Jaran Gendheng

Prologue TEJO a.k.a Joe Suteja Pagi itu, disebuah desa pinggiran jalur pantura disebuah gubug tengah ramai dikerumuni warga. Mang Diman, seorang petani kesayangan warga desa itu menghembuskan nafas terakhirnya dengan menyender di sebuah kursi goyang dari rotan tempat ia biasa ngopi pagi. Ia tidak punya sanak sodara selain Tejo anak laki-laki simatawayangnya yang hanya bisa menatap kosong tubuhnya yang terbujur kaku terbalut kafan sambil meneteskan air mata. Didalam benaknya saat itu Tejo hanya bisa terngiang-ngiang tentang wejangan yang ternyata adalah wasiat terakhir bapaknya 2 hari yang lalu. Saat itu Tejo sedang menghidangkan secangkir kopi tubruk yang sudah menjadi rutinitas pagi ayahnya. Sambil mengeluarkan batang- batang tembakau yang terlalu membuat padat sebatang rokok kretek di tangannya, Mang dimang memanggil anaknya “Jo, sepertinya bapak ndak lama lagi hidup. Badan kaya ngomong gitu terus ke bapak.” “hus, bapak aneh-aneh aja ngomong gitu.” tejo sempet keserimpet ngaduk gelas sampai menumpahkan kopinya ke meja dapur. “mumpung bapak masih inget, kalo terjadi apa-apa sama bapak jangan lupa cek kotak batik dalem laci rias ibumu ya..ada sesuatu buat kamu dari bapak.” mang diman langsung membakar dan menghisap kreteknya. Tarikan isapannya kelewat batas untuk orang tua sepertinya. Saat itu tejo cuman manggut-manggut saja menyepelekan tapi ternyata hari ini ucapan bapaknya saat itu begitu menghantuinya. Rasa penasaran menemaninya mengangkat keranda jenazah sang ayah menuju pekuburan. Sorenya diadakan pengajian tahlilan yang diadakan secara sukarela oleh warga dan dipimpin pak RT yang iba dengan Tejo. Ketika sedang menunggu para tamu tiba Tejo akhirnya punya kesempatan untuk melihat pemberian bapaknya itu. Ia masuk ke kamar bapaknya dan membuka laci di meja rias usang yang berada di depan kasur bapaknya. Ia menemukan sebuah kotak batik berisikan 3 buah botol kaca kecil berisikan minyak berwarna keemasan dan secarik kertas bertuliskan aksara jawa lama dan dibaliknya sebuah tulisan translasi. ” JARAN GENDHENG, pengasihan kanuragan sapu jagad.” Dari judulnya saja udah bikin Tejo merinding. Ia menutup kotak itu dan membawanya ke kamarnya.Masih shock dengan kejadian tadi ia mencoba menenangkan diri dengan mandi. Namun benaknya. tetap penasaran dan mencoba mencerna makna “pengasihan” yang dimaksud. “Pengasihan itu ilmu belas kasih, susuk atau ilmu..pelet ya?” gumamnya dalam hati. Saking larutnya Tejo sampai nggak ngeh kalau dia keramas pakai sabun badan. Setelah selesai sholat isya warga setempat berbondong-bondong ke rumah mang Diman untuk melakukan tahlilan. Tejo agak bingung melihat suasana tahlilan dirumahnya karena mayoritas yang datang adalah wanita. Cuma dia, pak RT, dan pak ustad yang mimpin tahlilan yang pria. Yang lebih heran lagi isak tangis mereka begitu tulus seperti kehilangan kerabat dekat mereka sendiri. Dan salah satunya adalah seorang yang sudah tidak asing ia lihat di layar kaca mempromosikan properti dan menjadi host banyak talkshow di televisi.. Tante Feny Rose. Feny mengenakan kemeja putih dan rok panjang bahan berwarna abu – abu dengan sedikit belahan yang memperlihatkan kakinya yg jenjang dan mulus. Selendang sutera putih transparan menutupi lekuk mukanya yang tirus dan kencang. “Mang Dimaaaan…hiks..hiks.. maafin Feny yang nggak