FANTASY [JKT48] JESSICA CHANDRA/JESSI : COUSIN

INI ADALAH CERITA FIKSI MENGENAI TOKOH FIKSI
KESAMAAN NAMA, TEMPAT DAN WAKTU ADALAH KEBETULAN
SEPENUHNYA MERUPAKAN IMAJINASI PENULIS TANPA DENGAN SENGAJA MENYAMAKAN DENGAN KEHIDUPAN TOKOH YANG SEBENARNYA DAN TIDAK MENCERMINKAN PERILAKU PADA TOKOH YANG SEBENARNYA
SEMUA TOKOH ADALAH TOKOH FIKSI. KESAMAAN DENGAN TOKOH ASLI ADALAH KEBETULAN BELAKA
MENGANDUNG MATERI DEWASA YANG TIDAK COCOK UNTUK SEMUA KALANGAN. LANJUT MEMBACA BERARTI MELEPASKAN PENULIS DARI SEMUA TANGGUNG JAWAB ATAS HAL YANG DITIMBULKAN KEMUDIAN.
HANYA UNTUK PEMBACA YANG BISA MEMBEDAKAN BEDA DARI FIKSI DAN IMAJINASI DENGAN KEHIDUPAN NYATA. MOHON MENERUSKAN MEMBACA DENGAN BIJAK.
DILARANG KERAS MENYEBARLUASKAN KARYA FIKSI INI TANPA SEIJIN PENULIS. PENULIS TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS HAL YANG TERJADI AKIBAT KARYA FIKSI YANG DISEBARLUASKAN TANPA IJIN.

Wajah Jessi terlihat muram ketika ibunya memasukan sejumlah pakaian yang sudah terlipat rapi ke dalam koper warna ungu yang dihiasi oleh berbagai macam bentuk stiker dari karakter kesukaannya. Gadis berumur 18 tahun itu terlihat tidak berminat sama sekali untuk membantu ibunya yang sedang bekerja tanpa memperhatikan Jessi yang terlihat malas dan sebal itu. “Kenapa sih musti dititipin ke rumah om Bob segala Mih?” Jessi berkata dengan bada malas pada ibuya yang saat itu terus memasukan tumpukan demi tumpukan baju Jessi ke dala koper. “Aku kan buka payung yang musti dititipi gitu loh Mi!” Jessi ingin sekali mengeluarkan semua barang yang telah masuk ke dalam kopernya itu agar rencana orang tuanya itu bisa ia sabotase dan gagal. “Mami gak mau ada omongan orang dari tetangga yang bilang anak gadis mami sendirian di rumah. Kamu itu sudah terkenal sekarang jessi. Jadi mesti jaga jaga, karena jaman sekarang satu omongan salah aja udah bisa viral kemana mana.!” Ibu Jessi memotong protes anaknya yang terlihat mulai bersungut sungut itu. Tapi tangannya masih terus memasukan tumpukan baju yang ia ambil dari lemari pakaian Jessi ke dalam koper besar yang terbuka di atas ranjang Jessi. “Lagian. Om Bob kan masih saudara papi juga! Kenapa kamu musti protes sih Jes?” Suara Ayah Jessi yang muncul di pintu kamar Jessi sambil memperhatikan istrinya sedang berargumen dengan anak perempuannya itu. ” Om Bob itu sudah bantu keluarga kita banyak loh, dia invest macem macem ke perusahaan papi. Jadi kita sedikit banyak ada hutang budi sama Om Bob!” Jessi hanya bisa diam sambil merengut saat ayahnya ikut campur dalam perdebatan antara ia dan ibunya itu. “Males banget Pi ada Ko Riki di sana!” Jessi yang menunduk menjawab dengan suara merajuk dan merengut saat menjawab komentar ayahnya yang ikut campur dalam perdebatannya dengan ibunya itu. Kali ini ibu Jessi yang menghela nafas dan berhenti melakukan kegiatan packingnya dan duduk di sebelah Jessi yang terlihat diam dan menunduk setelah mendengar komentar ayahnya. “Mai dan papi tau kamu gak gitu suka sama Riki, tapi selama ini Riki juga gak pernah cari masalah kan sama kamu. Semua kejelekan yang kamu dengar itu pasti ada alasannya Jess, Dan yang penting