Grup Rasan-rasan rempong dan seru ibu guru
Siang itu, di sebuah ruang pengajar sekolah negeri ternama sedang berkumpul tiga orang guru wanita. Mereka adalah bu Dewi, bu Idha, dan bu Erna. Kebiasaan buruk di hampir semua instansi negeri adalah kebanyakan mereka berkelompok nenbentuk geng, atau kalau dalam bahasa jawa yaitu bolo-boloan. Mereka bertiga tidak terkecuali. Dan dimana ada beberapa kelompok berkumpul, pasti terjadi singgungan dan gesekan, disertai rasan-rasan.
*******
Bu Dewi adalah guru bahasa inggris, berkulit putih dengan wajah cantik khas mojang priangan. Tingginya 167cm dengan berat dirahasiakan. Tidak terlalu gemuk, tapi semok dan mantap di pandang. Beliau sudah memiliki satu orang anak yang lahir secara cesar. Sehingga banyak yang guyon kalau dia ini masih sempit seperti perawan. Teteknya tidak terlalu besar namun tidak datar, cukup untuk digenggam dan dijadikan pegangan.
Bu Idha adalah guru pendidikan kewarganegaraan. Wajahnya tirus dan lentik, terlihat seperti umur duapuluhan. Sedangkan tubuhnya kurus dengan tinggi 164cm. Dia sudah menikah selama dua tahun, tapi belum dikaruniai anak. Penampilannya yang selalu modis dan trendy membuat ia tidak kalah dengan mahasiswi yang masih belia.
Sedangkan bu Erna adalah guru honorer yang mengajar Pendidikan Agama. Penampilannya senantiasa rapi dan menutup aurat dengan baju dan kerudung lebar. Meski begitu, tidak bisa menutupi lekuk bohay bodinya yang terkadang nampak ketika sedang diwajibkan memakai seragam keki, membuat semua mata yang memandang tidak bisa lepas dari tubuh dengan tinggi 161cm tersebut. Susu yang massiv membuat kancing seragam seakan memberontak ingin meloncat. Beliau ini adalah janda berumur 34 tahun yang ditinggal pergi oleh suaminya karena kecelakaan.
Mereka bertiga adalah sahabat yang tak terpisahkan. Dibalik perbedaan diantara ketiganya, ada persamaan yang menyatukan mereka. Yaitu hobi mereka rasan-rasan. Bahkan mereka punya slogan rahasia.
“Grup rasan rasan rempong, ngrasani wong e, ngrasakno bojo ne” (tl: Grup gibah rempong, gibahin orangnya, nyicipin suaminya)
Ya, mereka seringkali ketika julid dengan anggota geng lain sering gibah dengan cara merayu suami si target. Dengan itu mereka tidak hanya mendapat informasi lengkap tentang target, tapi juga kepuasan karena telah menikung si target.
*****
“Jeng lihat tuh bu Indri. Songong banget, sok nasehatin pakaian lah, gaya bicara lah.” Kata bu Idha membuka pembicaraan.
“Ya kamu sih dha gitu. Kalau bicara liat dengan siapa. Jangan asal ceplas ceplos.” Sahut bu Dewi.
“Ahahaha, Pakaianmu juga kadang terlalu modis. Kurang pantas kalau dipakai seorang pengajar. Guru PKn masa gayanya Kpop.” Kata bu Erna menanggapi.
Sambil sewot bu Idha pun membalas, “tau sih. Ya tapi kan gak di depan umum juga. Ini malah pas upacara.”
“Yaudah, gimana kalo kita ngrasani dia?” Jawab bu Dewi dengan kedipan sebelah mata dan kerlingan nakal.
Suami bu Indri ini adalah seorang pegawai di dinas pendidikan setempat. Beliau berusia 46 tahun, tubuhnya agak gemuk dan gempal, dengan tinggi 163cm. Dari wajah dan penampilan tidak terlalu menarik, tapi masih terhitung sedikit ganteng, apalagi dengan kumis tipis di atas bibirnya.
“Wah boleh tuh, udah ada infonya kah?” Sahut bu Idha dengan semangat.
“Kalian berdua ini, nggak bahaya ta?” Kata bu Erna dengan sedikit cemas.
“Halah bu Erna, takut-takut tapi aslinya ngarep kan” kata bu Dewi disusul dengan ketawa mereka bertiga.
“Ya sudah, aku nurut aja. Tapi ini gimana rencana nya?” Kata bu Erna sambil tersipu malu.
“Nanti lah, bisa diatur” kata bu Dewi.
Lalu mereka menyatukan tangan sambil membisikkan yel yelnya
“Grup rasan rasan rempong, ngrasani wong e, ngrasakno bojo ne”
(Lanjut/Gak nih suhu? Mungkin update agak lama. Menulis dari nol ini)