Penis Hijau dan Penis Putih

Ketika angin yang dingin itu
berhembus, kulit pria yang ditumbuhi
oleh bulu-bulu itu pun tampak bersinar
dengan terang menggambarkan
dengan jelas lekuk-lekuk kejantanannya. Dengan perlahan- lahan tetapi pasti dia mulai
menancapkan batang penisnya yang kokoh ke dalam lubang vagina teman
tidurnya. Tentu saja wanita itu mengerang dengan halus karena si pria dengan begitu pandainya memasukkan dan mengeluarkan kembali penisnya secara perlahan- lahan dan itu mengundang setitik demi setitik rasa nikmat yang tiada tara. Karena terlalu lambat dalam
menggerakkan pinggulnya, si wanita
pun mendorong tubuhnya ke arah depan mengimbangi gerakan tubuh si pria yang menurutnya sangat lambat. “Astaga, Sayang! Sungguh permainan yang seimbang dan ini sungguh mendatangkan rasa nikmat yang tiada tara. Gila..! Nikmat sekali..!” kata si wanita di sela-sela rasa kenikmatan yang menderanya.
Makin lama gerakan pinggul si pria
semakin cepat dan semakin cepat. Si
wanita berteriak histeris karena dia
telah mencapai orgasme yang disertai
dengan sperma si pria yang
berhamburan di mana seperti pistol air
yang ditembakkan. Crot! Crot!
Terdengar lenguhan si pria yang
menanda berakhirnya permainan seks
itu.
Kedua artis porno itu turun dari
ranjang begitu sutradara mengatakan,
“Cut!”
*****
“Aku Violito Erdiwan. Aku selalu
menghabiskan sebagian besar
waktuku untuk bermain film porno
yang diambil secara ilegal. Di sisi lain
aku juga bekerja sebagai manager
personalia yang cekatan. Aku lebih
suka pekerjaanku sebagai bintang film
porno daripada sebagai seorang
manager. Aku bisa menghasilkan uang
yang lebih banyak di bidang ini. Aku
harus mengumpulkan uang yang
banyak supaya aku bisa menemukan
kembali adikku yang hilang puluhan
tahun yang lalu,”
Violito mengenakan kembali celana
dalamnya yang berwarna merah tua.
Saat dia hendak mengenakan
singletnya, artis wanita tadi masuk ke
dalam kamar mandi itu. Dia tidak
berkata apa-apa tetapi dia hanya
duduk di atas wastafel sambil
membuka kedua pahanya lebar-lebar
mempertontonkannya lubang
kenikmatannya yang menggoda
selera. Violito tidak jadi mengenakan
singletnya tetapi dia terus
memandang liang kenikmatan itu
dengan bayangan betapa nikmatnya
apabila dia bisa menjilat lubang itu.
Wanita itu meremas-remas batang
kemaluan Violito yang sudah
menegang.
“Aahh..!! Aahh..!!” lenguhan Violito
makin lama makin tak tertahankan.
Dia baru saja melakukan satu adegan
tadi dan kini gairahnya naik lagi.
Tanpa banyak berkata lagi. Dia
langsung menanggalkan celana
dalamnya dan menghujamkan
penisnya ke lubang vagina wanita itu.
Gerakan memompa pun dimulai dan si
wanita dibuat kewalahan oleh gairah
Violito yang memuncak. Tak lama
kemudian, si wanita mencapai
orgasme dan setetes cairan ejakulasi
menetes dari liang kemaluannya yang
masih digesek oleh kulit penis Violito
yang kekar. Si wanita bermaksud
menyuruh Violito untuk berhenti
sebentar tetapi gairah dan nafsu
Violito yang meledak sudah tidak bisa
dikendalikan lagi. Dia terus saja
menusuk dan menusuk. Setelah dia
tidak mampu mempertahankan
bentengnya, dia baru menusuk
dengan kecepatan yang lebih rendah.
Dia tidak mengeluarkan penisnya
tetapi dia terus menusuk dan akhirnya
spermannya berhamburan di dalam
lubang kemaluan si wanita.
Si wanita lemas tak bertenaga duduk
di atas wastafel itu. Violito
melemparkan sebutir pil kepadanya.
“Minum ini. Aku takkan
mempertanggungjawabkan gairahku
yang hanya sesaat itu,”
Setelah mengenakan pakaiannya,
Violito keluar dari kamar mandi.
“Beginilah aku. Gairahku sangat besar
padahal aku baru berumur 21 tahun.
Tetapi, di sisi lain aku memiliki otak
yang cemerlang sehingga aku bisa
diangkat menjadi manager personalia
di kantor. Aku memang nakal kalau
menyangkut hubungan seks. Rata-rata
pegawai wanita muda yang bekerja
di perusahaan itu telah merelakan
vagina mereka menjadi santapan
penisku. Setelah melewati penisku,
mereka baru bisa bekerja di
perusahaan itu. Namun, sekarang
yang sangat kuinginkan adalah
mencari kembali adikku yang hilang.”
