IDOLAKU SEDARI KECIL
Cerita ini tidak diperjualbelikan kalaupun ada itu bukan saya, jadi mohon kerja samanya kalau ada memperjual belikan nya kita report sama sama.
Awal cerita ini ku perkenalkan namaku Rehan Malik,aku tinggal dengan nenek ku sejak SD dan diriku yatim piatu dikarenakan orang tua ku meninggal karena kecelakaan disaat aku menginjak kelas 3 SD.Lalu akiu dirawat oleh kakek nenek ku setelah nya,kakekku meninggal saat aku kelas 3 SMP dan hingga saat ini aku tinggal berdua dengan nenekku.dipagi hari Minggu disaat aku sedang memainkan PlayStation 5 keluaran terbaru yang diberikan nenek diulang tahunku dan nilai terbaik ulangan ku nenek menaggilku.
“Han,Rehan antarkan nenek kepasar sebentar untuk kebutuhan dapur” saat dia buka pintu kamarku
“Iya nek Rehan siap siap dulu kalo gitu” sahutku dan mematikan PS5 ku itu
“Nenek tunggu didepan kalu begitu” dijawab oleh nenek
Ku matikan PS tersebut lalu aku pergi ke kamar mandi untuk buang air dan keluar sambil memakai jaket ku.Saat ku ingin Ambil kunci kendaraan,ku baru ingat nenek tidak bilang untuk pakai moto atau mobil akhirnya ku kedepan bertanya dengan nenek.saat sudah didepan ku lihat nenek sedang berbincang dengan tetangga kami yang merupakan idola ku sedari kecil dan guru sore ku saat kecil dan dia berprofesi sebagai guru di salah satu sekolah Islam di kota ku.
“Nek,ini kita naik motor atau mobil” saatku tanya nenek
“Naik mobil aja” dijawab oleh nenek
“Oke nek Rehan panasin mobilnya dulu kalau begitu” menuju mobil
Ku masih melihat nenek berbincang dengan tetangga kami itu sambil ku curi curi pandang ke dia.
“Oh iya ustadzah mau nitip apa,saya mau pergi kepasar dengan Rehan” tanya nenek dengan tawaran nya
“Tidak usah Bu Ida saya tidak mau merepotkan ibu dan Rehan”merasa tidak enak
“Tidak kok, kebetulan saya dan Rehan kan naik mobil jadi bisa lah muat beberapa kantong belanjaan lagi pula kalau berat ada Rehan ini yang bantu mengangkat barang nya”nenek tetap menawarkan
“Lagi pula kalau nitip belanjaan mending ustadzah ikut juga,katanya dirumah ngak ada siapa siapa” sambung nenek
“Hmmm,baiklah dari pada saya nitip saya ikut saja dangan bu Ida,kalau begitu saya siap siap sebentar ya Bu” sahut wanita itu
“Oke ditunggu ya”
Wanita itu masuk kedalam rumah mungkin mengambil uang belanjaan dan mengganti pakaiannya.tak lama setelah itu dia keluar dengan gamis berwana biru nya dengan jilbab dan cadar yang sama warnanya.aku yang melihat itu sedikit terpesona tadi dia menggunakan gabis biasa saja sudah memposana apalagi dengan pakaian ini,dia mengunci rumah nya lalu keluar dan mengunci pagarnya dan menuju mobilku yang sudah terparkir diluar.akhirnya nenek dan dia masuk kedalam mobilku nenek pas disampingku sedangkan dia berada di baris ke2 sebelah kiri mobil kujalaankan menuju pasar yang terkenal di kota ku yang bisa tempat nenek belanja.
