Godaan Mata Terberat
Cerita Sex Godaan Mata Terberat – Ini adalah kisah nyata yang terjadi waktu pertama kali duduk di bangku kuliah. Nama saya Boy, usia saya pada waktu itu masih 18 tahun. Saya kuliah di sebuah Universitas ternama di sebuah kota di Jawa Tengah. Kota tersebut tidak jauh dari kota tinggal saya. Namun di kota itulah saya merasakan sesuatu yang akan sangat sulit saya lupakan.
Cerita ini berawal saat saya mencari tempat kost. Namun, setelah sekian lamanya berkeliling kota untuk mencari rumah yang menyediakan kost, Saya mendapatkan hasil nihil. Bukan tanpa alasan, kost penuh karena Saya memang terlalu terlambat untuk mencari tempat kost, sedangkan ospek sudah terlanjur dekat, maka terpaksa saya menginap di kost Kakak perempuan saya, dia lebih tua 4 tahun dari saya dan ia kuliah di Universitas yang sama dengan saya namun kami berbeda jurusan.
Dia setuju, Saya numpang kost sementara karena memang di mata dia saya adalah adik bungsunya yang masih polos. jadi tidak sedikitpun dalam benaknya terpikirkan, bahwa Saya sudah tahu banyak mengenai sex meskipun belum pernah melakukan secara langsung.
Setelah dikenalkan dengan teman-teman kostnya, akhirnya dengan sembunyi-sembunyi saya tinggal di kamar kakak saya. Bukanlah hal yang sulit untuk mengakrabkan diri dengan teman-teman kakak saya, selain sifat supel dan periang saya, sifat kekanak-kanakan saya pun menjadi daya tarik tersendiri bagi teman-teman kakak saya untuk lebih akrab dengan saya, bahkan lebih akrab dari kakak saya.
Hingga suatu saat saya berkenalan dengan mbak Lina. Dia adalah sahabat karib kakak saya yang paling dekat dengan saya. Orangnya cantik, berjilbab, dan agak tomboy, ukuran dadanya dan bentuk tubuhnya yang agak bongsor namun proporsional dengan tinggi badanya jelas memikat laki-laki manapun yang melihatnya.
Banyak kejadian seru bersama mbak Lina. Pernah suatu ketika saat dia mandi, dan saya pada waktu itu sedang mencuci baju di dekat kamar mandinya dia meminta tolong pada saya untuk mengambilkan seperangkat sabun yang tertinggal di rak dekat tempat saya mencuci pakaian.
Namun saat saya berikan seperangkat sabun tersebut, dia bukannya menyodorkan tangan dari pintu kamar mandi yang seharusnya sedikit ia buka untuk mengambil perangkat sabun, tetapi ia malah membuka seluruh pintu kamar mandi dan bermaksud memperlihatkan tubuhnya tanpa sehelai benangpun.
Kontan saya langsung menutup mata saat dihadapan saya berdiri sebuah tubuh yang sangat sintal, ukuran dada yang sangat proporsional, mungkin 36B. Dari semua yang sempat saya lihat, godaan mata terberat adalah yang ada di bawah perutnya. Hanya terlihat sekilas, namun Saya melihat warna hitam halus di bawah perutnya.
Bukan hanya itu saja. Pernah terjadi aksi saling dorong pintu kamar mandi saat Saya sedang menikmati kesegaran mandi di dalam, kejadian itu berawal saat dia meminta saya mengambilkan handuk yang ada di dalam kamar mandi tempat saya berada.
Dan yang lebih parah lagi, dia dibantu temannya melawan pertahanan saya dari dalam. Saya tidak tahu siapa yang bersama ia menjahili saya. saya hanya bisa mendengar dua tawa cekikikan di luar. tetapi apapun usaha mereka, Yang jelas hasilnya adalah Sudah pasti kemenangan menjadi milik saya, padalah sebenarnya itu adalah sebuah kerugian besar.
Tetapi, dari semua kejadian yang Saya alami, kejadian puncak terjadi pada suatu malam saat saya tidur di kamar Mbak Lina. Cerita ini berawal saat Saya, kakak perempuan saya dan mbak Lina sedang menyaksikan sebuah konser music di Universitas tempat kami menimba ilmu.
Ditengah-tengah acara, tiba-tiba rasa kantuk menyerang saya dengan amat sangat. Karena tidak tahan dengan rasa kantuk tersebut, akhirnya Saya pamit pulang ke kost. Tetapi, karena kunci kamar Kakak saya dibawa temannya yang pergi dengan pacarnya, jadi terpaksa Saya membawa kunci kamar Mbak Lina dan numpang tidur di kamarnya.
