Jebol Juga Pertahanan Pacarku

Ingatkah dulu nama perempuan yang mempunyai nama Nisa pacarnya temanku Putra yang pernah saya gauli sampai terebut keperawanannya di kamar pacarnya ketika dia sedang keluar, satu pekan sudah selesai setelah saya bercinta lantas kami berdua berencana guna pergi ke luar kota, tadinya ia menampik tapi sesudah mendengar ancamanku andai Putra bakal tahu mengenai situasi yang sebenarnya, kesudahannya gadis ini menyerah juga.

Kami sebetulnya pergi berombongan dengan sahabat-sahabat dari kampusku yang kebetulan menyelenggarakan study tour ke wilayah telaga Sarangan di lereng Gunung Lawu. Dengan 3 mini bus akhirnya regu diberangkatkan sesudah menunda waktu hingga 1 jam sebab supirnya sakit dan penggantinya belum datang.

Dalam kegiatan wisata bareng kali ini (saya sebut wisata sebab tak memnuhi kriteria guna disebut study tour, sebab memang tidak terdapat yang dapat dipelajari) panitia menyerahkan dua jadwal khusus, kesatu out bond di telaga Sarangan dan jalan-jalan lintas alam dilereng gunung lawu walaupun tak hingga mendakinya.

Sekitar jam 2 siang, regu tiba di suatu villa yang tempatnya tak jauh dari danau. Villa tersebut dipecah menjadi 4 bangunan kecil dan satu bangunan besar yang dibagian depannya dipakai sebagai ruang pertemuan atau pertunjukan sebab luas dan lapang.

Sementara 4 bangunan kecil lainnya berupa lokasi tinggal kecil dengan 3 kamar tidur, sementara kamar mandi berada diluar yang hanya terbisa 6 kamar mandi untuk lelaki dan perempuan tanpa pemisah.

Ditempat tersebut juga terbisa jajaran warung yang banyak sekali tutup sebab mungkin bukan musim liburan sesampai mereka malas guna membuka warungnya. Dibagian samping dari lokasi villa kami terbisa sejumlah villa beda dan sejumlah pula lokasi tinggal penduduk.

Tapi yang membuatku heran bahwa ada sejumlah rumah yang berbentuk laksana kost-kostan dengan tidak sedikit kamar kecil. Setelah saya bertanya untuk pengurus villa ternyata itu ialah penginapan yang biasa dipakai pasangan muda-mudi (biasanya anak SMU atau SMP yang bolos) guna bercinta atau istilah kerennya quickie.

Karena sekali lagi kami ini seluruh mahasiswa maka soal pembagian kamar pun tak sekaku saat study tour masa-masa SMU yang disahabati guru sebagai pengawas. Akhirnya saya berhasil sekamar dengan Nisa dan satu cewek lagi yang mempunyai nama Elisha salwa seorang mahasiswi yang kurang dapat bergaul sebab sifatnya yang tertutup.

Mungkin dampak ulah kakaknya yang tidak jarang buat ulah di kampus sesampai sempat tertangkap polisi sebab membawa sabu-sabu dan putau didalam lingkungan kampus, terang-terangan pula. Nama Elisha sebisa barangkali dihindari oleh sahabat-sahabat sefakultasnya sebab mereka sudah eneg duluan menyaksikan tingkah laku kedua kakaknya.

Kakaknya yang lain pun masuk penjara sebab ketahuan menjadi bandar judi disebuah komplek pertokoan andai malam dan dikeluarkan dari kampus yang sama dengan kampus dimana saya berada.

Petang itu, kami serombongan jalan-jalan di pinggir danau, meski ada sejumlah yang mencarter perahu guna mengelilingi danau, seringkali mereka pasangan kekasih atau yang sedang PDKT (Pendekatan red.).

Nisa dan saya sendiri memilih duduk-duduk sambil santap sate kelinci dipinggir telaga tepat didepan hotel bertingka, andai tak salah mempunyai nama Hotel Merah (nama yang aneh).

Sepertinya sikap Nisa untuk saya sudah mulai melunak, tampak dari caranya berkata dan ia tak menampik lagi saat ketika kami sendirian brdua, saya memintanya guna bercinta denganku. Setidaknya sudah lebih dari 20 kali kami bercinta sekitar ini, sementara dengan Putra pacarnya ia justeru belum pernah sama sekali. Betapa beruntungnya diriku ini.

