KAMPUNG STRESS
Rahmawati
Rahmawati (29) biasa di panggil wati, seorang istri yang di tinggal merantau oleh suaminya, 3 tahun yang lalu suami Wati pergi ke pulau kunci untuk mengadu nasib di ibu kota, namun sejak saat itu suami Wati hilang tanpa kabar, entah masih hidup atau tidak. Walau demikian Wati masih yakin suaminya suati hari nanti akan kembali. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari, Wati mengandalkan penghasilan dari mertuanya yang seorang nelayan. Wati adalah seorang yatim piatu, sehingga semenjak menikah, ia diajak tinggal bersama keluarga suaminya, saat ini Wati hanya tinggal berdua saja dengan bapak mertuanya. Wati sudah menganggap bapak mertuanya seperti orang tuanya sendiri, begitu juga sebaliknya. Namun suatu waktu terjadi sesuatu pada Wati. Pagi itu Wati hendak mencuci pakaian di sungai, tidak ada yang aneh disana, Wati beserta ibu ibu lain seperti biasa mencuci bersama di pinggir sungai. Mengobrol dan bercanda sudah biasa ibu ibu itu lakukan. Selang beberapa waktu berangsur angsur dari mereka yang sudah selesai mulai pulang, tinggal Wati dan 2 rekannya yang masih sibuk mencuci. Disanalah keanehan mulai terjadi. Wati tiba tiba merasakan keanehan pada tubuhnya, lama berada di air biasanya ia akan merasa kedinginan, namun kali ini tubuhnya justru terasa gerah. Tubuhnya gemetaran, dengan nafas yang makin berat. Wati berfikir ia mungkin sedang sakit. Wati pun bergegas menyelesaikan cucianya, ia ingin segera pulang dan beristirahat di rumah.
Selesai mencuci wati bergegas pulang, kepalanya mulai terasa berat, entah kenapa ia merasa sangat
gatal disekitar area kewanitaannya, wati berjalan menyusuri jalan setapak menuju ke kampungnya,
sebari membawa cucian yang masih basah, wati merasa sangat lelah, kepalanya terasa makin berat dan tubuhnya yang makin terasa panas. Jalannya pun mulai terlihat gontai. Kakinya terlihat gemetar setiap kali ia melangkah.
“kenapa aku ini… tiba tiba kepalaku berat sekali, apa aku sakit!?” ujar wati yang kebingungan
karena merasa sudah tidak kuat, sedangkan rumahnya masih cukup jauh, wati memutuskan untuk
beristirahat dulu sejekan di pos ronda yang kebetulan ia lewati. Setelah meletakan cucian yang ia bawa wati lalu naik ke atas pos ronda. Ia duduk di samping pos ronda, salah satu tanganya mengurut urut kepala, berharap bisa meredakan pusing yang ia rasakan saat ini. Karena dadanya terasa sesak wati tanpa sadar meremas salah satu buah dadanya yang besar, “oooochhh” desahan itu tanpa sadar keluar dari bibirnya saat payudaranya di remas. Diwaktu bersamaan saat itu selain merasa nikmat wati merasa pusing di kepalanya sedikit mereda. Karena hal itu kini keda tangan wati mulai meremas kedua payudaranya, “aaaachhh…..nggggghhhhh,… aachh” desahan manja makin terdengar dari bibir wati, ia pun kini merebahkan tubuhnya. Kedua tanganya terus meremasi payudara besarnya itu. Kaki watitampak menghimpit. Semakin diremas, semakin nikmat dan kepalanya semakin ringan, begitulah yang watu rasakan, kedua matanya terpejam. Tanganya terus intens meremas. Tidak puas sampai situ, salah satu tanganya kini menyusup masuk kedalam kaosnya, menyelinap langsung kedalam bra yang ia pakai. Salah satu tangan wati kini meremas langsung payudaranya dari dalam, memelintir putingnya yang sudah sangat mengeras. Tidak puas dengan satu tangan, tangan lain ikut masuk kedalam kaosnya, kedua tangan itu kini bersamaan meremas langsung payudaranya. Dengan gemas ia pencet putting payudaranya sendiri, “ssshhhhh ooooocchhh”. Fikiran wati mulai blank, yang ia fikirkan kini hanya ingin menikmati kenikmatan yang ia rasakan saat ini. Merasa terganggu dengan bra dan kaos yang ia pakai, wati mulia melepas pakaiannya itu, tanpa penutup apapun payudara wati yang besar kini menyembul bebas, payudara besar itu terus ia mainkan sendiri. Saat wati asik dengan kenikmatanya sendiri, terlihat beberapa warga yang hendak pergi kesawah berjalan mendekati pos.
