Melepas Rindi Di Dalam Kereta Api Dengan Devi

Cerita ABG – Melepas Rindi Di Dalam Kereta Api Dengan Devi – Sudah lama saya tidak bertemu dengan Devi, karena perusahaan tidak membolehkan saya pulang selama masa training itu. Setahun kemudian saya pulang, tapi sengaja saya tidak memberitahunya supaya ada kejutan.

 

Sampai di pelabuhan, saya lalu melanjutkan perjalanan dengan kereta api, lalu saya masuk ke dalam kereta eksekutif jurusan kota kelahiran saya lalu duduk di kursi yang berada dibelakang, saya melamunkan Devi sambil melihat keluar dari jendela kereta sehingga tanpa terasa ada seorang penumpang bertanya,

“Maaf Mas apa kursi ini kosong?” tanya suara itu.

Saya terkejut. Oh Tuhan rupanya saya melamun cukup lama tadi itu, gumamku dalam hati. Belum habis rasa terkejut saya, saya tersentak ketika saya memalingkan kepada seraut wajah itu.

“Kaa.. kamu.. Dev!” teriakku demikian pula gadis itu.

 

“Mass..” sahut gadis itu yang ternyata adalah Devi dan ia tidak dapat membendung air matanya dan jatuhlah ia dalam pelukan saya.

“Aku kangen kamu Dev!” saya membuka perbincangan kami berdua.

“Aku juga kangen Mas!” bisiknya sambil merebahkan pundaknya di bahu saya.

Rupanya Devi baru saja akan pulang dari tempat saudaranya yang sedang sakit di kota itu. Saya yang sudah terangsang sekali karena setahun tidak ketemu dia langsung melumat bibirnya yang paling saya sukai itu, dan desahannya semakin menjadi saat ujung lidah saya memainkan belakang kupingnya. Saya mengambil kedua pahanya dan saya tumpukan pada paha saya sementara kepalanya bersandar pada bantal. Tepat disela-sela pantatnya batang kemaluan saya yang sedari tadi bangkit dan menyembul mendorong celana jeans saya.

Takut desahannya terdengar penumpang lain, saya buru-buru menyumpali bibirnya dengan bibir saya. Tangan saya dibimbingnya menuju busungan dadanya. Tanpa diperintah saya menelusupkan tangan saya ke kedua bukitnya yang kenyal itu.

“Mass! aku kangeen banget sama mas” bisiknya saat saya mulai mengecup mesra putingnya.

Saya mengambil bantal satu lagi dan saya sandarkan di leg-rest dekat jendela. Dia menjambak rambut saya amat kuat saat putingnya saya gigit-gigit. Sementara puting satunya saya pilin dengan telunjuk dan jempol saya. Badan saya mulai hangat, demikian pula tubuh Devi semakin menggelinjang tak karuan. Saya masih saja memberikan sensasi kenikmatan pada kedua putingnya yang masih kenyal dan ternyata itu merupakan titik didihnya.

Saya menyedot kencang payudaranya hingga tenggelam setengahnya di mulut saya, ia menggelinjang pelan. Ia menggosok-gosok kedua pahanya dan celana panjangnya mulai lembab oleh cairan vaginanya. Sesaat kemudian saya pelorotkan celana panjangnya serta CD-nya dan Devi makin menggelepar hebat dan secepat kilat saya mencium rambut-rambut di bawah pusarnya, hhmm.. harum sekali.

Tiba-tiba kepala saya ditekannya menuju lubang kewanitaannya dan saya bagai kerbau di congok menuruti saja apa yang ia inginkan. Sementara jari tengah saya memainkan liang kemaluannya. Saya tusuk pelan-pelan dan saya keluar-masukkan dengan lembut.

Devi semakin tak menguasai dirinya dan mengambil bantal untuk menutup mulutnya dan saya hanya mendengar suara desahan yang tak begitu jelas. Akan tetapi Devi bereaksi hebat dan tak lagi menguasai posisinya di pangkuan saya.

Batang kemaluan saya yang sedari tadi tegang rasanya sia-sia kalau tidak saya sarangkan di lubang kemaluan wanita yang saya kangeni itu. Saya mengangkat sedikit pinggulnya dan lalu saya keluarkan batang kemaluan saya, sementara saya mulai mengatur posisi Devi untuk saya masuki.

