Final Target

Renata

“mmm…hhhmmm…”. Renata tidur terlentang di kasurnya. Tangannya bergerak lemah lembut mengelus-elus bibir vaginanya sendiri. Di malam yang sepi itu, Renata sendirian di kamarnya dan entah kenapa nafsunya sedang tinggi. Setelah ‘memanaskan’ vaginanya, Renata mengambil sebuah dildo. Dildo kesayangan Renata karena bentuknya besar dan panjang mampu membuat orgasmenya benar-benar maksimal.

“uuummmhh..”, Renata mengulum bibir bawahnya menikmati benda tumpul yang terus masuk ke dalam vaginanya. Begitu sudah seluruhnya masuk ke dalam liang vaginanya, Renata menekan tombolnya.

“ooohhh !!! Maanhhh !!”, Renata mendesahkan nama Arman.

Arman, sang bandar narkoba, kini telah tiada. Tewas ditembak polisi saat penggrebekkan. Renata merasa sangat kehilangan meski Arman hanyalah sampah masyrakat dan wajahnya jelek, tapi Renata sudah terlanjur bertekuk lutut kepada Arman dengan ‘tongkat sakti’nya. Dildo yang sedang mengaduk-aduk vagina Renata itu mempunyai 2 variasi gerakan. Pertama, bergerak ke kanan dan kiri selama 6 detik. Kedua, berputar di poros selama 4 detik lalu kembali ke gerakan pertama, dst. Saat Renata sedang menikmati dan menghayati gerakan dildo di vaginanya, tiba-tiba pintu kamar Renata terbuka. Renata menarik selimut untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.

“kak?”. Ternyata yang masuk adalah adik angkatnya, Andre.

“kakak lagi ngapain?”. Andre mendengar suara berdengung. Andre melihat mata Renata sayup-sayup dan tubuhnya bergetar. Andre menarik selimut Renata dan menemukan suara dengung itu berasal dari dildo yang menancap di vagina kakaknya.

“tu…tuuphh…piint..ttuuhh..”, lirih Renata pelan.

“oke..kak..”. Andre menutup dan mengunci pintu kamar Renata lalu berdiri di ujung tempat tidur Renata. Andre pun menonton kakaknya. Memandangi vagina kakaknya yang tertutup pangkal dildo. Andre tersenyum, menatap vagina yang telah menjadi tempat ‘bermukim’ bagi burung mudanya itu selama 2 tahun terakhir. Ya, benar, hubungan Andre dan Renata bukan kakak-adik angkat biasa. Setiap hari selama 2 tahun terakhir, Andre tidak pernah tidur di kamarnya, dia selalu tidur di kamar Renata. Hubungan ini bermula ketika Andre berumur 13 tahun saat masih duduk di kelas 1 SMP. Sebenarnya, Andre adalah cucu dari pembantu Renata yang sudah lama meninggal. Saat Andre masih berumur 2 tahun, keluarganya hanya tinggal neneknya. Kedua orang tuanya entah kemana, tak ada kabar. Kakeknya pun meninggal dunia saat Andre baru berumur 6 bulan. Kedua orang tua Renata memutuskan untuk mengadopsi Andre karena nenek Andre sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh keluarga Renata. Renata pun tidak keberatan Andre menjadi adiknya. Awalnya, seperti anak kecil lainnya, Andre sering menjahili Renata. Tapi, ketika hormon-hormon Andre mulai bekerja dan membuat Andre jadi memperhatikan lawan jenis, Andre baru sadar kalau kakak angkatnya itu cantik sekali.

Dari ‘pengalaman’ bermain internet yang Andre lakukan mulai dari kelas 4 SD (anak sekarang cepat dewasa karena internet, ya kan? hhi), penis kecil Andre sering tegak jika berdekatan dengan Renata yang waktu itu baru kelas 3 SMP. Saat Renata sudah masuk SMA. Andre semakin tergila-gila dengan Renata bahkan Andre sering membayangkan Renata bugil di depannya. Andre jadi salah tingkah jika di dekat Renata. Renata sebenarnya memperhatikan tingkah adik angkatnya itu, tapi tidak memperhatikannya karena Renata terlalu sibuk membangun reputasi di sekolahnya. Saking memuja-muja kakak angkatnya, dan Renata pun muncul sebagai pasangan Andre di mimpi basahnya saat berumur .

“oohh…kak Rena…aahhh”, Andre mengocok penisnya sendiri sambil memegang cd yang ada di ranjang Renata. Andre menempelkan cd Renata ke hidungnya sambil terus mengocok penisnya sendiri. Aroma vagina Renata masih melekat erat di cd itu karena cd itu habis dipakai Renata kemarin dari sore hingga pagi. Pagi itu, Renata terlambat jadi dia mengganti cdnya dan asal membuang cdnya itu ke tempat tidur. Rupanya, sejak mimpi basah, Andre jadi semakin nekat. Andre sering mengendap-endap ke kamar Renata yang sering tak terkunci lalu Andre mengendus-endus cd dan bh Renata sambil onani.

“Andre ??!!”.

“hah?!”.

Andre kaget bukan kepalang, kakaknya berdiri di pintu kamar padahal dia masih memegang cd kakaknya dan menggenggam penisnya. Andre keringat dingin, dia tahu tidak bisa mengelak lagi, tertangkap basah. Andre hanya bisa menaikkan celananya sementara Renata mengunci pintu kamar.

“jadi kamu…yang bikin bh ama cd kakak banyak yang lengket…”.

“ng…ng…”.

“sini…kamu mesti cerita ke kakak…udah lama kamu gak cerita-cerita ke kakak..”. Renata menuntun Andre duduk di ranjangnya. Tangan Andre gemetaran, takut sekaligus malu.

“kenapa nyiumin cd kakak?”.

“mm…ng..”. Andre hanya tertunduk malu tak mampu berkata-kata.

“ayo…jawab aja..gak apa-apa kok…”, kata Renata sambil mengelus-elus kepala adiknya.

“mm…wanginya….enak, kak…”.

“oh…jangan-jangan kamu udah mimpi basah ya?”.

“i..iya kak..kok..ka…kak tau?”.

“ya kalo belom mimpi basah…mana mungkin kamu jadi nekat gini..”.

“ng…ka..kak..marah?”.

“nggak kok…tenang aja..”. Renata merangkul Andre.

“emang kamu mimpi basah ama siapa? jujur ya ama kakak…”.

“mm…sama kakak…”.

“ha? sama kakak? kok?”.

“kakak..cantik…”.

“oh..ah kamu Ndre..ada-ada aja…”.

“jangan bilang papa mama, kak…”.

“iya-iya..”.

