Kebo Ireng dari Cisange
BAB I ALFIN DAN DIANA
Hujan mengguyur Ibu Kota sore itu. Terlihat seorang wanita tengah mengendarai motor matic dan ndkat menembus hujan tanpa jas hujan. Ia hanya mengenakan kaos putih tipis berleher lebar dan celana model hot pants. Sontak saja kaosnya yang basah itu membuat gundukan daging yang menggantung di dadanya terlihat nyeplak dan transparan. Putingnya mengeras mencuat mancung karena hawa dingin sehingga terlihat membayang berwarna merah muda dari balik kaos putih itu. Entah apa dipikiran perempuan itu yang nekat menembus hujan tanpa jas hujan dan pakaian dalam. Gus liat tu susu cewek yang naik motor.”, kata serang pengendara motor saat berhenti di depan lampu merah teoat di samping wanita itu. “Anjrit…. Montok banget… , ra nganggo BH maneh” kata si pembonceng dengan. “Masa sih..??, wuhh iyo…pentile ketok nembus, gede tenan susune cah….”, tambah temanya yang di depan. Sengaja “Heh, ngomongke aku yo? Sampean pikir aku ra ngerti basa jawa.”, kata perempuan itu. “Anu Ci, kita ngomongin hujan-hujan enaknya nyusu eh minum susu anget..”, jawab yang duduk di belakang dengan beralasan. “Susu, susu opo? Susune mbokmu? Nek mo liat susuku liat aja, ra sah keakean cangkem.” timpal perempuan. Ketika mereka masih asyik melihat suguhan susu segar itu, perempuan itu langsung tancap gas meninggalkan mereka karna lampu udah hijau. Diliriknya spion ternyata yang memperlihatkan motor mereka mati karna gugup. “Yes… berhasil.” ujarnya dalam hati. Diana nama wanita itu. Seorang wanita Chindo, Chinese Indo asal Surabaya. Rambutnya panjang sebahu. Tubuhnya cukup tinggi untuk seorang wanita, 170 cm dengan kaki jenjang yang mulus dipadukan dengan ukuran payudara 36B dan bongkah pantat yang montok serta perut yang rata hasil dari senam BL yg rutin dilakukannya. Dengan penampilan seperti itu, tentu saja istriku terlihat sangat menawan dan menggoda setiap mata pria yang memandangnya. Namaku Alvin, juga keturunan Tionghoa. Aku menikahi Diana 3 tahun lalu. Kami pacaran sejak SMA, dia adik kelasku waktu itu. Setelah aku lulus kuliah kami langsung menikah karena aku cukup beruntung tak perlu repot-repot mencari pekerjaan sebab karena aku meneruskanu bisnis keluargaku. Aku seorang kontraktor swasta. Sementara istriku mengelola sebuah bangunan untuk sekedar mengisi waktu. Di pernikahan kami yang tergolong muda ini, kehidupan sex kami sedang pana-panasnya. Apalagi istriku yang punya hobby eksibisionis sejak SMA menambah sensasi dalam kehidupan sex kami. Aku sama sekali keberatan karena aku percaya Diana tak pernah terlampau jauh. Dan itu terbukti dia bisa menjaga keperawanannya sampai kami menikah, padahal waktu itu aku kuliah di Australi dan kami pacaran jarak jauh. Sensasi cemburu, marah, bangga sekaligus terangsang campur jadi satu jika istriku itu sedang kumat. Kali ini aku membawa istriku berlibur ke Vila milik orang tuaku. Vila itu terletak di kaki Gunung Kitul di daerah Jawa Barat. Sengaja aku berlibur agak lama karena sekalian merenovasi Vila orang tuaku. Dan lagi pula aku ingin membahagiakan istriku setelah sebulan aku di Kalimantan menyelesaikan proyek pemerintah. Diana tampak senang berlibur di sini karena panoramanya yang indah. Daerah perbukitan yang cukup kering dengan banyaknya hutan jati, ladang ladang jagung dan ketela pohon. Dekat Villaku ada sebuah desa yang namanya Desa Cisange. Desa tersebut menjadi jalur alirsan Sungai