Tubuh Sedingin Salju

Sore itu aku dipercaya menjaga jasad ibu saat ayah dan para tetangga pergi mengurus keperluan di polres dan untuk dimakamkan sebelum maghrib tiba. Siang itu, ibu menghembuskan nafas terakhirnya karena tertabrak truk yang membuat terhempas belasan meter dan mendarat dengan kepala duluan, tentu saja seluruh keluarga terpukul dengan itu, khususnya ayahku. Entah kenapa saat ini hujan mendadak turun dengan derasnya, bahkan kilat menyambar dengan kerasnya membuat suasana di rumah semakin hening dan mengerikan, ku buka ponselku ketika notifikasi pesan masuk ke WA ku, ku buka ternyata dari ayah, “Nak maaf ayah sama yang lain ga bisa pulang sekarang, masih ada yang harus diurusin dan diselesaikan. kayanya ibu ga jadi dimakamkan sore ini, pasti lubang makamnya penuh sama air, kamu jagain ya nak, seengganya sampai malam ini.”

“Hah? malam ini? Ga salah?!” Lalu aku melihat ke arah jam dinding yang masih menunjukan pukul 3 sore, sial sekali, seandainya aku bukan anak tunggal pasti akan ada kakak atau adik yang ikut menjaga disini, para tetangga pun sibuk dengan menemani ayah menyelesaikan kasusnya dan untuk keperluan pemakaman nanti. Karena aku merasa kesepian dan sedikit merinding, aku pun kembali ke ruang tamu dimana jasad ibu sedang terbujur kaku di atas matras. Karena aku tidak nyaman melihat sosok tubuh tertutup kain panjang putih, maka dengan nekat ku buka kain itu dan melepaskan tali pocong yang ada diatas kepalanya dan ku bebaskan kepala ibu. Ku perhatikan wajah ibu terlihat luka yang tadi terus mengeluarkan darah kini hanya terlihat hancur di kening sebelah kanan, meski begitu ibu terlihat seolah hanya sedang tidur dengan tenangnya. “Sabar ya bu, hujan mendadak besar, besok kita anterin ibu ke tempat peristirahatan ibu.” Ucapku sambil mengusap rambut kepala mendiang, terasa lembut, maklum selama hidup ibu memang rajin perawatan. Aku pun duduk di karpet di samping ibu sambil main dengan ponselku, karena kutahu hari ini akan sangat lama sekali. Disela sela waktu aku perhatikan tubuh ibu, masih terlihat montok sama seperti biasanya, meski tubuhnya pucat pasi tidak menghilangkan pesona cantik dan manisnya. Hingga akhirnya, aku penasaran, apa ada baju yang dikenakan ibu dibalik kain kafan ini, apakah daster panjang yang selalu dikenakan ibu atau justru gamis panjang favorite ibu, melihat hujan sangat besar, aku tahu tidak mungkin ada lagi orang yang datang melayat. Maka dengan iseng ku lepaskan sisa tali pada tubuhnya dan melebarkan kain kafan itu perlahan namun pasti, terlihat belahan toket yang selalu disembunyikan di balik pakaian besar, “Anjir ternyata gede banget.” melihat bagian atas toket saja membuatku bergetar, lalu dengan penasaran ku lebarkan kembali kain itu dan semakin ku buka, ku liat toket ibu semakin besar, hingga saat bagian dada mendiang ibu terbuka seluruhnya, kulihat kain yang melilit dan menahan toketnya, ukuran toket ibu sangat jumbo, bahkan melebihi Anri Okita. Aku pun menegak liurku berkali kali, sepanjang hidup belum pernah kulihat toket perempuan secara utuh, lalu dengan gemetaran aku pun nekat menyentuh toket ibu, awalnya hanya mencolek saja, aneh, terasa sangat kenyal dan lembut, dingin namun kenyal seperti marshmallow. “engga.. ga boleh kaya gini.” Aku pun cepat mengusap wajahku dan menaikan kain ibu, lalu kembali ke dapur dan