Melihat Pacarku Ngentot
Cerita ini bermula saat aku dan pacarku sedang pergi ke kota Jawa barat, siang itu saat pulang dari kota Bekasi dengan menggunakan motor, ditengah perjalanan pacarku menahan ingin kencing tak lama kemudian aku menepi di seuah warung kopi, setelah kami memesan kopi pacarku tanya ke ibu penjualnya.
“Bu Kamar mandinya sebelah mana ya?”.
“Dikebun belakang ada kamar mandi dek, Tidak jauh kok cm sekitar 500m”, Jawabnya
“Oh terima kasih bu” dan tak lama dia menoleh kepadaku
“Sayang kamu pesen minum aja dulu aku agak mules jadi mungkin agak lama”.
“Baik lah” saya menjawab sambil tersenyum.
Setelah turun saya pesan minum dan sembari menunggu saya ngobrol dengan si ibu mengenai asal usul kami berdua.
Sekilas tentang kami berdua. Kami masih sama2 menempuh kuliah disalah satu PTS ternama dikota M*****. Saya Anto dan pacar saya bernama Vivi.
Vivi memiliki postur yang lumayan padat , walau dia menggunakan baju tertutup dan berjilbab. Tingginya sekitar 165cm dengan kulit putih ukuran dadanya juga lumayan besar kira2 36b yang sering membuat saya berdecak kagum adalah bentuk pinggulnya yang sangat indah . Banyak yang bilang saya pemuda beruntung karena bisa mendapatkan Vivi.
Sekitar setengah jam saya menunggu Vivi belum juga muncul. Akhirnya saya berniat menyusul sekalian kencing juga pikirku. Setelah menitipkan motor dan tas ke ibu penjaga warung saya berjalan menyusuri kebun tebu yang lumayan rindang dan sepi.
Setibanya dikamar mandi dimaksud si ibu saya sempet bingung. Kok Vivi gak ada. Akhirnya saya putuskan untuk kembali kewarung mungkin aja si Vivi udah balik. Ditengah jalan saya sempat melihat sebuah rumah kecil dari kayu.
Letaknya agak tersembunyi mungkin klo orang tidak memperhatikan tidak akan yang tau kalau disitu ada rumah . Tapi yang membuat saya penasaran sekaligus berdegup saya mendengar suara rintihan seorang wanita dari arah rumah kecil itu.
Lewat celah jendela saya coba mengintip apa yang sedang terjadi didalam. Saya terdiam ketika tau apa yang sedang terjadi disana. Vivi sedang duduk disebuah diranjang kayu sedang diisap vaginanya oleh seorang bapak2 tua dengan perawakan hitam besar dan hanya menggunakan sarung.
Dengan baju terusannya yang terangkat sampai perut dan legging beserta CDnya yang sudah melorot sedengkul, Vivi meracau
“Paaaaacccchhkk Jangghhhaaan” tapi tangannya menggengam erat kepala si bapak seperti tak mau melepasnya.
Saya dapat melihat jelas vagina yang memang baru saja dicukur itu dilahap dengan rakus oleh sibapak sambil sesekali tangannya yang besar tadi memilin itilnya Vivi. Dengan suaranya yang makin merintih Vivi terus meracau ,
” Paaaaaaccck Janggggaaaaan Nantiii Paccccchaar Saaaaayaa Leeewaaaaaat “. 10 menit gerakan pinggul Vivi semakin menggila mengikuti gerakan tangan si bapak yang memang dari tadi mengocok-ngocok vagina Vivi.
Dan semenit kemudian Vivi mengerang panjang sambil pinggulnya mengangkat keatas ” Paaaackkhhh Taaariiii Keeeeeluaaarrrhh “…….” Aaaaccchhhhh “.
Gila itu orgasme pertamanya tanpa penetrasi pikirku. Ya kami memang sering ML dan saya juga lelaki yang telah membobol Vivi. Tapi baru kali ini saya melihat dia orgasme pada saat permainan belum dimulai.
Bapak itu bangun dan dengan tersenyum dia bertanya “Enak sayang ?”.