Riki itu kan sepupu kamu, Biar bagaimanapun. Papi dan Mami merasa lebih tenang kalo kamu ada di rumah Om Bob walaupun di sana ada Riki yang selama ini katanya selalu bikin masalah di keluarga Om Bob!” Tangan Ibu Jessi membelai Jessi yang terlihat mulai berubah menjadi sedih karena terpaksa harus menerima keputusan sepihak kedua orang tuanya itu. “Lagian kata Om Bob, selama kamu nginep di sana karena Papi dan mampergi ke eropa selama dua minggu Riki juga ada urusan pembukaan pabrik baru Om Bob di Singapura juga, Jadi kemungkinan besar kamu gak ada ketemu sama Riki pas kamu nginep disana! Jessi tidak lagi menjawab perkataan kedua orang tuanya. Gadis itu tidak ingin kedua orang tuanya itu pergi dengan hati resah dan gundah karena ia yang tidak ingin ditinggalkan untuk menginap di rumah Bob, kakak dari ayahnya itu. Suara koper yang diseret di lantai mengikuti langkah kaki Jessi yang keluar dari kamar dengan segala macam keperluan yangia bawa untuk menginap di rumah Bob itu. Mobil yang dikemudikan oleh ayah Jessi meluncur tenang keluar dari rumah Jessi dan berjalan tenang menuju rumah Bon yang ada di pinggiran kota itu. Butuh waktu beberapa puluh menit ketika akhirnya mobil itu sampai di sebuah rumah mewah yang besar, seorang penjaga rumah terlihat berjalan tergesa membuka pintu gerbang agar mobil ayah Jessi tu bisa masuk ke dalam halaman rumah itu. Jessi memandang pria setengah baya yang kurus dan berkulit hitam itu dengan seksama karena baru kali ini ia melihat penjaga gerbang di rumah Bob itu. Sebuah bangunan keil ada di samping jalan yang menuju rumah besar dan mewah itu. Jessi melihat sosok tinggi besar Bob, kakak paling tua dari ayahnya itu sudah berdiri menunggu di teras rumah yang besar dan mewah itu. Pria itu tersenyum saat melihat Kedua orang tua Jessi keluar dari mobil dan kemudian menyusul Jessi yang turun dari mobil sambil menyipitkan matanya yang terkena sinar matahari. Jessi berdiri menunggu saat kedua orang tuanya bercakap cakap dengan Bob yang siuk menjelaskan perubahan perubahan yang ada di rumahnya itu. “Itu yang jaga pintu juga orang baru, namanya mang Jaka! Dia kayak pembantu bagian serabutan gitu, karena aku kadang butuh bantuan cepet akhirnya aku bikin rumah kecil yang di depan itu buat tempat tinggal dia biar dia gak usah bolak balik ke rumahnya, pas juga karena dia gak keberatan ninggalin istriya yang di kampung supaya bisa stay di rumah ini. Jessi mendekati Bob dan kedua orang tuanya yang melambai adanya saat Bob berhenti berbicara dan memandang pada Jessi. “Koh, ini aku titipin Jessi disini ya! Supaya gak kuatir karena ninggalin dia sendirian dirumah, maklum jaman sekarang semuanya serba repot, dikit dikit viral dikit dikit viral, lagi pula status Jessi yang sekarang sudah beda dengan dia yang dulu, jadi kita juga mesti hati hati untuk segala sesuatunya. ” Ayah Jessi berkata saat Jessi mendekat dan selesai bersalaman dengan Bob yang mengangguk mendengar perkataan ayah Jessi. Pria itu merangkul lengan Jessi merapatkannya pada tubuh besarnya. Tinggi Jessica hanya mencapai dada Bob saat gadis itu berdiri di samping pria itu. “Gak usah