Menundukkan Mandor Perempuan
Kejadian ini terjadi sekitar 10 tahun yang lalu, waktu itu aku masih berusia 24 tahun. Saat itu aku bekerja sebagai Asisten kebun di sebuah perkebunan karet dan membawahi 60 orang karyawan. Sebagian besar karyawanku adalah pendatang dari Jawa, baik dari Jabar, Jateng maupun Jatim. Dari 60 orang tersebut 40 orang adalah perempuan. Dan bawahanku yang disebut mandor ada 5 orang dimana salah satunya adalah perempuan.
Sebagai Asisten kebun, aku harus tinggal di lokasi kerja dimana dibuatkan sebuah rumah semi permanen untukku sedangkan karyawan serta mandorku tinggal di perumahan panjang berpintu 5. Jarak antara tempat karyawanku dengan rumah dinasku sekitar 100 meter.
Mandor perempuanku bernama Lianah, dia adalah seorang janda berumur 26 tahun, mempunyai anak satu berumur 3 tahun dan mereka tinggal bersama ibunya yang sudah tua. Sejak aku datang 6 bulan yang lalu dia merupakan mandor sekaligus induk semangku karena aku ikut makan di tempat dia sebab perusahaan tidak menyediakan makan karyawannya.
Lianah berasal dari Jawa Timur, dia merupakan anak transmigran daerah setempat yang berjarak 20 km dari perkebunan, dia merupakan wanita yang mandiri, wajahnya sebenarnya manis tapi tertutupi oleh bedak dingin dan pakaian lengan panjang yang dipakainya setiap kerja. Bila dirumah dia terlihat cantik dan kulitnya sawo matang dengan rambutnya yang lurus dan panjang disertai bodinya yang tinggi langsing sekitar 165 cm dengan berat sekitar 45 kg, tidak memperlihatkan bahwa dia adalah perempuan desa yang sudah mempunyai anak.
Kata karyawannya dia juga agak galak dan sering marah-marah bila karyawannya salah dalam mengerjakan pekerjaannya. Tapi saat aku ke rumahnya, dia merupakan wanita yang manis dan lemah lembut.
Suatu ketika sehabis gajian aku pergi ke kota kabupaten yang berjarak sekitar 40 km dari tempatku bekerja untuk membeli keperluan bulanan dan beberapa potong baju mengendarai motor yang merupakan fasilitas dari perusahaan. Setelah lelah berputar-putar, aku makan di sebuah warung makan. Saat aku makan, datanglah Lianah dan anaknya untuk makan dan langsung aku sapa untuk duduk di depanku. Saat itu dia membawa tas belanja besar dan berisi sayuran, ikan, ayam dll.
Sambil makan akupun bertanya padanya
“Belanjaannya banyak betul, mau ada acara kah?” Tanyaku
“Nggak pak, hanya kebutuhan untuk 2 minggu biar tidak bolak balik ke pasar. Bapak belanja juga ?” tanyanya
“Iya nih, biasa belanja bulanan juga ama baju, soalnya beberapa bajuku udah perlu diganti dan ada yang robek. Oya pulang naik apa ? “ tanyaku sambil melahap ikan bakar dan teh es.
“Pulang naik angkutan pak, tapi sudah jam segini takutnya sudah nggak ada lagi, makanya makanannya dibungkus saja” jawabnya polos.
Maklum, di sini tidak seperti di jawa, angkutan pedesaan paling hanya sampai jam 15.00 itupun hanya ada 4 unit mobil saja dan menunggu penumpang sampai penuh dahulu baru kemudian berangkat.
“Ibu…cika lapar, makan dulu yah kaya pak Gun” ujar Cika, anak Lianah
“Aduh, jangan sayang, nanti kita kehabisan mobil dan tidak bisa pulang” jawab Lianah pada anaknya
“Lia, mending makan dulu saja, nanti pulang bareng saya aja naik motor, kan lebih fleksibel” kataku pada Lianah karena kasihan pada anaknya
“Enggak pak, takut merepotkan bapak” Jawabnya
“Nggak papa kok, lagipula aku sendirian, dan butuh teman ngobrol selama perjalanan” Jawabku
Akhirnya Lia dan anaknya makan di warung makan itu. Cika terlihat makan dengan lahapnya seperti sudah kelaparan.
Setelah selesai makan, aku bayar semua makanan yang kami makan, lalu aku ajak mereka untuk membeli beberapa barang yang belum kubeli. Lia juga membeli kebutuhannya yang belum terbeli. Ketika di toko pakaian, aku bermaksud membeli celana dalam dan Lia terlihat memilih BH. Setelah membayar barang yang aku beli, aku hampiri Lia yang sepertinya bingung memilih BH.
“Ukuran yang 36 B ada mbak?” tanyanya kepada penjaga toko
“Gede juga punyamu” kataku
“Hehehe…Bapak tau aja, punya pacar Bapak gede juga kan?” tanyanya sambil tersenyum
“Aku belum punya pacar kok, baru 1 tahun lulus kuliah, belum mikir masalah itu” jawabku
“Belum punya disini ya, tapi di Jawa sudah ada yang nunggu” katanya sambil menggoda
“Yah….dibilangin jujur malah tidak percaya. Kalo kamu gimana? Dah ada yang ngelamar belum?” tanyaku untuk menggoda dia.