Selama perjalanan mobil kami cuma berjalan pelan tapi tidak sampai tersendat sama Sekali seperti pengemudi mobil lainya aku selalu melihat spion kanan dan kiri lalu spido meter lalu spion tengah sambil kucuri curi pandang dengan wanita itu. Sambil mobilberjalna pelan menuju pasar akan ku perkenalkan sedikit wanita tersebut, Fatimah Laila atau bias di lingkungan kamu dipanggil ustadzah Fatimah,ibu ber anak 1 bahkan anaknya lebih tua dari ku dan sudah berkuliah suaminya benama Abdul Kholiq bisa dipanggil ustazd Abdul dilingkungan ku merupakan seorang pengurus yayasan sekolah Islam dan penceramah yang selalu pergi luar kota. ustadzah Fatimah ini memiliki paras yang cantik bagaikan umur 29 hingga 32 tahun tidak ada keriput diwajahnya dan ditutupi dengan cadar yang setiap hari dia pakai,jadi tidak ada yang mengetahui parasnya kecuali suami dan keluarganya,lalu bagaimana aku mengetahui wajahnya begitu cantik.sebernanya aku pernah melihat wajahnya sesekali tidak sengaja tetapi orang orang juga pastih mengetahui wajah ustadzah Fatimah ini cantik dari matanya yang indah dengan proporsi badan yang tinggi nya ideal 160cm dan suara nya yang lembut.
“Akhirnya sampai juga kita di pasar, lumayan juga kita dijalan” nenek berkata sambil keluar mobil setelah aku parkirkan.
“Biasa Bu Ida hari Minggu kadang banyak yang lagi liburan” sahut ustadzah
“Kira kira ustadzah mau beli apa” nenek berkata sambil menengok ustadzah
“Ya paling kebutuhan dapur seperti bawang, cabai, dan bubu lainya”
“Hihi,iya saya juga mau beli cabai,eh tapi katanya cabai lagi naik harganya ya?”tanya nenek
“Iya saya juga lihat di televisi begitu” ustadzah menjawab
“Semoga aja di sini setandar harganya hihihi” nenek tertawa
Lalu kami masuk ke dalam pasar menuju beberapa tokok disana,selama di pasar aku lebih banyak diam sambil mengikuti nenek dan ustadzah Fatimah dari belakang kita berkeliling beberapa blok pasar dan aku mengikuti dari belakang sambil membawa beberapa kantong belanjaan nenek dan ustadzah,awalnya ustadzah Fatimah ingin membawa belanjaan nya sendiri tetapi nenek bilang aku saja yang membawanya walaupun akhirnya ustadzah meng iyakannya,memang sedikit berat belanjaan ini apa lagi nenek yang selalu mengajak berputar putar pasar sedikit lelah rasanya tapi terbayar kan denah pandangan dari belakang sini.pemandangan bayangan tubuh ustadzah Fatimah ini yang proporsional dan pas apalagi saat di berjalan pinggulnya itu selalu menggoda walaupun menggunakan gamis yang lebar dan pas ditubuhnya ustadzah, beberapa bagian tubuh yang menggoda kaum Adam dibagian depan dan belakang ditutup oleh gamis yang indah pula tidak menunjukkan atau menonjolkan auratnya tapi sudah kusimpulkan bagian itu sangatlah indah, bagaimana ku tau itu nanti ku ceritakan
“Jadi berapa pak?” Tanya nenek kepenjual
“30rb Bu” dijawab sipedagang
“Ustadzah ada yang mau dibeli lagi?” Menengok ke ustadzah
“Udah semua ini Bu Ida,Bu Ida sendiri masih ada yang mau dibeli?” Dijawab dan balik bertanya
“Saya juga udah ini yang terakhir, ayo Han kita ke mobil”
“Oke nek”
Kami kembali ke parkiran dimana mobil kami diparkiran aku masih saja menenteng belanjaan ustadzah dan nenek walau pun ustadzah juga membawa beberapa belanjaannya yang ringan dia merasa tidak enak kepada ku membawa semua peelastik ukuran besar,kami sampai diposisi mobil diparkirkan nenek langsung menuju pintu mobil bagian penumpang depan mungkin ingin cepat cepat duduk karena lelah berjalan sedangkan aku dan ustadzah kebelakang mobil untuk membuka bagasi dan menaru perbelanjaan kami.