main dengan ponselku, aku pun minum segelas air ketika tidak bisa menghilangkan bayangan toket pucat tersebut. Semakin kutolak, bayangan toket jumbo ibu malah semakin jelas di kepalaku, seolah ada dorongan untuk membuka kain yang menahan dan meremas toket ibu. Karena sudah tidak tahan, aku pun nekat kembali ke ruangan itu dan duduk di samping ibu, dengan gemetaran ku turunkan kembali kain putih itu sambil berkata, “Maaf ya bu, aku ga tahan banget, bukan maksud kurang ajar loh.” Aku sempat terdiam melihat toket jumbo ibu, lalu dengan gemetaran aku pun nekat melepaskan kain yang menahan toket ibu dan terlihatlah toket yang semakin besar. Dengan penuh nafsu ku raba, ku usap sedikit kasar, sampai akhirnya ku remas toket jumbo yang masih terasa lembut itu, meski dingin namun justru malah menambah sensasi nikmat, karena sudah tidak tahan lagi maka ku benamkan wajahku diantara toket ibu dan langsung mengulumnya sambil meremasnya. Rasanya sangat nikmat, walaupun dingin dan terasa sedikit aneh namun rasanya luar biasa. Pikiran kotor pun semakin memenuhi kepalaku, maka dengan nekat aku melepaskan diri dan melebarkan sisa tali dan kain kafannya sampai terlihat jasad ibu yang hanya mengenakan celana dalam putih saja. Karena tidak pernah melihat celana dalam perempuan secara langsung maka dengan nekat kuusap bagian tengahnya, terasa sangat lembut dan halus sekali. Dibalik celana ini kontolku sudah kedutan dengan hebatnya. Ketika birahi semakin menguasaiku maka ku turunkan celana dalam itu dengan cepat hingga terlihatlah memek putih pucat yang benar benar mulus dan terlihat sedikit terbuka. Saking terpesonanya aku sampai terdiam dan tak bisa untuk berkata sepatah kata pun. Kuusap belahan memek jasad ibu dan terasa sangat lembut dan halus, bahkan lebih dari kain sutra yang menjadi celana dalam ibu. Karena sudah tidak tahan lagi, ku masukan jari jari ku ke dalam memeknya sambil tanganku yang satu menurunkan celana kainku dan mengocok kontolku sendiri, ku bayangkan saat ini sedang ngentot dengan jasad ibu. Namun sialnya itu saja tidak cukup, memek dingin dan lembut itu membuatku semakin terangsang. Lalu ku ambil ponsel dan kutanyakan pada ayah, “Masih lama banget kan yah? aku mau tidur.” tentu itu hanya sebatas alasan. “Tidur aja nak, ayah masih lama, hujan makin gede, mana masih harus ke beberapa tempat lagi.”

“Terima kasih ayah.” Ucapku sambil berdiri dan memotret tubuh telanjang ibu. Aku tidak ingin menyia nyiakan kesempatan berharga ini, biarlah ku potret jasad telanjang ibu berkali kalin dari segala sisi karena ku tahu kalau arwah ibu sudah berada di sisi-Nya dan sudah tidak ada urusan lagi di bumi, bahkan dosa dan amal perbuatannya pun sudah dicatat dan tak bisa lagi ditambah ataupun dikurangi, kini yang ada di hadapanku hanya sosok wadah yang dulu pernah dipakai arwah ibu. Aku pun melebarkan kedua kaki ibu agar bisa mudah memotret belahan memeknya, baru kali ini aku melihat memek berwarna putih luar dan dalam. Setelah puas memotret disegala sisi, kuarahkan ibu lebih mesum lagi, ku taruh tangannya di atas memeknya dan memasukan jarinya ke dalamnya, satu tangan lagi kuletakan di toketnya mirip orang colmek lalu kembali memotretnya berbagai arah. Banyak sekali foto yang kuambil bahkan sengaja ku masukan kontolku ke dalam mulut ibu dan memotretnya, tentu sambil sesekali menggerakan