“Belum ada pak, mana ada yang mau sama saya. Saya kan janda, lagipula semua karyawan laki laki kan sudah punya istri semua” jawabnya spontan
“Memang belum kalo di kebun, tapi di luar kebun udah ada yang nunggu. Juragan lagi” jawabku sambil menggoda lagi
“Iya bener pak, sumpah” jawabnya
“Asyik…bisa dong…..” tanyaku
“Bisa apa pak?” tanyanya
“Bisa deketin kamu dong” jawabku spontan
“He..he..he….” jawabnya sambil mengeluarkan uang untuk membayar BH tersebut
Dari raut mukanya, dia tersipu malu dan pipinya memerah. Aku tahu bahwa dia pasti merindukan kehangatan laki-laki, apalagi sudah 2 tahun menjanda. Setelah itu kamipun bergegas untuk pulang karena mendung sudah menggantung di langit dan kami takut kehujanan karena bila hujan, jalan di kebun menjadi licin walaupun kearah tempatku banyak yang sudah diberi batu.
Setelah menempuh ½ perjalanan, gerimis pun datang dan tak lama kemudian bertambah deras. Sehingga aku harus mencari lokasi berteduh. Untungnya ada sebuah pondok dibalik rimbunnya pepohonan pinggir jalan. Akupun menuju pondok itu dan rupanya sebuah rumah bekas transmigran. Pondok itu sudah kelihatan kotor dan jarak dari jalan raya sekitar 20 meter serta tertutup beberapa pohon buah didepannya.
Setelah mengangkat cika ke teras rumah tersebut, aku membantu Lia untuk membawa belanjaannya ke teras. Untung teras rumah tersebut mempunyai bangku yang lebar sehingga enak untuk nongkrong. Saat itu jam 16.30 tapi kelihatan gelap karena hujan deras dan mendung. Tak lama setelah kami duduk dan ngobrol, cika pun tertidur pulas diatas jaketku.
“Enak bener si Cika yach, dimanapun bisa tidur” kataku pelan
“Iya pak, dia gampang tidurnya, kadang kadang jam 8 malam sudah tidur” jawabnya
“Kalo ibunya gampang ngga tidur?” tanyaku
“Kalo saya 2 bulan ini agak susah tidur pak, nggak tau kenapa” jawabnya
“Kalo itu butuhnya ditiduri dulu baru bisa pulas tidur. Ha..ha…ha” tawaku
“Ah, bapak ini bisa aja, tapi sama siapa” jawabnya pelan
Sambil merapatkan posisi dudukku ke badannya akupun memeluk pinggang Lia. Dia tidak menolak dan malah merapatkan dadanya ke bahuku. Aku pun langsung bereaksi, dan kukecup bibir lia, dia juga membalas kecupanku. Tak lama kemudian, bibir kami sudah beradu dan lidah lami saling melilit. Tanganku pun menjamah payudaranya yang kenyal dan kemudian menelusupkan tanganku di dalam bajunya. Diapun membalas dengan memegang kemaluanku yang sudah tegak seperti monas tapi masih tertutup oleh celana jeans.
Lama lama gairah kami memuncak dan aku lihat bahwa pintu rumah tersebut tidak terkunci rapat dan bisa aku buka. Aku tarik Lia ke dalam rumah dan di dalam rumah aku lihat ada karpet plastik kecil tergulung. Langsung aku buka karpet itu dan kemudian aku kembali mencium bibir Lia. Setelah itu, aku buka baju dan BH yang dia pakai. Dia pun tak kalah sigap, tangannya membuka celanaku dengan cepat.
Sambil berdiri, aku hisap payudara Lia dan tanganku membuka celana jeansnya. Terlihat celana dalam warna krem berenda yang kelihatan tidak muat dipinggangnya. Tubuh Lia terlihat ramping tidak tampak adanya lemak di pinggang dan perutnya.
Setelah itu tanganku mencari celah pangkal pahanya ternyata sudah basah sekali celana dalamnya. Tangan Lia membuka celana dalamku dan “jreenggg” terpampanglah adik kecilku yang berukuran 16 cm dengan diameter 3,5 cm sudah tegak dan siap melaksanakan tugasnya. Lia kemudian mengocok lembut penisku. Tak kusangka, walaupun seorang mandor yang kerja di kebun karet tangannya halus dan lembut.
“Akhh…enak Lia” kataku
“Punya bapak besar dan panjang, keras lagi, beda jauh dengan mantan saya, apa cukup di memek saya pak” katanya
“Nanti kita akan tahu Lia…” jawabku
Aku kemudian tak kalah garangnya, kulepas celana dalamnya dan kucari celah kemaluannya. Jembutnya agak tebal tapi hal itu memberikan sensasi tersendiri bagiku.
Setelah itu aku gosok kemaluanya dan kucari clitorisnya. Walaupun aku belum pernah bercumbu dengan perempuan termasuk mantan pacarku, tapi film blue yang sering aku tontonlah yang menjadi guruku. Setelah aku gosok clitorisnya perlahan dia terlihat sangat horny dan terangsang.
Kemudian aku baringkan dia di karpet tersebut dan aku sedot lagi payudaranya sambil tanganku mengosok lembut clitorisnya.
