Kumpulan Cerita Sex Aku Tidak Munafik

Hari Minggu ini aku libur, jadi aku bisa bangun agak siangan karena semalam aku memang tidur agak larut. Seperti biasa aku sibuk membuka email yang masuk dari para pembaca sumbercerita.com. Animo pembaca sumbercerita.com untuk kontak denganku memang luar biasa sekali hingga terus terang aku agak kewalahan untuk menyeleksinya. Ada beberapa pembaca yang penasaran dengan aktifitas dan kehidupan sex-ku, mereka menanyakan lewat emailnya hingga aku kesulitan juga kalau harus menjawabnya satu persatu. Mereka ada yang sepertinya peduli akan diriku, terima kasih deh!

Walau usiaku sudah beranjak 28 tahun, aku memang belum married. Sorry, bukannya aku tidak laku dan bukannya juga GR lho! Aku cukup cantik dan menarik, tinggiku 170 centimeter, bibirku tipis mungil menggairahkan. Bentuk buah dadaku indah, warna putingnya merah muda sedikit kecoklatan, hanya ukurannya yang aku sendiri tidak tahu, karena aku sejak kecil tidak pernah dan tidak suka menggenakan bra. Jadi hingga kini aku tidak pernah punya BH, karenanya seiali lagi aku tidak tahu ukuran payudaraku sendiri.

Cuaca kota Surabaya beberapa bulan belakangan ini memang sangat panas, terlebih di saat malam hari. Aku memang terbiasa tidur tanpa busana, terkadang paling hanya menggunakan celana pendek tipis yang bentuknya mini dan agak longgar, dengan tanpa menggunakan CD di dalamnya. Kupikir juga tidak ada gunanya aku tidur dengan memakai CD yang bentuknya juga sangat mini.

Aku memang memiliki banyak CD beraneka warna, tapi modelnya hanya ada dua macam saja, yang satu model G String yang bentuknya berupa seutas tali nylon yang melingkari pinggangku. Selebihnya tersambung seutas tali nylon lainnya yang melilit ke bawah melewati selangkanganku melalui belahan pantatku yang sintal, dan di ujungnya tersambung dengan secarik kain sutera tipis berbentuk segi tiga yang lebarnya tak lebih dari seukuran dua jari saja.

Aku bukanlah type wanita yang munafik, karenanya aku suka sekali dengan situs sumbercerita.com, di sini aku bisa mengekspresikan diriku yang sebenarnya tanpa perlu berpura-pura, yang menurutku adalah kemunafikan belaka. Sebenarnya kebutuhan sex antara pria dan wanita itu sama, hanya saja kaum pria lebih bebas menyalurkan hasratnya, apa lagi untuk membahasnya, namun ini sepertinya tidak berlaku bagi kaum wanita, sedangkan kebutuhan antara pria dan wanita itu sebenarnya sama saja, kenapa harus dijadikan sesuatu yang tabu? Ini tidak fair.

Semalam, walau sudah larut aku masih belum dapat memejamkan mata untuk tidur. Karena selain udara yang cukup panas sehingga AC seakan tidak mampu lagi memberi kesejukan dalam kamarku, juga karena guling yang kujepit di antara selangkanganku tiba-tiba memberikan rangsangan pada pangkal pahaku yang tanpa penutup itu.

Pelan-pelan gulingku kugesekkan naik turun di selangkanganku sehingga menambah kenikmatan. Kurang puas dengan apa yang kulakukan, gulingku kusingkirkan, kuubah posisi tidurku menjadi telentang, kutarik kakiku dan kutopangkan telapak kakiku di tempat tidur dalam posisi pahaku kukangkangkan selebar mungkin, sehingga posisi kemaluanku terbuka lebar dan vaginaku tampak jelas sekali dari arah depanku, namun sayangnya saat itu tidak ada orang yang memandanginya.

Tapi aku yakin bila ada lelaki siapapun dia, apabila saat itu memandangi pangkal pahaku yang terbuka lebar seperti itu pasti akan terangsang melihat vaginaku yang bersih. Bulu-bulu kemaluanku hanya tumbuh di bagian atasnya saja, bentuknya yang indah menempel menyeruak ke atas dengan rapi. Bila bibir vaginaku dikuakkan maka akan terlihat dinding vaginaku yang berwarna merah muda dan menggairahkan pria manapun untuk segera menjilatnya.

Kugosok klitorisku dengan menggunakan jari tangan kananku, sementara jari tangan kiriku kucoba untuk menyusup ke dalam liang vaginaku, kondisi liang vaginaku yang sudah basah oleh lendir birahi memudahkan jari-jariku masuk menembus ke dalamnya. Kukocok-kocokkan jari tangan kananku keluar masuk liang vaginaku sehingga cairan hangat berlendir yang keluar dari dalam rahimku semakin banyak saja membasahi liang senggamaku.

Aku merasakan akan mencapai orgasme, maka gesekan jari tanganku di ujung-ujung klitorisku pun semakin kupercepat. Demikian pula kocokan jari tangan kananku yang sejak tadi berada dalam liang vaginaku, kugesek-gesekkan ke dinding vagina bagian dalam, sesekali jari tengah dan telunjukku menggosok benjolan yang tumbuh di dalamnya. Aku merasa geli bercampur nikmat hingga rasanya seperti ingin kencing saja.