Cisange yang apabila sedang musim kemarau seperti ini dimanfaatkan warga untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainya karena banhak sumur warga yang kering. Walau sumur dan jetpam di Villaku tak bermasalah namun Diana ingin merasakan sensasi mencuci dan mandi di sungai seperti warga desa. Sore itu disungai banyak warga yang mandi dan mencuci, mereka terbagi menjadi dua kelompok, ibu-ibu disebelah timur dan bapak bapak disebelah barat. Karena hanya dua lokasi itu yang tertutup bebatuan yang cukup besar. Sementara itu kulihat banyak ibu-ibu yang mencuci tidak jauh dari lokasi mandi ibu-ibu. Karena agak rame, akhirnya istriku memilih tempat mencuci baju agak jauh dari mereka, lokasi tersebut cukup sepi dan terlindung. Namun dari tempatku mandi masih dapat kulihat jelas, karena aku pun khawatir jika istriku butuh bantuan sewaktu-waktu. Karena hari sudah mulai gelap dan sudah tidak banyak orang disana, bapak-bapak sudah banyak yang pulang, hanya tinggal beberapa ibu-ibu saja yg masih belum selesei mandi. Istriku akhirnya memberanikan diri mandi ditempatnya mencuci tadi, kulihat dia mulai melepas kancing kancing bajunya, dan menaruh baju tersebut diatas batu disebelah kanan nya. Walaupun tubuh indahnya bisa kulihat setiap hari, namun melihatnya melepas bajunya tersebut tak ayal membuatku ngaceng juga, dan sesekali kuelus-elus pelan penisku dari luar celana pendek. Seteleah melepas bajunya tadi, istriku membuka pengait BH nya, dan dapat kulihat payudara besar dan kencang istriku dengan puting pink kemerahan yang kontras dengan kulitnya yang putih semakin membuatku tegang tak karuan. Karena aku juga kawatir apabila ada orang yang tiba-tiba datang dan melihat istriku setengah telanjang, dalam diriku muncul rasa penasaran dan aku memutuskan untuk melihat dari tempat yang cukup tersembunyi. “Ma, Papa jalan ke sebelah sana dulu ya, nanti balik lagi jemput Mama..”, ujarku. “Iya Pah, jangan lama-lama ya, takut juga sudah mulai gelap.”, jawab istriku. “Oke Ma..” jawab ku sembari pergi. Setelah berjalan cukup jauh aku pun memutar dan bersembunyi disemak-semak, kelihatan konyol sekali kelakuanku mengingat yang kuintip sebenarnya istriku sendiri. Dua menit, lima menit dan sepuluh menit berlalu akhirnya yang aku kawatirkan tadi terjadi juga. Dari jauh aku dapat melihat sesosok lelaki gemuk berkulit hitam, bertelanjang dada dan hanya memakai sarung berjalan sambil memikul dua timba air yang akan diisi disungai. Dari jarak 50 m dari tempatnya berdiri, kulihat dia pun tertegun, karena didepannya melihat seorang perempuan setengah telanjang sedang mandi. Kulit mulus istriku membius pikirannya apalagi ditambah keseksian tubuh Diana istriku, bisa dipastikan lelaki itu pun akhirnya terbakar birahinya. Tangannya perlahan mengelus-elus kontolnya yang tertutup sarung. Sepertinya cukup besar juga karena tonjolan nya begitu kentara. Semilir angin musim kemarau di sore hari rupanya membuat istriku terbawa suasana menikmati mandi sorenya, apalagi gemericik air sungai yang melewati bebatuan juga cukup membuat berisik ditelinga. Sehingga kehadiran lelaki yang ada dibelakangnya tidak disadari. Istriku sangat menikmati kesegaran air yang membasahi tubuh indahnya, sambil sesekali dia bermain air dan sesekali membasuh payudaranya dan entah karena dingin atau bagaimana akhirnya putingnya mencuat keras. Tak bisa kubayangkan bagaimana perasaan lelaki itu, aku yang