pinggulku maju mundur hingga bermain di lidahnya. Aku pun semakin terbawa nafsu, semakin nekat mengerjai jasad ibu, dengan nekat ku buka kelopak matanya dan ternyata matanya sedang menatap ke atas. Saat ku perhatikan baik baik mata ibu yang sedang sayu, “Koq kaya lagi ahegao.” Aku pun nekat membuka mulutnya dan menarik seluruh lidahnya keluar kemudian ku perhatikan kembali, “anjir mayat ibu ahegao ahahaha.” Kuambil ponsel dan ku foto ibu berkali kali dengan wajahnya yang ahegao dan masih dengan pose colmek. Setelah puas memotret berkali kali, aku pun membenarkan kembali matanya, namun baru saja tertutup setengahnya tiba tiba aku tergoda dengan lidahnya, ku julurkan lidahku dan nekat menjilat lidahnya, terasa sangat lembut dan dingin, kujilati untuk kedua kalinya dan terasa semakin nikmat, tidak puas hanya menjilati aku pun mengulum lidahnya sambil menjilat dari dalam mulutku berulang kali, sluurpp.. sluurpp.. sluurpp.. kupejamkan mata ini dan rasanya sangat nikmat, karena terbawa nafsu aku pun menaiki tubuh ibu dan mengulum lidahnya sambil melebarkan kedua tangan mendiang dan meremas kedua toketnya bersamaan, tidak cukup sampai disitu bahkan mulut mendiang ku buka dan menjilat bagian dalamnya, entah kenapa aku ingin sekali french kiss dengan jasad ibu. Tidak kuat lagi akhirnya aku pun dengan nekat menurunkan celanaku, toh hujan semakin deras lagi. Aku pun lebarkan kedua kaki ibu lalu berkata “Maaf bu aku udah ga tahan lagi.” Lalu ku arahkan kontolku ke belahan memek putih ibu dan memasukannya sekuat tenaga, “Aahh nikmat banget buu..” Ucapku sambil merem melek menikmati memek kering, dingin, dan lembut itu. Ku timpa tubuh ibu dan ku genjot dengan kecepatan penuh dan sangat kencang di atas kain kafannya, “aahh aahh.. nikmat banget buu.. aahh.. aahh..” Lalu ku rapatkan kepalaku di toket jumbonya dan mengulumnya dengan sangat rakus Sluurpp.. Sluurpp.. Sluurpp.. Aku sudah tidak peduli lagi ada yang datang atau hal buruk lain yang terjadi kelak, rasa nikmat ini sangat luar biasa, belum pernah kurasakan sebelumnya. Puas mengulum kedua toket ibu, aku mengangkat tubuhku dan memperhatikan toketnya naik turun setiap hentakan kontolku, bahkan ku perhatikan wajahnya, terlihat jasad ibu seperti sedang tersenyum dengan mata yang setengah terpejam seperti sedang merem melek, aku tidak peduli sekalipun itu hantu atau apapun itu, ku genjot memek itu semakin kuat dan cepat, ku hentakan sekuat tenagaku, “aahh aahh nikmat banget buu.. oohh gila memek ibu enak bangeett.. aku ga nyangka ngentot sama ibu seenak ini, tau gitu pas ibu masih hidup aku perkosa aja.” Lalu saat sedang enak ngentot aku merasa ada yang berdiri di jendela rumahku, saat aku melihat ke arahnya, aku melotot melihat hantu ibu sedang berdiri dibawah derasnya hujan namun tubuhnya sama sekali tidak basah, beliau menatapku dan tersenyum menyeringai seperti hantu di film horor, apalagi wajahnya yang pucat pasi, dengan rambutnya yang terurai rapi. Namun bukannya ketakutan aku malah semakin terbawa nafsu, ku genjot semakin cepat dan berkata pada hantu itu, “Ibu kenapa ga bilang memek ibu seenak ini aahh enak banget buu.. maaf ya aku genjot memek ibu.” Lalu suara yang entah bersumber dari mana berkata, “Silahkan pakai ibu sepuas kamu nak, sebelum ibu ke liang lahat selamanya, memang ini yang selama ini ibu tunggu dari tadi.”

