Prank Ojol Berbuah Ajal
Cerita ini fiksi (No Sara), jika ada kemiripan apapun itu murni ketidaksengajaan.
Kalau ada kritik, saran, atau rekues monggo tulis aja.
__________ Hotel Anggrek
11.26 AM Rara menaruh HP nya di atas lemari lalu menata kameranya menghadap pintu dan juga ranjang kamar hotelnya. Hotel yang disewa oleh siswi kelas 12 itu adalah sebuah hotel esek-esek murah di pinggir kota. Selain tidak pernah mengecek para tamunya, hotel itu juga membiarkan siapapun keluar masuk hingga gadis itu menyewanya untuk konten prank ojolnya nanti. Rara sengaja menyewa tempat itu karena dia tak ingin side job mesumnya sebagai streamer open BO diketahui orang lain. Setelah yakin dengan angle kameranya, gadis itu kemudian bercermin menatap pada tubuh montoknya yang terlilit handuk mini. Secarik kain pendek itu hanya berhasil menutupi setengah buah dadanya dan menggantung rendah di atas gundukan memeknya yang gendut. Tubuh putihnya yang semampai itu dihiasi dengan buah dada berukuran jumbo dan pantat bulat yang besar, sebuah asset kebanggaan gadis cantik itu.
Ilustrasi Rara
Gadis chindo itu kemudian memakai masker untuk menyembunyikan wajahnya lalu berjalan kembali pada HPnya. Dia menyalakan aplikasi streaming nya kemudian menyapa para fansnya. “Haiii, balik lagi sama Rawr Queen di sini! Seperti janjiku semalem, aku bakal ngeprank abang ojol ni hari ini. Aku bakal pesen makan terus ngajakin ngentot abangnya! Kasih diamond yang banyak ya sayang-sayangku~” Rara mengedip genit ke arah kamera. Sambil mengunggu pesanannya makanannya, gadis 18 tahun itu menggoda para fansnya sambil sesekali berjoget seksi jika ada yang menyawernya dengan diamond. “Makasih diamond nya Kak Beni, nih aku kasih tetek ya..” ujar gadis itu sambil membuka handuknya. Payudaranya yang bulat besar itu jatuh dan bergoyang-goyang liar. Rara kemudian memilin puting payudaranya yang pink lalu menjulurkan lidahnya dari bawah masker ke arah kamera. “Waduh Kak Beni nyawer lagi, katanya minta dijogetin lagi tapi jangan ditutupin anduk. Ih nakal yaa..” Remaja itu lalu melepas handuknya, memamerkan kemontokannya sejenak lalu mulai bergoyang erotis mengikuti irama musik. Dia menaruh HPnya di lantai kemudian memutar-mutar pinggangnya dengan agresif, membuat memek gendutnya yang dijalari jembut tipis terpampang jelas di kamera. Rara berjoget selama beberapa menit hingga tubuhnya licin berkeringat akibat tak ada AC di kamarnya. Tiba-tiba terdengar suara bel dari arah pintu kamar. “Ah, itu dia abangnya guys, aku samperin dulu ya hihihi..” Rara menyandarkan HPnya kembali ke atas lemari dan memakai kembali handuk dan maskernya ya. Sambil berjingkat dia lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya. Di depannya, menjulang setinggi pintu, berdiri seorang pria tinggi besar. “Dengan Kak Rara?” ujar driver di depan Rara “Bener, dengan Pak Dedi ya?” balasnya genit. Dedi terkejut melihat Rara yang terengah kelelahan dan nyaris telanjang. Pria itu kemudian mencuri pandang ke bawah, melihat pada gundukan basah payudara Rara yang nyaris meloncat keluar dari handuknya. Dedi bahkan bisa melihat lingkaran puting gadis itu. Dia merasakan celananya menyempit karena penisnya mulai ereksi. “Masuk ke dalem aja Pak, saya ambil uangnya dulu..” Rara berjalan ke arah HPnya dan pura-pura mencari uang di dompetnya. “Hihi, kira-kira abangnya sange ga ya?” bisiknya pada kolom komentar yang mulai liar. Dedi kemudian berjalan masuk ke kamar, matanya tidak lepas dari tubuh Rara. “Ini somay saya taruh mana, Kak?” “Oh, taruh meja aja Pak, duduk aja dulu di kasur biar santai..” balas Rara Gadis itu kemudian berbalik pada Dedi yang duduk di tepi kasur lalu melepas lilitan handuk di tubuhnya hingga terjatuh ke lantai. Dedi melotot, di depannya tersaji tubuh bugil Rara yang super montok. Gadis berkulit putih itu lalu meremas kedua payudaranya dan memilin-milin puting susunya dengan binal. “Aku bayar pake badan saya aja ya, Pak..” “Jangan Ci, aduh, jangan becanda!” “Aku ga becanda sayang..” balas Rara Rara membungkuk ke arah Dedi lalu melepas