“Aduh pak….enak banget pak….” Kata Lia
Kemudian cumbuanku menuju pusar, perut dan akhirnya kemaluannya. Waktu bibirku akan menuju ke kemaluannya, secara reflek dia menutup dengan tangannya. Tapi aku tidak kalah kuat, segera aku singkirkan tangannya.
“Jangan pak…..disitu kan kotor….” Kata Lia sambil menahan birahinya
Tapi tak kuperdulikan omongannya dan segera ku kecup kemaluannya dan kujilat liang memeknya. Kemudian Lia pun takluk dan membiarkan aku mejilati kemaluannya. Pertama kali kujilat rasanya asin dan baunya agak menusuk tapi aku acuhkan agar Lia mendapat sensasi yang hebat.
“Oohh.. nikmaatt.. truss..”, dia berkata sambil mendesah ketika lidahku menggelitik daging kecil di atas lobang vaginanya.
“Oohh.. sshh.. ooohhh.. truss pak…enakkk” desahnya
Aku terus mempercepat ritme lidahku, badannya semakin bergerak tak terkontrol. Tanpa sadar tangannya membenamkan kepalaku ke selangkangannya, aku hampir tak bisa bernapas. Aku mencium aroma khas vagina dan lidahku terus menjilati klitorisnya.
“Slurp…slurp…slurp” bunyi saat lidahku menjilat memeknya dengan rakus
“Ohh.. Ssshh.. Ukhh”, dia terus mendesah.
“Pak….. ahh….enakk…. ukh….aku mo keluar…..” desahnya
“Ahh..”, terdengar lenguhan panjang dari bibirnya yang mungil.
“Aukhh….pakkk……”, tiba-tiba badannya menegang hebat.
Kedua tangannya menggenggam kepalaku dengan erat dan vaginanya semakin basah oleh cairan yang keluar. Dia mengalami orgasme klitoris, yaitu orgasme yang dihasilkan akibat perlakuan lidahku pada clitorisnya.
“Pak, nikmat sekali….Bapak hebat sekali…..dengan suami saya dulu tidak pernah seperti ini”, katanya sambil napasnya terengah-engah. Kemudian aku menarik kepalanya kearah penisku dan Lia bertanya “ mau ngapain lagi pak?”
“Isep kontolku Lia” jawabku
Liapun mengerti maksudku dan kemudian dia memasukkan kontolku yang sudah keras seperti batu ke mulutnya yang mungil, sambil memainkan biji pelerku. Tapi dia belum tahu cara untuk memuaskan penisku dengan mulutnya.
“Punya bapak keras dan panjang, Lia jadi tak sabar pingin nyoba” kata Lia
“Sebentar sayang, nanti kamu juga akan dapat” jawabku sambil menahan agar spermaku jangan keluar
Setelah 10 menit dioral oleh Lia, aku sudah tak sabar, maka aku posisikan Lia dibawah dan segera menaiki badannya. Lia pun tau dan dia segera membuka pahanya lebar-lebar untuk kedatangan adik kecilku yang sudah sangat tegang.
Beberapa kali aku coba memasukkan penisku tapi seperti tidak mendapatkan lobang memeknya. Tiba-tiba aku merasakan kemaluanku digenggam oleh tangannya dan dituntun untuk masuk ke dalam suatu lubang hangat sempit dan basah oleh cairan pelumas. Ahh… baru pertama kali ini aku merasakan nikmatnya vagina. Meskipun Lia bukan perawan tapi yang kurasakan vaginanya sangat sempit, mungkin karena 2 tahun tidak begituan.
“Akhh……paakkkk………” rintih Lia seperti kesakitan
Dengan perlahan aku membenamkan kemaluanku ke dalam vaginanya sehingga seluruh kemaluanku habis ditelan oleh vaginanya sampai kurasakan ujung penisku menghantam rahimnya. Aku merasakan nikmat dan geli yang luar biasa ketika kemaluanku masuk ke dalam vaginanya. Pelan-pelan aku mulai mengerakkan pantatku maju mundur dan lama-lama semakin cepat. Cepok……cepok…..cepok….. Suara kontolku ketika beradu dengan memeknya.
“Ooh.., enaaakkkk…pakk….., truss” Lia mendesah.
Sambil menyodok memek Lia, lidah dan bibirku menjilati dan memainkan bibir, leher, kuping dan payudaranya. Beberapa kali aku sedot putting susunya yang masih keras dan kenyal tapi aku masih menjaga diri untuk tidak meninggalkan cupang di badannya, takut terlihat oleh ibunya.
Kuangkat kedua kakinya kebahuku. Aku dapat melihat dengan jelas kontolku yang bergerak-gerak maju mundur. Berkali-kali penisku mengaduk-aduk vaginanya sampai mentok di rahimya. Hal ini memebuat Lia sangat terangsang sambil mengangkat pantatnya.
“Ooh.., Liaaa.., enakk.. banget….” desahku
“Lia jugaa pak….enaakk……”desahnya
Sekitar 15 menit aku menyodoknya, kurasakan memeknya berkedut-kedut, otot-ototnya menegang.
“Aduhh pakkk…….aku.. mau.. keluarr” jeritnya.
Tangannya memeluk erat badanku dan kakinya disilangkan ke pinggangku, tandanya Lia akan segera orgasme
“Akkhh.., akuu.. keluar” Lia menjerit histeris.