“Aduh Rehan ustadzah jadi tidak enak ini kamu bawa belanjaan ustadzah”ustadzah dengan sikap yang tidak enaknya
“Haha, tidak usah dipikirin ustadzah saya sudah bisa sama nenek belanja segini banyak” jawabku kepadanya
“Ya tapi kan ini digabung sama belanjaan ustadzah apalagi belanjaan ustadzah kebanyakan berat berat”ustadzah masih dengan perasaan tidak enaknya
“Berat berat bagaimana ustadzah ini mah Eteng,baru beberapa kilo doang”dengan pede ku menjawab nya
“Ya kan tetap aja berat” tidak mau kalahnya
“Akukan kuat ustadzah, bahkan aku juga bisa bawa semua belanjaan ini sambil gendong ustadzah keliling pasar 5 kali”ucapku sombong dan sedikit menggoda nya
“Ih apasi ustadzah berat begini” ucapnya malu
“Emang berat ustadzah berapa?” Kutanya
“51kilo terakhir ustadzah nimbang kalau sekarang ngga tau dan berapa” dia menjawab
“Ah 51 mah masih enteng itu ustadzah,dengan berat badan segitu mah saya bisa gendong ustadzah keliling pasar 7 kali malahan” dengan sombongnya ku bicara
” Bukanya 51 itu berat ya?” Dia bertanya
“Ya bagi beberapa orang si berat,tapi bagi saya si tidak hehhe” tawa ku
“Coba saja ustadzah bayangkan saya gendong ustadzah keliling pasar dengan posisi yang sama seperti ustadzah dulu di gendong pak ustadz awal nikah”dengan senyum kuberbicara
“Ih kamu mah ada ada saja,yudah yu kita masuk mobil udah ditunggu nenek kamu itu”dengan sedikit merajuk menjawab nya,bisa kulihat dari matanya di sedikit malu
Kita berdua memasuki mobil dan di posisi yang sama seperti awal berangkat dimana aku sebagai pengemudi nenek disampingku lalu ustadzah di belakang nenek. Ku keluar mobil dari parkiran dengan hati hati karena mobilku yang besar ini (sedikit sombong) mobilku ini SUV terbesar merek korea dan tipe tertinggi, setelah keluar parkiran ya jalan tetap seperti tadi pagi ramai dan sedikit macet setelah kami berjalan 1km nenek berbicara.
“Rehan kita mampir kerumah makan dulu,sudah hampir masuk jam makan siang ini”nenek menyuruh ku kepinggir
Lalu ku pinggirkan mobil kesalah satu rumah makan Padang enak dan biasa ku mampir
“Ayo ustadzah kita makan sebentar” tawan nenek
“Tidak usah Bu Ida saya belum lapar” dijawab ustadzah
“Ya biasanya sekarang memang belum lapar tapi nanti lapar juga di jalan” nenek tidak mau kalah
” Yaudah ayo ustadzah kita turun” sambung nenek
Setelah didalam nenek memesan beberapa lauk untuknya dan untuk ku setelah bertanya kepada ku lalu bertanya kepada ustadzah,dijawab oleh ustadzah
“Saya dibungkus saja Bu Ida”
“Sudah makan disini aja kalau dibungkus mau dimakan kapan?lagi pula ada sendok kan jadi ustadzah tidak perlu khawatir dengan cadar ustadzah” dibalas nenek
“Yaudah lauknya terserah Bu Ida aja” ustadzah pasrah
“Masa lauknya terserah saya si kan yang makan ustadzah”ucap nenek ke ustadzah
“Yaudah lauknya pakai rendang saja”tatap dengan keadaan pasrah
Kita sudah dimeja makan dengan santapan yang dihidangkan rumah makan,ya ustadzah memakan makanan dengan sendok dan garpu dikarenakan dia menggunakan cadar sedangkan aku dan nenek menggunakan tangan kosong karena kami keturunan Sumatra jadinya sudah biasa. Setelah makanan habis makanan dibayar olah nenek walaupun ustadzah ingin membayar makanannya sendiri tapi dilarang oleh nenek lalu kita menuju mobil untuk menuju rumah. Sesampainya dirumah kumasukan mobil ke dalam car port rumah ku lalu mengeluarkan belanjaan nenek dan membawanya kedapur, ustadzah yang ingin mengeluarkan belanjaannya sedikit kesusahan nenek menyuruh ku untuk membantu nya dan sekalian mambawanya kedalam rumahnya,walau awalnya ustadzah menolak iya akhirnya menerima setelah nenek ku ngotot kepada nya. Belanjaan nya ku bawa kedalam rumah bahkan sampai kedapur.
