Enaknya Susu Istri Jilbab Lebar

 

Hari ini aku baru pulang dari kantor sebuah perusahaan makanan setelah 3 hari lembur. Kebetulan hari itu siang hari. Anak-anakku masih bersekolah. Istriku masih ada di rumah. Aku ingin sekali minum susu sapi pada waktu itu untuk pulihkan tenagaku setelah bekerja lembur. Tetapi kata istriku, persediaan susu sapi udah habis sejak pagi karena sisa persediaannya sudah dibawa anak-anakku karena mereka ada acara ektrakulikuler yang banyak makan tenaga fisik setelah bersekolah. Tentu saja aku kecewa karena sebelum aku lembur, istriku berjanji akan sisakan susu sapi untukku. Tapi nyatanya tidak. Istriku dengan rasa bersalah, meminta maaf padaku. Walaupun kecewa berat, aku memaafkannya. Namun, tiba2 hasrat birahiku meninggi saat melihat fisik istriku. Hari ini dia begitu seksi dengan kedua payudara besar menggantung di dadanya dan pinggul besar walaupun sudah memakai jilbab lebar hijau muda dan gamis hijau tua. Aku pun punya ide untuk tuntaskan hasrat sex dan rasa hausku akan susu. Apalagi aku masih ingat bahwa usia anak-anakku masih lima dan enam tahun. Jadi, kemungkinan persediaan ASI nya masih cukup banyak karena terkadang anak-anakku masih minta ASI dari ibunya walau hanya minum dari botol dot karena gigi-gigi susu (gigi yang baru tumbuh pada anak kecil) kadang mungkin bisa melukai puting susu ibunya. “Wah, kelihatannya kamu sangat lelah, Mir.”, kataku yang melihatnya begitu lemas. “Iya, Wir. Selama kamu lembur, aku yang urus anak2 & urusan rumah tangga. Kelihatannya kamu juga lelah selama lembur. Yuk, mari istirahat di kamar bareng.”, balasnya tersenyum. Aku mengangguk gembira. Lalu kurangkul dia menuju kamar kami. Setelah masuk, kamar kukunci. Dia tak curiga ternyata. Saat duduk berhadapan dengannya di atas tempat tidur, aku mulai laksanakan rencanaku. “Oiya, aku lupa bilang bahwa ada persediaan susu di kamar ini”, kataku memancing. “Wah, dimana, Wir?”, tanyanya balik sambil celingukan di sekeliling kamar. “Di sini, Mir.”, kataku seraya memegang kedua payudaranya dengan kuat. Sontak dia kaget dan pucat wajahnya. “Apa maksudmu, Wir? Ayo, lepaskan”, katanya seraya kedua tangannya sekuat tenaga mencengkram kedua tanganku agar melepaskannya dari kedua payudaranya. Tapi tak bisa karena dia terlalu lemah, sedangkan aku masih agak kuat walaupun lembur kemarin2. “Oh, tidak bisa, Mir. Ini sebagai gantinya kamu tidak menyisakan aku susu sapi untukku. Aku ingin minum susu dari kedua payudaramu. Aku haus sekali dan tak bisa ditunda.”, kataku geregetan sambil meremas-remas kuat kedua payudaranya walau masih tertutup jilbab lebarnya dengan kedua tanganku. “Ah, ehm, ow…”, katanya mendesah dan meracau menerima perlakuanku itu. “Oh, baiklah, Wir. Ah, ehm… Aku terima saja. Ow…” balasnya pasrah sambil mendesah. “Oke, Mir. Siap2 saja, ya.” kataku makin bersemangat dan makin memperkeras remasanku. Kontan saja jilbab lebarnya makin kusut tak karuan di bagian dadanya. Lalu aku menghentikan remasanku, menyingkapkan sedikit jilbab lebarnya, melepas kancing2 di bagian depan gamisnya, melepas kait beha di bagian punggunhnya. Akhirnya kedua bukit kembar yang besar itu terpampang indah di hadapanku. Ia nampak malu dengan keadaan itu walaupun tahu kami adalah suami istri yang sah. Barangkali karena dia begitu lelah dan ingin istirahat. “Wah, kelihatannya persediaan susu ASInya masih banyak. Boleh kuminta sebagian, Mir?”, tanyaku nakal. “Ya, boleh, Wir.”, jawabnya mengangguk lemah, pasrah. Aku pun lalu mengisap kuat puting susu kanannya sambil memelintir keras puting susu kirinya. “Aawww… Pelan2, Wir. Owww… Isep terus. Plintir terus.”, kata istriku menahan sakit dan malu sambil kedua tangannya berpegangan pada kayu belakang tempat tidur kami, walau kelihatannya dia juga menikmati. Aku justru makin bersemangat mengisap, sekali-kali kuat menggigit puting kanannya dan makin memelintir, sesekali menarik