Nafasnya memburu. Dan kurasakan memeknya sangat basah, Lia mencapai orgasmenya. Mandorku yang sehari-harinya agak galak dengan karyawannya menggelepar merasakan nikmatnya kusetubuhi.
Aku yang masih tanggung, segera menyodok lagi memeknya yang masih basah dan hangat. Lama-lama Lia juga merasakan birahinya bangkit lagi dan mengimbangi permainanku. Pinggulnya meliuk-liuk dan berputar. Hal ini membuat aku kewalahan dan aku imbangi dengan gerakan memutar penisku berlawanan dengan gerakannya.
“Enak….pak……teruss…….” desah Lia sambil menjilat susuku
Sekitar 15 menit kemudian aku merasakan akan orgasme dan aku mempercepat sodokanku ke memek Lia
“Aku…mauu…keluarr Liaa….” Desahku
“Aku….jugaa..pakk …..” Jawab Lia
Tak lama kemudian aku merasakan spermaku akan keluar aku dan aku merasakan penisku diurut-urut dan dipilin oleh memek Lia. Memek Liapun kurasakan berkedut-kedut dan badannya mengejang
“Pak…….Liaaa…kee….luaarr…….” Desah Lia sambil merangkul bahuku dan menggigit dadaku. Kakinya juga menyilang di pinggulku dengan sangat erat.
Tidak ada dua menit kemudian, akupun dengan sekuat tenaga kusodok liang kemaluannya sehingga kumpulan air maniku yang sudah tertahan menyembur dengan dahsyat. Seerr.. Seerr.. Croott.. Croott….
“Aahh enak sekali Liaa…. Aahh…. Ahh….” kurasakan delapan kali semprotan spermaku di dalam memek Lia. Selama dua menitan aku masih menggumuli tubuh Lia untuk menuntaskan semprotan maniku itu. Lalu Lia membelai-belai rambutku.
“Pakk…..ternyata bapak sangat jantan. Aku sudah puas tiga kali tapi bapak baru sekali, suamiku dulu tak sekuat bapak, paling 5 menit sudah keluar” kata Lia
“Kamu juga hebat sayang, memek kamu masih peret dan legit walau sudah punya anak satu” jawabku
“Tapi, tadi aku keluarkan di dalam, apa kamu tidak takut hamil?” tanyaku kemudian
“Biar saja Hamil, toh aku tau lelaki jantan mana yang menghamiliku” jawab Lia santai
Akupun diam dan berfikir, aku tidak mungkin menikahinya karena karierku belum tentu di perusahaan ini terus, apalagi dengan beberapa tawaran pekerjaan di perusahaan lain yang menggoda. Paling aku hanya bertahan disini dalam 2-3 tahun bila tidak ada perubahan.
“Kenapa diam pak, masih mikir kalo aku hamil yach, tenang aja pak, aku sudah pasang implant KB sejak 6 bulan lalu” katanya
“Tidak Lia, aku hanya berfikir kapan lagi kita dapat mengulangi hal ini” kataku mengalihkan omongan sambil bersorak gembira di dalam hati
“Kapan saja pak, kalo bapak butuh saya siap aja pak, tapi jangan di perumahan saya, ada ibu dan tetangga. Nggak enak pak kalo ketahuan” jawab Lia
Setelah itu kami berpakaian dan kulihat jam tanganku, wow…sudah jam 18.00. dan kulihat cuaca di luar, ternyata hujan sudah agak reda dan aku bersiap-siap untuk pulang dan tak lupa menggulung karpet plastik arena kami bertempur. Lia juga segera membangunkan anaknya yang tidur berselimut jaketku.
Akhirnya kami meninggalkan rumah tersebut dan pulang ke perkebunan.
Setelah kejadian minggu itu, berlanjut pada hari rabu siang. Saat itu aku pulang mengecek pekerjaan para karyawanku pada jam 11.30. Pada hari itu Lia tidak masuk kerja dengan alasan mens. Ya, perusahaanku taat akan peraturan tenaga kerja yang ada walaupun pemiliknya merupakan orang asing. Perusahaan memberikan izin Haid setiap bulan bagi karyawan perempuan satu hari setiap bulan.
Setelah itu aku langsung ke kantor yang terletak 30 meter dengan perumahan karyawan. Saat itu aku lihat Lianah sedang mempersiapkan makan siang untuk diantar ke rumah dinasku. Biasanya ibunya-lah yang mengantar. Saat itu admin kantorku sedang cuti karena ada keperluan mendadak sehingga aku yang harus menyiapkan laporan bulanan untuk dikirim ke kantor besar pada sore hari. Saat sedang serius mengerjakan laporan, datanglah Lia membawa rantang berisi makan siangku.
Lia memakai kaos kuning dan rok selutut. Dia kelihatan cantik memakai rok tersebut dan kakinya mulus walau ada bekas luka kecil di dekat mata kakinya.
