[TAMAT] Chindo yang perlahan binal
Hai, kenalin nih namaku Gilang Mahardika usiaku kini sudah menginjak kepala 3, namun ini cerita zaman kuliah. Karena ada beberapa yang minta supaya pengalamanku waktu punya pacar chindo ditulis, aku coba tuangkan pengalaman-pengalamanku dalam tulisan ini. Mohon maaf kalau tulisannya acak-acakan, karena aku bukan penulis. Malah sebetulnya lebih suka membaca cerita pujangga-pujangga cerita ini.
Pacar Chindo Pertamaku
Berteman dengan teman-teman yang beda ras memang sudah bukan hal yang asing buatku. Itu karena orang tuaku memasukkan aku ke sekolah yang cukup terkenal di kota Surabaya yang memang mayoritas isinya chindo, karena memang sekolah itu sekolah non-muslim. Aku pribadi walaupun pribumi, namun aku juga non-muslim, mungkin itu yang membuat kedua orang tuaku menyekolahkanku disana. Kedua orang tuaku bekerja, bapakku memiliki usaha bengkel mobil, sedangkan ibuku bekerja menjadi akuntan di sebuah firma akuntansi. So, kondisi finansialku cukup lah untuk berada di lingkungan tersebut. Setelah lulus SMA pun aku masuk di sebuah kampus swasta yang cukup besar juga di kota ini (*sensor*) yang memang isinya juga lebih banyak chindonya daripada pribuminya. Aku sih tidak terlalu masalah dengan itu. Secara pelajaran aku cukup baik, walaupun minoritas, di SMA aku bisa masuk ranking 10 besar pararel. Masuk ke universitas tersebut juga dengan jalur prestasi. Di luar kelas, aku juga cukup banyak ikut lomba basket antar sekolah. Jadi akademik dan non-akademik yang mumpuni membuatku banyak memiliki teman walaupun aku minoritas. Dan jujur saja, teman2 yang chindo baik cowok maupun cewek disana tidak memandang kita yang minoritas sebelah mata loh. Bahkan kami punya beberapa teman muslim yang bersekolah waktu SMA dulu, pada saat Latihan basket, kita terbiasa break sejenak saat buka puasa, dan itu berlanjut hingga bangku kuliah. Jadi, aku memiliki tinggi 178cm, dengan badan atletis lah waktu itu, tidak seperti sekarang badan tambun khas om-om.
Aku masuk jurusan yang memang tidak terlalu banyak wanita, apalagi chindo, karena aku masuk ke jurusan teknik mesin, maklum buah tidak akan jatuh dari pohonnya. Jurusan yang termasuk minoritas di kampusku. Jadi lumayan double damage. Di angkatanku hanya ada 27 mahasiswa, 5 wanita dan sisanya pria. Otomatis 5 wanita tersebut jadi target operasi anak-anak. Rata-rata perempuan yang masuk jurusan ini itu memiliki bengkel sepertiku atau memang suka dunia otomotif.
Ceritaku dengan chindo ini bermula saat aku semester III, dari antara mahasiswa yang masuk jurusanku, ada 1 wanita yang sudah familiar, Namanya Cindy. Itu karena dia berasal dari SMA yang sama denganku. Akupun sudah cukup mengenal dia karena orang tua Cindy memiliki toko sparepart mobil. Sehingga, kalau dulu zaman SMA, aku sering banget beralasan dengan bapak untuk membeli spare-part di toko bapaknya Cindy walau kadang harga lebih mahal, dan dapat omelan dari bapak, tapi ya karena alasan utamanya pingin liat doi, jadi bapakku mengiyakan saja.
Cindy ini perawakannya kecil, tingginya hanya sekitar 148cm dengan berat waktu itu kisaran 42kg, kulitnya putih bersih khas Chindo, beda dengan aku yang agak kecoklatan walau tidak gelap sekali. Tapi yang aku suka dari Cindy ini orangnya supel, apalagi dia menemukan kakak kelas yang dulu satu sekolah. Mulai dari saling menyapa, lama-kelamaan kami mulai akrab. Beberapa kali akua jak doi ke kantin untuk menghabiskan waktu ganti jam pelajaran, biasanya doi selalu bareng dengan teman sebangkunya, Devi.
G : Cin, dari dulu SMA aku tetep ga berubah ya, tetep cantik
C : Masa sih? Gombal ah
G : Beneran. Cuma dulu ga berani aja deketin kamu soalnya banyak banget yang deketin.