“ehhh suara apa itu? Denger gak?” ujar salah seorang bapak-bapak
“suara apaan!? Eh iya ada suara, mirip suara perempuan lagi desah” timpal bapak-bapak lainnya
“itu, dari pos ronda kayanya, ayo kita lihat” ajak yang lainnya
bapak-bapak yang menghampiri pos pun kaget melihat wati yang sedang sibuk meremas payudaranya, salah satu tanganya kini terlihat menggesek gesek celana dalamnya. Dengan kaki mengangkang dan kain yang sudah tersingkap. Terlihat celana dalam putih dengan gudukan daging tebal ditengahnya, jari wati terus menggesek bagian tengah celana dalamnya, menggesek tepat di garis memeknya. Perlahan celana dalam itu nampak basah. Desahan demi desahan terus keluar dari tangan wati. Bapak-bapak yang menyaksikan hal itu saking kagetnya malah terbengong menyaksikan wanita bertubuh montok sedang berusaha meraih kenikmatanya. Tanpa sadar sesuatu mulai menonjol di celana mereka.
“inikan si wati, menantunya pak jajag, kenapa dia ngelakuin disini”
“gak tau… mungkin lagi bernafsu”
tidak lama setelah itu, ibu ibu yang tadi mencuci bareng wati, juga lewat kesana, sama halnya dengan bapak bapak tadi, ibu ibu itu tampak kaget melihat wati yang kini sudah hampir telanjang bulat, celana dalamnya sudah terlepas entah kemana, tangan kiri tampak sibuk mengocok memeknya, kedua jari wati dengan cepat ia gerakan keluar masuk. Suara becek makin terengar dari memek wati yang sudah sangat basah. Sementara tangan kanannya masih sibuk memilin dan meremas payudaranya sendiri.
“itu si wati kenapa begitu, kalian apakan dia?” tanya salah satu ibu ibu
“eeh kami juga gak tau bu, tadi pas lewat dia udah kaya gitu” sanggah salah satu bapak bapak
“ti… wati… sadar ti… kamu kenapa, malu tii” salah satu ibu ibu berusaha menegor wati
alih alih tersadar, wati makin menggila, mata wati tampak sayu jelas ia masih sadarkan diri, namun
fikirannya sudah benar benar dikuasai nafsu, kocokan tangan wati terus meningkat, salah satu bapak
bapak ikut menghampiri wati dengan dalih ingin membantu menyadarkan, padahal dalam hatinya ia
ingin melihat tubuh wati lebih jelas, ia merasa pandangannya terhalang ibu ibu yang berusaha menegor wati tadi. Terlihat jelas tonjolan di celana bapak itu. Sesaat setelah itu ibu bapak yang berada tepat di depan wati terkaget kaget karena wajah mereka tiba tiba tersembur air dari dalam memek wati. Pinggul wati tampak terangkat, memeknya mengarah tepat ke wajah bapak dan ibu yang ada di depannya.
“aduuuhhhh sampe mucrat ti” ujar si bapak
“iiihhh, wati sadar tii, aduuuh” ujar si ibu
“kontooollll…aaacchh wati pengen kont…..oool oochh occhh” sayup sayup terdengar suara wati
tidak butuh waktu lama tempat itu mulai kerubuni para warga, pos yang memang berada di jalan
utama kampung jelas dengan mudah mengundang rasa penasaran warga yang lewat. Warga hanya mengelilingi pos ronda, ibu ibu bapak bapak bahkan para remaja kampung semua hanya menyaksikan kegilaan wati. Salah satu pemuda ada yang jail dengan sengaja mengasongkan pentungan pos ronda pada wati. Wati yang menerima pentungan itu langsung memasukan kedalam memeknya. Walau tidak masuk seluruhnya wati mulai mengocok memeknya dengan pentungan itu.