“Siang pak, lagi sibuk ya..” kata Lia dengan mesra
“Nggak kok ini hampir selesai. Oya tadi nggak masuk yach” jawabku
“Iya pak, kan ada ijin haid setiap bulan” jawabnya
“Ooo…lagi merah nih yee….” Ledekku
“Nggak kok, aku sudah selesai haid seminggu yang lalu” jawabnya
“Jadi alasan ijin untuk aku ya…” tanyaku mesra (maksudku untuk melayani aku di siang hari ini)
“Ah…Bapak tau aja. Aku udah rindu pak pingin ngerasain kaya hari minggu itu. Rasanya tidak dapat dilupakan. Dan sehabis itu aku bisa tidur dengan nyenyak lagi lho” Jawabnya polos
“Sudah sering ngelakuin itu ya pak ama pacar atau wanita lain” tanyanya lagi
“Aku belum pernah begituan kecuali sama kamu kemarin” jawabku
“Iya kah pak….bohong ah….” Katanya
“Bener kok , sumpah….” Kataku
“Jadi….jadi…aku yang dapat keperjakaan bapak yah? “ tanyanya
“Iya, tapi aku tidak nyesel kok. Malah enak diajarin ama kamu” jawabku
“Belajar dari aku? nggak kebalik pak. Kayaknya Bapak sudah pengalaman aku aja sampe keok tiga kali” katanya
“Ha….ha…ha….itulah hasil dari nonton film blue yang aku dulu sering lihat “ jawabku
“Oo…..makanya bapak sangat pintar merangsang dan membangkitkan gairahku yang sudah lama terpendam. Oya, makanannya diletakkan dimana? Dirumah atau mau makan disini kalo sibuk” tanyanya
“Dirumah saja, ngga enak makan disini apalagi sebentar lagi jam istirahat” jawabku
“Ya sudah, Lia antar ke rumah ya, sekalian mau membersihkan rumah bapak” katanya
Akupun menganguk, mengiyakan tawaran Lia. Liapun berjalan kearah rumah dinasku yang berjarak sekitar 60 meter dari kantor dan lama-lama menghilang tertutup lebatnya pohon rambutan yang ada di sekitar kantor. Memang, saking asri dan lebatnya pohon, rumah dinasku tidak begitu terlihat apalagi dari perumahan karyawan.
Akupun menganguk kepadanya. Tepat pukul 12.05 selesai juga laporan tersebut. Aku pun meluncur ke rumah dinasku. Sampai dirumah, aku kunci pintu depan dan kulihat Lia sedang mencuci piring yang kotor di dapur. Dapur tersebut tertutup dinding penyekat ruang tamu dan ruang nonton TV sehingga tidak terlihat dari luar. Aku lalu berjalan menuju dapur untuk minum. Tapi begitu melihat bodi Lia hasratku langsung naik tinggi. Langsung saja aku peluk Lia dari belakang dan aku cium leher dan kupingnya serta tanganku meremas payudaranya. Lia mengelinjang dan mendesah ketika merasakan pelukanku.
“aahh…pak…..enakkk….” desahnya
Bau wangi dari badannya menandakan Lia baru mandi sebelum mengantarkan makan siangku.
Kemudian aku membalik badannya dan mencium bibirnya dengan penuh nafsu. Kamipun saling beradu mulut dan lidah dengan hebatnya. Nafsu kami sudah sampai ke ubun-ubun dan pingin menuntaskan hasrat bercinta kami. Tanganku langsung membuka kaos dan BH Lia sehingga terpampanglah payudaranya yang lumayan besar dan sangat mulus. Hal ini baru kusadari saat itu karena saat hari minggu, cahaya yang ada tidak begitu terang.
Dengan posisi berdiri aku sedot payudaranya dan mengangkat salah satu kaki Lia ke kursi yang ada di dapur itu. Tangan kananku langsung mencari celah kemaluan yang masih ditutupi celana dalam tapi sudah basah oleh cairan pelicin dari memeknya. Sedang tangan kiriku memeluk erat badannya. Setelah dapat, aku gosok celana dalamnya lembut dan dia tambah mengelinjang hebat. Bibirku langsung disedotnya penuh nafsu, dan tangannya sibuk membuka celana kerjaku. Setelah membuka resleting celanaku tangan Lia meremas penisku yang masih tertutup celana dalamku.
Setelah pemanasan sekitar 10 menit, dia bertanya “Pak, mau makan nasi dulu apa makan Lia dulu”
“Makan Lia dulu deh, abis enak betul dan wangi” jawabku
Aku pikir siang ini jangan terlalu lama untuk ngentot dengan dia karena jika terlalu lama pasti menimbulkan pertanyaan dari ibunya.
Setelah itu aku tarik dia ke kamarku dan langsung aku kunci pintu kamar serta aku tutup korden jendela agar aman dari intipan orang. Lalu aku turunkan rok dan celana dalam Lia dan aku dorong Lia ke springbed yang ada, tapi posisi kakinya menjuntai ke lantai. Aku lalu melepas baju, celana dan celana dalamku sehingga penisku yang sudah tegak mengacung terlihat gagah.
Setelah itu aku lalu mempermainkan kemaluannya yang sudah mengeluarkan lendir cintanya. Dengan lidah dan bibirku aku mempermainkan lubang kenikmatannya. Kakinya aku tekuk dan aku angkat ke pinggir springbed, sehingga memeknya yang berwarna merah muda dan sudah basah terlihat jelas olehku. Jembutnya yang tebal sudah dipotong rapi dan ternyata kulit sekitar kemaluan dan pangkal pahanya sangat bersih dan kuning, sangat terawat.