Malam nanti anda tidur dibawah saja yah tidak boleh diatas jadi ntar pas turun dari lokasi tidur dapat pindah ke lokasi tidurku.” Kata saya pada Nisa. Memang dikamar kami terbisa dua lokasi tidur, satu bertingkat sementara satu tidak.

Ia hanya mencibirku kemudian memakan satenya lagi,

“Memang anda mau ngapain lagi? Disana terdapat Elisha. Jangan macam-macam!” sahutnya kepadaku.

Saya cengar-cengir dan mengatakan andai si Elisha tersebut tak barangkali peduli dengan suasana sekitarnya, toh sejak sekamar dengan kami ia tak pernah berucap sekatapun pada kami.

Malam kesudahannya datang pun dan rencansaya mulai berjalan. Dengan mengendap-endap saya membangkitkan Nisa yang sedang tertidur kemudian menyuruhnya pindah ketempat tidurku. Walaupun dengan malas kesudahannya ia inginkan juga. Begitu ia sampai, tanpa diaba-aba lagi saya segera menciumi bibirnya dan melucuti baju tidurnya dalam kegelapan kamar malam itu. Akhirnya dalam sejumlah detik saja Nisa sudah bugil didepanku begitupun denganku.

Bibir kami berpagutan lagi sesudah Nisa benar-benar bangun dari tidurnya dan tak butuh lama-lama, memek gadis ini segera basah sebab cairan cintanya yang terbit tak tertahan lagi.

Remasan dan lumatan yang saya kerjakan pada kedua toketnya menciptakan Nisa menggelinjang tak karuan bahkan sempat saya ingatkan guna tak keras-keras mendesahnya supaya tak membangkitkan sahabat-sahabat yang lain.

“Ehmmm…erghh…” Desah Nisa tak karuan sembari berjuang menutup mulutnya supaya tak menerbitkan bunyi desahan lagi. Tapi tidak berhasil juga lagipula ketika batang kejantananku mulai merasuki liang senggama gadis ini. Nisa menggelinjang kekiri dan kekanan tak karuan sembari terus mendesah,

“Arhhh..akhh…Adi…terus..” katanya disela desahannya.

Memang akhir-akhir ini Nisa sudah mulai berani mengerjakan gerakan aktif saat bercinta denganku, mungkin sebab ia sudah tak lagi peduli dengan kebersihan cintanya untuk Putra ataupun komitmen yang mereka bangun.

Selang sejumlah menit lantas Nisa merintih agak keras dan memelukku erat-erat, ia menjangkau orgasmenya sesudah liang memeknya dipompa oleh kontolku tanpa henti sejumlah menit terakhir ini.

“Akhh….saya klimaks Di…Ekhhh…ahhh..” Erangannya saat orgasme melanda tubuh gadis ini.

Dengan posisi masih menindih Nisa, saya melanjutkan lagi pompaanku sesampai menciptakan kasur lokasi kami bercinta menjadi basah sebab lelehan lahar cinta yang luar dari memek Nisa mengalir terbit dan mengairi kasur pun sprei.

Belum lumayan dengan tersebut saya langsung mempercepat gerakan sodokan kontolku dan sejumlah ketika lantas saya menarik keluar batang kemaluanku tersebut dari memek Nisa hingga sempat bergesekan cepat dengan klitorisnya yang menciptakan Nisa menggelinjang hebat. Lalu keluarlah cairan putih kental memancar dari ujung kemaluanku mengairi perut dan dada Nisa.

“Kamu makin hot saja Nis.” Kata saya sambil mengelus rambut Nisa yag tiduran disampingku sesudah saya menjangkau orgasmeku.

“Memangnya anda bandingin dengan sapa aja?” sahutnya pada saya dan hanya saya jawab asal. Ketika saya bakal memalingkan wajahku, tiba-tiba sekilas saya menyaksikan ada gerakan mengherankan pada unsur atas lokasi tidur tingkat dimana Elisha tidur.

“Apakah ia tahu dengan kejadian ini?” Pikirku dalam hati.

Pagi datang menjelang dan hari kedua di Sarangan di pakai sebagai acara out bond yang disponsori oleh suatu produk rokok. Peserta out bond itu semuanya ialah mahasiswa dan terdapat 3 universitas yang ikut dalam acara ini sementara universitas tempatku belajar mengantarkan peserta paling tidak sedikit yaitu sejumlah 30 orang.

