Rio Untold Story
Surabaya, 2021 Hanya suara bising yang dapat terdengar sejauh telinga mendengar, gelak canda tawa dari pengunjung saling bersautan dengan riuhnya penjaja makanan dan minuman yang berkutat dengan peralatannya guna menyajikan sajian terbaik stan mereka di salah satu food court di pinggiran kota Surabaya. Adalah Rio, yang duduk sendirian dimeja kayu sederhana sebesar 2 meter persegi di salah satu stan di food court itu. Adalah Rio, pemuda berusia 26 tahun dengan perawakan yang biasa saja bahkan cenderung tidak menarik mata lawan jenisnya. Menggunakan kaos merah dan celana kain berwarna coklat ia duduk santai cenderung kelelahan mengingat apa yang barusaja dialaminya 3 jam terakhir. Tubuh 75Kg dengan tinggi 160cm dan perut agak membuncit itu duduk sendirian hanya bertemankan sebuah es kopi mix dan sebatang rokok dijepitan tangannya itu, raut mukanya kelihatan seperti orang kelelahan namun tetap segar karna habis mandi selepas maghrib tadi. 3 jam sebelumnya, Rio sedang berolahraga bersama dua orang teman dekatnya, bukan olahraga biasa yang dilaksanakannya, namun olah raga yang melibatkan berpacunya sepasang kelamin beda jenis cucu Adam & Hawa. Ya, rio sedang threeshome dengan 2 temannya yang merupakan pasutri itu. Mengingat kejadian yang barusaja dialaminya itu Rio seakan tidak percaya dengan apa yang telah dialaminya, temannya yang bernama Ana dan Steven dulunya merupakan orang yang lurus-lurus saja itu, kini berubah menjadi pasutri yang gemar melaksanakan kegiatan soft BDSM, yang memanfaatkan berbagai macam peralatan dan pengetahuan yang dimiliki Rio. Rio, pemuda tanggung itu adalah pecinta BDSM, namun bukan seperti BDSM yang selama ini banyak dipahami masyarakat dengan variasi kegiatan seksual yang dengan tega menyiksa pasangannya sendiri dengan cambuk, tampar & pukulan, Rio hanya menikmati permainan soft BDSM saja, dengan membatasi gerak & indra yang dimiliki pasangan mainnya untuk meningkatkan stimulus rangsangan ditambah perasaan tidak berdaya layaknya sedang diperkosa yang berujung pada orgasme lebih hebat! Rio berpegang teguh, bahwa permainan BDSMnya itu memiliki tujuan untuk mencapai kenikmatan seksual seperti normalnya vanilla sex yang dibumbui sendikit variasi agar tidak bosan. 30 menit sudah berlalu sejak Rio duduk di meja itu, dengan muka kesalnya, dia mengeluarkan HP dari tasnya, membuka applikasi whatsapp lalu menekan kontak teman pasutrinya itu. Jarinya asik menekan-nekan layar HPnya sendiri “Woy lama amat dah? Keburu es gua abis nih” 5 menit menunggu namun tak ada pesan balasan yang didapatkannya. “Huft… Kelakuannya masih saja sama” dengan wajah kusut dan mata menyipit dia hembuskan kalimat itu bersama dengan hembusan nafas beratnya. Brrrttt… Brrrttt… Getar HP yang tergeletak diatas meja itu menandakan ada sebuah pesan yang masuk. Rio membuka HPnya dan membaca isi pesan itu yang bertuliskan “Sabar, masih beli kartu Uno” – “Okey” balas singkat Rio kepada Ana yang saat itu sedang membalasnya karna Steven harus mengemudikan motor menembus kemacetan. Senyum kecil mengembang di bibir Rio manakala pikirannya mulai menerawang mengingat persetubuhan 3 cucu Adam & Jawa yang baru saja dialaminya itu. “Hmmmmph…. Mmmmmh….” Hanya suara erangan kecil yang bisa dikeluarkan oleh Ana dari mulutnya yang saat ini tersumpal oleh Ball Gag itu, tubuhnya berbaring diatas kasur berukuran king size itu. Badannya menegang kuat, kepalanya