Misteri Sebuah Lubang
“Apa yang sedang kauintip melalui lubang itu, Valita Lardis?” tanya Yosely Montana kepada temannya yang sedang asyik mengintip sesuatu melalui sebuah lubang pada dinding kamarnya. Lubang itu memang suudah ada sejak mereka kos di kamar ini enam bulan lalu. Kamar di sebelah kamar mereka adalah kamar kosong yang dikunci dan tidak pernah ditempati sejak mereka pindah ke sini.
“Ada dua orang yang berhubungan seks di kamar sebelah, Yosely,”
“Benarkah? Coba aku lihat!”
Valita mundur dan sekarang giliran Yosely yang mengintip pemandangan di kamar sebelah melalui lubang kecil itu. Meskipun lubang itu kecil, tetapi dia dapat melihat pemandangan yang ada di seluruh kamar itu. Tampaklah pemandangan mengesankan. Si pria yang berkulit agak hitam sedang menusuk liang vagina teman tidurnya yang kelihatannya berkulit agak putih. Si wanita terus mengerang-ngerang dengan histeris. Si pria terus menusuk-nusuk lubang vagina dan lubang anus silih berganti. Wanita itu sesekali memainkan puting susu si pria. Karena merasa terangsang semakin dalam, si pria pun membalikkan badan si wanita dan mempercepat gerakan memompa yang tadi.
“Aarghk..!!” sesekali terdengar jeritan si wanita.
“Teruskah, Sayang! Lebih cepat lagi! OH my God..”
“Uh.. Uh..! Uh..!” si pria berkali-kali melenguh berusaha mengatur napas dan mempertahankan agar dia tidak mencapai orgasme dalam waktu singkat. Dia mau membuat si wanita mencapai orgasme beberapa kali baru dia sendiri rela melepaskan sperma ke dalam liang vagina si wanita. Harapannya tercapai sebab beberapa saat kemudian, tubuh si wanita menegang dan si pria merasakan lubang vagina si wanita menarik penisnya lebih dalam selama beberapa kali. Akhirnya, pertahanan si pria pun runtuh.
“Oh my God..” kata si pria. “Spermaku keluar.. Aarghkk..!!” terdengar erangan kenikmatan yang tiada tara.
Begitu permainan di kamar sebelah selesai, Yosely pun membalikkan badannya. Dia tersentak kaget mendapati Valita yang telanjang bulat. Dengan beberapa erangan yang penuh kenikmatan, Valita menusuk-nusuk vaginanya dengan botol parfum yang terbuat dengan plastik. Dia melapisi kondom ke botol parfum itu. Tampaklah botol parfum itu keluar masuk vaginanya sendiri. Yosely menggeleng-gelengkan kepalanya.
Valita memang wanita yang bernafsu besar. Yosely sendiri tidak habis pikir mengapa Valita bisa bekerja di sebuah apotik. Mengapa dia tidak menjadi wanita penghibur saja?
“Aahh..!! Bantu aku meneruskan permainan ini, Yosely. Aku benar-benar sudah tidak tahan. Bantu aku mencapai orgasme. Oh..” jeritan Valita melengking tinggi.
Yosely melakukan gerakan maju mundur dengan botol parfum. Sudah 10 menit berlalu tetapi Valita belum mencapai puncak kenikmatan. Yosely terus melakukan gerakan maju mundur menusuk-nusuk liang vagina temannya. Beberapa saat-saat terakhir, tampaklah setetes cairan keluar dari liang vagina Valita. Tubuh Valita pun menegang menikmati setiap detik orgasme yang menderanya.
