Merasuk Sukma

-Siang itu suasana kantor PT. Mobat Mabit begitu sepi. Di sebuah ruangan, di lantai dua, sang manajer, Ir Bishman namanya, tengah melamun. Sembari duduk dgn mengangkat kedua kakinya ke
atas meja, ia terus saja berpikir. Ya, ia memang sedang kasmaran dgn seorang perempuan.
Perempuan itu tak lain adalah Lidya, bawahannya sendiri. Lidya memang cantik dan seksi. Di usianya
yg baru mencapai 28 tahun, badannya memang sempurna dan menantang birahi setiap lelaki yg
memandangnya. Terutama dadanya yg terlihat amat membusung indah. Lidya ini sudah cukup lama
bekerja di kantor itu. Ia kini menjadi Kepala Bagian Pemasaran dan Distribusi yg membawahi 70
orang karyawan. Berkali-kali Bishman mengajak Lidya untuk makan malam, namun selalu ditolaknya.
Berbagai alasan diutarakannya. Capailah, atau alasan lain, mungkin dia sudah punya kekasih. Inilah
yg membuat Bishman berpikir keras sedari tadi.

“Hmm.. gimana caranya supaya ia bisa takluk di pelukanku..? Nah.. aqu tahu sekarang.. Aqu akan
menemui orang itu nanti malam..” tiba-tiba Bishman teringat seseorang yg mungkin menjadi satu-
satunya harapan untuk mendapatkan Lidya.

Dgn penuh semangat, ia mengemudikan mobilnya menuju sebuah hutan terpencil sekitar 15
kilometer dari rumahnya. Rupanya, orang yg ia tuju adalah seorang tua yg tak lain adalah dukun ilmu
hitam. Namanya Mbah Trimin. Orang ini terkenal di seantero kota itu sebagai dukun santet yg amat
sakti. Apapun keinginan orang yg datang padanya pasti tercapai. Ia belum pernah gagal. Orang yg
datang padanya tinggal memberinya upah, baik uang ataupun barang yg lain. Tak jarang mereka
menghadiahkan wanita untuk ditiduri oleh sang dukun. Tua-tua keladi, makin tua nafsunya makin
jadi.

Saat Bishman sampai di rumah tua itu, segera saja ia mengetuk pintu.
“Siapa di situ?” terdengar suara Mbah Trimin dari dalam.
“Permisi, Mbah.. boleh saya masuk..?” teriak Bishman.
“Ya, silahkan..” jawab Mbah Trimin sembari membuka pintu kayu yg sudah agak reyot itu.
Sesudah disuruh masuk, Bishman langsung duduk di ruangan tengah rumah tua itu yg penuh dgn bau
kemenyan. Bulu kuduknya terasa mulai berdiri. Diperhatikannya seluruh isi ruangan itu. Memang
menyeramkan suasananya. Ada tengkorak, kepala macan, kain-kain bergelantungan yg berwarna
hitam dan merah darah, lalu seperti tempat pedupaan yg berada persis di hadapannya.

“Ada perlu apa, Nak Bishman malam-malam kemari..?” tiba-tiba Sang Dukun bertanya.

Bishman tentu saja kaget tak kepalang. Ia tak menygka Mbah Zain mengetahui namanya. Benar-
benar sakti.

“Eh.. anu Mbah.., saya butuh pertolongan.. saya suka dgn seorang perempuan.. Lidya namanya,
kebetulan bawahan saya sendiri di kantor.. tapi saya selalu ditolaknya bila saya mengajaknya keluar
makan malam.. Nah ini fotonya..” jawab Bishman dgn terbata-bata sembari mengeluarkan dari
kantong kemejanya selembar foto close-up seorang perempuan berambut panjang sebahu yg amat
cantik.

“Oh begitu..” jawab Mbah Trimin sembari memegang foto itu dan kemudian mengelus-elus jenggot
putihnya yg panjang.
“Bisa.. bisa.. tapi apa upahnya nanti kalo kau berhasil mendapatkan dia, heh..?”
“Jangan kuatir, Mbah.. Saya sediakan 100 juta rupiah buat Mbah.. dan kalo saya bisa mendapatkan
dia malam ini juga, setengahnya saya berikan dalam bentuk cek sekarang juga.. Gimana Mbah..?”
“Baiklah..” jawab si dukun, “Kalo begitu buka pakaianmu.. kau cukup hanya mengenakan celana
dalam saja, lalu duduklah dgn posisi bersila di hadapanku..”

Bishman pun menuruti semua perintah si dukun. Sesudah itu, Mbah Trimin kemudian membaca
beberapa mantera dan menabur kemenyan di atas pedupaan di depannya. Tak lama kemudian,
terdengar petir menggelegar dan lampu ruangan itu tiba-tiba padam lalu hidup lagi. Bishman pun
kemudian memejamkan matanya. Saat itu juga, roh sukma Bishman seperti terlepas dari badannya
dan seperti melayg pergi ke luar rumah itu. Roh sukma Bishman yg setengah telanjang itu bergerak
menuju rumah Lidya yg berjarak sekitar 18 kilometer dari sana.