Salah seorang maju dan dengan sengaja melebarkan kaki wati. Karena sudah sangat bernafsu melihat wati yang asik colmek. Beberapa pemuda dan bapak bapak mulai hendak naik ke pos ronda untuk membantu wati. Bukan bantu menyadarkan namun mereka berniat membantu wati meraih kenikmatan.
“TAHAAAN, jangan ada yang macam macam” terdengar suara lelaki tua yang berdiri diantara
kerumunan warga
lelaki tua i adalah pak Irman, ia adalah sepuh kampung yang cukup di hormati dan disegani, hanya
dengan sekali bentakannya para pemuda dan bapak bapak tadi langsung ciut dan mundur perlahan.
Lelaki tua itu lalu menyuruh salah seorang warga untuk pergi ke pantai dan menemui mertua wati.
Warga yang di perintah tadi langsung bergegas pergi. Beruntung saat warga yang diperintah memanggil pak Jaja (50) tiba di pantai, terlihat perahu pak Jaja yang biasa digunakan untuk melaut, mulai menepi. Yang artinya pak Jaja baru aja selesai mencari ikan.
“pak Jaja, pak Jaja…. Gawat pak gawat” ujar warga tadi berteriak teriak sebari mendekat ke perahu pak Jaja
“gawat kenapa din? Apa yang gawat” ujar pak Jaja panik dan langsung loncat dari perahu
“itu pak si wati…”
“wati… kenapa si wati!?”
“anuu ituu. Ah pak Jaja lihat sendiri aja, ayooo”
Pak jaja dan mang udin pun bergegas berlalu masuk ke kampung. Dari kejauhan pak jaja melihat
kerumunan warga di depan pos ronda, ia mulai cemas dan gelisah. Ia sangat takut terjadi sesuatu
dengan menantunya itu. Pak jaja pun mulai menerobos kerumunan, jantung pak jaja hampir copot saat melihat menantunya berbaring di atas pos sebari mengangkang lebar. Wati masih menggunakan
pentungan maling tadi sebagai alat bat colmeknya. Pak jaja pun menghampiri wati yang berada di dalam pos.
“tii wati. Sadar ti… kamu kenapa?” ujar pak jaja panik
pak jaja lalu berusaha menghentikan wati, ia ambil pentungan maling tadi dari tangan wati. Pak jaja
terus berusaha menyadarkan wati. Ia berusaha menutupi tubuh wati dengan kain yang sebelumnya wati kenakan. Pak jaja terus saja berusaha menyadarkan wati, alih alih sadar wata justru malah berontak. Wati sibakan kembali kain yang menutupi tubuhnya. Wati lalu berrontak dan hendak turun dari pos ronda.
“kontool kontoolll kontolll… wati pengen kontooolll” wati berteriak sebari turun dari pos
mata wati menyusuri kerumunan warga yang sedang mengelilinginya. Belum sempat pak jaja menahan tubuh wati, wati lalu berlari menubruk salah seorang kakek tua yang berdiri paling depan wati menubruk bapak itu setelah melihat tonjolan di selangkangan si kakek. Kakek tua yang kaget di tubruk oleh tubuh wati yang montok pun hilang keseimbangan sehingga jatuh terjengkang. Saat si kakek sudah terjatuh, wati dengan sigap langsung melorotkan celana si kakek. Kontol si kakek yang tegang sedari tadi pun mulai terlihat. Wati dengan cepak mengunci pergerakan si kakek denga duduk diatas paha si kakek. Dengan penuh nafsu watu lalu mulai mencoba mengarahkan kontol si kakek masuk ke dalam memeknya, warga lain yang menyaksikan hanya terbengong dan tidak berbuat apa apa. Kontol si kakek pun amblas terjepit memek si wati. Pak jaja lalu berlari menghampiri wati, dari belakang ia berusaha menarik tubuh wati, namun wati terus berontak dan tidak mau di ganggu, pergulatan terus terjadi antar wati dan pak jaja, Pak jaja berusaha menarik tubuh wati tetapi wati berusaha menghetakan tubuhnya lagi pada si kakek, Terus berulang ulang. gerakan gerakan itu justru tanpa sadari sudah membuat kontol si kakek mengaduk ngaduk memek wati.