suaminya saja bisa sangat terangsang sekali. Rupanya memang benar perkiraanku, kontolnya sangat besar dan panjang. Bisa kulihat dia mengeluarkan kontolnya dengan menurunkan ikatan sarungnya dan dipegangi dengan tangan kiri, supaya apabila aksinya dilihat orang dia bisa dengan cepat menutupi kemaluannya sementara tangan kanan nya asik mengocok kontolnya sambil sesekali menoleh kesekitar lokasi tersebut dimana dia bisa dapat mandi sambil menikmati indah nya tubuh Diana istriku itu. Dia pun memutuskan mandi tidak jauh dari lokasinya berdiri. Dari sana lelaki itu dapat melihat tubuh istriku dengan jelas. Begitu pula istriku apabila dia membalikkan badan tentu dapat melihat lelaki itu. Segera dilepas sarung yang mengganggunya tersebut dan diletakkan diatas batu sekenanya. Kmudian dia mulai mengocok kontolnya dan tanpa sadar di merancau cukup keras, “Aahh, indah sekali ….“ Mungkin istriku mendengar sayup-sayup suara dari belakang sehingga dia membalikkan tubuhnya sehingga dia dapat melihat lelaki itu yang sedang telanjang bersandar pada batu dibelakangnya sementara matanya terpejam seolah-olah sedang membayangkan menjamah tubuh istriku. Istriku cukup terkejut karena tiba-tiba ada yang mandi tidak jauh darinya dan tentu dia tau apa yang menyebabkan laki-laki itu beronani. Namun ketika dia melihat apa yang ada digenggaman tangannya, dia bergumam lirih, “ …iihhh…” Sengan segerah dialihkan pandangannya supaya dia tidak ketahuan jika dia melihat kemaluan laki-laki lain. Kulihat wajahnya memerah karena jengah. Rupanya istriku seperti penasaran saja, dilihatnya kiri dan kanan dimana suasana semakin sepi. Dan perlahan disapukan pandangannya kembali pada sosok lelaki gemuk yang sedang asyik beronani itu. Kontol panjang teguh yang kira-kira 18cm dengan diameter 8cm dimana urat-uratnya dapat kulihat sangat menonjol tentu juga dapat dilihat istriku dengan cukup jelas. Tiba-tiba angin bertiup cukup kencang hingga membuat sarung lelaki terbawa angin dan jatuh ke sungai. Lelaki itu yang kaget karena tiba-tiba ada angin berhembus cukup kencang membuka matanya dan dapat kulihat mata mereka berpandangan. Mereka pun cukup kaget, lelaki itu berusaha menutupi kemaluannya dengan berusaha duduk didasar sungai sementara Disha menutupi dadanya. Dan tak lama kemudian dia menyadari jika sarungnya terbawa air sungai yang menuju kearah istriku. “Mbak, tolong ambilkan sarung saya…” katanya dengan terbata-bata. Namun untuk menggapainya istriku harus melongokkan badannya yang tentu lelaki itu dapat melihat bagian atas istriku yang tak berbusana. Sepertinya Diana dilanda kebingungan, karena apabila dia memutuskan mengenakan bajunya dulu dan tidak segera diambil maka sarung itu akan terlewat dan terbawa jauh. Namun jika dia langsung mengambil sarung itu maka tubuh atasnya yang telanjang akan semakin terlihat saat dia melongokkan tubuhnya untuk menggapai sarung tadi. Rupanya istriku masih tersadar meskipun dia dalam kondisi bergairah. “Mbak, tolong ambilkan sarung saya , saya tidak membawa baju yang lain lagi…” Kali ini dengan wajah panik lelaki meminta tolong. Dan akhirnya istriku pun menglongokkan badannya di atas batu disebelah kanannya. Tangan kanan nya berusaha menggapai sarung tersebut sementara tangan kirinya menutupi payudara besarnya. Rupanya dengan cara itu tangannya tidak dapat menjangkau sarung itu, dan mau tak mau dia memajukan lagi badannya dan supaya tetap seimbang