Di rumahnya, Lidya tengah berusaha tidur. Ia mengenakan blouse putih yg amat transparan. Di
baliknya, ia tak mengenakan apa-apa lagi. Buah dadanya yg berukuran 38 jelas terlihat, demikian juga
dgn bulu-bulu kemaluannya yg menghitam. Setiap malam, ia selalu tidur dgn cara begitu. Ia merasa
gerah karena panasnya udara yg terus saja menaungi ruangan kamarnya. Tiba-tiba saat ia ingin
terlelap, berhembuslah angin yg terasa menusuk sum-sum badan. Ia terbangun. Jendela kamarnya
tiba-tiba saja terbuka dan angin itu masuk. Dan memang angin aneh itu adalah terpaan roh sukma
Bishman kiriman sang dukun. Roh sukma Bishman bisa melihat posisi badan Lidya tapi Lidya tak
melihat apa-apa. Ia hanya merasakan terpaan angin aneh itu.

Sekonyong-konyong seperti ada dua tangan kekar merobek baju blouse Lidya. Lidya yg kaget menjadi
ketaqutan setengah mati. Ia berusaha melawannya. Tapi ia kalah cepat. Blouse itu lebih dulu robek.
Ia kini telanjang. Dan roh sukma Bishman dgn sengaja mendorong badannya jatuh telentang ke
ranjang. Dgn cepat roh Bishman mencium bibir, wajah, leher dan buah dada Lidya yg besar itu. Lidya
berusaha melaqukan perlawanan. Tapi ia bingung, sebab ia merasakan ciuman-ciuman itu tapi sosok
yg menciumnya tak terlihat. Beberapa menit kemudian, karena putus asa, ia menyerah. Roh
Bishman kemudian membuka celana dalamnya. Lalu kemaluannya yg sudah membesar diarahkan ke
mulut Lidya.

Karena sudah merasa terangsang oleh ciuman-ciuman itu, Lidya pun mulai mengulum kemaluan
besar tegak yg tak kelihatan tapi terasa wujudnya itu. Ia mengulum, menghisap-hisap, dan menjilat
kemaluan itu. Kalau ada orang yg melihat Lidya saat itu, pastilah orang itu akan mengira bahwa Lidya
sedang berpantomim dgn memperagakan gerakan oral seks. Tapi Lidya memang merasa ada
kemaluan besar tegak sedang dihisap dan dijilat-jilatnya. Tanpa membuang waktu lagi, roh sukma
Bishman segera membuka kedua kaki Lidya. Terlihat sekarang liang kewanitaannya yg sudah basah
karena terangsang berat. Roh Bishman pun segera mengarahkan kemaluannya ke liang kemaluan
Lidya.

Dgn sekali dorongan, “Bless.. jeb.. bless..” masuklah kemaluan besar tegak itu ke lubang senggama
Lidya.

Lidya terlihat merem-melek merasakan senjata aneh itu keluar masuk di liang ajaibnya. Darah segar
pun mengalir keluar dari kemaluannya. Darah perawan, karena memang selama ini Lidya belum
pernah berhubungan dgn lelaki manapun. Karena merasa keenakan, Lidya pun mengimbanginya dgn
menggerak-gerakkan badannya ke atas, ke bawah dan berputar-putar. Kemudian roh sukma
Bishman pun mengangkat badan Lidya dan menyuruhnya untuk menungging. Ia lantas menusukkan
kemaluannya dari belakang. Dan kemaluan itu pun masuk tanpa halangan lagi. Lidya terlihat
menikmati tusukan kemaluan itu.

Dan sejam kemudian, roh sukma Bishman pun seperti akan mencapai puncak orgasmenya dan ia
pun menumpahkan maninya ke sekujur badan Lidya yg saat itu sudah tergolek tak berdaya. Sesudah
puas, roh itu seolah-olah terbang kembali ke tempat asalnya. Lidya yg kemudian tersadar, menjadi
bingung dan bertanya-tanya apa sebenarnya yg sudah terjadi. Tapi kemudian ia sadar bahwa
sesosok makhluk tanpa bentuk sudah menodainya dan ia tak tahu siapa sebenarnya makhluk itu. Ia
lantas menangis tersedu-sedu. Nasi sudah menjadi bubur. Ya, keperawanannya sudah hilang. Entah
apa yg akan dikatakannya pada Robert, kekasihnya bila akhirnya mereka menikah suatu hari nanti.

Sementara itu di rumah sang dukun, Bishman yg sudah berpakaian lengkap kembali, tersenyum
puas.

“Terima kasih Mbah.. Ini cek senilai 50 juta yg tadi saya janjikan.. Saya akan memberikan sisanya bila
Mbah mampu membuat Lidya menjadi tergila-gila pada saya..” ujarnya dgn senyuman licik di
wajahnya.

“Oh.. itu gampang.. telan saja telur empedu rusa Kalamujeng ini.. dijamin besok pun perempuan itu
akan kau nikmati lagi kesintalan badannya..” jawab si dukun sembari mengambil sebuah benda mirip
telur hijau kecil dari kantong jubah lusuhnya. Tanpa pikir panjang lagi, Bishman menelan telur itu.