“Aahh ga kuat lagii!!” aku pun menggenjot semakin cepat dan semakin kuat, ketika sudah berada di ujung, kulepaskan kontolku dan mengerahkan ke wajah ibu, sambil menimpa toket jumbonya ku kocok kontolku dan CROOTT!! CROOTT!! CROOTT!! Spermaku berhamburan di wajah ibu yang masih setengah terbuka dengan mulut menganga dan lidah sedikit keluar. “sshh ahh ibu makin cantik aja bu.” Kataku sambil mengusap dan mengurut batang kontolku sampai sisa sperma di dalamnya habis seketika. Aku pun berdiri dan mengambil ponsel lalu memotret wajah ibu yang belepotan sperma berkali kali disegala sudut, puas dengan itu aku pun menyeka spermaku dengan jari tanganku dan memasukannya ke dalam mulut ibu, “Hihihi sekali kali bu minuman sperma anak sendiri.” Lalu aku berdiri dan melihat semua hasil jepretanku, kemudian saat aku membalikan tubuhku, hantu ibu berdiri menyeringai tepat di hadapanku, wajahnya terlihat sangat pucat, senyumannya terlihat sangat mengerikan. Aku yang masih tidak memakai celana hanya bisa terdiam terpatung, lalu tiba tiba hantu ibu berlutut di hadapanku, tangannya mencengkram dan mengusap pantatku, dan tidak kusangka kalau hantu itu bisa nyepong. Dari tubuhnya yang transparan kulihat kontolku keluar masuk kepala hantu ibu, meski tidak kurasakan jilatannya namun rasanya sangat halus, lembut, dan terasa dingin. “Enak sayang?” Tanya ibu tanpa melepaskan kulumannya. “aahh iya bu enak.. rasanya lain.. aneh tapi enak banget.”

“Maaf ya nak sebenarnya semenjak ibu hidup dari dulu penasaran sama punya kamu, karena kita ga ada yang tau gimana memulainya makanya ga bisa punya kesempatan buat rasain kontol kamu.” Ucap ibu tanpa melepaskan kulumannya, entah suara itu datang dari mana. Aku pun hanya bisa mengiyakan karena semakin lama rasanya sangat luar biasa. Saat sedang enak enaknya ku rasa sesuatu bergerak bahkan bisa kudengar dengan jelas suara “kretek” di belakang tubuhku, dan saat ku lihat, hal mengerikan terjadi di hadapanku, tidak pernah sekalipun terbayangkan kalau jasad ibu akan bangkit dengan mata melotot dan mulut menganga. Kontan saja aku minta maaf padanya, “Maaf bu udah kurang ajar.. a.. aku ga maksud zinahin ibu.. maaf bu aku khilaf.” Lalu sambil melotot dan senyum menyeringai mayat itu memperhatikanku beberapa saat, aku pun kembali minta maaf, lalu mayat ibu berkata, “Jangan takut nak, ibu cuma pengen sesuatu.” Kontan saja aku merinding dan menjawab sambil menutup wajah dengan tanganku, “tolong bu jangan ambil aku.”

“Hihihihi siapa yang mau bawa kamu.” Ucapnya sambil tertawa seperti sosok kuntilanak. Tubuhnya merinding parah, tubuhku bergetar, tidak menyangka bahwa akan sangat mengerikan lebih dari apa yang selalu ku lihat di film horor. Tak henti hentinya kuucapkan kata maaf pada ibu. “Sini liat ibu nak.” Aku pun langsung memberanikan diri dengan melepaskan mataku dan melotot melihat mayat ibu tiba tiba menungging sambil melebarkan kedua pantatnya. “Ayo sayang masukin, bebas dimana saja, tenang ibu udah ga kan sakit lagi.” Aku yang tadi ketakutan sampai membuat kontol 12 cm ku lemas, kini kembali terangsang, kontolku pun menunjuk dengan gagahnya. Tidak lagi takut aku pun menghampiri ibu, kulupakan semua resiko yang kutakutkan dan mulai menyentuh pinggul ibu. “Tunggu.” Ucap ibu. Lalu kuhentikan dan bertanya, “kenapa bu?” Tiba tiba kontolku bergetar sendiri dan entah kenapa aku merasa sangat geli, birahiku kini berada jauh dipuncaknya, dan dengan sendirinya kontolku membesar dan memanjang hingga 25 cm lebih dan kantung bijiku pun mendadak sangat bulat dan penuh. “Itu wasiat dari ibu kamu jaga ya.” Aku pun bersorak kegirangan, “Wow dengan kontol sebesar ini siapapun pasti suka bu, makasih banget.” Lalu dengan cepat kuarahkan ke lubang memek jasad ibu dan langsung menghentakkan pinggulku sekuat