sempat main kemari lg gara – gara terlalu…ini feny juga ajak Tary kesini..” Tejo makin kaget lagi ketika melihag orang di belakang Feny Rose yang ternyata adalah Cut Tary, artis senior yang sudah kenyang dihantam banyak berita miring di media massa. Tejo dan pak RT menyapa dua tamu istimewa itu. “Permisi mbak Feny dan mbak Tary terimakasih atas belasungkawanya terhadap mang Diman. Saya tidak menyangka bahwa mang Diman ini banyak sekali jasa-jasanya selama hidup dulu sampai mbak menyempatkan diri kesini.” pak RT berbasa basi sambil merangkul Tejo yg sedikit canggung karena bertemu artis papan atas. matanya terkagum kagum melihat cut tary saat itu yang memakai dress batik ketat dibalut dengan jaket kulit dan yang sedikit memperlihatkan leluk tubuhnya yang sintal. “perkenalkan ini Tejo, putra mang Diman. dia sudah yatim piatu dan tak punya sanak keluarga lagi disini.” pak RT memperkenalkan Tejo kepada Feny dan Tary. “Tejo, yang tabah ya say.. mang Diman dulu sudah banyak menolong kami dan membuka mata kami tentang pentingnya cinta..” Ujar Tary sambil menepuk dan sedikit memijat pundak Tejo. Tatapannya begitu dalam dan membuat Tejo sedikit terbuai dalam lamunannya. Ia hanya bisa membalasnya dengan satu senyum tulus yang otomatis terlontar untuk Tary. “iya mbak.. mungkin habis ini saya mau cari kerja dikota mbak untuk nambah penghasilan saya..” “Oh kamu mau cari kerja Jo? pendidikan terakhir kamu apa?” tanya Feny. “Saya terakhir masuk SMP mbak. Cuma bapak nggak punya modal yang cukup untuk lanjut ke SMU.” “kalau saya tawarkan pekerjaan di Jakarta mau kamu?” tawar Feny mencoba membantu Tejo. “Jadi asisten pribadiku juga boleh Tejo..kebetulan si Yance baru berhenti kemarin mau nikah.” Tary pun juga menawarkan pekerjaan yang nggak kalah menggiurkan. “kami pulang ke jakarta besok pagi, jadi kita tunggu kamu di hotel Anggrek di dekat perbatasan ya jo. nanti langsung ketok saja pintu kamar nomor 69..” Feny mengakhiri percakapan dan mulai menelpon supirnya untuk standby dan akhirnya langsung masuk ke mobil dan kembali ke hotel. Jam 9 malam tahlilan bubar dan tinggal pak RT memberikan dorongan kata penyemangat pada tejo untuk mengejar karir di ibu kota. Tejo pun setuju dan berniat untuk menyanggupi ajakan 2 artis tadi dan bergegas masuk ke kamar bapaknya lagi melanjutkan inspeksinya terhadap peninggalan ayahnya. ternyata masih ada satu botol batik lagi didalam laci batik berisi air merah seperti sirop dan secarik kertas kecil bertuliskan “minumlah kalau kau temukan botol ini. Ini akan membuatmu kuat.” Tanpa curiga Tejo menuruti instruksinya dan meminumnya dengan sekali teguk. tidak lama tubuhnya terasa panas dan seketika ia terbaring dan pingsan. Di alam bawah sadarnya ia mendengar seseorang berbisik kepadanya: “Sekarang giliranku yang bermain – main. Sudah lama Diman menyegelku di tubuhmu. Sudah lama juga aku tidak menebar cinta dan nafsu ” tidak muncul bayangan hitam seorang manusia kekar berkepala kuda dengan asap merah mengepul dihadapan Tejo. Asap merah itu semakin pekat hingga Tejo tidak bisa melihat bayangan itu atau keadaan disekitarnya tidak lama Tejo terbangun dan langsung mengemasi barang-barang sambil menyeringai bergumam sendiri sebelum meninggalkan gubug. “Terimakasih Diman, sekarang aku pinjam badan anakmu. Aku yakin kedua dayang abadi kita sudah menantiku..