bergerak liar kekanan & kekiri menandakan kenikmatan yang sangat besar sedang dirasakan. Disamping kanan kirinya kini sedang berlutut Steven dan Rio yang saling memberikan senyuman licik ke arah Ana yang hanya bisa lemas dan pasrah mendapati puncak orgasme akan segera diraihnya tak lama lagi. “Gimana nih mas? Kasih kaga nih? Udah mau nyampe tuh mbak Ana” Tanya Rio kepada Steven yang umurnya terpaut 9 tahun lebih tua daripada Rio. “Jangan dulu Ri, lepasin dulu, kita have fun dulu” Jawab Steven diiringi senyuman licik di bibirnya. Rio segera mencabut vibrator berbentuk Magic Wand dari kelamin Ana yang sejak 5 menit lalu bergetar dengan kecepatan maksimal di titik rangsangan paling sensitif Ana, di klitorisnya. “Hmmmmffff… Erhhhhh….” Erang ana dibalik ball gag yang menyunpal mulutnya itu dengan nada kesal dan mata melotot tajam. Buah dada ukuran 34C nya naik turun tak beraturan mengejar nafasnya yang memburu. Tangannya menarik narik, pinggulnya bergerak liar mencari sumber kenikmatan di klitorisnya yang mendadak hilang dalam sekejap mata hanya sesaat sebelum Ana mencapai puncak orgasmenya. Melihat istrinya yang 6 tahun lebih muda itu mengerang dengan nada kesal, Steven dengan wajah polosnya membelai rambut panjang sebahu istrinya itu, lalu mengecup kening dan menjilati lubang telinga wanita yang telah memberikannya seorang putri cantik itu. “Kenapa sayang? Ndak jadi enak yah???” Steven berbisik kepada Ana sambil menciumi leher istrinya itu. “Hmmhhh, hrrrrhhhh” hanya itu jawaban yang bisa keluar dari mulut Ana. “Ehhh iya lupa, ininya belom dibuka yah? Hahaha. Habis kamu berisik sih kalo ndak disumpel begini mbak” Jawab Rio dengan suara mengejek sambil tetap memelintir ujung puting kiri Ana. “Ahh fuck me, gila lo yah pada, gua dah hampir banget nyampe malah dilepas. Lu juga sih Ri, ngapain tanya ke mas Steve” Cecar Ana sesaat setelah Ball Gag di mulutnya dilepaskan Rio “Buset cerewet amat lu udah kaya ibu tiri mbak, gua kan cuma eksekutor, tuh juragannya suamilu sendiri” Jawab Rio sambil memelintir puting ana lebih kuat lagi, mengirimkan sensasi antar nikmat dan sakit, sakit namun nikmat, nikmat namun sakit kepada Ana. “Ahhhh, Rio… Sakit bego… Ahhhhmmmhhh” “Tapi enak kan sayang? Hahaha” Steven langsung menjawab dan sedetik kemudian melumat bibir istri kesayangannya itu. Dilumatnya lembut dan penuh kasih sayang bibir wanita yang 10 tahun lalu dinikahinya itu, pelan dan sensual. Namun Ana yang sudah kepalang tanggung hampir mendspatkan orgasme pertamanya itu balas melahap bibir suaminya itu dengan ganas dan memburu. Suara kecipak lidah Ana berusaha menembus kedalam mulut Steven, namun tidak ada akses yang ditemukan karna Steven mengunci rapat mulutnya. Saking nafsunya Ana, ia sampai memburu bibir Steven yang hendak dilepas bahkan sampai menggigitnya kebawah, berusaha kembali mendapatkan bibir itu, namun usahanya sia-sia. “Duh, udah gak sabar banget yah sayang?” “Awas ya lu, ntar gua balas lu pada, gua bikin lu mohon-mohon ama gua” “Ckckck, nanti biarlah nanti, saat ini, aku yang pegang kuasa” jawab steven dengan muka sinis. “Ri, lu bawa pesenan khusus gua gak?” “Bawa dong bang Steve, tuh ada di tas, gua ambil dulu” “Sep dah, buruan ambil Ri, udah gasabar gua cobain” Rio beranjak dari kasur itu, sebelum beranjak ia memelintir lalu menghisap kuat puting Ana yang sebelumnya ia pelintir habis itu, “Ahhh fuck lu Ri” “Hahaha, pentil lu lucu mbak bisa gede