Sarah Viloid
Siapa yang tak kenal dengan Sarah Viloid. Generasi Z pasti mengenalnya. Gamers cantik dan seksi ini menjadi bahan imajinasi para pria. Walaupun badannya mungil, namun keseksiannya tidak diragukan. Media sosialnya kerap dikunjungi oleh cowok-cowok sange dan gatal. Sarah juga sering jadi bahan coli bagi para ABG tanggung. Namun tak banyak yang beruntung bisa menikmati tubuhnya. Yang berhasil memerawaninya adalah pacarnya yang sekarang sudah putus. Kini sarah berstatus jomblo. Dia merindukan sodokkan dari laki-laki. Namun dia gengsi jika harus menghubungi mantannya. Sebenarnya Sarah mudah saja mencari laki-laki yang mau melayaninya. Namun dia pilih-pilih, dia tidak mau skandal seks menghancurkan karirnya. Melonjaknya covid-19 membuat Sarah lebih banyak diam di rumah. Dia mencari cuan dengan kegiatan streaming yang bisa dilakukan dari rumahnya. Endorse produk pun dikirim ke rumahnya. Sarah tidak sendiri, dia masih tinggal dengan orang tuanya, satu orang pembantu dan satu orang tukang kebun. Kebetulan orang tua Sarah sedang berkunjung ke rumah nenek dan kakek Sarah. Sarah tidak ikut. Akhirnya dia sendiri ditemani pembantunya Bi Endah dan Tukang Kebunnya Pak Renggo. Pak Renggo adalah seorang lelaki yang berusia 65 tahun namun tubuhnya masih nampak kekar dan berkulit hitam dengan rambutnya yang telah memutih. Istri pak Renggo telah tujuh tahun meninggal dunia kini ia hidup sendiri tanpa mempunyai anak. Ketika ia ditawari ayahnya Sarah untuk bekerja di rumahnya, dengan sangat senang hati menerimanya, apalagi pak Renggo diberi sebuah kamar dibelakang rumah itu. Pak Renggo orangnya sangat rajin membersihkan pekarangan rumah.Sarah Viloid tak menyadari ketika seringnya mata pak Renggo melirik buah dadanya . Namun pak Renggo tidak berani berbuat macam-macam pada anak dari majikannya yang telah berbaik hati memberinya pekerjaan meskipun sebagai tukang kebun. Sampai di suatu senja Sarah melihat pak Renggo kencing dibalik pohon nangka sedang memegang penisnya yang tergantung panjang dan besar seperti pisang tanduk. Sarah mengintip dari balik kaca hitam jendela rumahnya. Hal itu membuat Sarah tertarik. Dia berpikir apakah dia meminta bantuan Pak Renggo saja untuk memuaskan birahinya? Sarah tidak ingat lagi statusnya sebagai public figure dan anak dari majikan Pak Renggo. Saat itu yang terbayang dalam pikirannya betapa nikmatnya penis besar panjang itu bila mengaduk-aduk dalam vaginanya. Setelah selesai kencing, pak Renggo mengeringkan sisa air seninya dengan cara menggoyang-goyangkan penisnya. Meskipun penis itu dalam keadaan lemas namun begitu panjang dan besar sekali. Sarah lalu membayangkan bagaimana bila penis itu dalam keadaan ereksi. Pak Renggo mengelus-ngelus batang kejantanannya yang berurat hingga ereksi seperti tongkat hitam, Mata Sarah terbelalak lebar ketika melihat penis pak Renggo kian menegang dan besar dari balik jendela. Pak Renggo terus mengocok-ngocok penisnya disamping pohon nangka, dan terlihat wajah pak Renggo meringis nikmat sambil mengkhayalkan sedang menyetubuhi Sarah. Diam-diam Pak Renggo juga sudah birahi dengan anak majikannya itu. Hanya saja dia tidak berani untuk menyetubuhi Sarah. Semakin lama semakin cepat kocokan pada penisnya, dan pak Renggo mengerang nikmat saat batang hitamnya menyemburkan lahar panas dan air mani pak Renggo seakan menyemprot ke jendela tempat dimana Sarah terpaku menyaksikan pak Renggo beronani, karena jarak pohon nangka tempat pak Renggo beronani hanya berjarak dua meter dari jendela tempat Sarah menyaksikan aksi gilanya pak Renggo. Lalu pak Renggo berjalan masuk ke dalam rumah itu menuju kamar mandi. Malam telah tiba. Sarah dengan hanya mengenakan celana pendek dan kaos ketat duduk di teras belakang. Dekat kamarnya Pak