“Andre janji…gak bakal bayangin kak Rena lagi..”. Renata tersenyum dan tiba-tiba berjongkok di depan Andre lalu melorotkan celana Andre. Terpampanglah burung muda itu di hadapan Renata yang sudah kehilangan kesuciannya sejak 1 SMA. Renata kaget juga, Andre yang baru kelas 2 SMP sudah mempunyai penis sebesar pacarnya, kira-kira 16 cm. Tadinya, Renata hanya penasaran saja dengan ‘perkembangan’ adiknya. Tapi, setelah melihat ukuran penis adiknya, nafsu pun mulai menguasai pikiran Renata yang sudah menjadi maniak seks waktu itu.

“kakak ngapain?!?”.

“udah..kamu tenang aja…”. Renata sudah gelap mata, tidak memikirkan lagi yang di depannya adalah adiknya sendiri, penis itu terlalu menggoda bagi Renata untuk ditutup lagi.

“eehhh…”, Andre merinding merasakan listrik seperti mengalir di sekujur tubuhnya saat Renata mulai menciumi batang penis Andre.

“oohhh..enaakhhh…kakkhhh…ooohh…”. Andre mengerang-erang mengeluh-eluhkan kakaknya yang menjilati burungnya. Renata terlihat sangat menikmati alat kelamin adiknya itu, tak ada yang lupu dari sapuan lidahnya. Penis yang baru saja disunat 1 bulan kemarin itu habis diemut-emut dan dijilat-jilat oleh Renata, zakar Andre pun menjadi bulan-bulan Renata. Sekitar penis Andre pun sudah basah kuyup dengan air liur Renata. Andre terus mendesah dan mendongakkan kepalanya. Andre merasa seperti di surga, belom pernah dia rasakan kenikmatan seperti. Geli, hangat, dan nikmat terasa di selangkangan Andre. Andre tak pernah membayangkan kalau oral seks yang dia baca dari internet selama ini akan sangat nikmat, apalagi yang sedang mengoralnya adalah cewek cantik yang merupakan impiannya yaitu kakaknya sendiri. Semakin lama, Renata jadi semakin bersemangat sendiri.

“enaakhhh…”, lirih Andre merasakan penisnya basah, hangat, dan nyaman karena seluruh batangnya telah berada di dalam mulut Renata sepenuhnya.

Renata menggigit-gigit kepala dan leher penis Andre dengan gemas. Tubuh Andre menggelinjang-gelinjang saat Renata menggunakan lidahnya untuk mengorek-ngorek habis lubang kencing Andre. Andre tak bisa menahan lagi ‘serangan’ lidah Renata dan akhirnya menumpahkan air mani ke dalam mulut wanita untuk pertama kali alias perdana dan wanita itu kakaknya yang sangat cantik.

“aahh..udahhh kakhh…uuuhh…”, Andre minta ampun karena Renata terus mengemut-emut kepala penisnya yang mulai terasa agak ngilu. Setelah yakin sperma Andre sudah benar-benar tak bersisa, Renata pun mengeluarkan penis adiknya itu dari mulutnya. Renata membuka mulutnya, menunjukkan mulutnya yang penuh sperma ke Andre sebelum akhirnya Renata menelan sperma Andre. Renata berdiri dan tersenyum ke Andre. Andre sendiri, masih ngos-ngosan dan bengong masih tak percaya, penisnya baru saja diemuti oleh kakaknya.

“gimana, Ndre? enak gak?”.

“eh..eh..enakhh..bangethh..kak..”. Renata belum selesai memberi kejutan ke adiknya. Renata melucuti pakaiannya tepat di hadapan Andre.

“gimana…bagus gak badan kakak?”, tanya Renata bertolak pinggang lalu berputar-putar bak model sedang memamerkan tubuhnya.

“ba..ba..guss..”. Impian Andre terwujud. Kini, kakaknya berdiri di depannya tanpa sehelai benangpun melekat di tubuh kakaknya. Seperti mimpi Andre, tubuh kakaknya sexy, putih mulus, apalagi payudara dan pantatnya, begitu bulat dan terlihat kenyal dan padat. Renata mendekat ke Andre lalu menuntun tangan Andre ke belakang sehingga kedua tangan Andre tepat berada di kedua bongkahan pantat Renata. Nafas Andre cepat, vagina Renata kini tepat berada di depan matanya.

“eits..gak boleh…”. Renata beberapa kali menahan kepala Andre yang maju mendekati vaginanya.

“kenapa, kak?”, nafsu sudah membuat Andre tidak canggung lagi.

“kakak capek..baru pulang..ntar malem aja ya..”.

“sekarang aja deh kak…”.

“eh..bandel banget..”. Andre kelihatan sudah tidak sabaran.

“kakak janji deh..kalo kamu dateng ke kamar kakak jam 9..kamu boleh ngapain aja…”.

“bener kak??”, seperti anak kecil mendapat permen, Andre kelihatan sangat bahagia.

“iya…”. Renata melepaskan rangkulan Andre di pinggangnya lalu mendirikan Andre. Renata menaikkan celana Andre.

“udah sana…kakak mau istirahat…”.

“tapi bener ya kak…ntar malem…Andre boleh ke sini lagi?”.

“iya..iya..”. Malam harinya, Andre pun datang ke kamar Renata untuk tidur bersama atau lebih tepatnya meniduri kakak angkatnya. Sejak saat itu, Andre tak pernah tidur di kamarnya lagi. Dia selalu mengendap-endap ke kamar Renata tanpa sepengetahuan orang tua angkatnya. Renata tidak keberatan ‘menerima’ Andre setiap malam karena penis Andre cukup untuk memuaskan nafsunya yang memang tinggi itu. Dan bagi Andre, tak usah ditanya lagi. Dari pagi sampai sore, yang ada di otak Andre hanyalah Renata dan ingatan tentang betapa nikmatnya menyetubuhi kakaknya itu. Renata mengajari Andre, dan kadang Andre mempraktekkan yang diliatnya di internet ke kakaknya.

“OOOUUHHH !!”, Renata melenguh dan menekuk ke atas. Andre mencabut dildo dari vagina kakaknya. Dan tanpa minta izin, Andre langsung menempatkan kepalanya di selangkangan Renata dan langsung menyerang vagina Renata dengan lidahnya.

“ouhh..Ndree..mmhhh…”. Renata menggeliat-geliat dan melebarkan kedua pahanya selebar mungkin menerima kehadiran Andre di selangkangannya dengan senang hati meski tiba-tiba. Andre merasa tak perlu lagi minta izin ke Renata untuk melahap daerah pribadi kakaknya itu karena vagina kakaknya sudah seperti menjadi milik Andre. Lidah Andre begitu lihai mengorek-ngorek vagina Renata. Renata menekan kepala Andre agar tetap di selangkangannya. Renata merasa nikmat luar biasa, Andre sudah mahir sejak ia ajarkan.