Chapter 1: Jaran Gendheng CUT TARY FENY ROSE Tejo akhirnya diantar pak RT pakai motor ke hotel Anggrek tempat Feny dan Tary nenginap. Pak RT tidak curiga kalau Tejo yg sekarang sedang terasuki oleh bayangan manusia kuda misterius yang konon adalah Siluman Jaran Gendheng yang legendaris. Siluman ini sudah memperbudak wanita sejak zaman mahabarata. Shinta, Ken Dedes, Roro Jonggrang, hingga Nyai Dasima sudah pernah ia genjot hingga puas. Jaran ini juga memiliki keuntungan jika sedang merasuki inangnya. Ia bisa mengakses ingatan dan kebiasaan orang yang sedang ia rasuki. makanya dengan mudah ia mengelabui pak RT dengan mengucapkan salam perpisahan dengan air mata haru palsu. “Terimakasih banyak ya pak sudah banyak membantu saya. Mungkin saya tidak akan kembali lagi dalam waktu yang lama. Rumah saya bisa diwakafkan saja pak untuk kebutuhan desa ini.” Pak RT hanya bisa tersenyum haru dan salut melihat pemuda dengan hati tulus seperti Tejo. “Baik jo. Hati – hati dijalan nak. Jangan menyerah dengan kerasnya kehidupan kota.” pak RT memberikan pesan perpisahan pada Tejo. Ia kemudian memacu motornya dan pergi meninggalkan Tejo. Akhirnya Tejo masuk kedalam hotel berbintang 3 yang terbesar di daerah itu. ia akhirnya tiba didepan kamar no.69. Tanpa keraguan ia langsung mengetok pintu kamar. “Permisi mbak, ini saya Tejo..” tidak lama Feny keluar membukakan pintu. tanpa disangka Feny keluar dengan hanya mengenakan lingerie hitam. Penis Tejo seketika menegang dan seketika asap merah tipis berbau mawar keluar dari badan Tejo dan menyelimuti ruangan. Tubuh Feny seketika melemah kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh kebelakang namun Tejo dengan sigap menangkapnya. “Mbak nggak apa – apa?” tanya Tejo sambil menyeringai jahat. Jaran telah memulai modusnya. seketika Tejo langsung mencium bibir Feny. Anehnya Feny tidak melawan dan malah menyambut kecupan Tejo. suhu tubuhnya memanas dan wajahnya mulai memerah penuh nafsu. “Mmmh..mmmh..Tejooo..Aaah..” Feny menggelinjang dan mulai memainkan lidahnya. Putingnya mulai mengeras dan memeknya mulai becek. Tejo melanjutkan foreplaynya sambil menutup pintu. Ia langsung membuka celananya. dan Penisnya yang berukuran sangat besar dan keras mencuat. Feny sangat takjub melihat penis besar dan perkasa dihadapannya, tanpa disuruh Feny langsung merunduk dan mulai menjilatinya. Sementara itu Tari sedang hendak mandi didalam kamar mandi. Semua pakaian telah ia tanggalkan dan ia duduk sebentar di kloset untuk pipis. Tiba – tiba ketika ia sedang mengucurkan air seninya asap merah dengan semerbak harum mawar masuk dari celah bawah pintu kamar mandi menyelimuti seisi ruangan membuat tubuhnya gemetar seketika. “aah..bau ini..bau yang sama seperti..mmmh…” Tari nggak mampu lg mengontrol otaknya. nafsunya meledak – ledak dan ia langsung teringat dengan peristiwa penuh gairah dimasa lampau. Tangannya mulai bergerak memainkan klitorisnya.

flashback Tari said:

Seorang pria paruh baya kekar sedang asyik menggagahi tubuhnya yang masih perawan segar saat itu. Seluruh lubang di sekujur tubuhnya sudah bermandikan sperma kental dari penis kekar sang pria yang besarnya hampir sebesar penis kuda.