sungkan, lagian aku ready kapan saja kok buat bantuin kalian. Toh selama ini hubungan keluarga kita juga udah bagus dan gak ada masalah, jadi kalian liburan saja dengan tenang dan gak usah mikirin Jessi. Dia aman kok disini!” ada sinar kelegaan dari wajah orang tua Jessi melihat penerimaan Bob yang begitu terbuka pada Jessi dan permintaan bantuan mereka saat itu. Jessi hanya bisa diam sambil berdiri dengan ragu dan jengah saat tangan Bob tidak kunjung lepas dari lengannya yang hanya mengenakan kaus tanpa lengan itu. Rok pendek yang dikenakan Jessi sesekali berkibar dihembbus angi n yang sesekali lewat do teras yang terbuka itu. Mobil itu bergerak menjauh dari rumah besar yang ada di perumahan itu. Halamannya yang luas membuat mobil itu dalam sekejap terlihat sangat jauh dari mata Jessi yang terus menatap mobil itu sehingga mobil itu hilang dari pandangannya. Sebuah tangan pria merangkul pundak Jessi dan membimbingnya masuk ke dalam rumah dengan dua lantai yang berdiri kokoh di sebuah tanah yang luas itu. Bagian dalam rumah itu juga terlihat lapang dan luas Jessi tanpa sadar membandingkan luas ruang tamu rumah yang jauh lebih besar dari rumahnya itu ketika pria tadi terus membawanya masuk mengelilingi ruang tamu itu. Jemari pria itu terasa mengelus pundak Jessi yang hanya setingga perutnya karena pria itu begitu tinggi dan besar dengan perut yang sedikit membuncit. Tapi remasan tangan pria itu di pundaknya membuat Jessi memilih diam ketika merasakan gerakan tangan itu telah sampai kesiku tangannya ketika gadis itu mengikuti pria itu melangkah menaiki tangga menuju sebuah kamar di lantai atas rumah itu. “Ini kamar Om!” Pria itu membuka kamar membuat Jessi bisa melihat sebuah ranjang yang luas dan besar dengan empat buah tiang besi penyangga berdiri kokoh di empat sudut ranjang itu. Kamar itu terlihat terang benderang karena ada jendela dengan kaca besar yang membuat sinar matahari masuk menerangi kamar pria bernama Bob itu. Jessi tak berkomentar saat ia melihat kamar besar itu. tubuhnya sudah ditarik menjauh oleh Bob menuju sebuah kamar dengan pintu warna putih bercorak keunguan. “Dan ini kamar kamu Jessi!” Pintu kamar itu pun di buka oleh Bob. Sebuah kamar tidur bertema ungu tersaji di mata Jessi yang langsung terpesona dengan kecantikan dan penataan kamar tidur itu. Sebuah pintu kecil terlihat terbuka menunjukan sebuah kamar mandi yang ada di dalam kamar itu. Sebuah ranjang yang terlihat sangat besar bagi Jessi diletakan di dekat tembok di sebelah jendela yang diamankan dengan teralis berbentuk gelombang dan matahari. Doita menatap kagum ranjang yang begitu besar berbeda dengan kamarnya yang ada di rumah. Ranjang itu mirip dengan ranjang orang tuanya. Tubuhnya yang mungil akan terlihat sangat kecil jika itu berbaring di ranjang itu. Jessi berpikir bahwa ia bisa tidur bertiga dengan ayah dan ibunya dengan nyaman di ranjang itu tanpa harus merasa sempit dan kehabisan ruang untuk bergerak. Tangan Bob terasa membelai punggung Jessi ketika pria itu menunjukan lemari pakaian untuk Jessi menyimpan pakaian yang ia bawa di dalam koper yang dari tadi ia tarik itu.