Acara dimulai dengan jalan-jalan di sepanjang lereng Gunung Lawu hingga ke wilayah pendakian kemudian dilanjutkan dengan lomba perahu dayung hingga dengan penjelajahan didalam hutan di area wisata itu. Banyak sekali kera yang berlahiran setelah kami datang. Umumnya kera tersebut menantikan turis menyerahkan mereka makanan laksana biasanya.

Tiba-tiba saya mendengar bunyi berteriak lumayan keras, bunyi seorang gadis pikirku dalam hati. Itu ialah bunyi Elisha yang tas kecilnya yang mengandung tustel (kamera foto) terambil oleh kera kecil yang badung dan langsung lari kearah pepohonan.

Tak terdapat yang merespon teriakan itu, kelihatannya mereka ogah menolong memburu kera tersebut. Entah desakan apa yang mendorongku guna mengejarnya, mungkin sebab saya sudah terbiasa bersikap reaktif jadi kadang benak tertinggal dibelakang sedangkan tubuh telah bertindak duluan.

Setelah sekian lama saya memburu akhirnya saya berhasil mendapatkan tas itu yang dijatuhkan oleh monyet sialan tersebut direrumputan becek. Kotor namun tak rusak, hanya saja tas mungil tersebut sedikit tergores. Satu urusan yang tidak jarang kali saya sesali ialah tak pernah menyimak sekelilingku andai sedang panik.

Akibatnya kini saya tersesat lumayan jauh, lagipula tanpa kompas, peta maupun jejak yang tertinggal. Apalagi ini ialah dataran tinggi yang notabene berkabut yang menciptakan pandanganku menjadi lamur diperbanyak lagi fakta bahwa saya yang agak buta arah ini belum pernah menginjakkan kakiku sebelumnya diwilayah ini. Sempurna, pikirku dalam hati. Mungkin usahakan saya tak memburu monyet tak waras ini, umpatku dalam hati.

“Akhhh…” Terdengar bunyi seorang gadis tak jauh dari lokasi saya berdiri. Sontak saya terkejut dan menggali darimana bunyi tersebut berasal. Ternyata itu ialah Elisha yang ternyata ikut memburu monyet sial tersebut. “Di. Ketemu?”

Tanyanya sesudah melihatku dan tanpa jawaban saya hanya mengusung tas kecilnya dan diapun tersenyum tak tak sempat berterima kasih padaku. Ironisnya, ia pun telah tak sempat jalan saat ia lari memburu tasnya tadi. Sesampai dapat ditebak andai kami berdua kesudahannya tersesat bersama.

Sekitar 1 jam kami berputar-putar akhirnya sebab kecapekan dampak lari-lari plus pekerjaan sebelumnya kami menyimpulkan untuk tidur sebentar. Jam telah mengindikasikan pukul 4 petang dan ketika tersebut suasana terasa kian dingin saja lagipula disertai gerimis kecil.

“Aduh. Maaf yah, karena saya anda jadi nyasar bersama ma aku.” Elisha mengawali percakapan.

“Ah, ini dah insting aku, andai ada yang lari yah saya kejar. Kebetulan saja monyetnya lari. Gak usah terlampau dipikirkan. Aku aja nggak mikir kok.

” Kata saya asal dan menciptakan Elisha tertawa. Ternyata cewek satu ini nggak jelek-jelek amat. Wajahnya putih manis namun orang tidak jarang tak menyimak mukanya sebab sebagian mukanya diblokir dengan rambut panjangnya sesampai menciptakan mukanya tidak cukup jelas, dan belum lagi ia tak pernah menggunakan make up apapun sesampai dalam sekian banyak keadaan mukanya tampak kalah menonjol dikomparasikan sahabat-sahabatnya yang lain. Ternyata tak terdapat yang mutlak didunia ini, buktinya Elisha ternyata pun nggak laksana yang dibayangkan orang tidak sedikit selama ini.

Gadis ini tidak jarang menatapku dalam dan masing-masing kali pandangan kami beradu, ia langsung cepat-cepat mengelak dan menengok kearah lain. Lama-lama saya juga diciptakan risih olehnya dan kuberanikan diri bertanya,

“Ada apa sih? Kok dari tadi memandangiku gitu? Ada yang mengherankan dimuka saya yah?” tanya saya padanya dan ia hanya menggeelisg pelan. Saya tak puas dengan jawaban geelisgan tersebut kembali bertanya, “Terus…?”