“Aduh Rehan ustadzah jadi sangat merepotkan kamu, mumpung kamu belum pulang mau minum apa biar ustadzah bikinin?”ustadzah bertanya
“Tidak usah repot-repot ustadzah,oh iya ustadzah bisa numpang kamar mandinya saya mau buang air kecil?” Sedikt Air seni ku
“Oh ya boleh,itu masuk situ nanti kekiri kelihatan nanti kamar mandinya”ustadzah mengarahkan
“Makasih ustadzah” ku menuju arah yang ditunjuk nya dikamar mandi ku melihat ada sesuatu digantun, armor dada yang kuyakini pasti milik ustadzah sedikit ragu tapi dengan perlahan kuambil benda tersebut lalu menghirup aromanya ada bau keringat nya tetap kuhirup sebanyak 5 kali dan membuat kontolku sedikit bangun lalu ku taruh ketempat semula,ku keluar dari kamar mandi kembali menuju dapur dan setelah hampir sampai ku berhenti diam karena melihat sesuatu dimana posisi ustadzah sedang menungging ke arah rak piring bagian bawah dan aku pas menghadap belakang mungkin sedang mengambil cangkir
“Eh Rehan ini jadinya mau minum apa?” Dia kembali ke posisi diri dan menghadapku
“Tidak usah ustadzah nanti ustadzah nambah repot”kutolak dengan halus
“Iih ngak kok,yaudah kalau ngak mau ustadzah langsung bikinin kamu es jeruk peras saja lah,kamu duduk di kursi makan aja ya tunggu ustadzah bikinin”dia memutuskan secara sepihak
Ustadzah Fatimah meracik minuman jeruk peras untukku dengan membelakangi ku aku yang melihat secara langsung di dari belakang kembali membayang ustadzah Fatimah yang memeras jeruk juga aku memerasnya dari belakang apalagi memeras dibagian dada nya dan pantatnya. Setelah selesai jeruk peras nya lamunanku juga selesai dengan dua gelas ustadzah Fatimah duduk didepanku lalu mengasih satu gelas untuk ku dan satu untuknya. Kita kembali berbincang bincang dan aku kembali sedikit menggoda nya sambil kita minum jeruk peras ini aku dengan gelas langsung dan ustadzah dengan sedotannya, setelah habis minuman aku memutuskan untuk pulang dan kembali ustadzah mengucapkan terimakasih kepada ku. Ku masuk kedalam kamar dan tiduran sambil membayangkan yang tadi di kamar mandi dan kunyakin bh terbit pasti punya ustadzah Fatimah sendiri bukan punya anaknya dikarenakan aku pernah ingat dia memakainya.
FLASHBACK
Malam hari jam 21:12 saat aku pulang kerumah berjalan kaki sehabis bermain putsal dengan teman ku didaerah sini,bisanya aku memang jalan lewat belakang komplek walau kata orang jalan ini dibilang seram tapi bagi ku biasa saja lagi pula ini jalan yang paling cepat sedangkan jalan depat harus memutar lagi,jalan ini juga pas di samping rumah ustadzah Fatimah sambil ku tengok rumah tersebut semua lampu luar menyala sedangkan lampu dalam mati tetapi ku melihat ada satu kamar yang lampunya tetap menyala mungkinkah itu kamar anaknya ustadzah Fatimah yang sedang belajar hingga malam walau memang tidak sopan tapi ku penasaran kucoba intip kamar tersebut rupanya itu kama r ustadzah Fatimah dan ustadz Abdul kulihat mereka sedang berhadapan lalu berbincang.