tenagaku. PLOKK.. PLOKK.. PLOKK.. Sangat kuat hingga jasad ibu terhentak maju mundur. “Oohh oohh enak banget buu..” Ibu hanya tertawa saja membalasku dengan suara tawanya yang sangat khas. Kemudian kutindih punggung ibu sambil meremas kedua toket jumbonya, “aahh.. ibu kenapa ga bilang punya toket sebesar ini.. memek ibu juga enak banget.. kebayang kalau masih hidup pasti lebih enak lagi.. lebih hangat.. lebih lembut.. aahh..” Ibu lagi lagi tertawa melihat tingkahku. Puas menggenjot memek ibu, aku yang penasaran lalu mengeluarkan kontolku, “kata ibu kan udah ga ngerasain sakit lagi.” Lalu kuarahkan kontolku ke lubang anusnya dan menekannya sangat kuat. “Aahh enak banget bu, bersih dan halus.” tanpa pikir panjang lagi, baru saja masuk seperempatnya namun ku genjot anus ibu dengan sekuat tenaga. PLOKK.. PLOKK.. PLOKK.. “Oohh.. oohh.. enak banget buu aahh.” Ucapku sambil mencengkram erat pinggulnya. Ibu lalu meletakan tangannya di dagu dan melihat ke belakang ke arahku sambil tersenyum, ibu terlihat senang dan bangga melihatku menggenjot anusnya. Belasan menit menggenjot, akhirnya aku merasa tidak kuat lagi, kupindahkan kontolku ke dalam memek ibu dan kembali menggenjotnya sangat kuat, “mumpung ibu udah ga bisa hamil hihihi.” Setelah merasa waktunya orgasme, kutekan dan tahan kontolku diujung memek ibu sampai masuk ke dalam rahimnya dan CROOTT.. CROOTT.. CROOTT.. aku pun orgasme sangat banyak sampai memenuhi rahim ibu. “Uuhh enak banget bu.. ini aku koq ga berhenti orgasme.. banyak banget yang keluar.”

“Hihihi.” Ibu hanya tertawa saja membalasnya. 5 menit kemudian akhirnya aku selesai orgasme sampai membuat perut jasad ibu mengembung, ketika kulepaskan, cairan sperma ikut keluar dari lubang itu. “Waduh ini gimana bu?” Tanyaku dengan panik. “Di lemari.. ada dildo.. kamu ambilin.” Entah kenapa aku berlari ke kamar ibu dan pergi ke lemari pakaiannya, entah kenapa juga aku tahu kalau ada dildo di ujung rak ketiga yang ditimpa oleh banyak pakaian, saat kuambil, aku terkejut melihat dildo berbentuk kontol kuda yang sangat besar dan panjang. Lalu aku kembali ke tempat jasad ibu dan ternyata ibu sedang menahan memeknya, kemudian kumasukan dildo kuda itu ke dalam memek ibu hingga seluruhnya mentok ke dalam memek ibu membuat perutnya semakin menggelembung. “Terima kasih nak sudah wujudkan impian ibu, sekarang ibu bisa istirahat dengan tenang untuk selamanya.” Jasad ibu pun langsung rebahan dan memejamkan matanya seperti sedia kala. Aku naikan kembali celana dalam ibu sampai menutup dildo itu dan kuikat kembali kain yang mengikat toket brutal ibu juga kain kafannya sampai kembali membentuk pocongan. Setelah beres kurapikan tiba tiba jasad ibu menjadi sangat kaku dan berat sekali ku gerakan, setelah tubuhnya ku tutup kembali dengan kain putih hujan pun mendadak berhenti. Aku tersenyum, ternyata selama ini ada campur tangan ibu. Ku buka kembali kain yang menutup jasad ibu hingga kepalanya saja, ku kecup kening dan pipinya lalu berkata, “terima kasih ya bu.” Lalu berkali kali ku kecup pipi kiri dan kanannya. Sampai aku terbawa nafsu sendiri dan mengecup bibirnya, awalnya hanya mengecup, lalu mencium, sampai akhirnya ku buka mulutku dan mengulum bibirnya, memaksa agar masuk ke dalam mulut rapatnya, tanganku pun masuk ke dalam kainnya dan meremas kedua toket jumbo ibu bergantian, kini toketnya terasa lebih dingin dan sangat padat. Saat sedang enak enaknya, tiba tiba terdengar teriakan dari arah pintu masuk, “Kamu lagi ngapain nak!!?” Kontan saja aku kaget dan melepaskan diriku, “A.. anu Yah aku.. emmh aku..” tentu saja aku yang masih tidak memakai celana tidak bisa menemukan jawaban yang tepat. “Sudah, ayah ngerti koq nak, memang semasa hidup banyak sekali yang ngejar ibu, apalagi sampai wafat pun wajah ibu sangat cantik dan manis.”