“Ndreee !!!”, erang Renata, kembali orgasme. Andre tak menyia-nyiakan cairan vagina Renata, diseruputnya hingga habis tak bersisa. Andre merangkak menaiki tubuh Renata lalu mencumbunya. Andre pun membagi cairan vagina itu dengan si pemiliknya melalui mulut.

“kamu ngagetin aja…”, kata Renata manja.

“hehe…abisnya bosen di kamar..mendingan ke kamar kakak..”.

“ya kan bisa ketok dulu…”.

“hehe..”. Andre membuka pakaiannya dan berdiri di samping tempat tidur Renata. Renata memiringkan tubuhnya dan menggengam penis Andre lalu membelai dan mengelus-elus penis itu. Renata sama sekali tidak bosan ‘berjumpa’ dengan penis Andre meski kemarin sudah bertemu karena penis yang sedang digenggamnya sekarang ini adalah penis favoritnya setelah penis Arman. Renata mulai menciumi kepala beserta batang penis Andre dengan mesra sementara tangan kanannya meremas-remas zakar Andre dengan lembut. Lidah Renata pun mulai lincah menari-nari di sekujur batang Andre. Penis Andre itu habis dikulum dan dijilati oleh Renata, basah kuyup oleh air liur.

“hmm..enak banget kak…lagi dong kak..hehe..”.

“uh..dasar kamu..”. Renata memukul batang penis Andre dengan pelan.

“aduh kak…”. Sesuai permintaan adiknya tersayang, Renata pun mengulum penis Andre lagi.

“udah belom?”.

“udah kak..tar keluar..kan gak seru..hehe”. Andre pun menaiki tubuh Renata.

Mereka berdua berciuman lagi. Saling melumat, memagut dan lidah mereka berdua saling mengait dan membelit, satu sama lain tidak ada yang mau mengalah. Wajah Renata diciumi dan dijilati Andre. Seperti tidak ada hari esok bagi Andre, nafsu Andre begitu menggebu-gebu ingin menikmati setiap senti dari tubuh kakaknya. Renata pasrah ditindih, berada di bawah adiknya sendiri, diciumi dan dijilati bertubi-tubi.

“hihi..geli..gelii..udah..ahh..Ndree..”. Renata menggelinjang kegelian karena Andre menjilati kupingnya. Andre pun turun ke leher Renata dan mencupangi leher Renata yang sudah banyak bekas cupangannya. Renata memang membolehkan Andre mencupangnya dimana pun ia suka asal jangan di wajah. Orang tuanya pernah menanyakan noda-noda hitam di leher Renata, dan dengan enteng Renata menjawabnya dicupang oleh pacarnya. Orang tua Renata tidak mempermasalahkan lagi karena keluarga mereka memang bebas. Tapi, mereka tidak tahu yang sebenarnya kalau bekas-bekas di leher Renata itu dibuat oleh anak angkat mereka. Andre membenamkan kepalanya di belahan payudara Renata. Empuk dan hangat sekali terjepit di antara kedua buah payudara Renata yang putih nan montok itu.

“fwaahhh…”. Andre pun mengambil nafas. Renata hanya tersenyum melihat kelakuan adiknya itu. Bagai bayi, Andre pun menyedot kedua puting Renata serta menggigitinya dengan gemas secara bergantian. Tangan kanan Andre bergerak menyusup ke selangkangan Renata dan mulai mengobok-obok vagina Renata.

“oohh..oohhh…aahh…”. Renata pun dapat orgasme lagi padahal penis adiknya sama sekali belum menyentuh vaginanya. Andre sudah hafal betul titik tertentu di tubuh kakaknya sehingga mudah bagi Andre untuk membuat kakaknya terangsang dan orgasme hanya dengan ‘gerilya’ saja. Andre membuka dan menaruh kedua kaki Renata melewati pinggangnya. 2 senti kepala penis Andre sudah berada di dalam vagina Renata. Penis sang adik sudah siap menyatu dengan vagina sang kakak. Menyatu untuk menyamakan irama dan bekerja sama untuk mencapai puncak kenikmatan.

“ayoo..Ndreee..hh..”, lirih Renata pelan. ‘benda tumpul’ Andre pun mulai menyundul masuk ke dalam liang vagina Renata. Bibir vagina Renata yang sudah beradaptasi dengan benda tumpul yang satu ini pun melebar menyesuaikan diameter penis Andre yang semakin jauh masuk ke dalam liang vagina Renata. Akhirnya penis Andre sudah mengait vagina Renata dengan kuat. Penis Andre terasa hangat dan nyaman sekali berada di tempat yang sempit itu. Andre memegang pinggang Renata dan mulai menggerakkan pinggulnya maju-mundur. Persetubuhan saudara sekandung pun dimulai. Jika alat kelamin mereka sudah bertemu seperti sekarang, mereka berdua sudah melupakan status mereka sebagai kakak adik. Keduanya hanya sepasang manusia yang sedang mengumbar hawa nafsu binatang mereka satu sama lain. Andre terus menghujami vagina Renata sambil mencumbui leher kakaknya itu. Cumbuan dari Andre membuat Renata semakin panas. Mereka berdua berpelukan erat. Orgasme melanda Renata.  Ia sangat menikmati tusukan-tusukan Andre yang sangat terasa di vaginanya dan Andre pun menikmati liang vagina Renata yang sempit dan hangat itu. Variasi gerakan dan ‘gocekan’ Andre membuat Renata semakin cepat orgasme. Andre sama sekali tidak berpikir untuk mengganti posisi, yang dia pikirkan hanyalah terus menghujami vagina kakaknya tanpa ampun karena sekali penis Andre masuk ke vagina kakaknya, rasanya tidak mau berhenti dan tidak mau keluar dari situ meski hanya untuk berganti posisi. Renata sebenarnya lebih suka berganti-ganti posisi, tapi Renata menyerahkan ke Andre karena Andrelah yang punya ‘tongkat’ untuk mengendalikannya. Dinginnya AC yang bersuhu 19 derajat celcius sama sekali tak berasa bagi mereka. Mereka sama-sama sudah terbakar api birahi, panas dan bahkan mereka berkeringat di dalam ruangan yang dingin. Keduanya sama-sama berpacu mencapai puncak kenikmatan. Renata mau penis adiknya itu tetap ‘mengganjal’ vaginanya selama mungkin, dan Andre sangat bernafsu membuat kakaknya puas.