“ayo yang lain tolong bantu pak jaja, cepat” ujar pak irman
pak jaja di bantu beberpa warga akhirnya berhasil menarik tubuh wati, saat tubuh wati di angkat terlihat lelehan sperma di ujung kontol si kakek. Karena kemontokan dan memek wati yang masih sangat rapat baru semenitan saja si kakek sudah muncrat. Tubuh wati pun di bopong beberapan warga dua orang memegangi kakinya di depan, dan dua orang lagi mengangkat tubuh bagian atasnya, sisanya yang lain hanya pura pura membatu dari samping, sepanjang perjalanan menuju rumah pak jaja, tubuh watu terus berontak dan menggeliat, tak sedikit warga yang aambil kesempatan meremas payudara wati, beberapa bahkan ada yang nekat mencolok memek wati degan jari jari mereka.
Setibanya di rumah, wati langsung di masukan kedalam kakammya, ia terus berteriak teriak “pengen kontol” mereka pun mengurung wati di dalam kamarnya. Pak jaja lalu mengunci pintu kamar wati dari luar.
“konntolll watii pengeen kontooool” terdengar suara wati dari dalam.
Bapak bapak pun berkumpul di ruang tamu pak jaja, pak jaja tampak sangat cemas dan takut menantunya kenapa kenapa, pak irman mun mulai menceritakan awal mula bagaimana semua ini terjadi, tidak ada yang tahu pasti bagaimana awal mulanya, karena berdasarkan penuturan bapak bapak yang pertama kali menemukan wati, mereka sudah melihat wati yang tidak berbusana di dalam pos ronda
“kira kira saya mesti gimna pak?” tanya pak jaja, namun semua nampak terdiam dan bingung.
“pak jaja, sejujurnya kita semua tidak ada yang tau pasti mesti gimana, hal seperti ini baru pertama kali terjadi, namun melihat kondisi nak wati yang seperti tadi, akan lebih baik jika kita coba redam dulu nafsunya, agar ia bisa lebih tenang” ujar pak irman
“meredam nafsunya? Tapi bagaimana pak? Sedangkan suami wati masih ada di pulau kunci” ujar pak jaja
“tidak mungkin jika harus menunggu suaminya pulang dulu pak, terlalu lama, lagian bagaimana kita bisa menemukannya disana… begini saja pak, karena bapak satu satunya keluarga wati, mungkin lebih baik bapak saja yang melakukanya” ujar pak irman
“hah, masa saya harus gituan sama menantu saya pak, saya sudah mengganggapnya anak saya sendiri” protes pak jaja
“saya paham pak, cuma yang saya takutkan jika nafsunya tidak segera di redam, ia bisa berbuat nekat, salah salah ia bisa melukai dirinya sendiri” ujar pak irman, para warga lain pun mengangguk seakan membenarkan ucapan pak irman, pak jaja sedikit terdiam, ia masih bingung harus bagaimana
“baiklah pak, jika memang ini demi kebaikan, akan coba saya lakukan” ujar pak jaja
“baiklah, kalo gitu silahkan pak jaja lakukan sekarang, saya dan para warga akan berjaga disini” ujar pak irman
karena merasa tidak ada pilihan, pak jaja pun akhirnya mengikuti saran pak irman, ia pun lalu bergegas menemui menantunya yang masih terkurung dalam kamar. Saat masuk pak jaja kaget saat melihat wati yang hendak memasukan botol kosmetik ke dalam memeknya. Pak jaja buru buru mengambil botol itu dari tangan wati.
“wati jangan… sadar nak jangan seperti ini” ujar pak jaja
“eeuuungghhh gatel, konntolll, wati pengen kontol” rengek wati
“iya iya, pake kontol bapak aja ya”
pak jaja pun mulai melepas celana nya beserta celana dalam yang ia kenakan, jauh di dalam hati pak jaja sejujurnya ia juga sangat bernafsu melihat menantunya yang tanpa busana sekarang, apalagi tadi ia sempat beberapa kali memegang bagian tubuh wati, Termasuk dadanya. Hal itu terbukti dari kontolnya yang sudah tegang sedari tadi. Namun pak jaja berusaha menepisnya karena sudah mengganggap wati seperti anaknya sendiri. Wati yang di asongkan kontol oleh pak jaja, langsung menerkam barang pusaka milik mertuanya itu. Pak jaja saat ini duduk di samping ranjang, wati langsung turun dari ranjang dan berlutut di depan pak jaja, ia raih kontol pak jaja, mengocoknya, lalu tanpa aba aba langsung mengulum kontol tersebut.