Akupun langsung menjilati memeknya
“Slurpp…slurp….” Bunyi lidahku saat menjilati kemaluannya
Ternyata aroma kemaluan Lia sangat wangi, berbeda dengan saat pertama kali aku menikmatinya. Hal ini mungkin pengaruh sabun kewanitaan yang dipakainya saat mandi pikirku.
Setelah mempermainkan lubang kemaluan dan clitorisnya aku pun sudah tak tahan untuk menancapkan penisku ke memeknya. Saat itu rintik hujan turun dan mendukung acara kami. Lia aku dorong ke tengah springbed dan akupun langsung menindih badannya.
Setelah memposisikan badanku diatas badannya, akupun mulai menurunkan penisku kearah memek Lia. Tangannya membimbing penisku untuk masuk ke lubang kenikmatannya.
Sesaat kepala penisku kugesekkan ke bibir memeknya, kemudian dengan sedikit ditekan, dan, sedikit demi sedikit masuk seluruhnya ke dalam liang vaginanya.
“Ouh…..ahh……, terus pakk…….. lebih dalam…..! Ahh…., ahh..!” desahnya mengikuti gerakan masuknya batang kejantananku.
Aku pun semakin bersemangat menyodokl memknya sampai mentok di rahimnya. Sementara lidahku tidak lepas menjilati puting payudaranya yang mengencang.
“Terus….terus…pak….. enak.., nikmatt.., ah.., ah..!” ucapannya sudah terdengar tidak karuan.
“Ah..aah..nikmat sekali….tekan lebih kuat paakkk..,lebih dalam….” Desahnya lagi
Sesekali dia menggoyang pinggulnya, dan ohh.., benar-benar luar biasa goyangan pinggulnya, punyaku seperti ditarik dan diurut-urut di dalam vaginanya. Suara becek yang diakibatkan sodokan penisku dan basahnya kemaluan lia semakin keras. Tapi masih tertutupi oleh suara hujan yang mengguyur atap rumahku.
“Cepok…cepok…cepok…bunyi sodokan penisku ke memek Lia
Sekitar 10 menit dengan posisi tersebut, Lia ternyata sudah hampir orgasme. Dinding memeknya berkedut-kedut, kemaluanku terasa dipilin-pilin dan disedot-sedot oleh kemaluan Lia dengan hebatnya.
“Ahhh….pak…..Lia….keluar……” jerit Lia
Badan Lia mengejang hebat, tangannya memeluk erat badanku dan kakinya menyilang di pinggangku. Sodokanku aku hentikan sementara untuk memberikan waktu bagi Lia untuk meresapi orgasmenya yang pertama. Sebentar kemudian, aku mengeluarkan kemaluanku yang masih menegang.
“Lia, sekarang kita rubah posisi ya..? Pasti lebih nikmat..!” kataku ingin mencoba gaya lain.
“Posisinya gimana pak….?” dia bertanya balik.
“Lia menungging saja, dan membelakangi saya….” saranku memberi penjelasan, dia menurut saja.
Lia sudah mengambil posisi seperti itu dan aku dapat melihat celah memeknya mengintip dari belakang. Dengan memegang kemaluanku yang tegang dan basah akibat cairan orgasmenya, kuarahkan ke celah itu. Dengan sedikit tekanan, kepala penisku masuk, dan masuknya terasa lebih sempit dari yang tadi. Sengaja tidak kumasukkan seluruhnya dan kutanya kepadanya,
“Gimana..? Lebih enak kan..?” kataku.
“Ehe.. ahh.. lebih enak dari yang tadi…..ahh….enak…..ahh….” suaranya mendesah lagi.
“Ini belum seluruhnya lho, baru sebagian..!” aku mencoba menggodanya lagi.
“Masukin semua pakk….biar lebih enak lagi..!” pintanya.
Dengan menekan lebih kuat, maka kemaluanku masuk seluruhnya sampai mentok. Dan ohh….betapa nikmatnya, serasa berada di awang-awang.
“Ah…oh… aah….nikmat sekali…….tekan lebih dalam……” racaunya
Beberapa kali dia menggoyang pinggulnya, dan ohh.., benar-benar luar biasa goyangan pinggulnya, punyaku seperti ditarik dan diurut-urut di dalam vaginanya. Sambil penisku menyodok memeknya, jari tangan kananku menggosok clitorisnya dan tangan kiriku meremas payudaranya yang kenyal. Sensasi yang dilakukan kedua tanganku membuat Lia sangat bergairah. Tangannya meremasi sprei springbed dan kepalanya sesekali terangkat dari bantal
Sekitar 10 menit aku memaju-mundurkan kemaluanku ke vaginanya, rasanya aku sudah berada di puncak dan mau memuntahkan spermaku.
“Liaa… aku sudah mau keluar nich..!” kataku.
Dia membalas, “Aku juga mau keluar pakk….. kita keluar sama-sama ya..?” pintanya.
Sodokan penisku aku percepat dan berkali-kali mentok sampai ujung rahim Lia.
Dan akhirnya, “ahh…..Liaa…..oohh……oohh…..” dengan erangan panjang, aku memuntahkan spermaku di memeknya
“Crot…croott….” enam kali kurasakan semprotan spermaku ke dalam memek Lia
Bersamaan dengan itu, Lia juga mengerang panjang, “oh…oh….paakk….ah..nikmat…..paakk..”