“Oh.. Tidak..! Nikmatnya bukan main, Yosely,”
“Kau memang wanita genit, Valita. Lihat sedikit pemandangan saja sudah terangsang. Setiap kali kau terangsang kau pasti melampiaskannya melalui masturbasi. Untunglah kau tidak menjadikan aku sebagai sasaranmu,”
“Ayo kita lihat pemandangan di kamar sebelah! Mungkin mereka belum puas dan mereka meneruskan permainan mereka ke babak kedua,”
Yosely pun merasa penasaran juga karena sejak dia melihat dari tahap permulaan sampai tahap mencapai puncak kenikmatan, dia belum melihat wajah kedua orang itu walau hanya sekali. Dia sendiri heran mengapa dia tidak bisa melihat wajah kedua orang itu padahal melalui lubang itu dia bisa melihat seluruh isi kamar sebelah. Dia pun menempelkan bola matanya ke lubang itu. Namun, kedua orang itu sudah menghilang. Yosely terperanjat.
“Mereka menghilang, Valita. Keduanya menghilang entah ke mana. Mereka berpakaian dan merapikan tempat tidur dalam waktu yang begitu cepat. Coba kau lihat! Tempat tidur itu sepertinya belum pernah ditiduri dan sepertinya tidak pernah ada orang yang berhubungan seks di atas tempat tidur itu. Tempat tidurnya rapi sekali,” kata Yosely dengan tatapan penuh keheranan.
“Kau pikir mereka adalah orang-orang yang lamban sepertimu? Kau mandi, berdandan dan berpakaian saja butuh waktu satu jam. Mungkin mereka adalah sepasang kekasih gelap. Karena mereka berselingkuh, mereka tidak boleh berlama-lama di sini. Nanti orang lain akan menangkap basah mereka. Sudahlah! Ayo tidur! Besok mungkin akan melihat pemandangan yang sama lagi..” kata Valita sambil tersenyum-senyum penuh maksud.
Yosely pun tidur begitu lampu kamar sudah dimatikan. Dalam hatinya dia berpikir semoga apa yang dikatakan oleh Valita tadi benar. Kini dia mulai merasakan sesuatu yang aneh, yang membuatnya takut, sesuatu yang mengancam. Ya Tuhan! Apa yang telah terjadi sebenarnya?
Kejadian tadi sepertinya adalah kejadian yang wajar. Namun, jauh di lubuk hatinya Yosely tahu ada sesuatu yang aneh dari permainan seks tadi. Dia belum bisa menyebutkan yang mana keanehan itu.
*****
Malam ini sangat berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Cuaca di luar sangat mendung. Yosely yang bekerja sebagai pegawai kantor sangat lelah sekali karena seharian suntuk dia sudah berhadapan dengan lembaran-lembaran kertas dan laporan-laporan yang membuat matanya sakit. Kepalanya terasa sakit. Dia membaringkan badannya di atas tempat tidur. Sementara itu, Valita sedang asyik mengintip sesuatu yang berada di kamar sebelah. Pasti adalah orang yang berhubungan seks lagi. Dasar wanita genit!
Yosely menimbang-nimbang. Dia sudah tinggal di sini selama enam bulan. Sejak kapan lubang itu ada ya? Dia ingat sewaktu pertama kali pindah ke sini lubang itu tidak ada. Dia menerka-nerka dan akhirnya dia teringat kembali. Lubang itu tercipta sewaktu dia menancapkan paku di dindingnya guna menggantung gambar di sana. Tetapi, gambar itu sekarang sudah rusak dan pakunya pun sudah dicabut. Yang tersisa hanyalah lubang itu.
“Aneh! Mengapa setiap gerakan yang mereka lakukan selalu sama dengan gerakan pada malam-malam sebelumnya ya? Apa mereka tidak bosan terus melakukan gerakan yang sama? Ini sudah kelima kali aku selalu menyaksikan gerakan yang sama. Aku juga tidak pernah melihat wajah kedua orang itu. Apa mereka adalah orang yang sama dengan orang yang berhubungan seks di kamar itu pada malam-malam sebelumnya?” Tiba-tiba Valita menyeletuk.
Yosely spontan terbangun, “Coba aku lihat!”