Elisha pulang menatap mata saya dan berkata,

“Saya tau tadi malam anda sama Nisa bercinta khan?” katanya dan ucapan tersebut laksana petir menyambar kepalaku. Ternyata Elisha sadar andai saya dengan Nisa bercinta saat ia sedang tidur.

“Saya dah liat seluruh kok. Sebenernya waktu tersebut mau terbit ke kamar mandi tadi fobia nanti kalian malu dan terganggu jadi saya pura-pura istirahat aja.

”Lanjutnya dan dapat dipastikan andai Nisa tahu tentang hal ini maka ia bakalan ngamuk sekaligus panik. Saya meminta Elisha guna tak menceritakan urusan itu kepada siapapun dan diluar sangkaan ia pun berjanji guna tak mengatakannya sebab baginya saya ialah pahlawannya hari ini.

Setelah istirahat sejumlah menit, kami melanjutkan perjalanan dan dalam perjalanan itu sempat sejumlah kali Elisha hampir jatuh sebab tersandung akar pohon yang tertutup semak. Bahkan sempat pada sebuah waktu saat ia bakal jatuh dan saya menangkapnya, tak sengaja saya menyentuh buah dadanya yang tertutup jaket tipis. Saya jelas dapat melihat raut mukanya yang memerah sebab malu. Hal ini pasti tak saya sia-siakan lagi.

Saya mendekatkan wajahku kewajahnya dan urusan itu membuat Elisha makin salah tingkah. Ketika ia bakal mundur kedua elisgannya saya dekap erat sesampai tak terdapat jalan beda baginya sekarang.

“Di…” Elisha tak mampu melanjutkan kata-katanya sebab pada detik berikutnya mulutnya tersumbat oleh mulutku. Kami berciuman dan matanya tertutup seolah hendak menutupi rasa malu dan risihnya padaku.

Tapi jebol pun pertahanan Elisha, kesudahannya ia menjawab ciumanku walaupun laksana masih amatir. Dari gayanya menjawab ciumanku dapat saya pastikan andai Elisha jarang berciuman, kurang kawakan atau bahkan tak pernah berciuman sebelumnya.

Menit berikutnya jaket kami berdua lolos pun dan terjatuh di rerumputan basah. Kaus elisgan panjangnya segera saya sibakkan keatas dan menyembullah toket putihnya yang dibungkus bra warna merah. Ternyata buah dadanya paling besar, ukuran 36C andai saya tak salah. Luar biasa guna ukuran gadis Indonesia yang masih remaja.

Saya sebetulnya heran kenapa seolah tak terdapat perlawanan dari Elisha terhadap perlakuanku ini. Tapi saya tak ambil pusing dan segera saya lucuti bra nya. Detik berikutnya ciuman dan kuluman bibirku menghiasi kedua toketnya yang segar menantang itu.

“Akhhh…akhhh…” Desah Elisha merasakan perlakuanku itu dan saat jilatan dan gigitan kecil silih berganti mendera toketnya, Elisha menjulurkan tangannya dan membuka resleting celana panjangku dan memelorotkannya tidak banyak kebawah bareng dengan celana dalamku.

“Wow! Ternyata Elisha dapat horny juga.” Kata saya dalam hati. Sembari mengocok kontolku ia mendesah-desah tak karuan. Dengan posisi bersandar di bebatuan besar saya separuh menindihnya sedangkan kedua tanganku bergerilya melucuti pakaiannya yang beda sembari tetap mulutku menghajar kedua buah dadanya yang ranum itu.

“Arghh..akhh…mmmm…akhhh” Elisha laksana kesetanan saja, kini ia mengocok kontolku maju mundur dengan cepat sembari tangannya yang satu dimasukkan kedalam mulutnya sendiri seolah sedang bercinta.

Dengan situasi celana panjang, celana dalam dan bra yang sudah copot dan tinggal memakai kaus elisgan panjang, Elisha saya sandarkan lebih kebawah pada lempengan batu besar ditempat tersebut dan segera saya buka paha dalamnya sesampai tampak selangkangan putih mulus kepunyaan dara ini.

“Saya malu… jangan

” Rintihnya saat kontolku saya bimbing kebibir luar memek miliknya.

