Farah si Janda Desa
Episode 1 – Keringnya Sebuah Hasrat Birahi
Bayangan apa yang terlintas di benak kalian ketika semua mendengar kata Janda? Wanita Nakal, Dicibir Tetangga, Bahan Gosip dll. Hihihi…. Aku sudah hafal sekali ketika para ibu-ibu di desaku melihat aku entah sedang keluar rumah atau sekedar lari pagi pasti mereka bakal memandangku dengan raut wajah sinis, Sebuah hal yang lumrah apalagi aku yang tinggal di desa pasti bakal menjadi bahan gosip para ibu-ibu setiap kali mereka melihatku, tapi mau bagaimana lagi jika disuruh memilihpun aku pasti akan lebih memilih memiliki suami daripada harus pergi kemana-mana sendirian, terlebih alasanku menjadi janda adalah karena suamiku yang berselingkuh dengan wanita lain ketika dia sedang merantau ke kota bahkan ketika aku mempergokinya dan melihat si wanita tengah berbadan dua, sontak tanpa panjang lebar aku langsung memberikan suamiku surat permintaan perceraian dan memilih tinggal di desa bersama anakku fajar yang tengah duduk di bangku SMA.
Perkenalkan aku Farah Anjarwati yang kini berumur 40 tahun seorang wanita yang sudah memasuki kepala empat dimana aku tinggal di sebuah desa yang tidak jauh dari pusat kota C di daerahku, usia perceraian ku dengan suamiku kini sudah masuk ke tahun kelima dan tidak ada niatan bagiku untuk menikah lagi karena fokusku kini merawat anakku seorang, tinggi dan berat badanku sekitar 165 cm dan 52 kg terakhir kali ketika aku mengecek beberapa minggu yang lalu, orang banyak menilai tubuhku yang sintal dan montok walaupun ketika aku sedang bercermin terlihat ada beberapa lemak di area pinggulku, namun justru membuat pinggulku semakin montok apalagi ketika sedang mengenakan celana pendek, terlihat beberapa pria berdesir melihatku tengah berjalan apalagi dipadukan dengan kulitku yang sensual membuat aku begitu pede ketika berpergian, sedangkan payudaraku sendiri berukuran 36 B dari ukuran bra yang aku beli di pasar dan hal itu mengakibatkan aku susah sekali mencari ukuran bra yang sesuai dengan payudaraku di pasar karena memang payudaraku tergolong ukuran besar daripada para wanita lain yang tinggal di desaku.
Anakku sendiri Fajar (18 tahun) tengah mengenyam bangku SMA dan sebentar lagi akan lulus, sedangkan pekerjaanku seperti ibu rumah tangga biasa dan sesekali mengunjungi sawah peninggalan orang tuaku yang berukuran sangat luas karena orang tuaku merupakan orang yang cukup berada, dan kini sawahku tengah digarap oleh Pak Jajang (59 tahun) yang telah kuanggap seperti ayah sendiri bagiku serta dia begitu telaten dalam menjalankan tugasnya, hari-hariku menjalankan rutinitas yang monoton kadang membuat diriku bosan dan sesekali aku juga merasa kesepian ketika malam tiba, apalagi sekarang tengah musim penghujan yang membuat tubuhku seringkali merasa sangat dingin walaupun sudah mengenakan selimut, namun sayangnya bukan kulitku yang merasakan dingin namun hasrat birahiku yang kadang suka muncul tiba-tiba dan seperti malam ini, satu-satunya cara yang dapat kulakukan saat ini adalah mengambil sebuah dildo di laci meja samping kasurku yang pernah aku beli diam-diam lewat aplikasi toko online.
“Ahhhhh….” Desahku ketika merasakan bibir vaginaku yang tengah tertempel sebuah dildo.
Ketika aku memasukan dildo tadi kedalam selimutku dan mendekatkannya pada area selangkanganku yang sedari tadi merasakan rasa gatal, kemudian dildo tadi mulai menyentuh bibir vaginaku membuat akal sehatku menjadi hilang tak terkendali bahkan kalah dengan hawa nafsu yang tengah menyelimuti sekujur badanku ditengah badai hujan ini, kemudian tanpa sadar aku mulai menyingkap selimutku dan rasa hawa dingin hujan seakan tidak mampu menembus hawa nafsu birahiku malam ini, kemudian aku mulai menyenderkan badanku di dinding kasurku dan kemudian mulai melebarkan kedua kakiku kesamping, terlihat dari arah atas bulu kemaluanku yang hampir dua bulan sudah tidak aku cukur dan cukup lebat justru menampilkan kesan seksi tersendiri bagiku, aku mencoba mengarahkan jari telunjuku kearah bibir vaginaku dan kemudian perlahan aku mencoba untuk menggesek jariku diantara bibir vaginaku, gosokan demi gosokan yang aku lakukan kepada vaginaku tanpa sadar membuat vaginaku mulai basah.