Sewaktu Yosely melihat, permainan itu sudah sampai setengah. Si pria mulai menjilati vagina si wanita. Gerakan lidahnya sungguh lincah sampai-sampai si wanita menggelinjang di tempat tidur. Beberapa kali dia meremas-remas penis dan testis si pria. Dia juga mengulum-ngulum penis yang kokoh itu dengan sekuat tenaga. Kenikmatan yang dirasakan si pria membuatnya semakin bersemangat. Dia terus menjilati vagina si wanita. Bahkan, sesekali dia berhasil memasukkan lidahnya ke dalam lubang vagina si wanita. Tak lama kemudian akhirnya si wanita mencapai puncak kenikmatan disertai dengan jeritan orgasmenya yang melengking tinggi.
Permainan jilat-menjilat pun dilanjutkan dengan gerakan memompa. Dengan sekejap, si pria berhasil menancapkan penisnya ke dalam vagina teman tidurnya.
“Yang kencang, Sayang,”
“Pasti. Aku sudah tidak tahan lagi,”
Si pria pun menempelkan tubuhnya ke tubuh si wanita. Dengan demikian, puting susunya dan dadanya yang yang berbulu pun menempel dengan kedua payudara di wanita. Kedua gunung kembar itu sungguh menantang. Dia memainkan lidahnya terlebih dahulu di atas gunung kembar itu sebelum dia memulai gerakan menusuk. Si wanita mengerang-erang halus.
Setelah selesai menjilat payudara si wanita, gerakan tusuk-menusuk pun dimulai. Gerakan itu sungguh membangkitkan gairah. Gerakan penis yang membelai otot-otot vagina dan gesekan antara gunung kembar si wanita dengan dada si pria yang berbulu sungguh menggairahkan. Lagi-lagi mereka mengulang-ngulang gerakan yang sama dengan malam-malam sebelumnya.
Yosely sungguh penasaran. Dia ingin sekali melihat wajah mereka. Di sisi lain kamar itu, Valita berdiri menegang dengan tubuhnya yang telanjang. Dia sudah tidak bisa membendung gairahnya yang menggebu-gebu. Dia memasukkan botol parfum yang sudah berlapis kondom ke dalam vaginanya. Dia juga melakukan gerakan maju mundur disertai dengan desahan napasnya yang sarat akan nada kenikmatan.
Yosely terus menatap pemandangan di kamar sebelah tanpa henti. Tanpa sadar dia sendiri juga menggosok-gosok liang kemaluannya dengan tangannya sendiri. Di tengah-tengah kenikmatannya, tiba-tiba dia tersentak kaget. Dia melihat kedua orang di kamar sebelah sedang tidur sambil menempelkan kedua punggung mereka. Namun, penis dan vagina yang ada di bawah tetap bersatu. Masih tampak gerakan tubuh si pria yang diiringi dengan gerakan penis yang keluar masuk dari vagina si wanita. Gerakan itu tidak mungkin bisa dilakukan. Itu sangat aneh!
Yosely membalikkan badannya. Dia melihat Valita sudah tergeletak lemas di atas tempat tidur.
“Apakah mereka sudah selesai? Aku sangat lelah karena aku sudah orgasme tiga kali berturut-turut,”
Mendengar perkataan Valita, Yosely merasa lebih aneh lagi. Sudah setengah jam berlalu. Mengapa mereka berdua belum mencapai orgasme walau hanya sekali? Tidak! Ini tidak mungkin..
Yosely kembali menempelkan bola matanya ke lubang itu. Adegan tadi sudah berubah. Sekarang si wanita membungkuk di atas tempat tidur. Si pria pun menusuk-nusuk si wanita dari belakang. Tusukan itu sangat cepat. Kelihatannya tusukan itu sangat nikmat.
“Uh..!Uh..” terdengar erangan si pria walau hanya samar-samar.