“aaah…nggak kuat..pleasee..” gelinjang Tari penuh gairah. keinginannya untuk mandi sudah dilupakannya dan ia mencoba meminta pertolongan Feny. “Fen..fen..mmmmh..” tari memanggil Feny dengan lirih namun tidak ada jawaban. Tangan Tari semakin cepat mengobok kemaluannya hingga cairan kental hendak keluar dari vaginanya. “Aaaah..oohh..yess..” Tari akhirnya mencapai klimaks masturbasinya, namun anehnya gairahnya malah semakin bergejolak. Tidak kuat menahan tari beranjak dari kloset dan membuka pintu kamar. Ketika keluar kamar Tari melihat Feny sudah bermandikan sperma Tejo di wajahnya. Tejo menatap kearahnya dengan tajam sambil menyeringai sadis. Badan Tari semakin panas dan pikiran jernihnya sudah tertelan ledakan birahi. “Mbak tari..sudah selesai kan pemanasannya didalam? ayo sini..nikmati hidangan pembukanya sama mbak Feny..hehehehe..” Tari merangkak dengan muka haus sex kearah Feny dan mulai menjilati sperma Tejo dimuka Feny. “Tarii..jangan rakus yah..” kata Feny sambil lanjut melahap biji peler Tejo yang langsung membuat penis Tejo kembali tegang. “mmmh..fuck me please Tejo..I’ll do anything..pleasee..” kata tari dengan nada inggris fasihnya. Tejo langsung menjambak rambut tari dan memasukkan batang kemaluannya dengan paksa ke mulut Tari hingga membuatnya tersedak karena ukurannya yang abnormal itu. Tari mencoba berontak namun Tejo tetap menekan dan menarik kepalanya maju mundur Hingga liur Tari tumpah cukup banyak keluar mulutnya. Melihat Feny yg baru saja menanggalkan lingerienya dan telanjang bulat Tejo menjadi semakin beringas. “Mbak Feny tolong sucikan lubang milikku..sudah lama aku tidak merasa tersucikan.” Fenypun menuruti perintah tanpa perlawanan dan segera menjilati lubang anus Tejo dengan buasnya seperti anjing yang kelaparan. keduanya sudah kehilangan kehormatannya danmenjadi budak seks tejo yang selalu tenggelam dalam surga kenikmatan sang Jaran Gendeng yang akan melakukan kenistaan apapun untuk memuaskan tuannya. di sandwich kedua tante cantik ini membuat penis Tejo menembakkan semprotan keduanya dengan lebih deras tepat ke tenggorokan Tari hingga termuntahkan keluar mulutnya karena tak tertampung lagi saking banyaknya. mereka berdua saling berciuman sambil berbagi sperma sambil didoggy style oleh Tejo. mereka melanjutkan threesome penuh gairah sepanjang malam. Sang Jaran yg sudah memegang kendali penuh atas Tejo menyeringai puas dan tidur dengan kedua tante hot berada di masing2 pelukan tangannya. Ia tidak sabar menunggu kejutan yang akan menantinya di kota metropolis Jakarta.

 

Chapter 2: No Secret for lust Part 1 Sudah 2 minggu berlalu sejak Tejo menginjakkan kaki di Jakarta untuk mengadu nasib. Selama satu minggu penuh ia berpetualang keliling jakarta ditemani Tari atau Feny di jadwal kosong syuting mereka. Mobil Alphard milik Feny sudah menjadi Hotel berjalan mereka bertiga untuk memadu kasih. disela kosongnya Tejo selalu menyempatkan diri untuk berkeliling di mall – mall besar Jakarta dan mengamati keadaan sekitarnya. Ia cukup kagum dengan cara berpakaian wanita zaman sekarang yang sangat mengumbar hasrat. Jaran pun juga sangat senang karena makanan utamanya yaitu nafsu dan hasrat manusia begitu banyak dan berukuran besar di era sekarang ini. Apalagi dikalangan publik figur yang menjadi sorotan publik. Mereka ini menjadi penghasil energi hasrat dan nafsu terbesar diantara para manusia lain pada umumnya. Dan beruntungnya lagi ia sudah mempunyai dua budak yang kebetulan adalah artis papan atas. Namun tetap saja ia ingin lebih. Feny pun juga tetap aman rumah tangganya meskipun ia lebih liar dipelukan Tejo ketimbang suaminya. Kecurigaan sedikitpun tidak muncul karena Tejo