Pak jaja yang mendapat perlakuakn seperti itu, hanya bisa terpejam sebari memegangi kepala wati, ia tak menyangka mulut menantunya bakal seenak itu. Pak jaja yang merasakan dada menantunya yang besar itu menekan kakinya mulai lupa daratan, ia mulai tidak peduli siapa wanita di depannya itu, pak jaja lalu menghetikan kuluman wati, ia angkat tubuh wati agar berdiri. Lalu membaringkanya di kasur.
“colok memek wati pak” ujar wati pada pak jaja.
“ia bapak juga sudah tidak tahan, mudah mudahan kamu bisa puas nak” ujar pak jaja
pak jaja pun mulai membentangkan kaki wati, dengan perlahan ia mulai membenamkan kontolnya ke memek menantunya itu.
“oooochhh” wati dan pak jaja mendesah bersamaan saat colokan pertama
“rapet banget memek mu nak” ujar pak jaja
sementara itu di luar kamar, para bapak bapak dan pak irman masih berdiskusi tentang kejadian aneh ini. 5 menit sejak pak jaja masuk ke kamar tibak tibak ia keluar dari kamar. Sebari ngosngosan pak jaja berusaha keluar dari kamar.
“pak tolong pak” ujar pak jaja
terlihat wati yang berusaha menarik kembali pak jaja masuk ke dalam kamar, sementara pak jaja berusaha kerluar dari kamar, setelah berhasil buru buru ia menutup pintunya lagi. Terdengar wati teriak teriak dari dalam kamar meminta kontol lagi
“pak jaja ada apa?” tanya pak irman
“anu pak, saya gak kuat pak, burung saya ngilu” ujar pak jaja sebari meringis memegangi kontolnya
bapak bapak yang ada disana tampak heran lalu seketika mereka tertawa meledek pak jaja yang baru 5 menit udah gak kuat. Karena pak jaja merasa tidak sanggup memuaskan nafsu besar menantunya, pak irman pun menyarankan agak bapak bapak yang lain turut mencoba memuaskan nafsu wati, tentunya atas seijin pak jaja, lagi lagi karena pak jaja merasa sudah tidak ada pilihan, ia pun lalu mengijinkan bapak bapak lain untuk menyetubuhi menantunya dengan catatan pak jaja harus menyaksikannya langsung. Untuk memastikan yang lain tidak kelewatan terhadap menantunya. Murni hanya untuk mengobati menantunya. Karena permintaanya itu salah seorang bapak bapak menyarankan agar menantunya pak jaja aja yang di bawa ke ruang tamu, untuk nanti bergiliran memaskan nafsu menantu pak jaja itu.
Setelah debat alot pak jaja pun pasrah menantunya di bawa ke ruang tamu untuk di gilir bersama, giliran pertama jelas jatuh pada pak imran, karena memek wati sudah sangat becek, tanpa perlu pemanasan lagi pak irman langsung ancang ancang ambil posisi gaya dogy.
JLEEBBB
kontol pak irman pun masuk menembuk memek menantu pak jaja tersebut. Entah sudah sangat bernafsu atau terlalu percaya diri, pak irman langsung ambil tempo cepat, menggenjot memek wati. Al hasil tidak jauh beda dengan pak jaja, pak irman sudah K.O. duluan bahkan belum genak 6 menit. Secara bergiliran 3 orang sudah bergantian menyetubuhi wati, namun semua kalah hanya dalam waktu yang bersamaan. Sementara wati masih terus merengek minta di kontolin.
“pak kalo bergilir gini gak bakal bener, mendiang kita sekaligus aja bersamaan” ujar salah seorang warga di ikuti anggukan bapak bapak lain tanda setuju
“ehhh bersamaan maksudny….”
berlum selesai pak jaja bicara salah seorang warga kembali menunggingkan tubuh wati, ia muali ambil ancang ancang untuk mendogy wati. JLEEB kembali kontol besar menancap di memek wati.