Tapi, Andre tidak bisa menahan lagi, spermanya sudah terasa ingin keluar di pucuk penisnya. Andre buru-buru mencabut penisnya lalu mengocok penisnya.

“AAAKHHH !!!”. Andre menembaki belahan bibir vagina Renata. Meski sudah sering meniduri kakaknya, ada kepuasaan dan kebanggaan sendiri bagi Andre. Bagaimana tidak, baru kelas 3 SMP tapi sudah bisa menyetubuhi cewek cantik yang lebih dewasa darinya dan membuatnya kelelahan meski cewek itu kakaknya sendiri. Sperma Andre menuruni belahan bibir vagina Renata dan masuk ke dalam liang vagina Renata. Andre menghempaskan tubuhnya di samping Renata. Renata pun memalingkan tubuhnya.

“hmm…”. Renata tersenyum sambil ngos-ngosan. Andre melayangkan kecupan-kecupan mesra ke bibir Renata.

“coba tiap hari papa mama pergi terus ya kak…kan Andre enak bisa bebas ama kakak…hehe..”.

“kamu…kalo papa mama pergi terus gak enak kan..gak ada yang ngasih duit…”. Renata mencubit pipi Andre.

“oh iya ya..hehe..kak..Andre pengen nanya…kenapa kakak harus kuliah di luar kota sih? kenapa gak di sini?”.

“ya kakak kan bosen..pengen ganti suasana…”.

“tapi ntar Andre jadi gak bisa ketemu kakak dong?”.

“ya ntar kalo kakak libur…kakak langsung pulang kok..”. Renata mengelus pipi Andre.

“kalo Andre pindah bareng kakak aja gimana?”.

“kamu kan masih sekolah…kelas 2 lagi…tanggung..mendingan kamu selesain dulu…”.

“terus?”.

“ya ntar kalo kamu udah lulus…kamu bilang aja ke papa mama mau sekolah di luar kota..ntar kamu tinggal ama kakak deh…”.

“oh iya ya..jadi gak sabar pengen tinggal bareng kakak…hehe..”.

“iya iya..”. Andre sudah membayangkan tinggal berdua saja dengan kakak angkatnya yang cantik itu. Kebebasan untuk menikmati tubuh indah kakaknya kapan pun dia inginkan tanpa takut ketahuan.

“kak..Andre udah kedinginan nih..hehe..”.

“huu..dasar kamu…”, kata Renata menoyor kepala Andre. Mereka lewati malam itu dengan penuh kehangatan bagai pengantin baru yang sedang menikmati malam pertama mereka.

Andre tidak pernah merasa cukup, dia ingin terus menerus merengkuh kenikmatan dari tubuh kakaknya sehingga sampai 4 ronde mereka bermain dan akhirnya mereka berdua tertidur kelelahan. Beberapa hari kemudian, Renata sudah mendapat rumah kontrakan di dekat kampusnya dan sudah siap untuk pindah. Malam hari sebelum Renata pergi, seperti biasa, Andre menyusup ke dalam kamar Renata. Andre benar-benar memanfaatkan momen terakhir sebelum Renata pergi. Mereka berdua bersetubuh dengan nafsu yang menggebu-gebu 2 kali lipat dari biasanya. Andre benar-benar tak rela kakaknya itu pergi karena berarti tidak ada yang ‘mengeloni’nya lagi setiap malam. Renata pun agak berat hati meninggalkan Andre, mungkin Renata akan rindu dengan ‘kekasih’ mudanya ini. Keesokan harinya, Renata pun berdandan dan sudah siap pergi. Kebetulan hari itu hari Sabtu sehingga Andre tetap di rumah dan bisa melihat kakaknya sebelum meninggalkannya. Setelah berpamitan ke orang tuanya, saatnya Renata berpamitan ke Andre.

“Ndre…kakak pergi dulu ya…”.

“iya kak..ati-ati ya…”. Orang tua mereka tak curiga saat Andre memeluk Renata, wajar bagi mereka. Tapi, sebenarnya Andre memeluk Renata begitu erat karena Andre ingin merasakan kehangatan tubuh kakaknya untuk terakhir kali sebelum berpisah dengan kakaknya yang mungkin dalam waktu lama baru bisa bertemu lagi. Barulah, Renata masuk ke dalam mobil dan pergi menuju kota barunya. Dalam perjalanannya, Renata terus mencoba menghubungi Nadya yang tidak pernah ada kabar lagi setelah pemutaran perdana ‘film’nya saat prom nite.

“cckiiittt…”.

“aduhh…”. kepala Renata membentur dashboard saat dia ngerem mendadak.

Sangat kesal dengan mobil yang menyalipnya tiba-tiba, Renata menekan klakson sekuatnya sambil memaki-maki. Mobil itu berhenti. Dengan marah, Renata turun dari mobilnya dan mendekati mobil di depannya.

“eh..kalo nyetir yang bener dong lo !!!”. Renata berani karena memang dia tak salah apa-apa. Kaca terbuka, ternyata seorang bapak-bapak yang mengendarainya.

“maaf..maaf…saya lagi buru-buru..”.

“gak bisa…TURUN LO !!”. Bapak itu turun.

“maaf…”. Berani karena benar memang betul, tapi waktu yang salah bagi Renata.

“maaf..maaf..bapak itu bisa nyetir gak..ss..hmmppfffhhh…”. Renata meronta-ronta saat mulutnya dibekap dari belakang.

“mmffhhh…”. Matanya mulai berat. Ternyata sapu tangan itu sudah disiram obat tidur. Renata pun terbius sudah, bapak yang menyetir itu membuka pintu mobilnya dan orang yang membius Renata mengangkat Renata dan memasukkan Renata ke dalam mobil.

“lo urusin mobil itu…”.

“ok…”. Renata terbangun, pusing sekali kepalanya, matanya juga masih berkunang-kunang, pandangan matanya masih kabur.

“halo cantik…hehe…”.

“gue dimana?”.

“di surga..hahaha..”. Akhirnya kesadaran Renata kembali.

“SIAPA LO SEMUA?!! LEPASIN GUE !!”, Renata meronta-ronta. Pergelangan tangan dan kakinya serta perutnya terikat ke kursi yang di dudukinya.

“percuma aja lo..ngeronta-ronta kayak gitu…tenaga lo masih belom pulih..”.

“LEPASIN GUE !! ANJING LO SEMUA !!”.

“wahaha…kita dikatain anjing…”.

“oh ye..nama die siape sih Jo?”.

“bentar..hmm…namanya Renata Lavisha Putri..”, jawab Johan setelah melihat ktp Renata.