Setelah pulang dan langsung memanjakan kantuk dengan ranjang hangat khas kamar perempuan yang bersih dan wangi, akhirnya Saya tertidur pulas dibelai mimpi, mungkin memimpikan mbak Lina kali ya?? Hihihi.
Ditengah-tengah tidur saya, tida-tiba Saya terbangun. Ada sebuah kehangatan aneh yang begitu asing bagi saya. Tenyata ada seseorang yang memeluk saya di malam itu. Meskipun setengah sadar, tapi logika saya masih sempat bekerja, sangat tidak mungkin jika yang memeluk saya adalah Kakak saya, meskipun kami saudara sekandung, tapi hubungan kami sangat buruk, ia bersikap manis pada saya hanya dihadapan teman-temanya saja. Yang ada di benak saya malam itu pastilah Mbak Lina. Ternyata tebakan saya benar. Ternyata itu memang mbak Lina.
Saat saya terjaga karena kaget, saya rasakan Ia berhadapan langsung dengan saya, dengan posisi kepalanya di leher saya, jadi bisa saya rasakan wangi rambutnya yang selalu ia rawat. Pikiran saya pun liar membayangkan banyak hal. Terlebih ia hanya memakai baju tidur tipis tanpa BH. Jadi gundukan putingnya bisa saya rasakan pas berada di dada saya. Tanpa perlu dikomando, adik kecil saya tidak bisa di ajak kompromi untuk tidak menegang.
Saya lalui malam tersebut tanpa memejamkan mata. Nafas dan detak jantung saya tidak terkendali. Terlebih Mr. Dick yang menegang bebas karena Saya tidak pernah suka memakai CD. Saya lihat angka jam dinding menunjuk di angka satu. Pikiran saya gelisah, rasa takut, tegang, malu dan sedikit rasa senang bercampur aduk.
Di tengah kegelisahan tersebut, tiba-tiba Mbak Lina bergerak dalam tidurnya dan menindih paha saya dengan paha mulusnya. Karena posisi tidur miring, maka batang saya tepat bergesekan dengan Ms. Pussy milik Mbak Lina. Saya semakin tegang, alur nafas saya semakin tidak terkendali. Keringat membasahi seluruh tubuh saya.
Saat rasa gelisah semakin menjadi-jadi, tiba-tiba kepala Mbak Lina berganti posisi berhadapan dengan wajah saya. Entah dapat keberanian dari mana, tiba-tiba saya dekatkan bibir saya ke bibir seksi Mbak Lina. Ternyata respon yang saya dapat lebih dari apa yang saya harapkan.
Ditengah ketidak sadaran Mbak Lina dalam tidurnya ia membalas saya dengan kuluman bibir dan permainan lidah yang pertama kali saya rasakan. Selanjutnya, dengan mata yang masih tertutup, tangan lembutnya menelusuri tubuh saya. Mulai dari leher, dada, perut hingga dibagian yang paling sensitif dari tubuh saya.
Tiba-tiba ia meremas penis yang dari tadi sudah menegang. Dengan lembut ia mengocok perlahan. Sensasi yang pertama kali saya rasakan ini kontan membuat saya merintih lirih kenikmatan dan melepaskan ciuman mbak Lina.
“Uuuhhhh…”
Sambil memejamkan mata, saya resapi tiap sensasi yang saya rasakan dibagian sensitif saya. Entah setan Dari mana yang merasuki saya, tiba-tiba kepala saya bergerak kebawah dan langsung menyerbu dua bukit kembar di dada Mbak Lina. Saya kulum ujung merah muda dari tempat keramat tersebut. Apa yang saya lakukan mendapat respond dan membangunkan tidur mbak Lina.
“ahhhh!!!! Teruskan Boy…”
Dia semakin kuat meremas penis yang benar-benar menegang maksimal. Saat itu, saya rasakan Dada yang dihadapan saya bergerak dan pindah tempat. Ternyata Mbak Lina berganti posisi dengan kepala tepat menghadap penis saya. Yang saya rasakan selanjutnya adalah, penis saya masuk dalam liang hangat dari mulut Mbak Lina. Saya semakin mengerang.
“Aarrggghhh… Enak Mbak…!!!”
Setelah itu dengan posisi kepalanya yang sedang memanjakan batang keperkasaan saya, rasa tidak ingin kalah menyerang. Saya angkat paha Mbak Lina, dan posisikan pahanya tepat menjepit kepala saya setelah saya lepas CD tipisnya, sehingga yang berada dihadapan saya saat itu adalah gundukan berbulu halus dan dengan tonjolan daging berwarna kemerahan yang telah basah oleh cairan yang berbau khas.
Tanpa perlu dikomando, saat Mbak Lina keasikan mempermainkan penis saya, langsung saya hisap liang kenikmatan milik Mbak Lina. Tiba-tiba ia terhentak dan sempat menggigit senjata saya.