“euuuhhhhgg, pantesan pada gak kuat, rapet banget memeknya”
“ahhhh…shhhhh cepetan genjot pak” ujar wati yang tidak sabar
“siap neng”
bapak itu pun terus menggenjot wati, namun berbeda dari bapak bapak sebelumnya, yang ini lebih bisa mengontrol nafsunya, ia mulai memvariasikan kecepatan genjotnya. Sebari masih di genjot dari belakang ia pun menarik tubuh wati, tangannya mulai meremas payudara wati yang besar dan padat.
“oohhhh…. enak bener memek mu dek wati”
“ah ah achhh, terus pak, genjot wati lebih kenceng pak” ujar wati
bapak bapak lain yang menyaksikan mulai ikut mendekati tubuh wati, salah seorang mulai menyodorkan kontolnya ke mulut dek wati. Dengan lahap wati langsung mencaplok kontol itu, yang lain tidak mau kalah mulai ikut meremas payudara wati. Sementara bapak bapak yang di belakang kembali fokus menggenjot wati. Sekitar sepuluh menit, bapak bapak itu meminta bertukar posisi dengan wati, kini ia rebahan dibawah dan meminta wati untuk menungganginya. Wati yang paham maksudnya mulai menunggangi bapak yang rebahan tadi. “aaachhhhh aachhhhahhh… ooochhh” desahan terus keluar dari mulut wati, goyangan bokongnya yang montok membuat semua orang yang ada disana ngeces. Wati begitu lihai bermain diatas. Belum lagi payudaranya yang terus beroyang semakin membuat bapak bapak yang ada disana makin bernafsu. Seseorang kembali menghampiri wati dan menyodorkan kontol kemulutnnya lagi. Wati pun kembali mengulum kontol sebari pinggulnya aktif bergoyang. Dibelakang sana seseorang sedang mengelus dan menepak bokong mulus milik wati. Karena tidak tahan perlahan ia mulai menancapkan jari nya pada anus wati. Wati tampak kesakitan namun mulutnya masih terus mendesah.
“ahhh pak pak pak udah pak sakiit…. acchhh enak… enak acchhhh” ujar wati tidak jelas
“dek wati goyangnya cepetan, abang mau kelaur aaarrghhh”
“tahan bangg, wati juga mauuuu, aduuuhh itu anus wati…. sakkk…aachhhh enak bangettttt aahh baaaaanggg watiiiii nyamppe”
tubuh wati mengejang hebat, akhirnya ia mendapat orgasme pertamanya yang murni pakai kontol. Sementara bapak bapak yang ada di bawah juga sudah menyemburkan spermanya di dalam rahim wati.
Hal itu terus berlanjut, bergiliran sampe pagi, tidak cuma bapak bapak tadi, para pemuda dan remaja kampung pun turut ikut menggilir wati. Pagi hari setelah semua pulang. Terlihat tubuh wati yang sudah berlumuran sperma. Memek mulut bahkan anusnya semua penuh dengan sperma. Keesokan harinya setelah tertidur pulas wati kembali normal. Ia tidak bisa mengingat jelas kejadian kemarin. Pak jaja sangat bersyukur mantunya kembali normal walau terlihat masih sangat syok. Wati adalah awal dari runtutan kasus yang terjadi. Tidak lama setelah wati beberapa wanita lain pun mengalami hal yang sama, berkaca pada kasus wati cara yang sama coba di terapkan pada wanita lain dan berhasil, beberapa warga menolak anak/mantunya digilir rame rame, dan memilih membiarkanya. Namun hal itu justru malah berakibat buruk, selama satu minggu di kurung. Sang wanita bukanya reda malah makin bringas dan nekat. Akhirnya pihak keluarga pun pasrah anak/mantunya di gilir beberapa orang sekaligus.
Sempat ada protes keras dari ustadzah setempat perihal cara penanganan kasus stress/gila tersebut, namun pada akhirnya sang ustadzah pun merasakannya sendiri. Ia pun tidak bisa berkata kata lagi saat memeknya dan memek anak perempuanya begitu terasa gatal dan minta di puaskan.
TAMAT
Cerita ini hanya selingan saja kebetulan terlintas ide gila, dari pada menguap gitu aja mending langsung di eksekusi, selagi cari inspirasi juga buat lanjutin cerita “ himpitan ekonomi ” . jadi mungkin cerita ini tidak ada kelanjutanya. Lagian kata suhu sotoy, cerita disini tidak boleh bersambung sambung dan harus sekali tamat.