Kepala Lia mendongak tinggi, tangankupun meremas kedua payudaranya dengan penuh nafsu. Sementara di memeknya aku merasakan penisku disemburi cairan vaginanya, terasa begitu hangat.
Setelah itu aku menghempaskan badanku disampingnya. Lia pun berbalik dan merapatkan badannya ke badanku. Tak terasa jam di dinding kamar menunjukkan pukul 12. 45 lalu aku dan Lia membersihkan diri di kamar mandi dan mengenakan lagi pakaian kami. Setelah itu akupun makan dengan lahapnya ditemani Lia di meja makan. Sementara hujan diluar sudah mulai reda, dan sinar matahari siang sudah muncul kembali.
Setelah makan, Lia minta ijin untuk kembali ke rumahnya. Akupun lalu bersiap siap kembali ke kantor. Sesampai di kantor, aku lalu melanjutkan pekerjaanku untuk membuat laporan harian. Karyawanku belum pulang dari lokasi kerjanya karena jam kerja kami sampai jam 15.00. Pukul 14.30 Lia datang kembali ke kantor membawa pisang goreng dan membuatkan secangkir kopi yang ada di dapur kantor.
Sore itu Aku, Lia dan mandor yang lain mengerjakan laporan harian dan laporan lain yang belum selesai. Kami selesai mengerjakan laporan tersebut tepat pukul 16.10. Sore itu pula aku bermaksud mengantarkan laporan ke kantor besar perkebunanku yang berjarak 10 km dari kantorku dan mengajak seorang mandor laki-lakiku untuk menemani aku. Biasanya aku agak lama di kantor besar karena harus berdiskusi dengan atasanku mengenai pekerjaan yang ada di lokasi kerjaku. Tapi mandor laki-laki itu menolak dengan alasan belum mandi dan tadi kehujanan, begitu pula mandor yang lain. Malah menyarankan untuk mengantar laporan itu ditemani Lia yang tadi tidak bekerja.
“Lia maukah menemani saya untuk mengantar laporan ini ?” Tanyaku
“Iya pak, sekalian saya mau membeli mie dan gula di koperasi” Jawabnya
Kemudian Lia berganti pakaian dan menemaniku ke kantor besar. Sekitar 200 meter dari perumahan dia merubah posisi duduknya dan tangannya memegang erat pinggangku, sedangkan payudaranya menempel di punggungku. Adik kecilkupun langsung bereaksi dengan menegang sehingga aku merasakan sakit karena adik kecilku terjepit celana jeansku. Kemudian aku berhenti untuk memebetulkan adik kecilku.
“Kenapa berhenti pak?” tanya Lia
“Ini….si adik sudah bangun lagi, gara-gara buahmu membangkitkan gairahku” kataku sambil mencolek payudaranya
“Iihh…..pak, geli dong…” Jawabnya
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kami ke kantor besar. Sambil ngobrol tentang mantan suaminya dulu. Suaminya adalah seorang sopir di salah satu perkebunan sawit yang ada berada di kabupaten lain. Pada suatu hari suaminya mengalami sakit malaria yang sangat parah dan seminggu kemudian meninggal dunia di rumah sakit kabupaten. Sejak itu Lia bekerja di perusahaan ini sebagai tenaga harian dan karena ketekunan serta kerja kerasnya, aku jadikan mandor 5 bulan lalu.
Dia pernah bersekolah sampai lulus SMP dan menikah ketika berumur 20 tahun. Dia juga bercerita, bahwa suaminya tidak tahan lama dalam bercinta serta tidak tahu cara pemanasan sebelum bercinta. Sehingga Lia sering merasa kesakitan saat bercinta dan sebelum sakitnya hilang, suaminya sudah keluar. Sekitar 3-5 menit waktu mereka bercinta, dan itupun tidak teratur kadang 1 minggu sekali kadang 3 minggu sekali malah kadang 1 bulan sekali, pengakuan Lia kepadaku.
Beberapa kali Lia memeluk erat pinggangku karena jalan yang licin mengharuskan aku bermanuver agar tidak jatuh sampai penisku yang sudah menegang kesakitan karena terkurung celanaku. 30 menit kemudian kami sampai di kantor besar, aku serahkan laporan-laporanku kepada administrasi. Sedangkan Lia berjalan ke koperasi untuk membeli barang kebutuhannya.
Setelah selesai aku koreksi bersama petugas administrasi, dan dinyatakan benar akupun keluar dari kantor sekitar pukul 17.15. Atasanku yang biasanya menanyai tentang pekerjaan juga tidak terlihat. Kata petugas administrasi Beliau sedang rapat di Jakarta. Sampai di parkiran motor, kulihat Lia sudah menunggu sambil minum. Sekotak mie dan sebuah bungkusan sudah ada di samping motorku.
“Sudah selesai pak, biasanya lama” tanya Lia
“Iya nih, Boss lagi rapat di Jakarta jadi cepet lagipula kerjaannya sudah benar semua” jawabku
Kami kemudian pulang ke perumahan. Saat mengendarai motor, punggungku berkali-kali tergesek payudaranya sehingga nafsu birahiku naik lagi. Akupun membelokkan motorku keluar dari jalan utama menuju jalan kecil sebagai pemisah antar blom tanaman karet.