langsung menjadi asisten kepercayaan di rumahnya. Segala kebutuhan dirumah itu dikerjakannya dengan cekatan, respon cepat, rajin, dan selalu belajar dari kesalahan. mulai dari nyupir, bersih – bersih, mengurus anjing dan kebun ia kerjakan. Belum lagi dengan menjadi ajudan pribadi Feny kemanapun sang nyonya besar pergi semua ia laksanakan dengan baik. Walaupun sebenarnya Jaran punya maksud terselubung dibalik ini. Hari itu Tejo bertugas mengantar Feny ke Studio Thongs TV untuk stripping acara talkshownya yang cukup mengangkat rating TV yang baru saja ditinggal Produser utamanya yang banyak melahirkan acara – acara andalan TV tersebut. Konsep Talkshow Feny disini ialah sebuah obrolan santai namun dengan topik yang nyerempet ke pribadi para bintang tamu. Nama acaranya adalah No Secret! Setibanya di studio, Tejo langsung mengikuti Feny kearah ruang rias sambil membawa koper kecil berisi stok baju Feny beserta perkakas riasnya. “Barang – barangnya saya taruh disini ya mbak Fen.” Tejo menaruh Koper kecil td disamping meja rias Feny. Feny langsung duduk dan sekawanan tukang make up masuk dan langsung beraksi mendandani Feny baru saja duduk di kursi didepan meja rias. “Kamu istirahat saja disini Jo. Daripada kamu bosen liat orang – orang ngobrol. Duduk aja di sofa situ. Kalau mau minum ambil aja di kulkas.” Tidak lama masuk lagi segerombolan tukang make up mengikuti dua artis yang tergopoh – gopoh masuk ruangan karena telat sepuluh menit. Yang satu adalah penyanyi yang sedang naik daun Raisa Andriana dan yang satunya adalah artis muda mantan personel girlband Cherrybelle Anissa Rahma. “Maaf banget mbak aku telat 10 menit.. jalanan macet banget td aku habis manggung di bekasi.. Ini Anissa juga kena imbasnya soalnya dia yang jadi MCnya juga td..” Raisa menjelaskan dengan merasa bersalah. “Tadi juga pas keluar Mall juga susah mbak, Aku sama Raisa dihadang banyak fans yg minta tanda tangan sama foto bareng.. jadi ya gitu deh harus kita layanin dulu sampai sekuriti bukain jalan..” timpal Anissa dengan nada imut. Feny tersenyum dan mencubit lengan Raisa yang duduk di meja sebelahnya. “Ciee..siapa sih yang nggak suka sama kalian berdua? Trending topic dan artis paling happening tahun ini kan kalian berdua..” canda Feny mencairkan suasana. Terjadilah canda tawa dan ajang gosip antara 3 wanita di ruangan itu. Mereka berdua sudah lebih dari lima kali diundang ke acara Feny, makanya sudah hilang kecanggungan diantara mereka. Tejo hanya mengamati sambil bersantai di sofa meneguk sekaleng softdrink. Jaran sebenarnya sudah mulai gelisah karena melihat besarnya energi gairah yang terpancar dari kedua artis itu. Namun ia tidak gegabah dan tetap menunggu momen yang tepat untuk beraksi. ia berpikir keras dan akhirnya mendapat ide cemerlang. Ia harus membuat kontak dengan kedua artis itu bagaimanapun caranya. Tejo lalu berdiri dan mendekat untuk meminta izin pada Feny. “Permisi mbak..sepertinya saya mau makan siang dulu saja di kantin..nanti kalau sudah selesai saya kembali lagi kesini..” perut Tejo berbunyi karena kelaparan. “ooh gitu..yaudah makan dulu sana, nggak baik kalau sering telat makan..nggak healthy.” Feny mengiyakan. Jaran memanfaatkan kesempatan ini untuk mengamati calon mangsanya ini dengan lebih dekat. Feny melihat ajudannya sedang terlarut dalam lamunan dan langsung mencoba membuyarkan dengan menepuk lengannya. “Joo..baru pertama kali ya kamu ketemu sama Raisa sama Anissa, langsung kena kena bius deh tuh sama happeningnya..” ledek Feny yang membuat muka Tejo memerah. Kedua artis itu tertawa kecil namun juga agak terpana melihat fisik Tejo yang sebenarnya lebih cocok dibilang jadi brondong Feny ketimbang