“Kamu beresin dulu saja pakaian kamu di lemari itu ya!” Bob melepaskan tangannya dari pinggang Jessi sebelum menjauh dari Jessi. “Kalo pakaian kamu habis Om udah siapin pakaian yang baru Om beli kemaren. Siapa tau Papi sama mami kamu kena delay dan kamu mesti tinggal disini lebih lama. Senyum Bob terlihat meresahkan bagi Jessi. Tubuhnya terasa merinding melihat raut wajah Bob sebelum pria itu keluar dari kamar dan menutup pintu. Jessi memandang sekeliling kamarnya sebelum meletakan tas yang ia bawa tadi. tubuhnya terasa lelah setelah berkendara dari rumahnya sampai ke daerah di pinggiran kota ini. Ia melongok ke dalam kamar mandi dan memandang kagum semua fasilitas kamar mandi yang ada di dalam kamar mandi itu. Gadis itu melepas koper yang ada di tangannya sebelum memilih pakaian dan mengambil handuk dari dalam tasnya. Sambil memandang sekelilingnya dengan ragu ragu. Jessi mulai melepaskan seluruh pakaiannya dan melangkah menuju kamar mandi. — Di meja yang ada di kamarnya Bob menatap layar monitor yang dan di depannya. Sebuah tayangan bagian dalam kamar Jessi terlihat jernih dan jelas di layar monitor itu. Warnanya begitu tajam memperlihatkan Jessi yang sedang membuka kancing bajunya lalu menjatuhkan bajunya ke lantai sebelum menurunkan rok pendek yang ia kenakan sambil terus melepaskan pakaian dalam yang dikenakannya. Nafas Bob tertahan ketika tubuh telanjang Jessi terlihat begitu jelas melangkah ke dalam kamar mandi.Tayangan itu berubah ketika Bob menekan sebuah tombol,. Tubuh Jessi yang basah karena air Shower terlihat kembali. suara gemericik air Shower terdengar jelas dari layar komputer yang sedang ditonton oleh Bob itu. Pria itu tersenyum puas melihat tayangan kamera tersembunyi yang ada di kamar Jessi itu Pria itu bersandar menikmati tontonan itu sambil mengelus perlahan selangkangannya. Mata Bob sedikit melebar saat ia menatap lebih tajam pada layar yang ada di depannya. Pria itu mencondongkan tubuhnya agar matanya bisa melihat lebih jelas apa yang sedang terlihat pada layar itu. Tangan pria itu menekan nekan tombol dan melihat kamera yang dipasang di kamar mandi itu melakukan zoom sehingga ia bisa melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi di dalam bath tub itu. Air dari shower head yang ada di atas kepala Jessi sudah berhenti mengalir. Tubuh keponakannya itu sekarang sedang berdiri sambil bersandar pada dinding kamar mandi. Kamera mahal yang dibeli Bob membuat Bob bisa melihat jelas wajah cantik Jessi yang saat itu sedang mengernyit saat salah satu tangannya sibuk meremas dan memainkan puting di buah dadanya sendiri. Bob menekan salah satu tombol dan memutar sebuah tombol. Telinga pria itu mendengar suara desahan Jessi yang bergaung di kamar mandi itu saat tangan Jessi yang lain sudah berada di selangkangannya. Otot Paha Jessi terlihat menegang saat jari Jerssi yang ada di selangkangannya itu mulai bergerak gerak. Tubuh gadis itu sesekali mengejang dan menggelinjang sambil berusaha untuk bisa tetap berdiri dengan bersandar di tembok. Nggghhhhh! nnnnggghhhh! Nnnnngggghhhhh! Hhhhhssssggghhhh! Nggggghhhhhhhh!” Mata Jessi terlihat terpejam dan terbuka bergantian saat gadis itu sibuk memainkan jarinya di vaginanya. Bob tanpa ragu menekan sebuah tombol lain dan sebuah indikator perekaman muncul di layar menunjukan proses perekaman semua yang yang sedang dilakukan Jessi di kamar mandi itu. — Jessi merasakan puting susunya yang berwarna pucat itu mulai mengeras setelah jarinya menarik dan memilin daging kenyal di puncak buah dadanya yang bulat kenyal dan kencang itu. Tangan Jessi merasakan gumpalan daging sensitif yang membulat di dadanya itu membuat tubuhnya sesekali tersentak saat birahinya mulai perlahan naik. Tangan Jessi yang lain meraba bibirnya yang berulangkali terkena jilatan lidahnya sendiri. Mulut Jessi yang sedang terengah itu mengulum jari jarinya sendiri membuatnya menjadi basah karena ludah