Gara-gara Dating App | Page 2
Aku men-swipe banyak laki-laki di dating app tersebut. Ada yang jelek. Ada juga yang tampan. Dan setiap aku melihat laki-laki yang tampan, entah kenapa badanku mulai sedikit merasakan gairah panas. Aku terus men-swipe banyak laki-laki di app tersebut sampai akhirnya tiba-tiba saja muncul profil seorang lelaki tampan yang memiliki tubuh kekar. “Aku juga dapet nih, Ca,” pikirku Aku pun melihat profil lelaki tersebut. Nama: Erik Umur: 27 tahun Tinggi: 175cm Berat: 75kg Bio: Mualaf. Mencari wanita sholehah untuk mendidik anak-anak. Duda, jangan tanya kenapa cerai (sedikit trauma, kalau sudah siap akan aku ceritakan). Foto: ada 4 Aku sedikit terkejut melihat bio nya. Semua fotonya terlihat tampan dan seksi, tetapi begitu aku melihat foto keempatnya, aku baru menyadari sesuatu, ia memiliki tato di lehernya. Tatonya berbentuk kupu-kupu. Dengan segera, aku membuka foto yang dikirimkan Aca tadi. Aku memperhatikan setiap detail tubuh lelaki kekar yang berada di dalam foto Aca. Mulai dari bentuk rahangnya yang tajam, leher seksi bertato, badan perkasa yang menggairahkan, serta lekukan perut seksinya. Aku membandingkannya dengan foto profil lelaki yang ada di dating app ku. Setiap detail bentuk tubuhnya sangat mirip. Terlebih lagi, wajah tampannya terlihat sangat jelas di sini. Oh, sungguh beruntungnya Aca semalam. Ku bisa membayangkan betapa besar kontolnya dan betapa nikmatnya apabila diperawani oleh pangeran itu. Pikiranku sudah menjalar liar kemana-mana. Aku perhatikan lagi foto yang Aca kirim. Aku membayangkan kepalanya bergerak dan menengok ke arah Aca, lalu membalas ciuman Aca dengan ganas. Bibir tebal manisnya melumat bibir Aca yang tipis. Semakin lama ia melumat bibir Aca, semakin ganas juga ciumannya dan mulai memainkan lidahnya untuk mengobrak-abrik mulut Aca. Di sisi lain, tangannya yang sedari tadi menggenggam payudara Aca mulai bergerak meremas lembut payudara Aca. Jari-jarinya mulai bergerak lembut mengelus pentil Aca yang sudah menegang dari tadi. Aca hanya bisa mengerang-erang kenikmatan dengan perlakuan lembut lelaki tersebut. Erangannya juga terpendam oleh mulut manis lelaki tersebut. Karena sudah tak tahan, tangan Aca pun juga mulai bergerak menuju kejantanan lelaki tersebut yang masih setengah sadar tetapi sudah cukup besar. Perlahan-lahan Aca mengelus-elus monster raksasa itu, dan perlahan tapi pasti, kontolnya yang sudah besar itu semakin membesar dan membesar lagi seiring kocokan Aca dengan tangannya yang kecil dibanding kontol itu. Ciuman mereka berdua semakin bergairah dan bergairah hingga akhirnya lelaki itu berhenti menciumnya dan hanya menempelkan dahinya pada dahi Aca dan menatap tajam mata Aca. “Kamu yakin mau aku mengambil keperawananmu?” tanya lelaki dengan nada beratnya. “Aku yakin,” jawab Aca Dengan sangat cepat, lelaki itu langsung memegang tubuh Aca dan melemparnya ke atas kasur. Lelaki itu langsung bergerak menuju selangkangan Aca dan dengan mulutnya mulai melumat memek perawan Aca. Dimulai dengan jilatan pelan berirama, Aca berteriak kenikmatan di setiap jilatannya. Memeknya yang sedari tadi sudah basah kini semakin basah. Lelaki itu perlahan tapi pasti mulai mempercepat irama jilatannya dan sesekali menghisap klitoris Aca. Lelaki itu terus mengobrak-abrik memek Aca hingga akhirnya Aca meraih kepala lelaki tersebut dan menggenggamnya erat lalu berteriak kenikmatan. Seketika itu juga Aca langsung lemas terkapar pasrah. Lelaki tersebut pun menarik mulutnya dari memek Aca dan menaruh tubuhnya di atas Aca. Lalu dia berbisik di telinga Aca. “Meskipun kamu kerudungan, ternyata kamu binal juga,” bisik lelaki tersebut. Aca hanya mengangguk lemas sambil tersenyum. “Kita udahan di sini ya.” Aca terkejut dan bertanya, “Kenapa?” “Aku mencari perempuan sholehah, bukan yang binal.” “Tapi kan aku sholehah berkerudung,” bela Aca “Iya, di luarnya aja. Ternyata dalamnya kamu begini. Jadi kita selesai sampai di sini aja, ya. Kecuali…” “Kecuali?” “Kecuali kalau kamu mau jadi budak seks aku.” Lelaki itu langsung menarik dirinya menjauh dari Aca. Lalu, segera memakai pakaiannya. Namun, tiba-tiba saja Aca meraih tangan lelaki itu. Lelaki itu pun menoleh ke arah Aca menatapnya tajam. “Baiklah, aku mau,” ucap Aca. “Aku mau jadi budak seks kamu.” Aca langsung duduk di kasur dan membuka kakinya lebar menunjukkan seluruh selangkangannya ke arah lelaki itu. “Perawanin aku.” “Pakai ‘tuan’” perintah lelaki itu. “Hah?” Aca memiringkan kepalanya tidak mengerti. “Sujud di kakiku dan memohon kepadaku dengan panggilan ‘tuan’” Aca pun turun dari kasur dan duduk bersimpuh di lantai. Dengan sedikit ragu dia mulai mensujudkan badannya, tetapi itu tetap dia lakukan. “Tuan, aku mohon tolong perawanin aku.” Lelaki itu berjongkok di depan Aca lalu menjambak rambut Aca dan mengangkat kepalanya hingga wajahnya saling berhadapan. “Kamu tau kan maksudnya kalau kamu jadi budak seks?” Aca mengangguk. “Artinya kamu harus selalu menyediakan lubang-lubang kamu kapanpun aku mau.” Aca mengangguk. Perlahan lelaki itu mendekatkan wajahnya ke arah Aca dan perlahan mencium bibirnya, tetapi setelah itu, tiba-tiba saja ciumannya menjadi sangat kasar dan mengobrak-abrik mulut Aca. Lelaki itu lalu berdiri dengan masih menjambak kepala Aca. Dia mengangkat kepala Aca hingga sejajar dengan selangkangannya. Dia pun memasukkan kontolnya ke dalam mulut Aca seperti Aca hanyalah sebuah boneka seks yang hanya digunakan untuk memuaskan hasratnya. Tiba-tiba saja, layar HP ku yang sedari tadi menunjukkan foto Aca dan lelaki itu, berubah menjadi foto Aca yang sedang menelponku. Aku pun menghela nafas dan menarik tanganku dari selangkanganku yang dari tadi sedang menggosok-gosok memekku sambil membayangkan Aca dan lelaki itu. Dengan malas, aku mengangkat telepon Aca.