akhirnya tangan kirinya digunakan untuk bertumpu pada batu tadi. Sehingga tampak lah pemandangan yang sangat erotis, tubuh atas istriku sepenuhnya telanjang dapat dilihat oleh lelaki itu. Payudaranya yang besar terlihat sangat sekal menggantung indah terayun perlahan. Setelah meraih sarung tadi istriku segera kembali ke posisi semula dan menutup payudaranya. Tetapi masalah kembali datang, karena bagaimana dia menyerahkan sarung itu pada lelaki itu karena jarak mereka cukup jauh. “Mas ini sarungnya bagaimana???” kata istriku sedikit berteriak. “Eh iya Mbak, terima kasih.” lelaki itu baru tersadar dari lamunannya. “Saya ambil Mbak.”, buru-buru dia berdiri dan berjalan di atas bebatuan dengan hati-hati dan dia lupa jika dia masih telanjang. Istriku kaget karena tiba-tiba laki-laki telanjang tadi berjalan kearahnya dengan kontol panjang dan besar terangguk-angguk. Kini istriku ganti yang tertegun, kontol panjang dan besar itu semakin dekat dan terlihat jelas. “Mas, ‘itunya’ kelihatan.” kata istriku sambil memalingkan wajahnya yang memerah. “Wah maaf maaf banget Mbak.” lelaki itu pun tersadar segera menutupi kemaluannya dengan tangan kirinya sambil dia kembali turun ke sungai untuk menutupi kemaluannya didalam air. Cukup dekat jarak mereka, sekitar 3 meter an yang hanya dipisahkan bebatuan. Ditempatnya lelaki berusaha menjulurkan tangannya sementara istriku juga berusaha menjulurkan sarung itu. Namun lagi-lagi tangan mereka tidak dapat saling menggapai. Sampai akhirnya istriku agak melongokkan badannya sementara tangan kirinya bertumpu pada batu untuk menjaga keseimbangan. Tentu saja pemandangan indah kembali terpampang di hadapan lelaki itu apalagi kini jarak nya cukup dekat untuk melihat dengan jelas urat kebiruan pada bagian payudara istriku yang kini menggantung bebas. Lelaki itu seperti tidak konsentrasi ketika ujung sarung yang diserahkan istriku tadi menyentuh jarinya. Karena pandangannya terfokus pada tubuh istriku, pada payudara nya yang sekal dan besar dan kemolekan tubuh istriku. “Mas, ini sarungnya…” kata istriku. Lelaki itu pun kaget kemudian berdiri dengan spontan meraih sarungnya sehingga tangannya bersentuhan dengan tangan istriku yang halus dan lembut. Sementara itu kemaluannya kembali bebas terpampang dan terlihat istriku. Cukup lama tangan itu bersentuhan dimana keduanya saling tertegun seolah saling mengagumi. Dari lokasiku mengintip, kontolku semakin tegang dan dengan sadar aku beronani, mengocok kontolku yang bila dibandingkan milik lelaki gemuk itu tidak ada apa-apanya. Membayangkan ketika istriku mengayun-ayunkan pinggulnya mengimbangi hentakan-hentakan dari sodokan kontol laki-laki lain yang lebih besar dan panjang dari penis ku, mendengar erangannya yang tanpa malu-malu lagi keluar dari bibirnya menahan nikmat ketika kontol panjang dan besar itu mengaduk-aduk vagina nya dengan ritme cepat serta melihatnya terpejam mengayati setiap sodokan kontol yang diterima dan sesekali matanya terbelalak karena dalamnya sodokan pada vaginannya yang sangat sempit dan legit hingga menyentuh dinding rahim, membuatku semakin terbakar dalam obsesi. “Aaaahh… aahh…. mmmphh… terus ahh nikmaaattttnya” racau istriku…. Akhirnya dinginya udara disungai itu dan basahnya tanganku menyadarkan lamunan kotorku , ternyata aku benar-benar sudah berejakulasi……… POV : Diana (istri Alfin) Aku berjalan dengan hati-hati diatas batu-batu besar supaya