“Aaarrgghhh!!! Sakit Mbak…”
Dia tidak menggubris erangan saya, malah semakin dalam memasukan Mr. Dick panjang saya ke dalam tenggorokanya. Karena tidak mau kalah, saya hisap keras-keras vaginanya dan saya mainkan lidah saya menelusuri tiap sudut yang ada di lubang tersebut. Akhirnya ia tidak tahan. Dilepasnya penis saya dari cengkraman mulutnya, dan kini yang ada dihadapan saya adalah wajah cantik Mbak Lina yang haus ciuman.
Dia mencium saya dengan penuh nafsu. Dan saat itu pula tangannya membimbing rudal saya ke liang kewanitaannya, dia benar-benar tidak sabar dan dikuasai nafsu. Karena terlalu tergesa-gesa, senjata pamungkas saya selalu meleset meskipun dibimbing dengan tangannya hingga yang saya rasakan adalah gesekan basah bibir vaginanya.
Karena kelihatannya dia kepayahan berusaha, akhirnya saya lepas ciuman saya dan langsung saya baringkan ia dan saya angkat kakinya ke pundak saya. Tidak perlu usaha yang terlalu keras, dengan sedikit memaksa, akhirnya batang saya langsung menghujam deras ke liang kenikmatannya.
Saya sodok dia dengan keras. Meski ini adalah yang pertama bagi saya, entah dapat ilmu dari mana hingga seolah-olah Saya sudah sangat berpengalaman dan permainan saya menjadi kasar dan liar. Saya sodok terus hingga terdengar bunyi khas dari bawah perut kami.
“Booyyy… Niikkkkmmmattt… Aaahhhhhh…!!”
Tidak saya hiraukan desahannya, dan saya sama sekali buta pada saat itu, hingga tidak sadar jika di sebelah tempat kami beradu, ternyata ada teman sekamar Mbak Lina yang terbangun karena erangan kami.
Saat saya lihat ia terbangun, pikiran saya langsung dibayangi rasa takut. Saya takut jika ia tiba-tiba teriak saat melihat kami bersetubuh. Namun, rasa takut saya tidak terbukti. Saat saya lihat teman Mbak Lina sambil menyodokan Mbak Lina, saya lihat ia telah memasukan tangannya ke CDnya dan tangan satunya ke BH.
Bukti bahwa ia sudah lama terbangun dan terangsang oleh pemandangan yang ada di depannya. Rasa takut saya hilang dan Cuek saja dengan teman sekamar Mbak Lina. Setelah agak lama bermain, kami berganti posisi. Kali ini mbak Lina yang memegang kendali, ia dengan posisi di atas, menggoyang-goyangkan pinggulnya dan semain membuat saya melayang.
Saat saya menoleh lemas oleh ulah Mbak Lina, saya lihat teman sekamar mbak Lina masih sibuk memuaskan dirinya sendiri. Dan tepat saat teman sekamar Mbak Lina dan Saya berhadapan, tatapan memelasnya seolah-olah berkata bahwa ia ingin merasakan hal yang sama dari rasa yang Mbak Lina rasakan.
Saya sanmbut dengan tatapan mengundang. Mungkin karena memahami undagan saya tersebut, ia langsung melepas seluruh pakaian yang ia kenakan dan mendekati kami yang masih sibuk beradu.
Tiba-tiba ia langsung membenamkan selangkangannya ke muka saya. Otomatis, dengan posisi saya yang masih terlentang dengan batang kenikmatan yang melayani liang milik mbak Lina, Mulut saya pun mengulum liang kenikmatan teman Mbak Lina yang saya kenal bernama Caca.
Pada waktu itu ia masih SMA kelas tiga dan sekolah dekat dengan kampus saya, dia tidak begitu cantik, ukuran dadanya 34B, namun bodinya yang kecil imut tanpa busana cukup kuat untuk memancing libido saya untuk lebih menikmati malam itu.
Pergulatan ini berlangsung lama. Mbak Lina masih sibuk berjingkrak-jingkrak layaknya anak kecil yang main kuda-kudaan, Caca menggesek-gesekkan memeknya kemulut saya menambah sensasi dari hisapan kuat yang saya berikan, bahkan Caca semakin kuat menekan pahanya hingga kepala saya terbenam ke dalam kasur empuk dan hampir membuat saya tidak bisa bernafas.
Sementara itu, Mbak Lina semakin menggila. Ia malah memeluk pinggul Caca dan menggunakanya sebagai pegangan agar penis saya semakin dalam memuaskan liangnya, dan tanpa saya sadari paha saya sudah basah oleh cairan hangat dari liang milik Mbak Lina.
