How Dare You
misi suhu suhu, ingin membuat cerita yang tak pasti apa hasilnya, semoga bisa menghibur semua.
Zyta
Trriinggg triiinngg triiinggggg Bunyi alarm hp yang membangunkan diriku yang baru 3 jak tidur akibat nontonin setan merah inggris taunya kalah, apes dahhh. “Ah, udah pagi aja” Kepalaku terasa pusing, bagaimana tidak, udahlah itu tim kalah, duit juga lenyap karena salah pasang taruhan. Bip bip bip bip Bunyi WA hp ku, tertulis nama “Mbak Karin” “Dam, jangan lupa siang ini ada meeting sama klien, udah siap kan modelnya?” “Udah Mbak, tinggal nego waktu aja” jawabku “Oke, jangan telat ya jam 10” “Oke Mbak ku cantik” jawabku “Cantik cantik, jangan bilang mau utang ya lu muji gitu haha” Tak ku balas, mataku terlalu lelah. Perkenallan, namaku Sadam, pegawai disebuah studio foto. Apakah aku fotografer? Oh tentu bukan, jangankan menjepret, atur ISO saja aku baru diajari minggu lalu oleh Mbak Karin, seniorku di kampua dulu yang sekarang jadi atasanku. Aku baru 5 bulan kerja ditempatnya, karena aku baru resign dari perusahaanku sebelumnya. Tugasku lebih pada mencari model untuk klien dan menjadi perantara antara klien dan studio, dan Mbak Karin mempercayakan hal itu kepadaku. Zyta Delia Rahma, dialah klienku saat ini, perempuan cantik beranak 2 yang menjadi designer hijab yang akhir akhir ini digandrungi kaum hawa. Aku belum pernah bertemu dengannya, Mbak Karin yang menyampaikan initial projectnya dan aku ditugaskan mencari model “Pokoknya harus bagus ya Dam, ini projek besar dari Zyta, klien kita” begitu katanya Namun yang tak kuduga adalah, ternyata projek inilah yang membawaku ke dunia baru yang tak terfikirkan sebelumnya.
“Ya jadi gitu ya projectnya, intinya Mbak Zyta mau ini project perfect, baik kualitas gambar maupun deadline, ngerti kan?” Fajar, ketua tim ku memberikan brief pagi ini, dia adalah pegawai paling senior, bagian marketing brand, orang paling berpengaruh. “Dam, modelnya siapa jadi?” Tanya Fajar “Kemungkinan Jani Jar, udah gw bilang juga, minggu ini jadwalnya free, nanti gw confirm lagi” balasku “Oke, gw percaya sama lu” Briefing selesai, saatnya tidur sebentar, fikirku. “Dammmm” Fuck lah baru mau tidur “Ada apa Mbak Karin?” “Siang ini temuin Mbak Zyta ya” katanya “Lah, kok aku?” “Iya, Pak Thomas mau ajak beli perlengkapan sama aku dan Weni, jadi gantiin aku ya” Tak bisa ku tolak permintaan dari wanita satu ini, karena dialah aku bisa hidup lumayan nyaman seperti ini “Oke Mbak. Jam 5 sore kan? Nanti aku kesana” “Makasih adekku sayang, hehe” Mbak Karin melenggang pergi, dan aku gak jadi tidur karena harus baca rencana projectnya. Pukul 17.15, disebuah kafe “Mas Sadam ya, maaf ya udah nunggu” Aku terkesima sesosok bidadari tiba tiba muncul dihadapan, apakah aku udah mati dan masuk surga? “Eh iya. Mbak Zyta ya? Gak kok mbak baru aja datang, silahkan duduk mbak” “Iya mas, makasih ya” balasnya dengan senyuman Aku tertegun, astaga, gak sia sia gantiin Mbak Karin “Maaf mbak, Mbak Karin gak bisa datang, tapi aku masuk tim project nya kok, ini boar aku jelasin ya” Sekitar 15 menit aku menjelaskan, cukup lancar karena project nya aku yang menyusun “Gimana Mbak? Ada masukan?” Tanyaku “Emm, bagus mas, tapi aku butuh model yang gak terlalu kecil mas, gimana ya?” “Wah, biasanya brand hijab maunya yg kecil gini mbak?” “Iya tapi model jilbabku lebih masuk ke yang agak berisi sih” Sejenak berfikir “Gimana Mbak aja jadi modelnya? Menurutku mbak pantas kok” “Ah masa saya? Malu ah mas, hehe” balasnya “Saya yakin Mbak Zyta ini cocok banget, saya garansi deh hehe” jawabku meyakinkannya “Emmm, saya pikr dulu ya mas hehe. Boleh minta kontaknya mas biar aku gampang hubungi” “Iya mbak, add line saya aja @xxxxx” “Oke mas. Baik mas, saya tinggal dulu ya, makasih banyak udah jelasin” kayanya “Baik Mbak, sama sama” Sang bidadari berlalu pergi, dan aku kembali terpana “Waw, andai bisa lebih dekat” 10 hari kemudian “Wah, kan bener Mbak Zyta ini cocok jadi modelnya” kataku sembari mengatakan pada Zyta di studio setelah pemotretan dan editing “Hehe makasih loh mas Sadam” Akhir-akhir ini aku stalking media sosial Zyta, dan benar, aku jatuh cinta padanya. Persetan dengan status istri anak 2, dia adalah wanita idamanku. Pekerja keras, kreatif, dan…. cantik. Aku sudah menyiapkan beberapa rencana, agak jahat tapi demi bisa bersamanya, mengapa tidak? “Mbak Zyta mau pulang kemana? Sini sama saya aja” kataku di basement “Saya naik taxi online aja mas, lumayan jauh soalnya” jawabnya “Gapapa Mbak, saya jomblo abadi ini gak ada kegiatan kok sambil ngabisi waktu aja” alasanku “Emmm oke deh” Yess, dia masuk mobil. “Design nya bagus bagus loh mbak, emang kuliah dulu design ya?” Aku mengawali pembicaraan “Iya mas, kuliah tata busana dulu, jadinya gini deh hehe” “Suami kerja dimana Mbak?” “Oh gak mas, suami saya jadi admin toko online saya aja, sambil urus anak dirumah” timpalnya “Loh, kebalik ya? Yang kerja mbaknya, hehe, maaf ya mbak kalo menyinggung” “Gapapa kok mas hehe, udah biasa” Tiba saatnya macet, aku lancarkan rencanaku “Mbak mau minum gak? Ini saya ada teh botol, siapa tau mau” “Boleh mas. Makasih ya” Diminumnya teh itu, yang tanpa sepengetahuannya sudah ku campur obat perangsang. 10 menit berlalu “Mas, ac nya aku gedein ya, gerah ya dijalan” katanya “Oke mbak, gapapa gedeim aja blowernya” Tubuhnya berkeringat, mukanya merah, inilah efek obatnya, apakah aku harus mengambil risiko ini? Ataukah tidak. Kalau gagal, jelas project batal dan aku bisa dipecat dan mengecewakan Mbak Karin, tetapi bagaimana dengan dorongan nafsuku? Ah, DILEMA