gitu” “Itu mah hasil karya ponakan lu tuh, kan dia asi eksklusif” Jawab Ana sambil memburu nafasnya. Beberapa menit kemudian Rio kembali ke pinggir ranjang, diletakkannya Kacamata VR, Headset In Ear Monitor, Nipple Clamp dan sebuah Electric Shock dengan 6 buah kabel yang terhubung dengan sebuah benda mirip lakban diatas meja disamping ranjang itu. “Wuih manteb nih Ri, lu emang paling pinter beginian” “Slow aja mas Steve. Ehh tuh mbak Ana biar kaga cerewet, sumpel lagi aja mas” “Bener juga, biar kaga kebanyakan protes juga ya kan Ri” Belum sempat menjawab Steven telah memasangkan kembali ball gag kedalam mulut Ana. “Hmmhh Gnmmmhhh Ahmmmm” hanya erangan tak jelas yang kembali keluar. “Ri, ini gimana masangnya? Gua gabsia lu aja lah” “Ohh gampang itu mah mas, sini gua ajari, sambil kasih penjelasan singkat” Rio lalu mengambil peralatan disamping meja itu lalu mulai menjelaskan satu per satu apa itu dan fungsinya. Pertama Rio mengambil Kacamata VR lalu dipasangkannya ke kepala Ana dengan tali strap yang melingkar kebelakang kepala, selanjutnya Rio mengambil sebuah Headset In Ear Monitor, memasangkannya ke kedua telinga Ana lalu menancapkan headset itu pada sebuah lubang 3,5mm yang tersedia pada kacamata vr yang sudah terpasang sebelumnya. “Nah, kalo gini sudah beres mas Steve, mbak Ana sudah gak bisa denger lagi apa yang kita obrolin” “Weh yakin lu Ri?” “Yakin mas, coba aja lu panggil tuh mbak Ana” “Sayang, coba kepalanya di angkat dulu” Namun tak ada respon dari Ana, hanya erangan kecil yang keluar tertahan dari mulutnya “Tuhkan mas, apa gua bilang. Hahaha” “Sip Ri, trus sekarang enaknya diapain yah?” “Yah terserah elu mas” Jawab Rio sekenanya sembari memasangkan Nipple Clamp pada kedua puting Ana, lalu Rio memasang Electric Shock. 2 di dekat puting, 2 disamping kanan kiri vagina, lalu 2 lagi dibagian paha dalam kanan dan kiri Ana. “Nah ini namanya Electric Shock mas, fungsinya ya sesuai dengan namanya, dia bakalan ngalirin arus listrik ke ujung kabel yang kaya lakban itu tadi” Rio menjelaskan kepada Steven tentang alat yang barusaja dipasangnya karna Steven hanya mematung penuh keheranan. “Aman gak nih Ri?” “Santai mas aman kok, listriknya bukan listrik rumah yang 220V juga kali yang dialirin. Aliran listriknya cuma kaya berkedut-kedut gitu aja, cukup untuk memberikan sedikit rasa sakit ke otot-otot yang ada mas” “Ohhh okay Ri, trus enaknya ini diapain yah? Yang lu bilang orgasm orgasm kemarin itu, apa aja yah Ri?” Rio cekikikan sebentar karna merasa lucu akibat pertanyaan temannya itu “Jadi gini mas, kalau sudah dalam kondisi begini, permainannya ada 2. Orgasm Denial, atau Orgasm Torture mas.” “Ouw begitu Ri, bedanya apaan yah itu?” Jawab Steven dengan muka masih kebingungan “Kalau Orgasm Denial itu, nantinya tiap kali mbak Ana mau orgasme, sensasi rangsangannya bakalan terhenti mendadak, ditambah setruman listrik kuat dari Electric Shock yang kepasang. Jadi intinya mbak Ana bakalan terus-terusan dibawa hampir ke puncak orgasme, tapi ndak pernah mendapatkannya. Nanti vibratornya kita set di kecepatan low aja mas. Efeknya setelah itu, gua jamin mbak Ana bakalan lebih liar pada saat having sex” Jawab Rio menjelaskan “Ouw gitu Ri, trus kalau yang torture itu Ri?” “Kalau yang Orgasm Torture itu kebalikannya mas, mbak Ana bakalan kita buat orgasme terus menerus tanpa henti dalam waktu tertentu. Nanti Electric Shock bakalan ngirim listrik kejut ringan