“Slepph!” dengan mudah kepala batang kemaluan saya masuk karena lubang kemaluannya sudah lembab dari tadi. Bersamaan itu Devi mengernyitkan dahinya dan mendesah. Devi menjerit lirih saat semua batang kemaluan saya menjejali rongga rahimnya. Rasanya begitu hangat dan sensasional dan saya membisikkan padanya agar jangan menggoyangkan pantatnya.

Kami rindu dan ingin berlama-lama menikmati moment kami kedua yang amat indah, syahdu dan nikmat ini. Saya melipat paha saya dan saya menyelusupkan dibalik punggungnya agar dia merasa nyaman dan memaksimalkan seluruh batang kemaluan saya di rahimnya. Saya rengkuh tengkuknya dan saya lumat bibirnya dengan lembut bergantian ke belakang telinga dan lehernya yang jenjang. Tangan kiri saya memberikan sentuhan di klitorisnya, saya tekan dan saya goyang ujung jari saya disana.

“Ooouchh… Mass… aaku… kaa… ngenn…” katanya terbata saat saya menciumi belakang lehernya.

Tubuhnya mulai menggigil dan Devi diam sesaat merasakan pejalnya batang kemaluan saya mengisi rahimnya, wajahnya menahan sesuatu untuk diekspresikan. Saya merasakan bahwa ia sebentar lagi mendapatkan orgasmenya, lantas buru-buru saya bisikkan ditelinganya.

“Tumpahkan semua rindumu Sayang.. aku akan menyambutmu..” bisikku mesra.

Saya membantunya mempercepat tempo permainan ujung jari saya di klitorisnya, sementara itu ujung lidah saya juga tidak ketinggalan memutar-mutar putingnya dan sesekali menyedotnya lembut.

“Aaachh… aachh… Mass… sshhh…” hanya itu yang ia ucapkan.

Desahan-desahannya membuat saya semakin bernafsu menjelajahi seluruh tubuhnya dengan ujung lidah saya, dan buru-buru Devi menarik kepala saya. Ia lantas melumat bibir saya kesetanan bagai tiada hari esok dan lantas saya melumat bibirnya, dan saya lepas permainan saya di klitorisnya. Tangan kiri saya saya tarik ke atas untuk menstimulasi puting kirinya dan ternyata usaha saya tidak sia-sia.

“Ooohh… nikk… matt… Saayy… yang…” desah Devi dalam erat dekapan saya.

Desahannya mengakhiri orgasmenya menandakan kepuasan dari cinta kami berdua. Saya mengambil jaket saya dan menutupi bagian pribadi kami yang sempat morat-marit. Meskipun batang kemaluan saya masih tertancap dalam-dalam! Akan tetapi saya tidak ingin mengakhirinya dengan ejakulasi saya karena situasi saja yang tidak memungkinkan.

“Aaawww… geli Mass…” desah Devi geli oleh denyutan batang kemaluan saya.

“Baik Devi sayang.. aku akan mencabutnya..”

“Aaahh…” Devi menjerit lirih kegelian.

Kami pun tertidur bersama hingga sampailah kami di kota kami yang penuh kenangan bagi kami berdua.

“Eh Mas mau kemana sekarang?” tanya Devi.

“Mau pulang, ikut yuk,” jawabku enteng.

Saya lantas merangkul dia kedalam pelukan saya. Angan laki-laki saya pun mulai berimprovisasi dan saya telah menemukan retorika tepat untuk dia.

“Dev aku kan belum puas melepas rindu sama kamu, kita lanjutin di rumahku yukk!” ajakku.

Singkatnya kami segera menuju rumah saya. Kebetulan rumah saya sedang sepi. Setelah mandi dan makan malam kami terlibat obrolan agak lama tentang kenangan kami. Lalu saya pangku Devi. Dalam keadaan berdekatan seperti gini, saya punya inisiatif untuk memeluk dan menciumnya. Dan Devi sudah berada dalam pelukan saya, dan bibirnya sudah dalam lumatan bibir saya. Dia diam saja dan mulai memejamkan matanya menikmati percumbuan ini. Tangannya perlahan berganti posisi menjadi memeluk leher saya. Tangan saya yang tadinya memegang pinggulnya, turun perlahan ke pangkal pahanya dan akhirnya..