jaket pria itu. Dedi berusaha menahan remaja itu namun Rara justru berbisik ke telinganya. “Kalau bapak gamau, aku bakal teriak..” Tak sempat bereaksi, Rara yang tersenyum jahat lalu mendorong Dedi ke arah ranjang dan menindihnya, menempelkan dadanya pada wajah pria itu. “Nyusu ke tetek aku, sayang..” Dedi bisa merasakan kedua buah dada raksasa Rara yang menjepit wajahnya. Aroma wangi langsung menyeruak ke hidungnya hingga pria paruh baya itu gelap mata. Dedi langsung meremas kedua payudara Rara dan mengenyot putingnya yang sudah tegak. “Aaah!! Terus Pak!” Dedi yang sudah mulai bernafsu itu terus menyusu pada Rara yang bahkan lebih muda dari anaknya sendiri, tangannya mulai menjalar ke bawah dan meremas-remas pantat bulat Rara. “Ih, bapaknya nafsu banget guys..” ujar Rara sambil tertawa ke arah HPnya. Dedi yang belum menyadari bahwa dia sedang direkam lalu membanting tubuh Rara ke samping dan mulai menindihnya. “Buka bajunya dong pak..” “Buka maskernya dulu dong Ci..” Rara membelakangi kamera HP lalu melepas maskernya dan menjulurkan lidah panjangnya pada Dedi. “Nih pak..” Melihat wajah cantik Rara, Dedi dengan tak sabar lalu langsung membuka pakaiannya. Tubuhnya tegap dan gempal dengan kulit gelap karena selalu berada di bawah sinar matahari. Dia lalu membuka celananya, memamerkan penis hitamnya yang tegak perkasa seukuran pentungan satpam. Mata Rara langsung melotot melihat batang daging panjang yang menempel pada selangkangan Dedi. “Ge.. Gede banget Pak..” Dedi hanya tersenyum lalu menarik pinggang Rara ke arah penisnya. “Pak, ini gabakal muat Pak.. Tunggu! Tunggu!” Tapi Dedi tak mendengarkan omongan Rara, dengan dorongan mantap pria itu menusukkan penisnya hingga mentok ke lubang kencing Rara yang masih kering. “Uuuuaaaaaargggghhhhhhh!!!!!!” Rara menjerit sangat kencang sehingga Dedi langsung menutup mulutnya. Tubuh gadis itu hanya bisa melenting tak terkendali merasakan gua dagingnya yang menyempit dan perih karena penuh oleh batang daging Dedi. “Nikmatin aja Ci, nanti juga enak.” Rara mulai menangis menahan sakit dan berusaha mendorong tubuh Dedi menjauhi dirinya. Namun pria itu tetap tak bergeming dan justru mulai menggerakkan pinggangnya dengan cepat. “Argh! Ampun Pak! Ampuun!” Rara meronta dan dengan liar mulai mencakari wajah Dedi. “Bacot!” Dedi menampar pipi Rara kemudian langsung menggenjot memek gadis itu yang masih terasa seret. “Sakiitrgghh!! Argh!! Periiih!! Sakittt!!” Rara mengangis histeris sambil memukul-mukul tubuh pria itu hingga Dedi mulai emosi. “Bangsat, lo yang mulai ya anjing!” Rara terisak sambil menunjuk ke HP miliknya. “Arrhhh!! Pak! Ini! Direkamm!! Paak!! Jangan Paaak!!” Dedi melihat ke arah HP yang ada di atas lemari dan tersenyum santai saja. “Emang gua peduli? Dasar lonte! Dah berapa driver yang lo maenin buat konten lo!?” Dedi kembali menampar Rara dan makin mempercepat gerakan pinggangnya hingga gadis itu makin blingsatan tak karuan di bawahnya. Kaki jenjang Rara tampak mengangkang lebar menerima tiap tusukan penis Dedi yang semakin lama terasa semakin menyakitkan. “AAARGGHHHH!! SAKIITRGGHH!!!” “Bacot! Tinggal diem nikmatin aja berisik banget, kontol!” Dedi meraih bantal di sebelahnya lalu menutup muka Rara dengan bantal untuk meredam suara gadis SMA itu sambil tetap memompa memeknya yang perlahan mulai membasah. Pelumas alami Rara akhirnya mengalir keluar untuk memudahkan lubang kemaluannya menerima sodokan penis raksasa pria itu. “Wah mulai becek nih?! Sekali lonte bakal tetep lonte ye?!” “Mmmhh… Mpphh…” Rara semakin panik dan terus berusaha mendorong tubuh Dedi yang masih asyik menikmati liang senggamanya itu. Tubuh sintalnya makin basah dalam usaha sia-sianya melawan pria itu, gadis itu sudah mulai kesulitan bernafas. Kolom komentar pada HP Rara yang masih live makin menggila melihat pemerkosaan brutal yang sedang terjadi di depan mata mereka. Beberapa orang mengutuk namun mayoritas dari penonton justru menyemangati Dedi yang liar menumbuk memek gadis itu. “Mmphh!! Mmmhh!!” Rara makin liar melawan namun Dedi lebih kuat. Dia