tidak terpeleset. Setelah sampai, segera ku cuci baju-baju kotor yang kubawa supaya nanti tidak pulang terlalu malam. Satu dua tiga dan akhirnya selesei juga, sementara matahari sudah mulai terbenam. Kulihat Alfin suamiku masih ada di sana. Dengan bergegas aku buka kancing baju ku satu persatu dan kuletakkan di atas batu disebelahku. “Mmm, ternyata ada rasa tersendiri mandi ditempat terbuka seperti ini ya…” gumam ku yang tanpa sadar memacu aliran adrenalin ditubuhku dan membuatku merasa hangat. Kugapai pengait BH yang menutupi payudaraku yang berukuran 36B ini, cukup besar dan kencang yang membuat setiap lelaki selalu menatap nanar karena aku senang memakai pakaian yang cukup ketat. Kuloloskan melewati kedua lengan ku, akhirnya tubuh atasku telah sepenuhnya telanjang, dan putingku pun mencuat keras karena pengaruh adrenalin ku tadi. Ku ambil air dan kusiramkan pada wajah dan tubuhku, segar sekali air sungai ini sehingga rasa penat sehabis mencuci tadi. Rasanya ingin sekali berlama-lama mandi disini. Segera kusabuni badanku dan ketika aku menyabuni payudaraku, ku bermain disana cukup lama dan membuatku semakin bergairah. Dan ketika aku terhanyut dalam birahi ku ini tiba-tiba kudengar suamiku memanggil, “Ma, aku jalan ke sana dulu ya. Habis ini balik lagi jemput Mama..” teriak suamiku. “Iya pah, jangan lama-lama ya, takut juga sudah mulai gelap…” jawabku. Segera kulanjutkan mandiku yang sempat tertunda tadi karena aku asyik bermasturbasi dengan meremasi payudaraku. Kembali aku asyik menyirami tubuhku dengan air agar aku dapat segera bersiap-siap. Namun kudengar lamat-lamat dari belakang seperti ada suara orang, dan seperti suara desahan. Perlahan aku menoleh ke belakang, dan betapa terkejutnya aku melihat seorang lelaki gemuk ada di sana dan ya ampun… dia tengah beronani, mengocok kemaluannya yang sangat besar dan panjang sembari memejamkan matanya. Gairahku yang sempat terbakar tadipun akhirnya muncul kembali, kutertegun dengan ukuran kemaluannya itu, entah bagaimana rasannya apabila kemaluanku ini dimasuki kemaluan sebesar dan sepanjang itu. Ketika aku tertegun memandangi laki laki itu, tiba-tiba berhembus angina yang cukup kencang sehingga membuat sarung lelaki itu yang diletakkannya diatas batu jatuh kesungai terbawa air, sepertinya dia belum menyadari karena mata kami berpandangan. Wajahkupun memerah karena malu ketahuan memperhatikan lelaki yang sedang beronani, sementara dia seperti belingsatan bingung harus bagaimana dan tersadar ketika hendak mengambil sarungnya yang kini terjatuh terbawa air kearahku. “Mbak, tolong ambilkan sarung saya..” Aku masih terdiam selain karena masih kaget karena aku terpergok memandanginya tadi, aku pun juga tentu harus berusaha menggapai sarung tadi karena tanganku tak cukup untuk langasung mengambilnya. Hal ini tentu akan memperlihatkan ketelanjangan tubuh atasku karena aku tidak akan sempat berpakaian dulu. Akhirnya dia pun mengulangi permintaannya sekali lagi sembari memohon padaku. “Mbak, tolong ambilkan sarung saya , saya tidak membawa baju yang lain lagi…” Bisa kulihat ekspresi kebingungan dari wajahnya. Akhirnya aku berusaha menggapai sarung yang sebentar lagi akan melewati batuan disebelahku. Kulongokkan badan ku untuk tangan kanan ku dapat menggapai sarung tadi sementara tangan kiriku kugunakan menutupi payudara besarku. Rupanya tangan kananku masih tak sampai dan sebentar lagi sarung itu akan