“Nikmat sekali, Sayang! Teruskan.. Teruskan.. Lebih dalam lagi,” kata si wanita di antara desahan napasnya yang tersengal-sengal.
Setelah itu, dia tiba-tiba saja mengangkat kepalanya dan menatap tajam-tajam ke arah lubang dimana Yosely mengintip. Wajah wanita itu sangat mengerikan. Dia tidak memiliki bagian bola mata yang berwarna hitam. Seluruh bola matanya berwarna putih pucat. Sepasang bola mata itu terus menatap ke arah Yosely dengan tatapan yang menyimpan beribu kebencian yang dalam. Yosely mulai gemetaran.
“Aku sudah mau keluar, Sayang. Bagaimana kalau aku keluarkan saja di lubang itu?” tanya si pria.
Si pria pun mengangkat kepalanya dan kedua bola matanya pun sama dengan kedua bola mata si wanita. Bola matanya putih pucat. Perlahan-lahan si pria berjalan menghampiri lubang itu. Crot! Crot! Crot! Spermanya disemprotkan ke arah lubang itu dan tentu saja sperma itu mengenai bola mata Yosely.
“Tidak..!!” jeritan Yosely melengking tinggi.
Dia terjatuh dari tempat tidurnya dan kepalanya mengenai kaki meja yang terletak di samping tempat tidur. Dia merasakan kesakitan yang amat sangat mendera kepalanya. Dia ingin berteriak memanggil Valita yang tertidur tetapi kegelapan menariknya ke arah yang semakin dalam.
*****
“Kau sudah sadar? Semalam kau kenapa? Begitu aku bangun pagi ini, aku melihat kau tergeletak pingsan di lantai. Dokter sudah memeriksamu. Untunglah kau tidak apa-apa,” kata Valita cemas.
“Kau memanggil dokter ke sini? Aduh..! Bayarannya pasti sangat mahal,”
“Tidak apa-apa!” senyum Valita.
“Aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu. Aku bersedia membayar berapa pun asalkan kau selamat, Yosely. Tadi aku mengira kau sudah meninggal. Aku takut sekali..”
“Apa yang harus ditakuti di sini, Valita? Kau mengetahui sesuatu?” tanya Yosely di antara penasaran dan cemas.
“Kamar di sebelah menyimpan suatu tragedi, Yosely. Pemilik tempat kos ini sudah menceritakan semuanya padaku. Delapan tahun lalu ada sepasang pengantin muda yang kawin lari. Mereka menginap di tempat kos ini. Meskipun mereka sudah melarikan diri orang tua si gadis tetap saja bisa menemukan anak mereka dan memaksa anak mereka pulang. Si gadis tentu saja tidak mau karena dia sangat mencintai suaminya. Terjadilah baku hantam antara Ayah si gadis dengan si pria. Si pria tewas di tangan Ayah si gadis”.
“Si gadis tidak rela menyaksikan kematian suaminya. Oleh sebab itu, dia pun bunuh diri di hadapan kedua orang tuanya. Sesaat sebelum kematian dia sempat mengatakan bahwa dia sangat menyesal telah dilahirkan ke dunia ini sebagai anak dari kedua orang kejam itu. Akibat kejadian, si Ayah pun dijebloskan ke dalam penjara dan si Ibu mengalami gangguan kejiwaan. Dia dihantui oleh kesedihan dan rasa bersalah terhadap putrinya. Sebaiknya kita segera pindah dari sini, Yosely. Setelah kita pulang kerja nanti, kita akan membicarakan hal ini lagi. Kau istirahatlah!”
Valita berlalu dengan wajah yang serius. Yosely tertegun karena dia tidak pernah melihat Valita bicara dengan nada yang seserius tadi. Perlahan-lahan dia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Dia ingin segera pindah dari sini. Dia harus segera pindah dari sini. Rasa sakit kembali mendera kepalanya seakan-akan kepalanya mau pecah.