Keesokan harinya, apa yg dikatakan Mbah Trimin benar-benar terjadi. Saat suasana kantor pagi itu
belum terlalu ramai, pintu kantor Bishman diketuk seseorang. Ketika Bishman menanyakan siapa yg
mengetuk, suatu suara lembut berujar, “Maaf Pak.. saya ingin berbicara sebentar dgn Bapak..”

Mendengar suara itu, bukan main girangnya hati Bishman. Ya, itu suara Lidya. Inilah kesempatan yg
ia tunggu-tunggu. Dgn bergegas ia membuka pintu itu, dan ternyata benar. Lidya terlihat cantik
berdiri di sana dgn mengenakan rok mini. Sebuah senyuman genit terlihat di wajahnya. Tanpa
membuang waktu lagi, Bishman menarik tangan Lidya. Ia lalu membawanya ke sofa besar di pojokan
ruang kantornya itu. Dgn cepat ia mencium bibir Lidya dan Lidya pun membalasnya dgn semangat.
Tangan Bishman pun segera menggeraygi badan mulusnya. Pertama-tama yg dituju adalah tentu
saja buah dada besarnya.

Dibukanya kancing kemeja Lidya, lalu disingkapkannya BH-nya, dan segera saja buah dada itu
diremas-remasnya tanpa ampun. Lidya tentu saja menggelinjang hebat. Lalu ia dgn inisiatif sendiri
membuka semua pakaiannya. Melihat itu, Bishman tak mau kalah. Kemaluannya sudah tegang
seperti siap untuk berperang. Tanpa disuruh lagi, saat keduanya sudah telanjang total, Lidya jongkok
dan meraih kemaluan itu untuk dikulum, dihisap-hisap lalu dijilatnya sembari membelai-belai
kantong zakar Bishman. Bishman merasakan kenikmatan surga dunia yg tiada taranya. Kepala
kemaluannya dijilat-jilat dgn penuh nafsu oleh Lidya. Sesudah kemaluan itu benar-benar tegak, kini
giliran Bishman yg mencoba membuat Lidya terangsang. Diciuminya bulu-bulu kemaluan Lidya, lalu
lidahnya dgn sengaja dijulurkan ke dalam kemaluan Lidya sembari berusaha menarik-narik keluar
klitorisnya.

“Uh.. uh.. uh.. uh.. aduh nikmatnya.. Terus Bas.. terus..” kata Lidya dgn tangannya memegang kepala
Bishman yg kini sedang bergerilya di pangkal pahanya.
“Masukin sekarang aja, Bas.. kumohon, Saygku..”

Mendengar itu, Bishman segera mengajak Lidya bermain di atas meja kantornya yg cukup besar.
Bishman rebahan di sana dan Lidya langsung naik ke atas pahanya. Posisi mereka berhadapan. Dgn
penuh kelembutan, Lidya membawa kemaluan Bishman yg sudah tegak dan besar itu ke liang
kenikmatannya. Dan ia pun dgn sengaja menurunkan bokongnya

Dan, “Bless.. bless.. jeb.. plouh..” kemaluan itu tak ayal lagi masuk separuhnya ke lubang kemaluan
Lidya.

Sementara Lidya terus saja naik turun di atas pahanya, Bishman segera dgn posisi duduk meraih
buah dada Lidya dan mencium serta menghisapnya seperti seorang bayi yg sedang disusui oleh
ibunya. Setengah jam berlalu, tapi permainan birahi mereka belum juga menunjukkan tanda-tanda
akan berakhir. Kemudian Bishman turun dari meja itu, lalu menyuruh Lidya menungging dgn tangan
berpegangan pada pinggiran meja itu. Kemaluannya yg kini sudah basah oleh cairan kemaluan Lidya
kembali diarahkan ke lubang senggama Lidya.

Dgn sekali tancap, kemaluan itu masuk.
“Bless.. bless.. clop.. plak.. plak..” terdengar bunyi daging paha keduanya bergesekan dgn keras.
Tiba-tiba saja, kedua mata Bishman terbeliak yg berarti ia sebentar lagi akan ejaqulasi.
“Di dalam atau di luar, Lin..?” tanyanya di tengah-tengah puncak nafsunya.
“Di dalam aja deh.. biar nikmat, Bas..” jawab Lidya seenaknya.
Dan benar saja, “Crot.. crot.. crot.. crot..” sebanyak sembilan kali semprot, mani Bishman keluar di
dalam liang senggama milik Lidya.

Sisa-sisa mani yg ada pada kepala kemaluan Bishman, kemudian dibersihkan oleh Lidya dgn lidah
dan mulutnya. Bahkan sebagian di antaranya ada yg ditelan olehnya. Keduanya kemudian saling
melemparkan senyum puas.

Sedari itu, Bishman dan Lidya menjadi sepasang kekasih. Dimana pun mereka memiliki kesempatan,
mereka selalu berhubungan seks. Sampai saat itu, Lidya tak pernah tahu bahwa Bishman lah yg
pertama memperawaninya melalui roh sukmanya. Memang hebat ilmu hitam si Mbah Trimin..!