kuat puting kirinya. Kontan saja itu makin buat istriku berteriak tak karuan dan badannya bergelinjangan. Bahkan vaginanya pun basah oleh cairan kewanitaannya. Penisku pun sudah tegang dari tadi dan basah karena spermaku banyak keluar. Rupanya gairah seks kami meninggi karena kegiatan sex ini. Namun, ASI yang kunantikan belum juga keluar. Aku lalu makin memperkeras isapan dan pelintiranku pada kedua payudaranya. Masih gagal juga. Akhirnya ku ganti dengan meremas2 liar dan kuat pada kedua payudaranya sambil kadang2 kutampar2 keduanya sehingga kini keduanya memerah. Lalu kucari pemompa ASI di dalam kamar, namun tidak kutemukan beberapa lama. Aku hampir frustasi karena itu alat yang ideal dan benar2 kubutuhkan saat ini. Mungkin, istriku menyembunyikannya karena khawatir aku akan menyalahgunakannya. Namun, mendadak aku melihat dua penjepit pakaian besar di dekat kotak sisir. Tanpa pikir panjang, kuambil kedua benda itu dari sana dan kujepitkan keduanya pada kedua putingnya. Sontak, istriku menjerit kesakitan dan mulai terisak. “Kumohon, hentikan, Wir. Aku tak sanggup.” katanya memohon sambil mulai menangis. “Sabar, sebentar lagi, Mir.” kataku tegas walau tak tega juga, lalu merebahkan dia telentang dan mulai memerah kedua payudaranya layaknya memerah susu sapi dengan tenaga kuat,sambil kadang2 kembang kempis juga tenagaku agar hasilnya optimal. Istriku menangis keras namun tak kupedulikan sementara itu. Tak berapa lama kemudian, hasilnya mulai kelihatan. Aku hentikan perahanku. Kedua payudara istriku membesar satu setengah kalinya. Lalu kubuka kedua jepit pakaian pada putingnya. Dan, crot, crot. Pancaran susu ASInya memancar keluar tersendat-sendat. Kedua putingnya mulai mengalir susu ASI. Melihat itu, aku tak tinggal diam. Lalu mulai kuhisap kedua putingnya dengan rakus. Slup, slurupp. Ah, leganya. Rasa hausku hilang. Aku juga menampung sisa ASI itu dengan gelas yang ada di kamar itu dan ingin kuminumkan pada mulut istriku. Ia tak mau dan menutup mulut. Jadi kupaksa dia membuka mulutnya dengan cara satu tanganku memelintir keras salah satu puting payudaranya dan ia pun berteriak keras dan membuka mulutnya. Akhirnya berhasil. Sisa ASI dalam gelas itu segera kuminumkan paksa dan meluncur deras ke dalam mulutnya. Ia kaget, tapi rupanya lega juga rasa hausnya. Aku senang. Lalu kujilat-jilat seluruh sisa ASI nya di kedua puting dan kedua payudaranya. Ia tertawa geli karenanya walau kedua payudaranya jadi penuh ludahku. Aku makin gembira. Lalu aku pun singkapkan gamis bawahnya ke atas, melepas celana panjang pelapisnya dan celana dalamnya, lalu menekan2 klitorisnya dan meremas2 vaginanya. Dia malah bergelinjangan senang. Lalu kubuka celana panjangku dan celana dalamku serta memasukkan penisku yang berlumuran sperma langsung amblas ke dalam vaginanya karena basah oleh cairan kewanitaannya. Sambil memajumundurkan penisku, kedua tanganku memegang kuat kedua payudaranya sebagai pegangan agar tak terjatuh. Dia menikmatinya. Tak lama kemudian, cairan spermaku banyak menyembur masuk ke dalam rahimnya dan kami berdua pun mencapai orgasme bersamaan. Lalu kulepaskan penisku dari vaginanya dan tanganku dari payudaranya. Kucium kening istriku dengan gembira. “Terimakasih, Mir. Rasa hausku dan hasrat sexku tersalurkan sudah. Haha.” kataku senang. “Ya, sama2,Wir. Kapan2 kita ulangi lagi,ya. Nikmat banget rasanya. Hehe”. katanya seraya mencium mesra mulutku. Aku gembira. Lalu kami berdua tertidur dengan berangkulan walaupun dengan kedua tubuh setengah telanjang dan belepotan sperma, ASI, & cairan kewanitaan. Baru sore harinya kami bangun. Sungguh terasa sangat indah hari itu. Keterangan : Ini postingan cerita panas fiksi saya yang pertama, Agan2 sekalian. Mohon masukannya dari para Suhu, Master, dan para member di sini. Mohon maaf bila ada kekurangannya. Saya masih pemula dan mohon bimbingannya. Terima kasih. Selalu semangat!