalo ga dilamar-lamar, udah mending cari yang laeeen. Banyaaaak yang antri neng geulis begini mah! Hihihi.”

Dari mereka berlima, Bening mungkin salah satu yang paling cuek dalam bersikap dan sering ceplas-ceplos. Sang Sopir abadi lima sahabat itu selain cantik, juga yang paling pemberani jika ada masalah. Dia adalah anggota kedua dari kelompok ini yang sudah menikah dan punya momongan selain Amy.

“Yaaaa… jangaaan dong, Kak. Maunya sama Beno ajaa!” Amy meringis dalam pelukan Bening. “Biarin banyak yang antri. Yang kayak Beno stoknya cuma satu, limited edition.”

“Haiiisssh… bisa aja biji salak.” Bening dan Amy sama-sama tertawa.

Bening berada di urutan kedua setelah Nisa dalam kelompok kecil itu yang telah mengucapkan janji suci pernikahan di depan penghulu. Jika Nisa sudah punya dua buntut, seperti tadi disebutkan, Bening punya seorang putri dari pernikahannya.

“Selamat ya Amy, semoga sukses dan lancar semuanya.” Kini giliran Anya yang memeluk Amy. Staf marketing yang meskipun mengenakan kerudung namun kerap mengenakan celana jeans dan baju ketat yang menonjolkan wilayah dada dan pantat sentosa ini mungkin salah satu penjabaran paling pas untuk istilah jilboobs. Cantik, seksi, semok, tapi berhijab.

Saking cantiknya, banyak orang yang mengira Anya adalah langganan dokter bedah plastik lulusan akademi bedah dari Korea Selatan. Karena memang sosoknya terlalu sempurna, terutama hidungnya. Hidung sempurna yang sering diledek Bening sebagai perosotan semut.

“Makasih cantikkuuu…” Amy memeluk Anya dan berbagi cipika-cipiki.

“Eh… eh… eh… aku belum dapat peluk dari calon pengantin, nih.” Satu orang lagi mendesak dan menggeser Anya yang langsung tertawa.

“Ish! Udah datangnya paling telat, dorong-dorong pula.” Kata Anya menggoda temannya itu.

“Aaah, Kak Anya. Kan tau sendiri itu ibu supervisor kayak gimana, kalo lembur diawasin. Hiks.”

Anya tentu saja hanya bercanda dan memberikan tempat pada Ratna Putria untuk duduk di samping Amy. Ratna adalah anggota termuda dari kelompok ini. DIa memiliki tubuh yang cukup curvy dengan wajah jelita yang tak pernah membosankan, babyface dan innocent. Karena usianya paling muda, gadis itu pun dianggap yang paling rookie dan bungsu.

“Peluuuuuuk! Siapa tahu ketularan.” Kata Ratna dengan manja sambil langsung memeluk Amy dengan sekuat tenaga. Ia pun mencium pipi calon pengantin wanita itu berulang-ulang. “Selamat ya, Kaaaaak. Seneng banget akhirnya Kak Amy laku jugaaa.”

“Yeeee… Nae…”

Amy tertawa lepas mendengar candaan Ratna. Sebagai yang paling muda, Ratna sering dipanggil dengan julukan Nae. Potongan dari kata maknae ala-ala girlband asal Korea Selatan dan namanya, maknae sendiri berarti orang paling muda dalam satu kelompok. Maklum lah, hampir kelimanya menggemari drama Korea dan semua yang berbau K-Pop seperti ciwi-ciwi pada umumnya.

“Doaku untukmu juga, Nae. Mudah-mudahan segera menyusul yaaa.”

“Amin.”

Tak terasa air mata haru mengalir dari pipi Amy setelah satu persatu teman sekelompoknya memberikan ucapan selamat.

“Terima kasih ya semuanya… selama beberapa tahun terakhir, kalian-lah yang menjadi penyemangat, teman, sahabat, keluarga terdekat aku. Mohon maaf lokasi lamarannya agak jauh dan juga di hari kerja jadi mungkin tidak semua bisa datang. Tapi aku berharaaaaap banget, kalian semua bisa datang di hari-H-nya kelak.” Kata Amy dengan mata berkaca-kaca, “Rasa-rasanya pernikahanku tidak akan berarti tanpa kehadiran kalian.”

“Pasti.” Nisa tersenyum, “Pasti kami akan datang.”