“Maaf Yah aku khilaf.” Ucapku sambil menundukkan kepalaku. Dengan santainya ayah menjawab, “Ga apa apa ayah ngerti koq, pasti kamu ga tahan kan, lanjutin aja kalau kamu mau nak, asal kamu tau sepanjang hidup ibu sering membicarakan tentang kamu dan ingin cobain kamu.” Aku tentu hanya terdiam dan melihat ke arah lain karena tidak enak dengan apa yang kulakukan barusan. Kemudian Ayah menutup gorden rumah sambil berkata bahwa ibu akan dimakamkan pagi pagi sekali dan saat ini lubang lahat ibu sedang dikuras setelah hujan besar barusan, ayah pun mengambil kain yang menutup jasad ibu, lalu berkata, “kalau kamu mau pake ibu, sekarang waktunya, ayah mau istirahat, udah cape banget, ga kuat lagi.” Tentu saja ayah sangat lelah luar biasa, selain mengurus keperluan kesana kemari, ayah juga baru saja kehilangan sosok yang sangat dia cintai dalam hidupnya. Aku yang semula birahi kini menunduk, selain karena tidak enak, jasad ibu pun sudah sangat kaku, terlalu dingin, dan sangat berat, sambil melihat jasad berbentuk pocong, aku lalu berkata, “ga usah yah, kayanya aku juga mau istirahat.” Namun ayah tidak mendengar dan langsung masuk ke kamar, saat aku akan akan melangkah kaki tiba tiba benda sedingin es menahan tanganku, “tunggu!” Sontak saja aku langsung melihat mayat ibu yang kembali bangkit dengan tangan keluar dari dalam kain kafannya, tatapan mendiang sangat kosong, wajahnya putih pucat sedikit membiru, matanya melotot dan hitam seluruhnya, bahkan darah yang sudah mengering pun keluar dari bekas luka dikeningnya sampai bisa kucium aroma sedikit busuk dari luka itu, dengan suara bergetar dan serak mayat ibu berkata, “ayo kita ngentot lagi..” Aku ketakutan setengah mati, 1000% aku yakin bahwa saat ini bukanlah ibu melainkan jin yang merasuki mayat ibu, dari pandangannya pun bisa ku lihat kalau makhluk ini sangat berbahaya, namun tak bisa kupungkiri, aku juga sangat birahi melihatnya, dengan tubuh gemetaran, kudekati mayat mengerikan itu dan menindihnya, akhirnya kami pun french kiss, dengan tangan masuk masuk ke dalam kain kafan ibu, kuremas toket mayat ibu yang semakin padat dan keras, rasanya pun sangat dingin. Seluruh kain kafan ibu pun tiba tiba terlepas dengan sendirinya, kemudian ibu merobek celana dalamnya dan melemparkan dildo kuda yang ada di memeknya, segera saja mayat itu melebarkan kedua kakinya dan memintaku untuk memasukan kontolku dan menggenjot memeknya. Terasa sangat kaku, dingin sekali, dan sangat sulit dimasukkan, “ahh gila bu susah banget, ta.. tapi enak.. aahh..” Ibu pun memelukku dan wajah kami saling tatap, entah kenapa aku sangat menyukai wajahnya yang sangat mengerikan dengan kain kafan berbentuk pocong masih melingkar dikepalanya, dengan semangat ku lupakan tubuh sedingin salju ini dan bentuknya yang sangat mengerikan, dengan kuat langsung kugenjot memek rapat sekuat tenagaku. “Aahh aahh enak buu..” Kemudian mayat itu membalas, “boleh setiap malam selasa ibu main ke kamar mu nak?”

“Boleh banget bu.. silahkan datang ke kamarku kapanpun ibu mau.. ga mesti malam selala aja.. kalau perlu tiap malam ibu datang ke kamarku.. aahh.. aahh.. enak banget memek ibu.. kering, dingin, dan sangat kaku.” Mayat ibu pun tersenyum semakin lebar, wajahnya sangat menyeramkan, darah keluar semakin banyak hingga membuat wajahnya dipenuhi cairan merah, matanya pun hitam seluruhnya, namun entah kenapa aku malah semakin semangat ngentot dan semakin birahi melihatnya, kudekati mayat ibu dan kita pun kembali french kiss melupakan semua yang terjadi.​
[TAMAT]​