melewati ku, akhirnya kugunakan tangan kiriku tadi untuk bertumpu pada batu sehingga payudara ku bebas terlihat oleh lelaki itu yang aku tak tahu namanya itu. Aku tak dapat menyebutkan perasaan yang aku rasakan sekarang, namun rasa malu, canggung dan gairah kini menjadi satu dalam pikiranku sehingga tanpa sadar putingku pun kembali mengeras. Penyakit eksibku kambuh dan aku merasa ‘nakal’ di sungai tengah mandi bersama laki-laki lain. Sementara suamiku entah ada di mana sekarang. Segera kuraih sarung lelaki tadi dan aku kembali menutupi payudaraku karena aku tak mau terkesan murahan. Namun dapat ku elihat sepintas lelaki itu sangat menikmati moment-moment langka dalam hidupnya tersebut. Bahkan ketika aku memanggilnya untuk memberikan sarungnya pun lelaki itu masih melamun. Akhirnya dia pun tersadar dan terlihat senang, hingga tanpa sadar dia berjalan dengan santainya menghampiriku. Kini kemaluan lelaki itu tampak jelas kulihat dan semakin mendekat, kemaluan yang besar dan panjang berayun-ayun diselakangan lelaki itu masih dalam kondisi tegang maksimal. “Mas, ‘itu’ nya kelihatan!” ujarku. Terlihat dia cukup panik dan akhirnya kembali turun kesungai menutupi tubuh bawahnya yang jaraknya denganku kini tinggal beberapa meter. Aku berusaha menjulurkan tangan ku kepadanya dan dia pun melakukan hal yang sama menjulurkan tangannya untuk meraih sarung yang berada ditanganku. Namun tentu saja kedua tangan kami masih berjauhan, it’s show time! Tanpa canggung dan malu lagi ku longokkan tubuhku sembari tangan kiriku bertumpu pada batu untuk menjaga keseimbangan. Tentu saja hal ini membuat lelaki itu girang. Kulihat wajahnya berbinar memandangi tubuhku yang mulus dan payudaraku yang besar dan kencang yang kini tergantung bebas didepan matanya yang hanya berjarak beberapa meter darinya. Sepertinya dia benar-benar menikmati indahnya tubuhku ini hingga aku memanggilnya beberapa kalipun dia masih belum memberi respon seolah-olah pikirannya berada ditempat lain. Akhirnya dia pun tersadar juga dan dengan segera dia berdiri meraih sarung ditangan ku hingga tangan kami saling bersentuhan cukup lama. Kini dengan jelas kulihat kemaluan lelaki itu, besar panjangt itu. Berbeda jauh dengan milik suamiku yang tidak ada apa-apanya dibandingkan milik lelaki ini. Entah bagaimana rasanya kembali ku membayangkan seandainya kemaluanku dimasuki oleh kemaluan lelaki ini, tentu rasanya sangat sesak dan pasti nikmat sekali hingga tanpa sadar aku mengagumi kegagahan kemaluannya. Lelaki itupun rupanya tidak melewatkan kesempatan dalam larutnya aku dalam lamunan, dia tetap diam sembari matanya menelusuri tubuhku dari ujung rambut hingga ujung kaki, centi demi centi dia perhatikan dengan cermat namun sepertinya dia sedikit kecewa karena aku masih mengenakan kain untuk menutupi bagian bawah tubuhku. Seperti seolah tahu jika aku sedang mengagumi kemaluannya hingga tak memanggilku yang mungkin dapat membuatku tersadar. Dapat kurasakan kemaluanku basah oleh cairan lubrikasiku sendiri yang menandakan aku sedang terangsang. Dan entah tanpa sadar aku melangkahkan kaki ku menghampirinya, sementara tangan kiriku kuarahkan kekemaluannya yang besar dan panjang itu. Ketika semakin dekat dan tangan ku sudah menyentuh kemaluannya dia pun memanggilku dengan perlahan. “Mbaak…” Aku pun tersadar aku berada persis dihadapan lelaki itu, lelaki yang telah telanjang bulat sementara aku hanya mengenakan