“wah..wah..namanya bagus..pas sama mukanya..hehe..”.

“TAI LO !!”.

“buset..cakep cakep..ngomongnya kasar juga…perlu kita ajarin yang bener nih…”. Johan mendekat dengan sebuah pisau di tangannya.

“MAU NGAPAIN LO ??!”. Renata ketakutan dengan pisau itu. Johan merobek baju Renata sekaligus bhnya.

“buset…toketnye gede coy..”.

“beuh…enak buat disedot…”.

“TOLOONGG !!!”, Renata berteriak sekencang-kencangnya sambil terus berusaha melepaskan diri dari kursi.

“gila ! suaranye nyaring banget !! Tung..sumpel nape..”.

“oke..”. Untung melorotkan celana dan cdnya sendiri, lalu menyumpal mulut Renata dengan cdnya. Benar-benar tidak enak rasanya, disumpal dengan cd yang bau apek itu.

“nah..kalo gini kan enak…sepi..wekekek..”.

Merasa sudah tanggung, Untung pun melepaskan bajunya sehingga dia sendiri yang telanjang padahal 2 temannya masih lengkap memakai seragam coklat mereka. Bukan pramuka lho, polisi maksudnya. Melihat Johan yang sendirian saja mengenyoti kedua puting Renata, Untung tidak mau kalah. Untung langsung mengklaim payudara kiri Renata, sementara Johan tidak ada pilihan lain, kini dia hanya bisa menikmati payudara kanan Renata.

“mmffhh…eeffhh !!”. Renata menggigit celana dalam yang menyumpal mulutnya. Karena puting Renata yang sangat kenyal itu, Johan dan Untung benar-benar ketagihan menggigitinya.

“Jo…gantian napa?”.

“nih…”. Bambang yang sudah telanjang menggantikan Johan.

Johan menelanjangi dirinya sendiri. Lalu Untung dan Bambang yang dari tadi seperti lintah yang menyedoti puting Renata pun melepaskan payudara Renata. Mereka bertiga berdiri di depan Renata seperti ingin mempertontonkan penis mereka ke Renata. Bagi maniak seks seperti Renata, 3 batang di hadapannya menimbulkan rasa ‘gelitik’ di dalam dirinya. Besar, dan urat-urat di ketiga batang itu benar-benar membuat Renata lupa kalau dia sedang diculik dan sebentar lagi akan diperkosa. Tanpa perlu membayangkan, vagina Renata mengeluarkan cairannya sendiri, siap untuk menerima ‘tamu’. Johan dan Bambang menggosok-gosokkan penis mereka ke lengan dan payudara Renata. Sementara Untung menggesekkan penisnya ke telapak tangan Renata yang terbuka itu. Gosokan 3 penis itu membuat tubuh Renata menjadi hangat. Vagina Renata semakin banjir. Ikatan tangan dan kaki Renata dibuka karena 3 pria itu tidak sabar ingin melihat tubuh telanjang Renata. Pastilah daerah pribadi gadis secantik ini sangat mengunggah selera, pikir mereka bertiga. Masing-masing ‘ular’ mereka sudah tak sabar ingin merasakan hangatnya gua Renata. Johan membantu Renata berdiri. Bukan Renata kalau masih berontak setelah melihat 3 penis besar itu. Renata sengaja tidak melakukan perlawanan padahal bisa saja dia menendang atau menonjok mereka. Malah Renata seperti membantu mereka dengan mengangkat kedua kakinya bergantian saat Untung melepaskan celananya.

“wah..neng..seneng ya kita perkosa? hehehek..”, Untung melecehkan Renata. Ada perasaan malu di dalam hati Renata, tapi mau apa dikata.

“liat tuh…pantes aje…udeh basah duluan…”. Johan melihat titik basah di cd Renata tepat di tengah-tengah selangkangannya. Tanpa basa-basi, Bambang yang ada di depan Renata langsung ‘merogoh’ celana dalam Renata. Johan dan Untung pun mendekat dari samping kanan dan kiri Renata dan ikutan merogoh cd Renata. Mereka bertiga berebutan mengobok-obok vagina Renata. Renata hanya bisa memejamkan matanya sambil mendesah tertahan menikmati 3 pria itu berebutan mengobok-obok alat kelaminnya.

“uuuhhh…mmmhhhh…”. Renata bisa mendesah bebas saat Johan mengeluarkan cd yang menyumpal mulut Renata.

“teriak nyaring..tapi desahannya merdu euy…jadi makin napsu gue..ekekek..”. Suara desahan Renata memang merdu sekaligus manja sehingga membuat para lelaki semakin bersemangat jika sudah mendengar Renata mendesah.

“hhnnnhhh !!”, tubuh Renata menegang. Ketiga tangan pria itu pun terasa hangat karena Renata sedang menyiram tangan mereka dengan cairan vaginanya.

Mereka bertiga menjilati tangan mereka masing-masing yang berlumuran cairan vagina Renata.

“mm…enak..”. Johan menurunkan celana dalam Renata, satu-satunya pakaian yang masih menempel di tubuh Renata. Kini, 4 orang itu sudah sama-sama telanjang. 2 lubang dari seorang gadis cantik dengan 3 penis yang sudah tak sabar ingin menjelajah ke dalam tubuh gadis cantik itu. Bambang mendorong Renata ke meja, Renata menungging dengan setengah badannya berada di meja.

“buset nih pantat mulus banget yak…”. Untung mengelus-elus bongkahan pantat Renata yang bulat, padat, kenyal, dan mulus sebelum akhirnya Untung menampar pantat Renata dengan sangat keras.

“aawwhh…”, rintih Renata tetap dengan nada suara manjanya sehingga Untung semakin gemas dan menampar pantat Renata berkali-kali sampai pantat Renata pun jadi memerah. Renata merasa pantatnya perih dan panas.

3 polisi korup (Bambang, Untung & Johan)

“ayo neng…buka mulutnya…a..a..a..amm…hehe…”, ledek Johan ‘menyuap’ Renata dengan penisnya. Johan mulai memompa mulut Renata dengan perlahan. Renata merasa ada benda tumpul yang menyentuh bibir vaginanya.

“hmpfh…”. Benda tumpul itu terus masuk ke dalam liang vagina Renata. Mata Renata terbuka lebih lebar, benda tumpul itu terasa besar dan benar-benar membuat vaginanya penuh sesak. Sesak dan sakit Renata rasakan karena benda itu terus masuk sampai akhirnya mentok di dalam liang vaginanya. Awalnya, Renata kira tadi salah satu dari Bambang atau Untung memasukkan penis ke dalam liang vaginanya, tapi yang dia rasakan beda. Benda tumpul yang ada di dalam vaginanya tidak seperti yang selama ini Renata kenal. Keras, besar, dan dingin. Renata ingin sekali menengok ke belakang untuk mengetahui benda apa yang sedang ada di dalam tubuhnya, tapi Johan memegangi kepalanya agar bisa terus memompa mulutnya. Benda asing itu mulai bergerak keluar masuk. Ngilu sekali rasanya, Renata jadi sering merapatkan pahanya menahan ngilu.