“Umiii,Abi pengen ni,pengen beribadah dengan umi” meminta istrinya
“Ya Abi umi juga pengen ini” ustadzah menjawab nya
” Ya udah Abi buka ya” tangannya menuju cadar istrinya lalu membukanya hingga lepas aku bisa lihat wajah ustadzah Fatimah dari pantulan cermin walaupun ustadzah membelakangi ku terpesona ku melihatnya wajah mulus seperti wanita usia muda padahal umurnya yang sudah menginjak 42 tahun (bagaimana aku tahu usianya,karena aku mengikuti sosial media anaknya dan aku lihat pustingan saat ustadzah Fatimah ulang tahun beberapa bulan yang lalu) wajahnya mulus tidak cacat sama sekali dan dipadukan dengan mata indahnya menambah keindahan wajahnya bisa disandingkan dengan wanita muda jaman sekarang. Ustadz Abdul kembali membuka hijab istrinya tapi kenapa aku yang berdebar setelah lepas kembali membuka gamis istrinya itu dan menurunkannya dari pundak istrinya gamis itu turun dengan mulus dari pundak ustadzah Fatimah yang juga mulus dan aku melihatnya langsung rambut digerai panjang sampai Melawati pundak terlihat rapi dancantik dari belakang nya dan ku melihat dari pantulan cermin sebuah bra yang menopang daging kesukaan para pria membuat ku kagum dengan ukurannya yang pas dengan badan ustadzah Fatimah terlihat kencang,bulat,putih,mulus dan besar tapi tidak terlalu berlebihan. Kulihat ustadz Abdul sudah mulai mencium bibir istrinya.
Mmmcccmmuuaahh mmmccmmuuaaahhh mmmcccmmuuuaaaaahhh
Mmmcccmmuuaahh mmmccmmuuaaahhh mmmcccmmuuuaaaaahhh
Sambil berpagutan pelan tangan pak ustadz kembali merabah dada istrinya dari luar bra-nya bukan cuma merabah tapi juga dada istrinya itu seperti diremas remas dan digoyangkan lalu tangannya merayap ke belakang punggung ustadzah Fatimah mencari pengait bra nya dan dilepaskan nya pengait tersebut dan menurunkan penyangga di pundak dengan sekali pergesaran kecil tali penyangga tersebut meluncur bebas dari pundak ustadzah Fatimah yang mulus
Masih dalam posisi berpagutan tangan ustadz Abdul mulai meraba dada istrinya yang Tampa penghalang dia melakukan seperti tadi meraba,meremas,dan menggoyang tetapi dengan sedikan pilinan di puting ustadzah Fatimah dan memainkan nya dengan jempol membuat ustadzah Fatimah mengerang dalam ciumannya sedangkan diriku?? Ya masih diposisi yang sama mengintip disedikit gorden yang terbuka dibalik jendela luar yang dingin dan malam dengan kontol yang mengeras.
Mmmmhhh…….. Ssssshhhhhhhhh………. Aaaaaaahhhhhhhh………
Ustadzah Fatimah melepaskan pagutan
“Uuuuhhhhhh……. Abbiiii geeeeliiiii aaaahhhhh ssshh” sedikit desahan dan desisan dari mulut bibir tipis nya, sedikit seperti tersengat listrik saat putingnya kembali dibpilin.
“Enak umi?suka kalau susu umi Abi giniin?” Tanya ustadz Abdul didepan muka istrinya yang sedang memejamkan mata menutup mulut meresapi menikmati dan dengan anggukan pelan ustadzah Fatimah menjawab suaminya itu membuat sang suami tersenyum dan kembali mencium dan berpagutan bibir dengan istrinya.