kain untuk menutupi bagian bawah tubuhku sementara tubuh atasku telah telanjang terpampang dengan jelas. Aku menunduk, rasa malu kembali menerpaku namun tak urung tangan kanan ku masih berpegangan dengan nya sementara aku tak berusaha menutupi payudaraku. “Mas, ini sarungnya aku pakaikan ya…” Dan tanpa menunggu persetujuannya aku pun berjongkok didepannya yang kini aku berhadapan persis dengan kemaluannya yang besar dan panjang. Tubuhku benar-benar bergairah melihat pemandangan yang begitu menakjubkan ini, dapat kulihat bagaimana urat-urat dikemaluannya begitu menonjol dan sepertinya sangat keras sekali. Sengaja kusenggolkan lenganku ketika melilitkan sarung tadi dan benar-benar terasa sangat keras seperti batang kayu. Setelah sarung tersebut selesai aku kenakan padanya kini pemandangan yang membuatku kagum itu pun hilang dan berganti ucapan terima kasih dari lelaki itu yang memandang tubuhku yang sedang masih berjongkok didepannya. “Te… Terima kasih banyak Mbak, saya tidak tahu bagaimana pulangnya nanti jika sarung itu hanyut.” ujarnya. Akhirnya aku pun kembali berdiri, dan kembali lelaki itu dapat menikmati keindahan payudara ku lebih jelas. Dapat kulihat dari matanya jika dia sangat terangsang, dan sangat ingin menggauliku. Namun rasanya cukup gila juga jika dia menggauliku ditempat ini karena ini tempat terbuka meskipun aku tidak akan menyebut hal itu ‘pemerkosaan’ karena sebenarnya akupun juga menginginkan kemaluannya menyetubuhiku. Rupanya dia masih memiliki akal sehat dan untuk mengalihkan birahi dalam tubuhnya dia memperkenalkan diriku. Kini kutahu namanya adalah Salim, seorang warga di kampung ini. Kemudian dia berjalan kearah tempatku mencuci tadi dan mengambilkan baju dan BH ku. Ternyata cukup gentlemen juga Kang Salim ini, dia tidak membiarkan ku terus-terus an telanjang memamerkan payudaraku sendiri meskipun dia sendiri juga pasti menyesali karena kehilangan kesempatan memandangi payudaraku. Diberikannya pakaianku dan segera kukenakan namun aku sengaja tidak memakai BH, perlahan kukancingkan baju ku dari bawah supaya dia dapat melihat payudaraku hingga detik terakhir aku mengancingkan bajuku. Dia pun meneguk ludah ketika kini aku sudah berpakaian karena payudara besar ku terlihat sekali dari luar baju jika aku tak mengenakan BH apalagi putingku pun mengeras. Aku pun berbalik kearah tempatku mencuci untuk membereskan cucianku, ketika aku berbabalik dan berjalan aku sengaja melenggak-lenggokkan pantatku dan membuatnya semakin pusing, aku yakin dia memperhatikan goyangan pantatku tadi karena dia seperti tidak konsentrasi ketika mengajakku berbicara menanyakan nama dan asalku. Dia mengambil tempat duduk diatas batu tidak jauh dari tempatnya berdiri tadi sambil kita mengobrol aku menunggu suamiku. Aku memperkenalkan diri dan memberitahukan jika aku sedang berlibur di daerah sini. Obrolan kami semakin santai hingga tak sadar hari sudah gelap. Kulihat dari jauh suamiku berjalan dengan tergesa-gesa, dalam hati aku takut juga jika suamiku tahu apa yang terjadi tadi. Suamiku menanyakan keadaanku karena dia khawatir sudah larut takut jika ada apa-apa. Tak lupa ia pun berkenalan dengan Kang Salim. Tak lama kemudian aku dan suamiku pun berjalan pulang, ku gunakan ember cucianku untuk menutupi payudaraku supaya suamiku tidak menyadari jika istrinya tadi sama sekali tidak memakai BH ketika asyik mengobrol dengan lelaki lain.
Bersambung…….