dari jilatan lidahnya. Pinggul Jessi tersentak sentak perlahan ketika jari Jessi membelai belahan vaginanya sendiri. Gadis itu dengan mudahnya menemukan daerah sensitif di selangkangannya dan meraba belahan vagina yang mulai ditumbuhi rambut halus itu, Jari Jessi menekan perlahan di antara belahan vagina itu dan merasakan cairan licin yang terasa di ujung jemari nya ketika gadis itu menekan jarinya masuk perlahan diantara kedua bibir vaginanya. Nggghhhhh! nnnnggghhhh! Nnnnngggghhhhh! Hhhhhssssggghhhh! Nggggghhhhhhhh!”Suara erangan Jessi terdengar jelas dari mulut Jessi tanpa menyadari semua perbuatannya terekam dengan jelas lengkap termasuk suara erangan dan desahannya itu melalui kamera yang tersamar di sudut kamar mandi itu. Mata Jessi melebar terbuka lagi saat ia menggigit bibir bawahnya menahan gejolak yang terus menggempur bagian bawah tubuhnya itu. Jari jari Jessi sudah bergerak dengan cepat dan licin setelah hampir sebagian besar jari gadis itu berlumuran cairan vagima Jessi. Owwhhhnnnn! Ooooooohhhnnnnhhhh awwwwwhhnnsssss! Ooowwwooooohhnnnssssss! Aaaaaahhhnnnfffsssssssssss! Nggghhhhhhssshhhhggggggggg!” Mulut Jesi menceracau tidak jelas melampiaskan kenikmatan yang meledak dari vaginanya. Tubuh gadis itu tersentak sentak saat orgasmenya mulai tak terkendali sebelum akhirnya meledak membuat tubuh langsing gadis itu tersentak sentak sambil bersandar di dinding kamar mandi itu. Saat Kepala JKessi tertunduk lemas setelah tuuhnya selesai menikmati orgasmenyayang pertama di rumah Bob pamannya itu. Bob sang pemilik rumah juga sedang menggeram nikmat sambil mengocok penisnya yang terlihat ereksi dan mengacung di depan foto Jessi. Foto foto Jessi yang terlihat sensual dengan baju yang ia kenakan bertebaran di atas meja kerja Boib. Pria itu menatap semua foto foto keponakannya yang ia ambil dari medsos Jessi dan mencetaknya agar dia bisa selalu memandang tubuh Jessi yang melekuk indah dari balik pakaian yang ia kenakan . Bob mengerang nikmat saat pria itu melepas ejakulasinya dan menyemburkan sperma kental ke atas foto Jessi yang langsung berlumuran sperma Bob, hampir bersamaan dengan erangan nikmat Jessi yang terdengar dari layar monitor saat gadis itu menikmati orgasmenya dengan kedua jarinya di dalam bathtub. Bob terduduk lemas dan terengah setelah ejakulasinya selesai,. pria itu masih belum puas menikmati pemandangan tubuh telanjang Jessi yang saat ini sedang membersihkan tubuhnya di bawah shower dan berlumuran busa dari sabun cair yang gadis itu gunakan. Pria itu menarik nafas panjang saat Jessi selesai dan keluar dari bathtub sambil membalut tubuh telanjangnya dengan sebuah handuk. Bob terus menonton Jessi yang mengeringkan tubuhnya dan melakukan perawatan pada wajah dan tubuhnya sebelum gadis itu kembali berpakaian lagi. Mata bob masih menatap gambar di layar setelagh kamar Jessi terlihat gelap dan Jessi sudah berbaring diam di atas tempat tidur dan terlelap dalam tidurnya. Rasa penasaran Bob terpaksa harus pria itu tekan dalam dalam karena ia tidak ingin menghancurkan rencana yang telah ia susun saat adiknya memintanya untuk menjaga anak mereka saat adik dan istrinya itu melakukan liburan ke eropa selama kurang lebih satu bulan. Foto Jessi yang berlumuran sperma Bob dimasukan ke dalam tong sampah sebelum pria itu mematikan layar dan membereskan semua foto Jessi dan menyimpannya di dalam laci mejanya. Pria itu melangkah pelan melewat pintu kamar tidur Jessi dan membukanya sedikit. Paha putih mulus Jessi terlihat dari selimut yang tersingkap ketika Bob melongok ke dalam kamar tidur Jessi. Gadis itu tampak tidur begitu lelap sehingga tidak sadar saat Bob menatap tubuhnya yang mengenakan baju tidur dengan pasangan celana yang pendek itu. Tanpa suara Bob menarik kepalanya dari balik pintu dan menutup pintu kamar Jessi.Pria itu melangkah masuk menuju kamar tidurnya yang berukuran lebih besar dari kamar milik Jessi. — TBC —