Dengan nafas yang masih ngos-ngosan Vivi tidak menjawab hanya menganggukan kepala. Tidak berapa lama si bapak melepas sarungnya seketika itu pula saya dapat melihat penis seukuran terong jumbo berurat dengan kepala sebesar bola golf bak topi tentara sedang mengacung tegak dihadapan wajah Vivi. Saya sempat minder melihat penis si bapak itu.
Bapak itu tersenyum sambil berbicara. “Saya tau kamu sudah tidak perawan lagi, Tapi coba lihat lebih besar mana ? Dibandingkan punya kekasihmu”.
Tak ada jawaban dari Vivi tapi yang saya lihat tatapan mata Vivi berubah dia seperti kaget, takut, penasaran, terpesona, dan kagum karena memang Vivi biasanya Cuma melihat penis saya yang berukuran standard.
Tanpa aba2 si bapak memegang tangan Vivi dan coba ngarahkannya ke penis raksasa itu. Dan dengan komando dari sibapak Vivi mulai mengocok penis itu. Pernah suatu hari kami menonton film blue dikost saya dan dengan polos Vivi bertanya “ Kok bisa ya anunya sebesar botol gitu ?“,saya hanya tersenyum dan bilang “Namanya juga film”.
Tapi entah apa yang ada dibenak Vivi saat ini dengan Penis raksasa digengamannya. Tangan kanan si bapak coba untuk mendekatkan wajah Vivi kepenisnya. Mau pingsan rasanya saat melihat Vivi tanpa komando dari bapak tua itu dia mulai menjilat leher penis itu.
Layaknya artis film Vivi mengocok sambil sesekali memasukan penis itu kemulutnya agak susah awalnya menelan semua penis itu kemulutnya tapi Vivi terlihat sangat lihai. Dengan masih memakai jilbabnya Vivi terus bekerja. Sambil mengerang keenakan tangan sibapak juga bergerilya divagina Vivi “Wuueeenaaachhkk Caaahhk Aayuuu”, ujarnya.
Hampir beberapa menit lamanya saya menyaksikan adegan panas itu. Sibapak kemudian memegang pinggul Vivi dan membangunkannya, Dia langsung melumat bibir mungil Vivi sambil tangannya membuka resleting belakang baju Vivi sambil kakinya menginjak legging yang sedari tadi masih tersanggut dikaki Vivi setelah bajunya terjatuh sibapak coba melepas kaitan bra.
Dan akhinya saya melihat mereka berdua benar bugil sambil berciuman, layaknya sepasang kekasih. Tangan Vivi menggengam erat penis si bapak seakan tak mau melepasnya.
Sampai akhirnya Vivi dibaringkan dikasur kayu. Sibapak yang terlihat mulai tidak sabar diarahkannya rudalnya kebibir vagina, digesek2 sebentar setelah merasa cukup licin penis itu mulai menerobos vagina Vivi.
“ Pelan2 ya pak…aku takut sakit”, ucap Vivi. “Tenang cah ayu awalnya memang sedikit sakit tapi lama2 pasti kamu suka “.
Bukannya melakukan sesuatu, saya malah seperti terhipnotis untuk melihat vagina Vivi sedang dipaksa menelan Pisan Ambon. Terlihat jelas dari arah saya mengintip penis itu dimasukan dan ditarik begitu seterusnya sampai akhirnya seluruh penis itu lenyap ditelan vagina Vivi saya sampai terheran2 melihat peristiwa itu Terdengar erangan Vivi “sssssshhhhhh aaccch”.
“Paaaacccchhhk’’. Pelan2 bapak tua itu mulai menggoyangkan penisnya diliang vagina Vivi. Bibir vaginanya sampai ikut tertarik kedalam mengikuti gerakan penis besar itu. Sibapak baru mulai mempercepat goyanganya Vivi sudah mengangkat pinggulnya keatas dan kemudian mengejang. “ Paaccccchkkk……..Aaccchhkkkuu keluaaaaaarrrrhhh”. Ujar Vivi setengah berteriak. Tampak ada cairan bening muncrat dari vagina Vivi.