“gila lo Tung..memek orang disodok-sodok pake gituan…”.

“bodo ah…demen gue nyiksa cewek cakep kayak gini…”.

Tanpa memikirkan Renata, Untung terus menyodok vagina Renata dengan tongkat polisi anti huru-hara yang biasa digunakan untuk memukul massa itu. Meskipun ngilu, Renata masih bisa merasakan nikmat di sela-sela rasa ngilu itu. Kedua paha Renata merapat, dan pantatnya agak terangkat.

“enak ya neng…disodok pake tongkat…hehehe…”, Untung meledek Renata yang mengalami orgasme. Vagina Renata akhirnya terasa lega dan plong, tapi penis Untung langsung menggantikan peran tongkat tadi. 2 penis itu seperti berlomba keluar masuk tubuh Renata. Semakin lama semakin cepat ritme 2 penis itu.

“uuhh !! enakkhh !!!”, erang Untung semakin bersemangat.

Liang vagina Renata sangat hangat dan sempit. Untung merasa penisnya seperti dipijat-pijat karena dinding vagina Renata begitu erat menjepit penisnya. Bunyi kencang saat selangkangan Untung terus menerus beradu dengan pantat Renata. Tak kuat, Renata menyiram penis Untung yang menyesakki vaginanya dengan cairannya. Untung mencabut ‘tiang’ dari ‘pasak’nya. Cairan vagina Renata langsung meleleh keluar dari tempatnya yang tertahan penis Untung tadi.

“he..”. Untung memandangi lubang vagina Renata yang membesar sesuai diameter penisnya tadi. Tapi, beberapa detik kemudian, Untung kaget, lubang vagina itu kembali mengecil ke ukurannya semula. Untung jadi penasaran, dia masukkan lagi penisnya sampai mentok lalu dikeluarkan lagi. Seperti tadi, beberapa detik, lubang vagina Renata kembali mengecil.

“gile…memek nih cewek elastis banget…”.

“minggir lo ah…memek orang dimaenin dari tadi…gue kan juga pengen…”. Bambang memegang pinggang Renata dan menyiapkan penisnya di depan lubang vagina Renata.

“mmhh…”, desah Renata menikmati penis Bambang yang masuk ke vaginanya dengan sangat perlahan. Johan sudah mencabut penisnya tadi karena sudah tidak tahan menerima serangan mulut Renata. Bambang sengaja mendorong masuk penisnya dengan sangat perlahan, dia ingin Renata benar-benar menikmatinya.

“neng Rena…sekarang sepongin punya gue…hehe..”. Untung menampar pipi Renata bolak-balik dengan penisnya sebelum akhirnya menjejali mulut Renata dengan penisnya. Bambang pun mulai menggenjot vagina Renata dengan sangat khidmad dan penuh perasaan seperti sedang menyetubuhi istrinya saja. Sementara Untung dengan kasar mencekoki Renata dengan penisnya. Untung mengeluarkan penisnya saat merasa dia hampir ‘kalah’ dengan permainan mulut Renata yang sangat lihai.

“anjriit…sepongan lo mantep banget…kayaknya lo udah biasa nelen kontol ye? hahaha…”. Renata tidak mengindahkan ejekan Untung karena dia sedang menikmati dan menghayati gerakan penis Bambang yang bergerak maju mundur di liang vaginanya. Bambang mengangkat tubuh Renata sedikit dan menyelipkan kedua tangannya melewati lengan Renata untuk menggenggam kedua buah payudara Renata yang memang enak untuk digenggam apalagi diremas.

Renata sampai lupa kalau saat ini dia sedang diperkosa karena Bambang bergerak dengan penuh perasaan, tak asal grasak-grusuk seperti Untung tadi. Ia pun mendapatkan orgasme yang kuat, orgasme yang hanya bisa didapat Renata jika bersenggama dengan Arman atau adiknya, Andre.

“Bang..kita sodok bedua aje langsung…”.

“bentar…tanggung…”. Bambang mengangkat tubuh Renata sehingga kini mereka berdua sama-sama berdiri tegak, tapi penis Bambang masih kuat mengait vagina Renata. Renata menengok ke belakang, Bambang pun langsung menyosor bibir Renata. Tangan Bambang melingkar di pinggang Renata dari belakang. Bambang tak ingin Renata lepas dari pelukannya karena tubuh Renata sangat hangat dan montok, enak untuk dipeluk. Keduanya begitu menikmati persenggamaan ini, padahal baru kali ini mereka bertemu, tapi sudah seperti lama tidak bertemu.

“woy !! sendirian aje…”.

“maap..maap…lupa…”. Bambang menarik penisnya keluar dan kini dia tidur di atas tikar yang tadi di gelar Johan.

“ayo neng…naek ke sini…”, kata Bambang memukul kedua pahanya seperti ayah yang menyuruh anaknya untuk duduk di pangkuannya.

Penis Bambang jadi seperti tongkat sihir yang menyihir Renata untuk mengikuti perintah Bambang.

“kenapa badan gue gerak sendiri? kenapa gue mao?”, pikir Renata dengan hati kecilnya. Renata tidak percaya, badannya seperti bergerak sendiri mendekati Bambang. Apa karena vaginanya menyuruh otak Renata untuk mempersatukan lagi dengan penis Bambang? Renata sama sekali tidak mengerti. Renata menurunkan tubuhnya sambil melirih pelan. Penis Bambang pun sudah kembali berada di dalam liang vagina Renata. Renata mulai menggerakkan pinggulnya maju-mundur dan berputar-putar untuk mengocok penis Bambang. Renata bergoyang liar, tak peduli apapun lagi.

“oohh…yak..neng..teruss neng…”. Bambang tersenyum sambil memegangi pinggang Renata yang terus menggoyangkan pinggulnya. Johan mendorong tubuh Renata perlahan sehingga payudara Renata menempel ke wajah Bambang. Johan melebarkan kedua bongkahan pantat Renata. Lubang pantat Renata yang mungil itu pun terlihat, Johan memasukkan 2 ujung jempolnya bersamaan untuk melebarkan lubang pantat Renata.

Kepala penis Johan sudah bersentuhan dengan mulut lubang pantat Renata.