yang akan membantu mbak Ana untuk dapetin orgasmenya lebih cepat ditambah vibrator yang bakalan di set ke kecepatan maksimum mas. Efeknya setelah itu, mbak Ana cuma bakalan pasrah aja waktu having sex nanti. “Ouw gitu ya Ri. Ya ya ya” “Jadi lu mau yang mana Mas?” “Gua mau yang torture aja deh Ri, gua pingin buat Ana sampe kejang-kejang keenakan Ri, kita taklukkan dia sore ini. Hahaha” “Yakin mas? Bisa squirt lho ini ntar mbak Ana. Wkwkwkw” “Yakin Ri, eksekusi sekarang” Jawab Steven mantap. Rio lantas mengecek kembali segala peralatan yang terpasang di tubuh Ana, setelah semua di cek, sejenak Rio mengagumi tubuh indah tergolek tak berdaya didepannya itu. Badan Ana memang cukup menggiurkan untuk Rio, dengan tinggi 157cm, kulit kuning langsat, dan buah dada berukuran 34C yang sangat pas digenggaman Rio yang dihiasi puting berwarna pink kecoklatan yang sudah mengacung tegak karna dijepit Nipple Clamp yang seperti jepitan buaya itu. Vagina Ana masih saja rapat meskipun dia melahirkan anak semata wayangnya melalui proses melahirkan normal, terima kasih kepada senam kegel yang rutin diikuti Ana 3 kali seminggu itu. Kemaluannya mulus karna tidak dihiasi oleh bulu sedikitpun yang dengan rutin dicukur oleh Ana seminggu sekali guna mendapatkan sensasi maksimal ketika berhubungan badan dengan Steven. Meskipun tubuh Ana sangat menggiurkan bagi Rio, namun Rio tak pernah sekalipun menjamah atau menikmati tubuh itu tanpa seijin dan sepengetahuan Steven. Jangankan menjamah, menemani Ana jalan-jalan saja Rio selalu menolak jika tanpa kehadiran Steven suami Ana, bukan karena Rio gay, homo, ataupun tidak waras, namun Rio sangat menghargai Ana & Steven, baginya nilai persahabatan antara dia dan dua temannya jauh lebih mahal dan berharga jika hanya digantikan oleh kenikmatan sesaat saja. “Sip mas, sudah betul semua nih, ready to rock n roll, nih HP gua lu pilih aja mau puter bokep yang mana, udah gua konekin Kacamata VR-nya, nanti suaranya langsung ke transfer ke Headsetnya itu” “Hah gua? Lu aja Ri yang pilihin. Koleksilu yang paling tokcer, durasinya 30-45 menit aja ya Ri, cukuplah buat sebat dua bat sambil nungguin” “Okedeh bang. Hmmm, yang mana yah???” Jawab Rio sambil mengutak ngatik HPnya mencari bokep apa yang kiranya cocok untuk saat ini “Yang gangbang Ri kalo ada” celetuk Steven dengan muka bersemangat “Hmm gangbang yah? Oiyah ini aja deh” Rio menyahut sambil menekan layar HPnya yang dengan segera memutar sebuah bokep terbaru karya rumah produksi kinkdotcom yang menjadi favoritenya. “Ahhhhhmmmmmm” rintih Ana sesaat kemudian. Sontak saja tubuh Ana berkelonjotan karna bersamaan dengan diputarnya bokep itu oleh Rio, vibrator yang dipasang di vaginanya oleh Rio langsung bergetar dalam kecepatan tertinggi memberikan kenikmatan luar biasa pada dirinya. “Nah udah nih mas, sudah bisa ditinggal nih mbak Ana. Durasi bokepnya 40 menit nih.” “Okedeh Ri, lu tinggal aja sebat duluan, ntar gantian ama gua. Kan harus ada yang ngawasin mbak Ana juga kan” “Iya bener mas Steve, harus tetap didampingi, ya jaga-jaga aja kalau misal ada hal yang tidak diinginkan terjadi jadi ada yang standby untuk gerak cepat. Yaudah gua duabat dulu dah ya, ntar gantian, gua ke resto aja, ngopi disana. 20, menit gua balik mas.” “Yoi Ri, lu duluan bae” Jawab Steven diiringi langkah Rio menuju pintu kamar hotel bintang 3 ditengah kota Surabaya yang memang terkenal menjadi tempat “short time” itu.