.::..::..::..::.

Suasana saat itu memang sedang gembira dan semua terlihat ceria.

Semua, kecuali Ratna.

Karena perhatian tumpah ruah ke Amy, tidak ada yang benar-benar memperhatikan Ratna sang maknae. Sebenarnya ada yang berbeda pada gadis itu hari ini. Meski senyum Ratna terlihat sumringah dan ia ikut bahagia merayakan lamaran Amy seperti yang lain, tapi gadis itu sesekali tertunduk, terutama saat tiba-tiba saja ia meneteskan air mata. Ia sendiri kaget kok tiba-tiba air mata itu menetes dengan sendirinya.

Ratna tidak ingin teman-teman yang lain melihat segaris air mata menetes di pipinya, karena ini acara bahagia. Ia tidak ingin kawan-kawannya yang lain merasakan sakit hati yang begitu dalam seperti yang ia rasakan saat ini. Ia ingin semua temannya melihat ia baik-baik saja.

Seandainya saja semua benar-benar baik-baik saja, batin Ratna.

Seandainya saja ia bisa sebahagia Kak Amy yang sudah siap dilamar, sebahagia Kak Nisa dan Kak Bening yang sudah berkeluarga dengan momongan mereka masing-masing, sebahagia Anya yang cantik bukan kepalang dan tinggal memilih siapa yang akan diterima lamarannya.

Kenapa hanya ia sendiri saja yang harus merasakan hal seperti ini? Kenapa tidak adil? Dia juga ingin bahagia seperti mereka, seperti kakak-kakaknya.

Nae?”

“Eh… iya, Kak Nisa?” Ratna terkesiap kaget. Terkejut Ratna menatap Nisa yang menatapnya tajam dengan mata bulat indahnya. Tanpa bisa ia tahan, kembali setetes air mata menyelonong turun di pipi mulus Ratna.

Nisa mendekati Ratna dan mendorongnya menjauh dari Amy, Anya dan Bening yang masih asyik bersenda-gurau. Ibu muda itu tahu apa yang harus ia lakukan saat melihat salah satu dari mereka terlihat tenggelam dengan dirinya sendiri. Nisa tahu kalau ada satu di antara mereka yang sedang tidak segembira yang lain.

Sebenarnya Ratna berharap mudah-mudahan tidak ada seseorang pun yang menyadari kesedihannya, termasuk Kak Nisa yang sudah menjadi panutannya ini. Ia berharap Kak Nisa tidak melihat air mata yang menuruni pipinya tanpa bisa ia cegah. Untung hanya setetes.

“Kamu kenapa?” tanya Nisa, nada suaranya lembut. “Hari ini kayak ada yang aneh sama kamu. Mau cerita ke aku?”

Apa Kak Nisa melihat air mata itu? Ratna menggelengkan kepala, “Ga apa-apa kok, Kak. Terharu aja lihat Kak Amy akhirnya dilamar Mas Beno. Seneng banget lihatnya, setelah pacaran cukup lama akhirnya mereka jadi juga, dua-duanya setia dan selalu menjaga komitmen. Senang lihat pasangan yang sudah cocok sejak SMA dan awet sampai mereka menikah.”

Ratna jelas berbohong, tapi Nisa tak ingin membuat gadis itu menjadi lebih terpenjara sepi.

Nisa menangkupkan lengannya untuk merangkul Ratna dan menempelkan kepalanya lembut ke kepala gadis cantik itu. “Mudah-mudahan tidak lama lagi kamu menyusul, Nae.”

“Amin, Kak.”

Dari mereka berlima, Ratna memang yang paling muda. Hal itu yang barangkali membuat Nisa merasa kalau Ratna yang paling membutuhkan semua anjuran, perhatian, dan rangkulan. Terutama saat ini. Entah apa yang sebenarnya terjadi karena Ratna tidak ingin bercerita, tapi Nisa bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres yang disembunyikan oleh Ratna. Naluri keibuannya bangkit, sang ibu muda itu pun mengelus kepala gadis yang ia sayangi bagai adik sendiri itu dengan penuh kelembutan.

Nisa merasakan tubuh gadis itu bergetar dan wajahnya seperti menahan tangis. Nisa tidak tahu masalah apa yang mendera Ratna kali ini.

Tapi Nisa memeluknya lebih erat.

PROLOG SELESAI.
BERSAMBUNG KE BAGIAN 1