“hhmmmhhh….”, lirih Renata saat penis Johan dengan perlahan masuk. Nafas Renata sangat berat rasanya. Di dalam tubuhnya kini tersimpan 2 penis besar. Penuh sesak terasa di bagian bawah tubuh Renata. Bambang dan Johan sama-sama tidak bergerak. Mereka berdua ingin gadis yang sedang mereka ‘kait’ bersama-sama ini beradaptasi dulu dengan kail pancing mereka. Mereka berdua memberi rangsangan-rangsangan kecil ke Renata agar dia merasa nyaman. Bambang menciumi payudara Renata, sedangkan Johan menciumi pundak dan tengkuk leher Renata. Renata menikmati rangsangan-rangsangan Bambang dan Johan yang membuatnya semakin bergairah saja.

“ayooo….”, lirih Renata pelan memberi izin ke Bambang dan Johan untuk mulai memompa penisnya. Mendapat lampu hijau dari sang pemilik tubuh yang sedang mereka himpit, Bambang dan Johan mulai menggerakkan penisnya.

Seirama, penis Bambang dan Johan keluar masuk bersamaan. Renata seperti berada di atas awan, nikmat sekali rasanya. Ditambah lagi, Bambang dan Johan tak berhenti merangsang Renata. Dan kadang mereka membedakan irama genjotan mereka sebelum menyelaraskan irama mereka lagi, Renata pun sampai mendapat 2x orgasme yang maksimal. Desahan tak henti-hentinya keluar dari mulut Renata, Renata sudah ikhlas seikhlas-ikhlasnya merelakan tubuhnya ke Bambang dan Johan. Sedang asik-asiknya mereka bertiga, Untung pun datang merusak suasana. Untung dengan kasar menekan pipi Renata lalu menjejalkan penisnya ke mulut Renata.

“mffhh…hmmffhh…”, Renata sebenarnya protes karena Untung sangat kasar dan tiba-tiba padahal dia sedang menikmati disetubuhi oleh Bambang dan Johan, tapi apa mau dikata, Renata tidak bisa berkata apa-apa karena disumpal dengan penis Untung. Renata mengeluarkan teknik kulumannya dan segera ingin Untung orgasme agar penisnya cepat keluar dari mulutnya.

“hhh…egghh…OOUUKKHHH !!!”, Untung tak kuasa lagi setelah lama menahan-nahan orgasmenya.

Dia ejakulasi ke dalam mulut Renata. Untung tak mau mengeluarkan penisnya dari mulut Renata.

“sial nih orang…gue bikin ngilu lo !!”, pikir Renata.

Renata pun menggerakkan lidahnya lagi membelai penis Untung yang sudah mengecil di dalam rongga mulutnya. Sesuai harapan Renata, Untung menahan-nahan ngilu di penisnya dan akhirnya mengeluarkan penisnya dari mulut Renata. Merasa malu karena keok duluan, Untung pun keluar dari kamar itu sambil membawa pakaiannya.

“gleek…”. Renata menelan sperma Untung dengan sekali tegukan.

Johan dan Bambang mulai lagi. 2 penis itu masuk dengan sangat dalam sampai Renata merasa 2 penis itu hampir bertemu di dalam tubuhnya. Johan dan Bambang benar-benar kuat, mereka berdua masih tenang menggenjot Renata padahal Renata sendiri sudah mendapat orgasme lagi. Biasanya Renata cukup kuat jika soal menahan-nahan klimaks, tapi karena 2 penis yang sedang mengisi liang vagina dan liang anusnya berdiameter besar membuat Renata jadi tak kuasa menahan orgasmenya apalagi 2 penis ini bergerak seirama menambah sensasi nikmat yang dirasakan Renata jadi 2x lipat.

“EEGGHHH !!”, Johan menekan penisnya kuat-kuat ke dalam anus Renata.

“OOKKHH !!!”. 2 jenis sperma dari 2 pria yang berbeda sedang berenang masuk ke dalam tubuh Renata. Anus dan vagina Renata terasa hangat, terus menerus diisi sperma. Johan memeluk Renata sehingga Renata kini benar-benar terjepit di antara 2 pria setengah baya dan besar itu. Bambang mengajak Renata berciuman. Renata pun tidak menolak. Sementara Johan menciumi tengkuk leher Renata. Mereka bertiga basah kuyup karena berkeringat sehabis persenggamaan threesome mereka yang panas tadi. Penis Johan dan Bambang sudah seperti hidran air saja, tak henti-hentinya sperma memancar keluar dari 2 penis besar itu. Bahkan Renata sampai orgasme hanya karena ‘tembakan’ Bambang dan Johan. Akhirnya berhenti juga, Renata pun merasa sangat lemas sekali. Meski sudah memuntahkan isinya dan mengecil, penis Bambang dan Johan masih cukup besar untuk tetap ‘nyangkut’ di anus dan vagina Renata.

Johan dan Bambang tak pernah merasa senikmat ini dalam bercinta. Begitu puas rasanya. Mungkin karena Renata adalah gadis cantik yang melayani dengan sepenuh hati meski sedang diperkosa. Sedangkan, Renata tak pernah merasa begitu dikuasai sekaligus dimanja seperti ini karena Johan dan Bambang tidak hanya asal menggenjotnya dengan kuat, mereka juga menjaga baik-baik perasaan dan tubuhnya sehingga Renata pun jadi rela dihimpit mereka. Saat sedang menikmati keheningan malam bersama, Renata menyadari ada beberapa orang yang menyaksikan. Johan bangun lalu membantu Renata duduk di kursi

“drep..drep…”. Suara langkah mendekat.

“gimana Ren…rasanya?”.

“ha?”. Renata pun menoleh ke kanan. Ingin tau siapa yang berbicara.

“hai Rena…”.

“Anita ??”. Renata kaget melihat Anita berdiri di depannya.

“Rena…Rena…lo emang maniak seks…diperkosa malah seneng…”, ejek Anita.

“sialan lo…”, kata Renata. Anita mengangkat dagu Renata.

“lo tau gak…gue punya rekaman lo…”, Anita tersenyum licik.

“ngepet lo Nit…”. Renata ingin berdiri dan mencekik Anita, tapi terlalu lemas, kakinya masih gemetaran karena bagian bawah tubuhnya yang baru saja diudek-udek dengan 2 ‘tongkat’ sakti yang besar tadi. Renata pun jatuh tersungkur di depan Anita sehingga seperti bersujud ke Anita.

“gak usah ampe sujud gitu kali ke gue..”, ledek Anita.

“kenapa, Nit? kenapa lo jebak gue?”.

“anggep aja ini balesan dari Putri…”.