“Keluarga kami adalah keluarga yang
sangat mengerikan. Ayahku adalah
gigolo yang saat itu adalah gigolo
yang paling terkenal karena dia
memiliki penis yang terpanjang di
lingkungan tempat kami tinggal. Dia
sudah melayani lebih dari seratus
janda-janda dan wanita-wanita tua
yang kesepian. Kekayaannya jauh
melebihi kekayaan yang sudah
kukumpulkan hingga sekarang.”
“Ibuku adalah pelacur kelas tinggi
yang selalu melayani nafsu para
pejabat-pejabat tinggi dan pegawai
negara dan kekayaan ibuku juga tidak
kalah banyak dari kekayaan ayahku.
Dari kedua orang inilah lahirlah aku
dan adikku. Kami terlahir ke dunia ini
dengan membawa satu keanehan.
Bahkan, dokter pun tidak bisa
memberikan penjelasan mengapa hal
itu bisa terjadi pada diri kami berdua.
Namun, ayahku menganggapnya
sebagai suatu keajaiban dan dia
menerka aku dan adikku pasti akan
lebih hebat daripada dirinya nanti.
Penisku tidak seperti penis
kebanyakan pria pada umumnya.
Penisku berwarna hijau muda. Untuk
itulah di tempat pengambilan film
porno itu banyak yang memanggilku
dengan sebutan Penis Hijau.”
“Penis adikku memiliki warna yang
jauh lebih unik. Penisnya berwarna
putih. Penisnya sangat putih dan
bersih tetapi penis itu kokoh, mampu
mendatangkan kenikmatan yang tiada
tara. Aku sendiri pernah melihatnya
bercumbu dengan pacarnya ketika dia
berumur 15 tahun. Pacarnya sendiri
mengatakan dia tidak menyesal
menyerahkan keperawanannya
kepada Virginio (nama adikku) karena
Virginio telah memberikan kenikmatan
yang luar biasa kepada vaginanya
yang haus akan sperma dan penis
yang perkasa.”
“Namun, Ayah dan ibuku mati muda
karena terjangkit virus HIV. Keluarga
kami terpecah belah. Karena kondisi
ekonomi keluarga aku dan Virginio
terpaksa berpisah. Sekarang setelah
mengumpulkan banyak uang aku
akan mencarinya dan kami akan
berkumpul kembali”
*****
Violito masuk ke dalam sebuah
kamar. Dia mendapati temannya,
Freddy Natsim sedang menusuk-nusuk
lubang vagina kekasihnya yang
kesepuluh, Monica Duarsa. Monica
berteriak-teriak penuh rasa nikmat.
“Tidak..!! Freddy! Lebih dalam lagi..
Oh..!!”
Freddy membalikkan badan Monica
dan dia menusuk-nusuk vagina
kekasihnya itu dengan lebih cepat lagi.
Dia ingin segara mengeluarkan
spermanya dan melampiaskan
gairahnya yang sudah tak terbendung
lagi.
“Aku sudah mau keluar.. Akan
kupercepat gerakannya..”
Crot! Crot! Crot!
Sperma Freddy berhamburan menodai
meja dan sofa yang menjadi arena
pertandingan mereka. Tetapi, Monica
yang belum mencapai puncak
kenikmatan terus memaksa Freddy
meneruskan goyangannya. Dia
menempatkan Freddy di posisi bawah
dan dia yang mengambil kendali
memompa bergerak naik turun.
Freddy mengerjap-ngerjapkan
matanya memancarkan kenikmatan
yang tiada batas. Sesaat kemudian,
Freddy sudah tidak tahan lagi dan air
maninya pun berhamburan di dalam
liang vagina Monica.
Monica sangat susah mencapai puncak
kenikmatan. Violito menanggalkan
sendiri pakaiannya. Dia menarik
Monica menjauhi Freddy yang sudah
kelelahan. Dengan beberapa tusukan
yang dahsyat saja Monica langsung
mencapai puncak kenikmatan dua kali
berturut-turut. Setelah Monica
mendapatkan kepuasan, Violito
langsung menancapkan penisnya ke
dalam mulut Monica dan melakukan
gerakan memompa dengan goyangan
pinggulnya yang bergerak maju
mundur. Terlihatlah penis kekarnya
yang berwarna hijau terang masuk
dan keluar dari mulut Monica.
Akhirnya, sperma dan air mani Violito
pun keluar mengotori mulut Monica.
“Aahh!” suara lenguhan Violito keluar
bersamaan dengan air maninya yang
berhamburan keluar.
“Astaga! Kau hebat sekali, Violito! Lain
kali akan kita lanjutkan ya!” kata
Monica sambil berpakaian.
“Kalau kau ingin berbincang-bincang
dengan Freddy, aku akan segera pergi.
Berbicaralah! Sayang! Nanti malam
aku akan ke rumahmu,”
Setelah berkata demikian, Monica pun
keluar dari kamar itu. Tinggallah Violito
dan sahabat baiknya yang telanjang
bulat.
“Penismu memang hebat. Kau
memang berhak mendapat
penghargaan atas gairahmu yang
meledak-ledak dan penismu yang
kokoh, Penis Hijau,” kata Freddy, “Kau
berhasil menaklukkan wanita yang
seagresif Monica. Terus terang saja,
aku mulai menyesal memilihnya
menjadi pacarkku yang ke-10.