Renggo. “Belum tidur ya.. pak!,” ujar Sarah kepada Pak Renggo. “Oh ya Neng Sarah, saya haus nih dan mau minum, saya susah tidur malam ini gak tau tuh kenapa malam ini saya sulit sekali tidur,” ujar Renggo. “Oh mungkin Pak Renggo banyak pikiran barang kali”, kata Sarah, “Atau masuk angin dan gak enak badan jadi susah tidurnya.” Renggo terus menanggapi ucapannya Sarah sambil bercerita ngalor ngidul. “Ya neng mungkin saya masuk angin nih” dan tanpa disuruh oleh Renggo, Sarah telah berdiri di belakangnya seraya berbisik ditelinga orang tua itu. “Bapak saya pijati ya biar hilang masuk anginnya” sambil tangan Sarah mulai memijati dengan lembut pundak Renggo. Renggo lalu menganggukkan kepalanya tanda setuju untuk dipijati oleh Sarah. Tangan mulus Sarah serasa hangat dan geli dirasakan oleh Renggo ketika menyentuh kulit kasarnya, pijatan pak Sarah merambat naik ke lehernya dan dengan lembut pak Sarah memijat dengan jari-jarinya yang mulus pada tengkuk Renggo, pijatan pak Sarah serasa nikmat dirasakan oleh Renggo dan pada saat yang bersamaan sesuatu empuk dan kenyal menyentuh kulit punggung Renggo dari balik kaosnya, Sarah tak hanya memijat pundak dan lehernya Renggo akan tetapi juga Sarah menggesek-gesekan payudaranya yang mulai menegang dari bra dan kaos ketatnya pada punggung Renggo. Renggo mulai dijalari sensasi birahi dan tubuhnya menggeletar seketika saat tangan mulus Sarah turun menelusuri memijat kedua lengannya. Renggo semakin mendesah ketika dengan tiba-tiba Sarah menciumi lehernya sambil berbisik ditelinga Renggo. “Pak… Aku sange…. Bantuin aku ya……”, “Agggh… Iya neng……” Renggo bagai terhipnotis dengan ucapan perempuan muda itu, dan Sarah mengajak Renggo masuk ke kamarnya. Renggo sudah nafsu birahi tinggi untuk bersetubuh dengan anak majikannya. Kini giliran Renggo yang melakukan aksinya. Meski pak Renggo telah berusia lanjut namun cara ia membuai kepekaan gairah kewanitaannya bisa diacungkan jempol hingga membuat Sarah terbuai memasuki pusaran badai nafsu lelaki tua itu. Sekujur tubuh Sarah habis dijilati dengan lidah kasar pak Renggo, dan buah dadanya tak luput dari sasaran mulut pak Renggo kemudian lelaki tua itu menghisap rakus putting susunya yang kian menegang, Sarah mengerang bagai anak kucing ketika vaginanya dijilati oleh pak Renggo dan klitorisnya diemut emut gemas oleh lelaki tua itu, tubuh sintal Sarah yang berdarah ningrat kian mengejang, tubuhnya melengkung keatas didera nikmat saat pak Renggo menggigit lembut klitorisnya. “Aaaagggh Oooh ampuuuun pak Renggo”, Sarah berkelojotan ketika jilatan serta gigitan gemas pak Renggo pada vaginanya membuat Sarah orgasme seketika, malam itu erangan nikmat Sarah memenuhi ruang kamar yang sempit sesempit vaginanya yang diobok-obok pak Renggo. Perempuan muda itu tak menghiraukan lagi keadaan sekitarnya, kenikmatan itu telah membuat Sarah jadi meracau tak karuan. “Ooooooh pak Renggo setubuhilah aku sesukamu, cepat pak. Kapan saja kalau bapak mau saya selalu bersedia disetubuhi.” Pak Renggo yang si tukang kebun telah membuat anak majikannya mengerang manja minta disetubuhi dengan permainan awalnya, sudah lama pak Renggo merindukan untuk dapat menyetubuhi perempuan cantik berdarah ningrat ini, namun baru malam itu pak Renggo dapat menyentuh kulit halus anak majikannya. Ketika mencapai puncak birahinya tiada lagi nampak watak darah birunya, yang ada hanya darah merah yang memacu jantungnya untuk mencapai klimaks nafsu birahi. Pak Renggo merenggangkan kaki indah Sarah sambil dijilati telapak kakinya, tubuh Sarah kian bergetar ketika jilatan lidah kasar pak Renggo pada telapak kakinya bagaikan arus aliran listrik yang menggelitik kepekaan simpul syarafnya, memek Sarah nampak merah merekah dengan cairan bening yang telah meleleh keluar