“Mas kita mau kemana?” Tanya Lia
Aku tidak menjawab dan setelah agak jauh dari jalan serta tertutup rimbunnya pohon karet dan semak-semak akupun berhenti.
Aku kemudian mencium bibir Lia dengan penuh nafsu dan Lia juga membalas ciumanku dengan gairah yang mengelora.
“Mas, ngapain kita kesini ? “ tanyanya
“Aku pingin lagi say, kita coba dialam terbuka yah” jawabku
“Ntar ketahuan orang lho” katanya
“Aman kok, aku sudah mengetahui daerah ini tidak ada orang yang lewat sini kecuali kalo ada perawatan tanaman. Apalagi sudah sore begini, mulai gelap lagi” jawabku
Kemudian aku mengelar jas hujan yang ada dimotorku dan kemudian mencium Lia dengan buasnya. Tak lama kemudian aku membuka celana Lia tapi bajunya tidak aku buka. Lia juga melakukan hal yang sama kepadaku sampai ke celana dalamku. Aku menarik kepala Lia dan aku suruh menjilati penisku yang sudah tegak. Lia memang belum terbiasa menjilati penis sehingga penisku hanya diemutnya. Lima menit kemudian aku suruh Lia berbaring dan membuka celana dalamnya sendiri.
Kulihat memeknya agak basah dan siap untuk ditembus oleh penisku yang sudah tegang dari tadi. Tanpa basa-basi aku tindih tubuh Lia dan aku masukkan penisku ke dalam memeknya yang belum begitu basah.
“Bless….” sepertiga penisku masuk kedalam memek Lia. Terasa sangat sempit hingga Lia juga merasa kesakitan. Tapi cairan ludah Lia sangat membantu kelancaran sodokanku.
Aku biarkan penisku untuk memberikan kesempatan bagi memek Lia untuk beradaptasi. Setelah itu aku tarik perlahan dan aku sodok lagi sepertiga penisku. Lia memutar pinggulnya untuk menerima sodokan yang belum sepenuhnya masuk dalam memeknya.
“Ohh…paakk…….sakitt…..tapi eenaaakkk…”desah Lia
Kemudian aku mulai menyodok lebih dalam hingga 2/3 penisku masuk ke memeknya. Cairan nikmat Lia sudah mulai keluar dengan deras untuk melumasi batang penisku. Setelah beberapa kali aku permainkan, aku lalu memasukkan penisku sedalam-dalamnya dalam lubang nikmat Lia.
“Bless…..kecepok…kecepok….” bunyi penisku yang sudah masuk seluruhnya di dalam memek Lia, sampai aku merasakan ada dinding yang menghalangi penisku. Aku fikir penisku sudah mentok ke rahimnya. Akupun mulai mempercepat sodokanku, dan berubah dengan tempo cepat.
Rumput di bawah jas hujanku juga membantu meredam badan kami sehingga seperti di tempat tidur.
Sambil mempercepat sodokanku aku merasakan banjirnya memek Lia yang sudah terangsang apalagi lidahku bergerilya untuk menjilati payudaranya yang tergoncang-goncang oleh sodokanku. Beberapa kali bibir kamipun beradu dengan ganasnya, lidah kami juga saling membelit dan menambah sensasi bercinta kami.
“Oooo….Lia….memekmu legit bangett …..” racauku
“Ahh…..penis….bapak…jugaaa…..nikmatt….” desahnya
Kecepatan sodokanku semakin cepat dan aku merasakan penisku mulai dipilin-pilin oleh memek Lia yang berkedut. Tanggannya memeluk erat badanku dan kakinya mulai diangkat kemudian disilangkan ke pinggangku.
“Ohh……pak…..aku…mauu…….” jeritnya
“Aku….juga….Liaaa…..” desahku
“kecepok….kecepok…… suara beradunya penisku dan memek Lia yang sudah sangat banjir oleh cairan nikmatnya.
“Ohh….akuu keluaarr….. “ teriak Lia memecah keheningan kebun karet yang sangat sepi
Penisku kurasakan diurut dan dipilin oleh memek Lia yang berkedut-kedut. Aku juga merasakan spermaku sudah mendesak untuk dikeluarkan. Sodokanku aku percepat dan….
“Ohh…..ahh….aku….keluarr…..” jeritku ketika semburan spermaku masuk kedalam rahim Lia. Empat semprotan aku rasakan keluar dari penisku dan rasa nikmat menyerang seluruh urat syarafku.
Sejenak aku masih diatas badan Lia yang sudah lemas.
“Pakk…..enak sekali penismu…..bikin aku ketagihan…” kata Lia
“Memek kamu juga seret dan legit……aku merasa di awang-awang” kataku
Setelah itu kami membersihkan kemaluan kami memakai air putih yang dibeli oleh Lia. Setelah itu kami berpakaian lagi. Kulihat 2 cupangan mendarat di dadaku. Ketika aku lihat jam ternyata sudah jam 18.10, dan suasana di sekeliling kami sudah gelap.
Setelah selesai merapikan pakaian dan melipat jas hujanku, kamipun meninggalkan lokasi pergulatan kami dan bergegas menuju ke perumahan.