“Haaaaah…!!!” Saya terkejut melihat Vivi, karena biasanya dia harus berjuang keras untuk bisa orgasme dengan saya. Bapak itu sangat pengertian dengan Vivi dia melepaskan penisnya dan dalam sekejap dia membalikan tubuh lemah Vivi keatas tubuh kekarnya.
Vivi membuka jilbabnya dan keringat mengucur deras dari dahinya. Tangan Vivi coba meraih batang penis itu untuk kemudian memasukkanya lagi kelobang vagina milliknya. Pinggul Vivi mulai bergoyang. Tangan Vivi meraih kepala bandot tua itu dan dengan semangat sibandot menghisap kedua payudara yang tadinya hanya milik saya.
”Isaaaaphh Teeeruusssh Sayaaaangghh” Vivi terus meracau. Belum pernah saya melihat Vivi bergoyang seliar itu padahal dia sudah 2 kali orgasme. Tanpa sadar saya mengeluarkan penis dan mulai beronani. Beberapa detik berselang Vivi kembali orgasme. Berbarengan dengan saya yang juga mengeluarkan mani saya dibalik rumah itu.
Vivi terlihat sangat lemas. Dia kembali dibaringkan dan bapak tua itu bersiap menindihnya. Vagina Vivi sudah sangat banjir. Kecipak seperti suara air terdengar ketika penis itu kembali mengobok-obok seisi vagina Vivi.
“Leeeebiiih Keeeeraasssh Paaackhhh” ucapan Vivi semakin kacau. “krrrrraaaaaak … !!”, Saya sempat menginjak batang kayu dan bapak tua itu mendengar dia menghentikan goyangannya sambil berteriak, “Sopo Kui…!!! (Siapa Itu) “,hardiknya tapi tangan Vivi meraih wajah Bapak tua itu “
Sudah pak paling kucing aku lagi tanggung nih…” ujar Vivi sambil tersenyum dan kemudian melumat mesra bibir bandot tengik itu. Untung saja pikirku. Dan pertempuran kembali dilanjutkan. Hampir 20 menit Vivi digenjot bapak tua itu.
Entah berapa kali Vivi mengalami orgasme karena hanya erangan demi erangan selalu keluar dari bibir mungil itu . Semakin lama goyangan sibapak semakin tidak beraturan. “ Aaaccchhkuuu Mauuuuhh Keeeluuuaarrrh Saayaangghhh ”.
Kata si bapak tiba2. Bukannya melepas tubuhnya tangan Vivi malah semakin menekan pantat hitam sibapak dan membuat penisnya makin dalam menghujam liang vagina itu. Dan crot crot crot bapak tua itu menumpahkan semua spermanya didalam vagina.
Ada perasaan benci melihat kejadian itu karena Vivi tidak pernah mau kalo saya muncrat didalam. Takut hamil katanya. Tapi kali ini Vivi malah memeluk erat bandot biadab itu sambil menciumnya dan membiarkan penis itu masih menancap didalam liang vaginanya.
Seakan tidak cukup menampung sperma, vagina Vivi mengeluarkan banyak cairan putih kental dari dalamnya. Yakin mereka akan menyudahi pertarungannya saya bergegas kembali kewarung kopi tadi. Dengan perasaan masih tidak karuan saya duduk di warung tadi. Selang beberapa menit Vivi muncul. Lengkap dengan pakainnya sewaktu dia pergi kekamar mandi tadi.
“ Sayang maaf ya lama banget… Gak tau nih tiba2 aja perutku mules banget jadi lama deh..” ujarnya sambil memelas, “ gak apa2 kok “ jawabku datar.
“ Kamu udah ngopinya, jalan lagi yuu “. Dan setelah berpamitan kepada si ibu kami kembali pulang.
Setelah kejadian itu hampir setiap akhir pekan Vivi selalu pergi , kerumah temannya diB***** katanya. Dan dia selalu memelih untuk naik kendaraan umum.
Pernah suatu waktu saya menemukan beberapa kondom yang belum terpakai ditasnya. Anehnya saya tidak pernah berani untuk menanyakan hal ini ke Vivi. Saya juga merasakan keanehan ketika kami ML dia seperti males2an dan tidak semangat. Kadang saya bingung karena saya masih sangat mencintainya.,,,,,,,,,,,,,