ajudannya. “okee deeh mbak Fen cukup ledekannya, kasian kan ajudan gantengnya ini..kenalan dulu deh kali ya? Aku Raisa mas..” Raisa mencoba menolong Tejo dengan bersikap ramah dan mengulurkan tangannya. “Tejo..” Tejo hanya terpana melihat paras Raisa yang cantik dengan senyum yang cukup menyejukkan hati. Jaran pun juga sudah ngeces total melihat energi gairah yang semakin besar keluar dari tubuh Raisa. Anissa hanya mengangguk dan tersenyum hendak bersalaman dengan Tejo, dan tiba – tiba hpnya berbunyi. Pandangannya berubah kosong ketika melihat notifikasi yang muncul di layar smartphonenya. ia kemudian berdiri melengos keluar menghiraukan Tejo dan lainnya. diluar ruang rias seseorang berkacamata mengenakan setelan kantoran rapi sudah menunggunya. “Nis sebelum kamu show bisa ikut saya ke toilet sebentar?” kata pria itu kalem. “Baik tuan..Seluruh jiwa raga saya hanya untuk tuan..” Jawab Anissa datar. Smartphone Anissa kembali mendapatkan sebuah pesan baru bertuliskan:

 

No Secret For Lust Part 2 Stripping acara No Secret sesi pertama sedang mulai syuting. Feny sudah muncul menyapa penggemar dengan busana layaknya seorang wanita karir pada umumnya. Blazer biru gelap menutupi kemejanya yang berwarna krem. Sedangkan Raisa hadir dengan setelan casualnya, kemeja flannel merah yang menutupi t-shirt polos putih dengan rok coklat gelap selutut. Pembicaraan begitu seru karena saat itu Raisa juga sedang promo album terbarunya yang cukup ngehits singlenya. Feny juga mulai mencoba menggali hubungan Raisa dengan pacarnya yang cukup tertutup dari jangkauan media. Anehnya dibelakang panggung para kru begitu panik dan suasana disana begitu intens. Anissa tidak menghilang dan sampai saat ini belum ditemukan. Managernya yang agak kewanitaan sudah menitihkan air mata karena partnernya tidak dapat ditemukan dimanapun. Seluruh kru pun ikut membantu mencarinya ke sekitar studio. Sementara itu Tejo baru saja selesai makan di kantin dan berjalan menyusuri lorong menuju studio tempat No Secret syuting. Suasana disekitar lorong situ sunyi senyap gara – gara para karyawan sudah kembali ke kantor atau sedang sibuk syuting di masing – masing studio Stripping. Tejo berjalan sambil memikirkan strategi untuk menggiring Raisa untuk ia santap tanpa menimbulkan kecurigaan manajer dan para kru TV. Sepertinya ia membutuhkan Feny untuk menjadi umpan. Saat ia melewati pintu toilet di samping lorong terdengar suara desahan pelan yang membuyarkan lamunannya. Insting Jaran juga merasakan adanya energi gairah yang memuncak yang berasal dari dalam toilet. Curiga, Tejo pun mengendap mengintip kedalam toilet. Suasana didalam toilet kosong dan hanya sati bilik kloset yang tertutup pintunya. Dan energi itu ia rasakan memang berasal dalam situ. Seseorang pasti sedang meluapkan hasratnya didalam sana pikir Jaran. Dengan cerdik Jaran mulai mengeluarkan asap merahnya dan mengarahkannya kedalam. Bedanya kali ini badan Tejo juga mulai berubah menjadi kepulan asap tipis dan masuk kedalam bilik yang terkunci itu. Didalamnya terlihat Annisa sedang digenjot vaginanya dipangkuan si kacamata misterius dan tampaknya Annisa seperti menikmatinya walau pandangan matanya statis. “Aah! Aaah….Apapun untuk tuanku…apapun yang kulakukan untuk tuanku..” Kata Annisa dengan gembira. Mas – mas kacamata misterius tiba – tiba merogoh dan menarik BH Anissa dengan paksa sampai copot dan membuangnya ke tong sampah didekat kloset. Bukannya berontak Anissa malah melumat bibir si kacamata yang membuatnya ejakulasi seketika. Jaran yang jadi penonton disitu semakin puas melihat Anissa yang ternyata begitu binal dan liar tidak seperti yang ia lihat sebelumnya. “Hahaha..bagus nis..quickie hari ini lebih oke dari pas merawani kamu kemarin..kamu lebih kaya robot gak berekspresi..” Kacamata tersenyum puas dengan ejakulasi didalam vagina Anissa yang masih rapat. Ia lalu melepaskan penisnya dan mulai mengenakan celananya. Tidak lama ia merogoh kantong celananya dan mengeluarkan Handphonenya dan mulai memencet tombol di dalam aplikasi yang diaksesnya. Tombol HALF CONTROL ditekannya, lalu muncul layar pop-up baru:

“Jangan coba – coba membetulkan bajumu.” Kacamata memberikan perintah pada mic di layar. Layar handphonenya kembali ke layar utama dan Anissa sudah mengenakan pakaiannya namun ia tidak mengambil BHnya yang dibuang. “sekarang balik ke studio gih.. Para fansmu kasian tuh sudah nungguin dari tadi..hehehe..” Si kacamata kemudian keluar dari bilik dan mencuci muka dan merapikan rambutnya di wastafel toilet dan Anissa melihat jam dan berlari keluar karena panik sudah telat. Ekspresinyapun juga sudah kembali ke sediakala. “kamu bakal makin banyak penggemar nis.. Setelah melihat hadiah terima kasihku..” Kacamata hanya tersenyum tipis dan meninggalkan toilet. Sementara tubuh Tejo yang menyamar dengan menjadi asap mulai terbentuk dari gumpalan asap. ” Si kacamata itu harus aku selidiki bagaimana caranya dia bisa menggunakan handphone ajaib kaya gitu.. Aku bisa dengan mudah menggiring Raisa masuk dalam perangkapku..hehehehe” Gumam Jaran senang karena kepingan akhir rencananya telah siap Anissa akhirnya kembali ke studio dan langsung dipeluk oleh manager kemayunya itu. “Kemonang aja siih cyiin? Hiks..hiks..” Tanya si manager. Anissa mencoba menenangkan dengan menepuk – nepuk punggung partnernya itu “Gue dari toilet tadi cyiiin..yakali gue pulang..hihi..” Hibur Anissa. Akhirnya Syuting dilanjutkan ke sesi kedua dengan Anissa yang menjadi fokus interviewnya. Kameramen yang menyunting dengan cepat menyadari kalau Anissa tidak mengenakan bra dan sempat terfokus lama melihat putingnya yang agak membentuk di t-shirt ketatnya. Anissa yang sadar diperhatikan mencoba membetulkan bajunya namun tidak bisa ia lakukan dan hanya membuat Vaginanya terasa panas dan becek dan putingnya semakin keras dan menonjol. Akhirnya ia mencoba tenang dan menjawab pertanyaan dan bercanda untuk mencairkan suasana. Akhirnya syuting selesai dan semua berjalan lancar. Anissa langsung tergopoh – gopoh lari ke ruang rias dan langsung masuk ke dalam fitting room di sudut ruangan. Tidak tahan lagi ia pun bermasturbasi didalam hingga klimaks. Ia menangis setelahnya karena heran dengan keadaannya yang tidak wajar belakangan ini “Uuuh..hiks..hiks..Apa yang terjadi denganku? Apa aku sudah kurang waras..?” Gumamnya terisak-isak. Sementara itu Raisa, Feny dan Tejo langsung bergegas ke parkiran karena Raisa harus kejar tayang manggung di stasiun TV lain dan Feny harus ke airport berangkat merayakan ulang tahun perkawinannya di eropa. Sebelum berpisah Raisa memberikan sesuatu pada Tejo dan Feny. “Mbak Fen dan mas Tejo nanti nonton konser tunggal pertamaku yah..nih tiketnya buat kalian berdua. Tadi aku juga udah bagi – bagi sama kru di studio. Kalian aku kasih yang VIP loh..” “Wah. Kayanya aku nggak bisa nih sa..soalnya aku mau liburan keliling eropa dua mingguan..paling aku kasih ke Tary aja yah..dia suka banget tuh sama suara emas kamu..but Thanks yah udah ngundang..” Mereka akhirnya masuk ke mobil masing – masing, dan Tejo pun senangnya bukan main. Rencananya akan semakin matang dengan kehadiran tiket undangan ini. Pikirannya terfokus pada satu misi yakni untuk mencari tahu si kacamata misterius dan handphone ajaibnya. Alphard hitam Feny kemudian melaju ke arah bandara dengan Feny yang asyik mengulum penis Tejo.