“ha? Putri? lo?”.

“ya..gue ama Putri udah sepakat bales dendam ke lo ‘n Nadya…tapi lo mesti bersyukur…Putri gak mau lo ‘n Nadya kenapa-kenapa…jadi Putri cuma nyuruh gue ngerekam lo pas lagi gituan…’n nyebarin kalo lo macem-macem…”.

“GUE GAK TAKUT !!”.

“haha…jawaban lo sama aja ama Nadya…”. Langkah beberapa orang terdengar. Anita pun mencium salah satu orang yang baru datang itu.

“kenapa, Nit?”.

“ini…kayak lo dulu jawabannya…”.

“Nadya?!”.

“hai Ren..”.

“kenapa lo…?”.

“Nadya sekarang jadi budak gue ‘n Putri…lo inget kan malem prom nite angkatan lo?”.

“…”.

“itu gara-gara Nadya ngelaporin gue ke polisi…akhirnya sekarang Nadya udah nerima status dia…malu ketemu orang…apa lo mau kayak Nadya?”.

“…”.

“oh…lo berarti mau kayak Nadya? oke…gue kirim rekaman lo ke ortu ‘n kampus lo kalo gitu biar lo langsung terkenal…lo kan pengen terkenal?”.

“jangan !!”.

“kalo gitu..lo mesti nurut gue..”.

“i…iya…”.

“bagus…mulai sekarang…lo jadi budak gue…”.

“mm…”.

“mulai sekarang..V lo punya gue ‘n Putri..gue berhak ngelakuin apa aja…kayak V Nadya…”. Anita bergerak ke belakang Nadya lalu mengangkat rok mini Nadya dengan tangan kirinya. Anita elus-elus belahan vagina Nadya. Nadya mulai bernafas berat.

“V lo punya gue kan, Nad?”.

“iyaah..”.

“gue mau apain aja…terserah gue kan?”.

“iyaah..Nit…”. Anita menciumi tengkuk leher Nadya sambil terus membelai vaginanya.

“oke…guys…”. Ternyata, tidak hanya ada Nadya dan Anita, tapi juga ada 4 orang pria lainnya. Adam, Roy, Untung, dan Yono.

Mereka berempat langsung jongkok di dekat Nadya dan langsung berebutan menjilati bagian bawah tubuh Nadya yang tidak tertutup apa-apa itu. 2 orang di depan dan 2 orang di belakang. Nadya mendesah keenakan sambil berpegangan ke Anita. Renata sudah duduk menyaksikan Nadya sedang keenakan dijilati 4 pria sekaligus. Nadya pun menegang dan 4 pria itu langsung berdiri seolah tugas mereka hanya ‘mengubek-ubek’ selangkangan Nadya saja. Cairan vagina Nadya mengalir melalui pahanya. Anita pun mencium bibir Nadya.

“liat, Ren? V lo bakal kayak Nadya..terserah mau gue apain ‘n mau gue kasih siapa…ngerti?”.

“i..iya…”.

“ok…sekarang lo ikut gue..”. Anita menuntun Renata ke sebuah ruangan gelap.

“klekk…ngiik…”.

“masuk lo…”.

“kleekk..klekk…”, bunyi besi bergerak beberapa kali.

“nyalain…”, teriak Anita terdengar jauh. Renata kaget saat lampu menyala. Ternyata dia berada di dalam sebuah sel penjara yang sempit. Dan lebih kaget lagi, sel yang ada di samping kanan dan kiri serta 3 sel yang ada di seberang berpenghuni 2 orang.

“wah…ada cewek cakep !!”, teriak pria yang sepertinya narapidana.

“silakan bapak-bapak…pake dia sepuasnya !!”, teriak Anita.

“aseekk !!”. Semua narapidana itu langsung keluar dari selnya dan berebutan merangseng masuk ke dalam sel Renata.

“JANGAANN !!!”, teriak Renata kencang menolak narapidana-narapidana yang sudah tak sabar ingin mencicipi tubuhnya. Dalam waktu singkat, Renata sibuk dengan penis-penis yang besar-besar nan bau itu dalam waktu singkat. Renata pun disetubuhi dan disodomi secara brutal. Para narapidana itu tidak memikirkan keadaan Renata, mereka hanya ingin melepaskan nafsu mereka yang selama ini tak bisa dilampiaskan secara benar. Hampir setiap napi sudah 2 tahun tidak merasakan kehangatan tubuh wanita, jadi tak heran kalau mereka kasar ke Renata. Apalagi wajah Renata yang cantik dan tubuhnya yang montok membuat mereka semakin bernafsu. Dan tentu, semakin mereka bernafsu maka mereka akan semakin kasar dan brutal menyetubuhi Renata.

Anita tersenyum melihat penis sudah mengait anus dan vagina Renata dan mulut Renata yang terus dijejali penis secara bergantian juga 2 tangannya yang sibuk mengocok beberapa penis secara bergantian. Anita pun kembali ke ruangan sebelumnya. Nadya sudah telanjang bulat, pakaiannya sudah berserakan di lantai. Adam dan Roy menciumi tengkuk dan bahu Nadya, Johan dan Untung menciumi lengan Nadya, dan Bambang dan Yono menciumi paha Nadya.

“non Anita…boleh kita pake neng Nadya sekarang?”. Rupanya, 6 orang polisi itu menunggu Anita untuk meminta izin menyetubuhi Nadya.

“boleh..boleh…silahkan..Nad..layanin mereka ya…”.

“okehh…”, jawab Nadya sambil melirih. Anita pun keluar dari kantor polisi itu dan masuk ke dalam mobilnya. Johan, Bambang, Adam, Roy, Untung, dan Yono adalah orang yang waktu itu memperkosa Nadya. Mereka berenam adalah kenalan Sapto dan mereka semua adalah polisi. Nadya waktu itu salah melapor karena dia melapor ke kantor polisi itu, jadi Anita pun tidak ditahan dan akhirnya bisa ‘mengalahkan’ dan menguasai Nadya.

“Put…udah selesai satu lagi…”.

“oke, Nit…sekarang kamu pulang ya…”.

“oke Put…”. Nadya ditinggal Anita untuk melayani 6 pria itu dan Renata sedang menjalani malam hukumannya sama seperti Nadya dulu sebelum resmi menjadi budak Anita dan Putri. Anita pun sampai di rumah Putri. Dia langsung menuju kamar Putri. Putri membuka pintu kamarnya. Anita pun langsung memeluk Putri dan mencium bibirnya dengan mesra. Anita sudah menganggap Putri sebagai adiknya. Anita menutup pintu kamar dan setelah itu hanya mereka yang tahu.