Ngomong-ngomong, aku sudah
menemukan keberadaan adikmu,
Virginio,”
“Apa??” kata Violito spontan, “Secepat
itu? Di mana dia sekarang? Bagaimana
kehidupannya?”
“Sebaiknya.. Sebaiknya kau lupakan
saja dia. Aku memberimu saran
seperti ini bukan karena aku ingin
menjauhkanmu dari adikmu tetapi
saat aku berbicara dengannya aku
tahu dia tidak sama seperti dulu lagi.
Lima tahun berpisah telah membuat
jarak di antara kalian semakin jauh
dan hubungan persaudaraan kalian
semakin jauh,” kata Freddy sambil
mengenakan celana dalamnya.
Dia merebahkan dirinya di sofa.
“Apa maksudmu?” tanya Violito yang
sudah berpakaian lengkap.
“Kemarin setelah menemukannya aku
sempat berbicara dengannya. Dia
sangat membenciku dan dia bilang dia
menyesal pernah berteman denganku.
Dia menyesal pernah berteman
dengan orang yang sekotor diriku,
hanya bisa mengandalkan penisku
untuk bermain film porno mencari
uang. Kau lebih hebat dariku dan
filmmu lebih banyak dariku. Apa kau
pikir dia mau menerimamu sebagai
kakaknya? Dia sudah jauh berubah.
Ketika aku melihat seorang anak kecil
memanggilnya dengan sebutan Papa,
pertahananku langsung runtuh.
Virginio sudah berubah,”
“Tidak! Aku tidak percaya dia bisa
berubah sedrastis itu. Dia adalah Penis
Putih. Dia adikku. Mengapa dia bisa
sampai membenciku? Tidak..! Aku
tidak percaya sebelum aku sendiri
yang berbicara empat mata
dengannya,”
*****
“Hidupku sangat bahagia sekarang ini.
Kebahagiaan yang kurasakan
sekarang mempunyai arti yang sangat
berbeda dengan kehidupan kita dulu.
Kau tahu khan apa yang kumaksud?”
tanya Virginio dengan tatapan
matanya yang tenang.
Violito sangat kecewa dengan sikap
Virginio yang ditunjukkan oleh
adiknya itu terhadapnya.
“Mengapa kau bisa berubah sedrastis
ini, Virginio? Aku telah mengorbankan
banyak hal agar aku bisa
mengumpulkan banyak uang dan
membiayai kehidupan kita berdua.
Kau tidak akan mencampakkan diriku
dan semua pengorbananku bukan?”
tanya Violito terus terang.
Mendengar itu, Virginio melebarkan
kelopak matanya. Dia menarik tangan
kakaknya dan membawa kakaknya
ke kamar mandi. Di sana dia
menanggalkan celananya sendiri dan

kemudian menanggalkan celana
dalam kakaknya. Violito tentu saja
terkejut. Belum sempat dia berbicara,
adiknya sudah menancapkan batang
penisnya ke dalam liang anusnya.
Violito hanya bisa mengerang-erang
halus penuh rasa nikmat menerima
serangan tusukan yang bertubi-tubi itu.
“Aahh..!! Nikmat sekali, Adikku Sayang!
Teruskan!!”
Goyangan itu makin lama makin
kencang sampai-sampai cermin besar
yang ada di hadapan mereka juga
bergetar.
Crot! Crot! Crot!
Akhirnya dengan penuh nafsu Virginio
mengeluarkan air maninya dan air
mani itu mengotori wajah kakaknya.
Dia pun mengenakan celananya
kembali.
“Lihat dirimu sendiri di depan cermin!”
hardik Virginio, “Aku bahkan jijik
melakukan hal itu dengan Kakak
kandungku sendiri. Tetapi, kau malah
mengatakan bahwa hal itu adalah hal
yang bisa mendatangkan kenikmatan
dan kita harus meneruskannya. Aku
sudah berubah. Aku takkan
merendahkan diriku dengan mengakui
orang sepertimu sebagai kakakku.
Lima tahun ini telah membuka mataku
bahwa jalan hidup yang pernah
kulalui sebelumnya sangatlah tidak
berharga.”
“Kau mau supaya aku menerima
semua pengorbananmu bukan?
Anggap saja hubungan seks ini
sebagai tanda penghargaan dariku.
Jangan pernah mencariku lagi sebelum
kau berubah!”
Virginio berlalu dengan wajah yang
penuh dengan kekesalan. Dia keluar
dari kamar mandi meninggalkan
Violito yang diam-diam meneteskan
air mata di lantai kamar mandi itu. Dia
merasa dirinya sangat terhina.
Timbullah sebersit rasa benci terhadap
dirinya sendiri. Semua kenangan yang
pernah dialaminya mendadak berubah
menjadi sebuah lembaran penyesalan
yang menghantuinya.
“Inilah balasan yang kudapatkan?
Sekarang aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana..”
Air mata Violito terus mengalir tanpa henti.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
E N D