Elisha meelisguh tidak karuan saat kontolku saya gesek-gesekkan di bibir kemaluannya. Akhirnya ia mulai pun menggerakkan memeknya menggesek-gesekkan kontolku saat saya secara sengaja menghentikan gesekan. Ternyata sama saja dengan gadis-gadis lainnya yang hendak merasakan kenikmatan.

Setelah sejumlah menit fore play dengan gesekan kontol di bibir memek plus dengan remasan dan pilinan jemariku di puting toket miliknya, memek Elisha kesudahannya mulai basah kuyup dan bahkan sempat ia merasakan orgasmenya dengan diiringi dengan kontraksi ototnya mengejang dan kakinya langsung menjepit paha saya sedangkan kepalanya mendongak dengan mata terpejam. Persis dengan Ranti saat mengalami orgasmenya denganku.

Melihat cairan cinta sudah mulai mengalir terbit dari bibir memek gadis ini, saya memungut inisiatif guna melesakkan batang kejantananku kedalam memek miliknya. Elisha kontan membuka matanya lagi dan mengerang saat liang kemaluannya serasa diterobos oleh benda asing yang berukuran lumayan besar.

“Akhh…Di..” rintihnya saat batang kemaluanku berhasil menerobos liang kemaluannya. Bulu-bulu kemaluannya yang lembut seolah menjadi saksi bagaimana proses penerobosan tersebut terjadi. Dan dalam satu hentakan keras kesudahannya kontolku tenggelam seluruhnya.

Gadis ini sudah tak perawan lagi, pikirku dalam hati, namun saya sudah tak peduli lagi. Lagipula saya bukan pacarnya maupun suaminya.

Elisha memungut nafas pelan-pelan saat menyadari didalam memekna telah bertengger kontol berukuran lumayan besar. Belum sempat ia berbicara apapun, saya telah menyerahkan sodokan-sodokan enteng liang senggama gadis ini diselingi dengan sesekali sodokan cepat dan keras yang menciptakan ujung kontolku dapat menyentuh dinding rahim miliknya.

“Akhhh…akhhh….ohhh…Di…jangan keras…keras…kontolmu khan gede…” Ucapnya saat saya percepat pompaanku.

Saya hanya tersenyum saja mendengar racauan yang terbit dari bibir mungil Elisha namun tak saya hiraukan dan segera saya percepat lagi goyanganku dengan sekian banyak variasi. Elisha meracau tak karuan dan desahannya makin keras saja.

Seolah tak peduli lagi andai ada yang mendengar. Sayup-sayup bunyi burung hutan dan serangga hutam mulai tersiar mengiringi desahan kesenangan yang dirasakan oleh Elisha. ia tak peduli lagi dengan sekitarnya, yang ia pedulikan ialah bagaimana mendapat kepuasan dari tiap pompaanku yang mengobrak-abrik pertahanan memek miliknya.

Saya dapat melihat jelas klitorisnya yang menonjol seolah ikut terbit masuk saat batang kejantananku menggenjot memeknya tanpa ampun. Bibir memeknya terpecah diiringi dengan bunyi kecipak cairan jernih yang terbit dari rongga kewanitaan gadis ini.

“Memek anda seret pun Elis. Nikmat.” Ucapku saat Elisha sudah mulai kehilangan tenaganya. Kedua tangannya tak lagi kaku memegang erat bahuku dan kedua kakinya pun sudah lunglai. “Aku keluarin didalam yah?” pinta saya namun ia diam saja.

Tanpa peduli resiko apapun lagi saya mempercepat goyangan torpedoku tersebut sesampai dalam sejumlah sodokan terakhir, saya dapat merasakan adanya cairan hangat memancar terbit dari ujung kemaluanku. Begitu kontolku tercabut, tampak lelehan cairan mani berwarna putih mengalir menetes dari dalam rongga kemaluan Elisha.

“Makasih yah Elis. Kamu benar-benar hebat dalam bercinta.” Kata saya padanya kemudian saya cium keningnya yang bermandikan keringat. Elisha tak membalas dan terpejam, kelihatannya ia tadi sempat merasakan orgasme lagi sebab tubuhnya laksana telah letih sekali dibanding saat kesatu orgasme.

Beruntung pun kami sebab cuma sejumlah menit berlangsung telah dapat menemukan jalan setapak. Walaupun mesti berputar agak jauh namun kami berhasil kembali ke Villa.