Mmmmccccmmmmmaaaahhhhhh…….. mmmmmmmccccmmmmm…….
Mmmmmcccmmmmm…….. Mmmmmmmccccmmmmmmaaaahhhhh…………..
“Ayo umi tiduran kita mulai ibadah utama” melepas pagutan dan menuntun istrinya untuk tiduran
Aku bisa lihat posisi tiduran mereka dengan di samping mereka dan dengan jelas gunung kembar ustadzah Fatimah itu berpuncak puting yang sangat menggoda untuk dijilat.tangan ustadz Abdul meraih sisa gamis ustadzah Fatimah yang ada di pinggang nya lalu menariknya kebawah kaki meloloskan nya,aku bisa lihat celana dalam ustadzah Fatimah yang warnanya sekontras sama bra-nya dan kembali celana dalam tersebut ditarik kebawah melolosi kaki dan kembali dapat ku lihat sesuatu yang indah dan merah muda dengan rambut tipis tipis lebih indah sedikit basah, dibandingkan dengan pemain biru dari jepang maupun eropa atau Amerika yang ku tonton bahkan aku sampai menenggak ludah sakin ingin mencicipi nya. Ustadz Abdul turun sebentar dari ranjang melepas juga seluruh pakaiannya hingga tak tersisa jadinya mereka berdua sama sama tak terhalang kain bahkan benang sedangkan pria diluar kamar hanya bisa menatap dengan menahan konak semakin besar. Ustadz Abdul kembali menaiki ranjang memposisikan ujung penisnya pas di depan pintu surga ustadzah Fatimah menunduk untuk kembali mencium bibir tipis istrinya.
Mmmmccccmmmmm……… Mmmmmmmcccccmmmmmmaaaaaaahhhhhhh………..
“Umi udah siap?” Setelah melepas pagutan ustadz Abdul bertanya
“Siap Abi” dijawab ustadzah Fatimah lalu ustadz Abdul langsung memasukan penis nya secara perlahan, sedikit ku lihat penis ustadz Abdul saat berdiri tidak sebanding ukuran nya dengan penisku saat tertidur,bisa dibilang ukuran kontolku lebih besar dan panjang walau saat tertidur dibandingkan dengan penis ustadz Abdul padahal sudah menegang tinggi.Gesekan dua kemaluan tersebut menimbulkan suar desahan dan desisan
Aaaaaaahhhhhhhh………… Desah ustadz Abdul
Ssssshhhhhhhhh……….. Desis ustadzah Fatimah
Didiamkan sebentar penisnya didalam ustadzah Fatimah dan kembali menyosor bibir istrinya hingga akhirnya menggoyang pinggulnya.
Mmmmmccchhhh…. Aaaaaaahhhhhhh sspplllllooookkk…
sspplllllooookkk… sspplllllooookkk… sspplllllooookkk…
sspplllllooookkk… sspplllllooookkk… sspplllllooookkk…
sspplllllooookkk… sspplllllooookkk… sspplllllooookkk…
Goyangan yang awalnya pelan lama lama semakin semakin cepat hingga membuat adanya cairan dari vagina ustadzah Fatimah dan desahan salah satu diantaranya mereka yang membuat ku sedikit bingung.