Setelah itu, tiba-tiba gerakanya terhenti, dan bersamaan dengan itu, senjata saya tiba-tiba tersedot kedalam liangnya yang basah dan hangat. Ternyata ia telah mencapai puncak terlebih dulu dibandingkan saya.
Di saat Mbak Lina lemas dan membaringkan tubuhnya didekat saya, Caca yang tidak puas dengan servis dari mulut saya, langsung mundur bagaikan anak kecil yang main perosotan di dada saya. Setelah itu, ia langsung mengarahkan penis saya tepat di liangnya yang sudah dibanjiri cairan bening dari rahimnya dan cairan air liur saya.
Meskipun rudal saya telah licin oleh permainan dari mbak Lina, karena liang Caca yang mungkin masih perawan karena dia masih lebih muda dari Mbak Lina, bahkan lebih muda dari saya, rudal saya masih sulit masuk ke liang kenikmatanya.
Karena Saya sendiri juga tidak sabar dan dirasuki nafsu, langsung saya posisikan ia di tepi ranjang dengan posisi kaki menekuk di pinggir ranjang dan pungggung membungkuk dengan dada yang berada terbuai di ranjang. Dari belakang saya hujamkan senjata saya.
Dengan perjuangan yang agak lama, Dan dengan sisa tenaga dari kemenangan saya menghadapi Mbak Lina, saya masukan dengan keras penis saya ke lubang milik Caca. Karena usaha yang kasar dan licinnya penis saya dari pergulatan saya tadi dengan Mbak Lina, batang saya dengan cepat menerobos pertahanan milik Caca. Ternyata ia benar-benar perawan.
“Aaarrgggghhhhhh…!!!! Sakit…!!!!!!!!!!!!”
Dia mengalami kesakitan yang amat sangat seiring dengan warna merah yang saya liat sedikit keluar dari tempat rudal saya menghentak. Rasa sakit itu bahkan tak mampu membuat ia menjerit keras. Tertapi Saya tidak peduli dengan hal itu, tetap saja saya sodok Caca dari belakang dengan keras.
“Saa… Sakkiiittttttttttt…!!!!!”
Saya lihat ia menitikan air mata dan merintih agak keras. Karena takut teriakanya membangunkan seisi kost putri, saya balik posisinya menjadi terlentang di ranjang di sebelah Mbak Lina yang tertidur lemas. Sambil saya sodok, saya hisap bibirnya dengan hisapan bibir saya yang baru saja saya pelajari dari Mbak Lina. Dengan masih terus bergerak, bahkan tempo sodokan saya semakin cepat, hingga akhirnya ia mulai bisa menikmati permainan meski di selangkangannya mengalir darah dan cairan basahnya.
Setelah hampir satu jam bergelut dengan Caca, tiba-tiba tubuh saya menggelinjang hebat, cairan yang dari tadi tidak keluar akhirnya mulai siap untuk dimuntahkan, ternyata Caca mengalami hal yang sama jugs, saat itulah… Croottttttt!!!
Cairan hangat beradu dalam rahim Caca, dan dengan lemas kami berpelukan. Mbak Lina masih belum terlelap meskipun rasa lemas menyerangnya. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
“Boy… aku gak nyangka, dibalik sikapmu yang masih seperti anak-anak, ternyata kamu bisa muasin aku lebih dari pacarku sendiri. Aku harap kamu bisa muasin aku lain kali tanpa perlu kupancing” Mbak Lina membisikan sedikit kalimat kecil di tenlinga saya.
“Iya Mbak, aku juga gak nyangka kalo aku diberi pengalaman seindah ini,” saya membalas kalimat dari Mbak Lina sambil mengecup kening Mbak Lina.
“Dan kamu Caca, makasih dah ngasih yang pertama bagiku” saya kecup pula kening Caca dengan lembut. Dan ia hanya membalas dengan senyuman manisnya tanda bahwa ia tidak menyesal telah memberi saya yang pertama baginya.
Posisi saya ditengah tanpa busana dan di kanan kiri saya ada dua gadis yang tertidur lelap tanpa busana pula. Hingga kami bertiga tidur dalam buai kehangatan masing masing.
Pagi hari, saya dibangunkan Mbak Lina, dia sudah mandi dan menyuruh saya dan Caca yang masih bugil berpelukan untuk lekas berpakaian. Namun bagaimana dengan Kakak perempuan saya? Saya sama sekali tidak khawatir dengan Kakak perempuan saya.
Kata Mbak Lina ia masih tidur dikamarnya dan masih terlelap sampai saat saya bangun, karena saya tahu persis kebiasaanya yang sering bangun kesiangan.
Setelah kejadian itu, tanpa sepengetahuan kakak saya, saya sering memuaskan dua temannya itu secara bersamaan.