C : Halah, aku tau kok kamu beli-beli sparepart itu kadang pura-pura supaya bisa liatin aku kan?
G : Jieh, GR maksimal nih anak. Btw, nanti abis kuliah kamu kemana Cin?
C : Ga tau nih, pulang kayaknya.
G : jalan yuk.. masih siang kok udah pulang.
Ternyata si doi mengiyakan ajakanku. Akhirnya kita pergi ke mall menggunakan mobilnya dia. Motorku aku taruh di parkiran kampus. Tapi walau ini mobilnya doi, tetap aku yang nyetir loh. Dan FYI aja bukannya aku ga ada mobil, ada sih mobil di rumah, tapi cari parkir di kampus itu susah, jadi lebih suka naik motor, CBR250 loh. Lumayan kan ya? Selama perjalanan kita banyak ngobrol tentang jaman-jaman SMA dulu.
G : kamu pernah pacaran sama si Bobby kan?
C : Iya sih, waktu kelas 2 sih, Cuma bentaran doang.
G : Kenapa? Bobby kan keren juga, zaman dulu aja ke sekolah udah pake BMW Z4.
C : Lah, aku ga matre yatooo. Cuma emang ga cocok aja. Jadinya udahan.
G : Ini aku ajak kamu jalan ga ada yang marah?
C : Ga kok, lagi single. terakhir pacaran kelas 3 SMA tapi juga cuma jalan bentar, anak mami banget. Jadi belum kepikiran pacaran lagi.
Akhirnya aku ajak dia nonton bioskop. Lupa waktu itu filmnya apa tapi yang jelas film romantis. Aku sengaja pilih kursi paling pojok supaya kalo SSI gampang. Emang otak setan ya, tapi emang beneran mupeng aku sama si Cindy. Kebetulan saat itu film yang diputar tidak terlalu banyak orang. Justru cenderung sepi. Ya mungkin karena masih jam kerja. Sesekali aku coba pegang tangan doi, keliatannya sih doi tidak melawan. Doi hanya tersenyum kecil, tapi tangan ini tidak dilepas. Waktu ada adegan ciuman, aku sengaja bisikin sesuatu ke doi
G : Ga pengen kayak gitu?
C : Sama siapa? Pacar aja ga punya
G : Sama aku lah
Setelah ngomong itu, aku langsung kecup pipinya. Eh ternyata doi ga ngelawan. Karena kebetulan doi lagi bawa popcorn di sela-sela kakinya, aku coba hal yang lebih jauh, aku sentuh payudaranya, sambil aku remas perlahan, takut juga doi marah. Tapi pas aku lihat doi hanya senyam senyum saja.
G : Eh, sorry mau ambil popcorn beneran
C : halah, alesanmu. Kalo mau ngeremes susu jangan disini
G : Heh? Emang boleh?
C : Mmm kasih ga ya? (sambil jari telunjuknya digigitkan ke bibir)
Kalau waktu itu aku ga bisa nahan nafsu, bisa aku perkosa doi disana. Untung masih waras.
C : Pindah tempat yuk kalo mau
G : Beneran?
C : Doi mengangguk sambil tersenyum malu.
Wah aku ga buang-buang kesempatan nih, langsung ku gandeng doi keluar dari bioskop, padahal film baru setengah jalan. Langsung tancap gas ke mobil.
C : Di rumahku aja yuk
G : Hah? Ga apa di rumahmu?
C : Ga apa, di rumah ga ada orang.
Akhirnya kita langsung menuju ke rumahnya. Gila, sepanjang perjalanan kita pegangan tangan, kadang ku elus paha putih mulusnya, tapi dia hanya senyum-senyum kecil. Rumahnya ternyata tidak jauh dari mall ini. Tidak terlalu besar tapi juga tidak kecil. Begitu selesai memarkirkan mobil. Aku langsung gandeng dia masuk ke ruang tengah. Disana langsung aku ciumi dia, pipinya bibirnya, sambil meremas lembut susunya. Aku langsung singkap kaosnya.