Saya berhasil meraba merasakan betapa mulus dan lembutnya paha Devi. Saya raba naik turun sambil sedikit meremasnya. Sedang bibir kami masih saling berpagutan mesra dalam keadaan mata masih terpejam. Tangan saya mulai naik lagi. Sekarang saya mengangkat bajunya, dan kelihatanlah buah dadanya yang masih terbungkus rapi oleh BHnya. Saya lumat lagi bibirnya sebentar sambil tangan saya ke belakang tubuhnya. Memeluk, dan akhirnya saya mencari kancing pengait BHnya untuk saya lepas. Tidak lama terlepaslah BH pembungkus buah dadanya. Dan mulailah tersembul keindahan buah dadanya yang putih dengan puting kecoklatan diatasnya.

Benar-benar pemandangan yang menakjubkan, buah dada Devi yang terawat rapi selama setahun ini belum pernah saya lihat lagi. Akhirnya saya mulai meraba dan meremas-remas salah satu buah dadanya dan kembali saya lumat bibir mungilnya. Terdengar nafas Devi mulai tidak teratur. Kadang Devi menghembuskan nafas dari hidungnya cepat hingga terdengar seperti orang sedang mendesah. Devi makin membiarkan saya menikmati tubuhnya. Birahinya sudah hampir tidak tertahankan. Saat saya rebahkan tubuhnya di sofa dan mulut saya siap melumat puting susunya, Devi menolak sambil mengatakan,

“Mas, jangan disini, dikamar Mas aja!” ajaknya dan segera saya bopong tubuhnya menuju ke kamar saya.

Begitu pintu ditutup dan dikunci, langsung saya peluk Devi yang sudah telanjang itu dan kembali melumat bibir mungilnya dan melanjutkan meraba-raba tubuhnya sambil bersandar di tembok kamarnya. Lama-lama cumbuan saya mulai beralih ke lehernya yang jenjang dan menggelitik belakang telinganya. Devi mulai mendesah pertanda birahinya semakin menjadi-jadi. Saking gemesnya sama tubuh Devi, nggak lama tangan saya turun dan mulai meraba dan meremas bongkahan pantatnya yang begitu montoknya.

Devi mulai mengerang geli, terlebih ketika saya lebih menurunkan cumbuan saya ke daerah dadanya, dan menuju puncak bukit kembar yang menggelantung di dada Devi. Dalam posisi agak jongkok dan tangan saya memegang pinggulnya, saya mulai menggerogoti puting susu Devi satu persatu yang membuat Devi kadang menggelinjang geli, dan sesekali melenguh geli. Saya jilati, saya gigit, saya emut dan saya hisap puting susu Devi, hingga Devi mulai lemas. Tangannya yang bertumpu pada dinding kamar mulai mengendor.

Perlahan tangan saya meraba kedua pahanya lagi dan rabaan mulai naik menuju pangkal pahanya.. Dan saya mengaitkan beberapa jari di celana dalamnya dan “srreet!!” Lepas sudah celana dalam Devi. Saya raba pantatnya, begitu mulus dan kenyal, sekenyal buah dadanya. Dan saat rabaan saya yang berikutnya hampir mencapai daerah selangkangannya… tiba-tiba,

“Mas, di tempat tidur aja yuk..! Devi capek berdiri nih.”

Sebelum membalikkan badannya, Devi memelorotkan celana panjangnya di hadapan saya dan tersenyum manis memandang ke arah saya. Senyum manisnya itu… bikin saya kepingin cepat-cepat menggumulinya. Apalagi Devi tersenyum dalam keadaan bugil alias tanpa busana. Devi mendekati saya dan tangannya dengan lincah melepas celana panjang dan celana dalam saya hingga kini bukan hanya dia saja yang bugil. Batang kemaluan saya yang tegang mengeras menandakan bahwa saya sudah siap tempur kapan saja.