sspplllllooookkk… sspplllllooookkk… sspplllllooookkk…
“Aaahhh…. Aaaahhhhhh …. Aaaaahhhhh…. Enak banget punya umi masih sempit” desah dan ucapan ustadz Abdul
sspplllllooookkk… sspplllllooookkk… sspplllllooookkk…
“Ssssshhhhhhhhh……… Ssssshhhhhhhhh…….. Iya Abi,punya Abi juga enak ssssshhhhhhhhh” ustadzah Fatimah kembali berdesis
Aku membayangkan ustadz Abdul saya sudah merasakan sempit vagina ustadzah Fatimah dengan penisnya bagaimana dengan kontolku. Dengan sedikit menyembul dibalik celana pendek ku
sspplllllooookkk… sspplllllooookkk… sspplllllooookkk…
sspplllllooookkk… sspplllllooookkk… sspplllllooookkk…
“Aaaahhhhhh……… Aaaahhhhhh….. Aaaahhhhhh……..” Desah ustadz Abdul
sspplllllooookkk… sspplllllooookkk… sspplllllooookkk…
sspplllllooookkk… sspplllllooookkk… sspplllllooookkk…
“Ssssshhhhhhhhh…… Mmmmmmhhhhh… Ssssshhhhhhhhh……… Mmmmmhhhhh” desisan dan deheman ustadzah Fatimah
“Ooohhhhh……. Aaaahhhhhh……. Aaaaaaahhhhhhhh…….. Umi Abiii maauuuu keeelluuuaaarrr”mengencangkan genjotnya
“Mmmmmhhhhhh……. Iiiyyyaa abii umiii juugga”ustadzah yang juga merasakan tanda tanda
sspplllllooookkk… sspplllllooookkk… sspplllllooookkk…
sspplllllooookkk… sspplllllooookkk… sspplllllooookkk…
sspplllllooookkk… sspplllllooookkk… sspplllllooookkk…
“Ooohhhhh….. Uuummmiiiii abbiiiiiii keeluuaaarrr… Aaaahhhhhh……” Dengan 3 genjotan terakhir ustadz Abdul menusuk dan mengeluarkan dalam dalam di bagian istrinya
“Mmmhhhhh…. Iyaa Abiii ummiiii jugaaa…” Raut muka seperti menahan lalu menegang dan sedikit bergetar 2 kali ustadzah melepaskan cairan menyusul suaminya yang duluan keluar
“Aaaahhhhhh…….”
“Mmmmhhhhh…..”
Ustadz Abdul jatuh menimpa istrinya sebentar lalu sedikit bangkit menopang badannya dengan siku lalu berpagutan bibir dengan istrinya.
Mmmmmmmccccmmmmm…….. Mmmmaaaahhh….
“Gimana umi enak” bertanya dan dijawab anggukan dari ustadzah Fatimah.
“Mmccmmmaaaah….. Makasih ya umi” mencium kening ustadzah Fatimah
“Iya Abi sama sama ” hingga mereka mulai bangkit dari kasur dan bersi bersi di kamar mandi lalu mematikan lampu dan tidur.
Aku berdiri dari posisi ku dan berjalan kembali kerumah dengan konak tinggi dikontolku,ku berjalan sambil mengambil hp disakuku dan melihat jam 21:28 berarti sekitar 15 sampai 16 menit permainan mereka. tapi ku merasa lama ya apalagi bagian saat membuka pakaian ustadzah Fatimah bagaikan slow motion,tubuh ustadzah Fatimah kembali dalam bayang bayang ku walau aku sudah dikamar ku masih kukagumi tubuhnya gunungnya yang besar bulat dan kencang tidak terlalu berlebihan dan bagian pantatnya juga sangat indah membayang posisi doggy style dan vaginanya yang ingin ku sruput dan kumasukkan kontolku kesana menjadikan ku susah tidur membayangkan ustadzah Fatimah apalagi dengan kontolku yang berdiri tegak makin susah tidur kupksakan saja tidur.
FLASHBACK END
Sedang ku bayangkan saat pertama kali ku mengintip ustadzah Fatimah dengan ustadz Abdul bermain dan aku sudah sekitar 5 kali persetubuhan mereka, mungkin nafsu ustadz Abdul kepada ustadzah Fatimah tinggi, bagaimana tidak tinggi kalau aku pun jadi suami ustadzah Fatimah juga akan ku lakukan setiap malam.aku mengintip bahkan sudah tau jadwal pergulatan mereka seminggu 2 kali setiap malam Selasa dan malam Jum’at bagaikan jadwal siaran televisi.