C : Jangan disini ah, ayuk ke kamarku aja
Aku digandengnya masuk ke kamar doi. Langsung saja aku lanjutkan serangan-seranganku yang tertunda tadi. Ini pertama kalinya aku ciuman dengan chindo. Aku sih beberapa kali ada pacar tapi ya masih seumpun. Having sex juga pernah sih dengan mantan, tapi kalo dengan chindo ini yang pertama kali. Jujur wanginya beda. Perlahan aku singkap bajunya, payudaranya yang menyembul di balik bra yang berwarna pink kini terlihat, sambil terus menikmati bibir indah Cindy, aku mulai meremas lembut payudaranya, sambil tanganku yang lain mencoba membuka branya. Walau agak kesulitan tapi akhirnya lepas juga penutup payudaranya. Wih, gila pertama kali lihat payudara chindo. Bulet padetnya mungkin sama, Cuma menurutku chindoku yang ini lebih kenceng payudaranya daripada mantanku dulu, trus yang bikin aku suka, putingnya berwarna pink cerah khas pemain bokep jepang gitu.
Aku mulai menjilati, mengecup dan bermanja-manja dipelukan Cindy. Dia juga menikmati semua perlakuanku. Setelah itu aku mencoba melepaskan celananya berikut celana dalamnya. Untuk pertama kalinya melihat chindo terlentang di kasur tanpa sehelai benangpun. Mekinya ditumbuhi bulu-bulu yang agak lebat, jariku yang sudah tidak sabar langsung menggesek mekinya. Cindy sendiri mulai merem melek, napasnya mulai tidak teratur, mekinyapun mulai basah. Tidak lama setelah itu, Cindy mencapai orgasme pertamanya.
C : Uhhh.. aduhhh.. enakk.. udah.. udah..
Tapi aku tidak bisa berhenti. Melihat bidadari mulet-mulet di kasur, jariku makin nakal dan mencoba masuk lebih dalam. Aku teruskan sampai puas, hingga akhirnya dia mencapai orgasme yang kedua. Melihat doi lemas, aku langsung menjilati mekinya doi. Doi terlihat mengerang kegelian, sesekali tangannya ingin mendorong mukaku dari mekinya, namun aku tahan supaya aku dapat menikmati mekinya. Setelah puas, aku melepas seluruh bajuku, dan medekatkan penis-ku ke mukanya. Doi mulai menjilati dan memasukkan penis-ku ke mulutnya. Enak sekali hisapannya. Beberapa menit aku dan doi saling menjilat dengan posisi 69. Setelah puas aku mencoba memasukkan penis-ku ke mekinya.
G : Aku masukin ya Cin
C : (mengangguk lemas) uhh…
Perlahan penis-ku masuk ke meki doi. Meki chindo satu ini lumayan sempit walaupun tidak terlalu susah buat masuk. Doi agak meringis menahan sakit, aku berusaha menenangkan dengan mencium bibirnya.
C : ssh.. agak sakit Lang, pelan-pelan.
G : Iya Cin, aku bakal pelan-pelan kok
Setelah masuk semua, aku mulai memaju mundurkan penis-ku. Beberapa saat aku merasakan agak basah di meki-nya tanda cairannya mulai melumasi liang vaginanya. Beberapa kali kami ganti posisi, mulai dari missionary, doggy, hingga WOT.
C : Shhh… aku mau keluar Lang
G : Iya barengan ya.. aku juga mau nih..
Begitu mau keluar, aku langsung cabut penisnya, aku rebahkan Cindy sambil memintanya mengocok penisku. Tidak lama, semprotan spermaku membanjiri payudaranya. Langsung aku rebahan di kasur sambil memeluk Cindy dan menciumnya.
C : Enak Lang?
G : Wah Enak banget Cin, meki mu sempit banget. Lama ga ngentot ya?
C : lumayan sih terakhir sama mantanku 5 bulan yang lalu.
G : Oh, pas SMA dong?
C : Iya.. enak banget Lang kamu, tapi liat nih susuku jadi lengket semua
Doi bangkit menuju kamar mandi. Aku masih dalam posisi terengah-engah tiduran di kasurnya. Doi mandi sekitar 20 menit. Setelah itu ganti aku yang mandi di kamar mandinya. Hari itu adalah hari yang terindah dalam hidupku.
G : Cin, mau ga jadi pacarku?
C : Hahaha. Biar bisa ngentot tiap hari ya?
G : Ngga lah, toh ini belum jadi pacar juga udah dapet jatah
C : Eh iya deng..
(Cantik-cantik kadang bego juga Chindo ini)
Sejak saat itu, aku dan Cindy resmi berpacaran. Kita rayakan hari bersejarah ini dengan pergi makan Pizza kesukaan ayangku ini.
<Bersambung>