Terlihat cairan precumku mulai keluar akibat rangsangan yang aku lakukan sendiri, sedangkan tangan kiriku kini mulai meremasi payudaraku sendiri yang masih tertutup kaos tanpa dalaman, kemudian aku memasukan tanganku kedalam kaos dan mulai meremasi payudara kiriku serta melintir putingku yang semakin mengeras, aku menolehkan wajahku dan melihat tubuhku dari kaca lemariku di sisi kiriku, terlihat begitu erotis sekali aktivitasku ditengah badai hujan malam ini, kemudian sekarang aku menghentikan gesekan jari telunjukku pada bibir vaginaku dan kini aku mengambil dildo tadi disamping kasur, kemudian entah mengapa pandanganku terhadap dildo tersebut benar-benar berhalusinasi menjadi sebuah penis, kemudian tangan kananku mulai membimbing dildo tadi ke arah lubang vaginaku yang sudah basah.
Aku merasakan kepala tumpul dildo tadi mulai menyeruak masuk kedalam lubang vaginaku, ketika kepala dildo tadi berhasil masuk setengahnya aku merasakan antara nyeri dan nikmat yang bersatu, hal itu tanpa sadar membuatku mendesah kencang namun untungnya kondisi diluar yang sedang badai hujan dapat untuk membungkam desahanku dari dalam kamar, lantas hal itu membuatku semakin memperkencang desahanku seiring masuknya dildo tadi kedalam lubang vaginaku, hingga akhirnya dengan dorongan entah keberapa kali aku merasakan kepala dildo tadi menyentuh dinding rahimku hingga menimbulkan efek luar biasa nikmat, kemudian aku sejenak mendiamkan dildo tadi di dalam lubang vaginaku dan setelah beberapa saat kini aku mulai perlahan menggerakkan dildo tadi masuk dan keluar, perlahan demi perlahan kini aku merasakan seluruh titik gatal pada tubuhku kini berpusat pada vaginaku, yang mana hal itu membuatku kini mulai menaikan tempo kocokan.
Terdengar bunyi cipratan disela kocokan demi kocokan dildo di dalam vaginaku yang telah benar-benar basah kuyup, terlihat spreiku yang juga basah akibat kocokan tadi membuatku benar-benar hilang akal, bahkan suara gemuruh petir tidak aku hiraukan saking begitu menikmati rangsangan yang aku lakukan, dan kini aku menyingkap kaosku dan mengeluarkan kedua payudara montok milikku dan ketika aku lihat, puting kecoklatan milikku yang sudah benar-benar mengeras hingga membuat tangan kiriku mulai meremasi kedua payudaraku serta memilin putingku secara bergantian, tidak puas disitu aku kemudian mengarahkan tangan kiriku dan kembali membuka laci dan mengambil dua buah penjepit jemuran.
Kemudian aku mulai mengarahkan kedua penjepit jemuran tadi masing-masing pada kedua putingku yang telah mengeras, “Ohhhh….” sebuah sensasi yang begitu nikmat ketika merasakan kedua putingku tengah dijepit oleh dua penjepit jemuran hingga menimbulkan sensasi nikmat yang tiada tara, apalagi ditambah payudaraku yang berguncang membuat sensasi nikmat tersendiri, dan kini kembali fokus kepada tangan kananku yang tengah semakin mempercepat dalam mengocok dildo berukuran sedang ini di dalam lubang vaginaku, terasa seringkali kepala dildo tadi menyundul dinding rahimku hingga tanpa sadar membuat sensasi nikmat campur desahan keluar dari dalam mulutku, hingga akhirnya aku semakin mulai mempercepat kocokan dildo tadi di dalam vaginaku, terlihat juga badanku yang basah kuyup akibat keringat dari kaca lemari begitu menikmati rangsangan yang aku lakukan pada diriku sendiri, dan setelah cukup lama akhirnya aku merasakan sebentar lagi akan klimaks.
“Ahhhhhh…. Akuuuu keluarrrrrrr….” Aku menjerit panjang ketika vaginaku mengeluarkan cairan klimaks
Benar saja tidak lama kemudian aku mengalami klimaks panjang setelah hampir satu bulan lamanya aku belum menuntaskan hasrat birahiku, aku menjerit panjang ketika sebuah klimaks datang menghampiriku terlihat badanku begitu berkelojotan hebat serta semprotan klimaksku membasahi sprei kasurku setelah mengalami klimaks barusan, kemudian perlahan sambil mengatur nafas aku mulai mencabut dildo yang tengah bersarang di dalam vaginaku dan “Plupppp….” Terlihat cairan klimaks milikku keluar semakin banyak setelah dildo tadi tercabut dan setelah itu aku merasakan badanku yang begitu pegal, dan tanpa sadar hal itu membuat badanku merasa rasa kantuk berat dan benar saja tidak lama kemudian aku tertidur, aku terbangun ketika melihat sinar matahari pagi menembus disela kaca kamarku kemudian ketika aku mulai bangun aku melihat kondisi kamarku, terlihat sprei yang berantakan tanpa sadar aku tersenyum sambil berujar “ternyata seperti ini rasanya menjadi janda hihihi….” sambil tertawa.
(To Be Continued)