dari vagina saat orgasme, dan pemandangan lembah kenikmatan yang berumput subur itu membuat gairah nafsu pak Renggo menggelegak, penis beruratnya kian menegang dan Sarah memejamkan matanya ketika batang hitam besar itu mulai menyentuh bibir vaginanya, Sarah mengerang ketika pak Renggo mulai memasuki penisnya dengan perlahan. “Oooooh pak besarnya, sakiiiiiit pak. Pelan-pelan pak. Agggh… Ampuuun” “Sakitnya cuma sebentar koq neng, Neng saya entot ya? Neng Sarah ikhlaskan kalau neng saya setubuhi? Neng bisa membedakan rasanya jika dientot sama saya, neng suka dengan kontol besar ini?”, dan kata-kata kotor pak Renggo kian membuat nafsu birahi Sarah memuncak, kata-kata itu seakan menghipnotis jiwanya yang akhirnya batang besar panjang pak Renggo semakin masuk kedalam liang vagina Sarah yang sempit itu. Blesssss… Pak Renggo mendiamkan penisnya sesaat agar Sarah dapat meresapi nikmatnya kedutan penis besarnya dan beradaptasi. Tubuh Sarah menggeletar ketika menerima hangatnya kejantanan pak Renggo, liang vaginanya serasa sesak seakan hendak pecah, dan rasa kenikmatan mulai menderanya ketika pak Renggo dengan perlahan menarik penis itu hingga yang tersisa kepala penis yang masih menempel dibibir vagina, lalu dengan menghentak deras disorongkan masuk kembali kedalam memek Sarah dan itu dilakukan pak Renggo berulang-ulang kali hingga membuat biji mata Sarah terbeliak keatas, seperti anjing yang sedang kawin Sarah melolong histeris. “Oooooh ampunnnn pak, enaaaak, setubuhi saya paaaak terus pak” perempuan muda itu kini mengerang nikmat saat vaginanya ditusuk dengan penis hitam besar. Lelaki tua yang bernama Renggo itu telah membuat sukma Sarah serasa terbang ke awang-awang dan tubuh keduanya telah bersimbah keringat birahi, dengan gagah perkasa pak Renggo memacu kuda betinanya yang cantik dalam dekapan dan hentakan batang kejantanannya. “Bagaimana neng?. Enak ya rasa kontol besar panjang? He… heee… Ayo neng goyangin pantatnya dong. Rupanya neng suka dientot sama penis besar ya?”. Dan kata-kata kotor pak Renggo membuat Sarah semakin terangsang, kata kotor yang penuh sensasi itu dibisikan pak Renggo pada telinganya berulang-ulang sambil tetap mengayunkan pantatnya naik turun, gerakan hentakan penis pak Renggo mulai tak teratur lagi karena ikut didera nafsu birahi saat menyetubuhi wanita bertubuh sintal itu. Sarah pun dapat membedakan rasa kenikmatan yang didapat dari pak Renggo dengan sewaktu Sarah disetubuhi oleh mantan pacarnya belum pernah ia merasakan desakan nafsu begitu sangat memuncaknya sampai ke ubun-ubun, permainan seks pak Renggo telah membuat Sarah orgasme berkali-kali. “Ouuugh neng. Memek neng sungguh legit. Enak rasanya. Ssssaya mauuu keluar juga neng. Di dalam apa diluar nih?” “Oooooh pak. Aaaampuuuun enaaaaknya di dalam saja, semburkan cepaaaat di dalam pejuhnya paaaaak, Aaaaghhh ampuuuun”. “Neng mau kalau saya hamili?”. “Aaaaghhhh… Ya yaaa pak hamili saja saya pak Renggo”. Akal pikiran Sarah telah buntu karena didera oleh kenikmatan dari semburan lahar panas lelaki itu, hingga tanpa sadar Sarah meracau tak karuan. Air mani pak Renggo yang menyembur sangat deras itu menyentuh dasar rahimnya sehingga membuat Sarah berkelojotan dengan tubuh melengkung naik keatas mengangkat tubuh pak Renggo yang menindihnya. Penis berurat pak Renggo semakin dalam menusuk vagina Sarah sampai mentok didasarnya. Pak Renggo mengaum bagaikan harimau luka, penisnya serasa disedot oleh cengkraman denyut memek Sarah yang menggigit lembut. “Ooooh memek neng enaaaaak teunaaaan”. Dan tubuh keduanya melekat jadi satu dengan deru nafas saling memburu keduanya mencapai puncak birahi. Sarah tak menyangka ia bisa menikmati kembali sempurnanya permainan seks meski dengan lelaki tua namun sangat perkasa diranjang.