terus menekan bantal ke wajah gadis itu yang semakin lama semakin lemas. “Aaahhh.. Enak banget ni memek!” Nyawa Rara sudah di ujung tanduk. Sambil terisak menahan sakit, dia mulai menyerah dan tanpa sadar mulai menggerakkan pinggangnya, mencoba menikmati persetubuhan terakhirnya itu. “Mmphh!! Mprgghhh!! Mphmpphh!!” __________ 12:27 PM Setelah beberapa menit yang panjang, Rara akhirnya berhenti melawan. Suara teriakannya yang tertahan bantal sudah berhenti dan kini digantikan oleh suara decit ranjang yang bergerak seirama dengan pompaan pinggang Dedi. Pria itu rupanya masih keenakan merasakan memek legit Rara yang membanjir. Rara sudah mati 5 menit yang lalu. Tubuh bugilnya yang montok itu sekarang lemas, tertancap pada penis Dedi dan hanya bergoyang-goyang pasrah mengikuti tiap tusukan penisnya. Walau sudah paruh baya, driver ojol itu rupanya sangat perkasa. Meski berhadapan dengan memek becek yang legit dan sempit, Dedi rupanya masih sanggup mengimbangi tarian sekarat Rara yang liar memuntir penisnya tadi. Pria itu kini tampak santai saja menumbuk lubang kencing Rara yang tak bereaksi. Akhir hidup Rara barusan sungguh hina, sakaratul mautnya penuh dengan lenguh puas namun diakhiri dengan teriakan minta ampun ketika rasa nikmat di memeknya habis digantikan oleh rasa sakit di paru-parunya. Saat nyawanya lepas tadi, Rara sudah tak peduli bahwa akhir hidupnya itu sedang disiarkan live dan dijadikan bahan coli oleh ratusan orang. “Gimana Ci? Enak kan kontol gua?!” Tak ada jawaban, pria itu belum menyadari bahwa yang sedang dia nikmati itu sekarang hanyalah sebujur mayat. Sambil tetap menggenjot memek Rara, Dedi lalu membuka bantal yang menutupi wajah gadis itu. “Jawab, lonte!” Pertanyaan Dedi hanya dijawab oleh wajah Rara yang terlihat melolong kesakitan. Mata indahnya merah dan melotot lebar penuh air mata sementara mulutnya sendiri sudah mangap dengan lidah terjulur, mengalirkan liur kental ke seluruh wajah dan lehernya. Melihat wajah Rara yang kosong tak bernyawa, Dedi berteriak kaget. “Anjing! Mati anjing!” Dedi menghentikan sodokan pinggangnya lalu menempelkan telinganya di buah dada Rara namun tak terdengar apapun. Dia lalu mengangkat kepalanya panik. “Anjiiiing…. Malah modaaaaar….” Dedi membenamkan wajahnya pada belahan dada Rara yang lembab penuh keringat. Dia berusaha memikirkan jalan keluar dari tragedi ini. Otak Dedi terasa buntu, dia justru kembali merasakan aroma wangi parfum Rara lalu perlahan mulai meremas kedua payudaranya dan kembali menggerakkan pinggangnya. “Ah mumpung mayat lu masih anget, gua sikat dulu lah..” Dedi lalu kembali menggenjot mayat Rara dengan lebih liar. Dia bergantian mengenyot kedua puting tegak gadis dan meremas-remas tetek Rara dengan kasar sambil terus mengebor lubang kencingnya dalam-dalam. Dia lalu menggengam kedua tangan Rara dan menjilati gadis itu dari leher, ke payudara lalu ke ketiaknya yang licin penuh peluh. “Ahh.. Enak banget ketek lu Ci..” Meski tubuhnya sudah tak bernyawa, rupanya masih ada 1 hal yang bisa mayat Rara lakukan, yaitu melayani nafsu Dedi untuk terakhir kalinya. “Anjing… Dikit lagi nyampe nih gua!” Tak lama, tubuh Dedi tampak bergetar-getar dahsyat menyambut orgasme. Belasan semprotan sperma dia semburkan ke dalam memek Rara dengan tanpa ampun sebelum akhirnya dia ambruk di atas mayat gadis itu. Untuk sesaat dia menikmati tubuh montok Rara lalu segera mencabut penisnya. Tak buang waktu, Dedi kembali memakai pakaiannya. Dia lalu mengambil HP Rara yang masih live dan mengarahkannya pada wajah Rara lalu turun ke sekujur tubuhnya. “Namanya Rara nih ges, lokasi Hotel Anggrek kamar 403, samperin aja kalo pada mau ngerasain ni memek!” Dedi menahan HP itu lama di depan memek Rara yang menganga lebar penuh sperma sebelum akhirnya mematikan HP tersebut. Dia lalu mengambil seluruh barang Rara dan meninggalkan mayat bugilnya dengan tanpa identitas apapun untuk menghilangkan jejaknya. Setelah beres, Dedi lalu menghampiri tubuh Rara untuk terakhir kali dan memotretnya dari berbagai sudut. “Memek lu gua kasih bintang 5!”