Lalu Devi mengambil tangan saya, menggandeng dan menarik saya ke ranjang. Sesampainya di pinggir ranjang, Devi berbalik dan mengisyaratkan agar saya tetap berdiri dan kemudian Devi duduk di sisi ranjangnya. Devi mengulum batang kemaluan saya dengan rakusnya. Lalu dia dengan ganasnya pula menggigit halus, menjilat dan mengisap batang kemaluan saya tanpa ada jeda sedikitpun. Kepalanya maju mundur mengisap kemaluan saya hingga terlihat jelas betapa kempot pipinya. Saya berusaha mati-matian menahan ejakulasi agar saya bisa mengimbangi permainannya. Ada mungkin 15 menit Devi mengisapi batang kemaluan saya, lalu dia melepas mulutnya dari batang kemaluan saya dan merebahkan tubuhnya telentang diatas ranjang.

Saya mengerti sekali maksud gadis saya ini. Dia minta gantian saya yang aktif. Segera saya tindih tubuhnya dan mulai berciuman lagi untuk beberapa lamanya, dan saya mulai mengalihkan cumbuan ke buah dadanya lagi, kemudian turun lagi mencari sesuatu yang baru di daerah selangkangannya. Devi mengerti maksud saya. Dia segera membuka, mengangkangkan kedua pahanya lebar-lebar membiarkan saya membenamkan muka di sekitar bibir vaginanya. Kedua tangan saya lingkarkan di kedua pahanya dan membuka bibir vaginanya yang sudah memerah dan basah itu. Saya julurkan untuk menjilati bibir vaginanya dan buah kelentit yang tegang menonjol.

Devi menggelinjang hebat. Tubuhnya bergetar hebat. Desahannya mulai seru. Matanya terpejam merasakan geli dan nikmatnya tarian lidah saya di liang sanggamanya. Kadang pula Devi melenguh, merintih, bahkan berteriak kecil menikmati gelitik lidah saya. Terlebih ketika saya julurkan lidah saya lebih dalam masuk ke liang vaginanya sambil menggeser-geser klitorisnya. Dan bibir saya melumat bibir vaginanya seperti orang sedang berciuman. Vaginanya mulai berdenyut hebat, hidungnya mulai kembang kempis, dan akhirnya…

“Mas… ooohh… Mas… udahh… cepetan masukin punya mass… oh…”

Devi memohon kepada saya untuk segera menyetubuhinya. Saya bangun dari selangkangannya dan mulai mengatur posisi diatas tubuhnya dan menindihnya sambil memasukkan batang kemaluan saya ke dalam liang vaginanya perlahan. Dan akhirnya saya genjot vagina Devi secara perlahan dan jantan. Masih terasa sempit karena sudah setahun tidak dipakai, dan remasan vaginanya membuat saya tambah penasaran dan ketagihan. Akhirnya saya sampai pada posisi paling dalam, lalu perlahan saya tarik lagi. Pelan, dan lama kelamaan saya percepat gerakan tersebut. Kemudian posisi demi posisi saya coba dengan Devi.

Saya sudah tidak sadar berada dimana. Yang saya tahu semuanya sangat indah. Rasanya saya seperti melayang terbang tinggi bersama Devi. Yang saya ingat terakhir kali, tubuh saya dan tubuh Devi mengejang hebat. Keringat membasahi tubuh saya dan tubuhnya. Nafas kami sudah saling memburu. Saya merasa ada sesuatu yang memuncrat banyak sekali dari batang kemaluan saya sewaktu barang saya masih di dalam kehangatan liang sanggama Devi. Setelah itu saya tidak tahu apa-apa lagi. Sebelum tertidur saya sempat melihat jam. Alamak..! dua setengah jam.

Waktu saya sadar besoknya, Devi masih tertidur pulas disamping saya, masih tanpa busana dengan tubuh masih seindah dulu. Sambil memandanginya, dalam hati saya berkata,

“Akhirnya aku bisa ngelampiasin nafsu yang kupendam selama setahun ini”.

Setahun kemudian Devi lulus kuliah dan saya segera melamarnya. Dan jadilah Devi istri saya yang sangat saya sayangi hingga saat ini.