Didalam mobil dinas, Ku garap perawan gadis cosplay.
Aku Dedi, Seorang Duda cerai 46 tahun beranak tiga. Karirku sukses dan saat ini bekerja sebagai sorang pejabat disebuah BUMN besar. Sebagai seorang orang berada yang dipenuhi dengan kepenatan dalam kesehariannya, aku memerlukan tempat pelampiasan rasa penat. Dengan uang yang aku miliki mudah saja aku menemukan wanita-wanita bayaran top class yang bisa ku ajak ngamar. Wanita-wanita yang mayoritas mahasiswi ini sangatlah binal dan sangat lincah dan aktif ketika di ranjang, service mereka memuaskan, terlalu memuaskan malah. Makin lama aku makin jenuh, ingin rasanya mencari sensasi baru dalam bercinta.
Suatu hari, Sabtu siang , seperti biasa aku pergi ke sebuah mall besar di kotaku untuk menemui salah satu ayam kampus langgananku. Tapi setelah menunggu beberapa lama di sebuah tmpat ngopi tiba-tiba aku di WA sama dia kalau tiba-tiba dia ada kelas tambahan dan tidak bisa datang. Dengan agak menggerutu bergegaslah aku bersiap pulang, sepertinya untuk minggu ini jadwal ”coblos” adik kecilku harus terrunda dulu.
Waktu berjalan di mall hendak kembali ke parkiran, aku jadi agak bingung melihat beberapa kali melihat orang-orang memakai kostum-kostum aneh berwarna warni, ada yang jadi tentara, bawa pedang, bawa senapan mainan, ada pula yang jadi penyanyi dengan wig mereka yang berwarna-waarni pula. Ternyata sedang ada acara jejepangan disana. Awalnya aku tidak begitu tertarik, namun melihat penampilan beberapa gadis-gadis itu yang cukup seksi, aku yang hari itu libidonya lagi tinggi jadi konak juga. Aku datangi venue utama sembari melihat-lihat. Wah… lumayan juga buat cuci mata. Beberapa kali aku memfoto beberapa cewek yang lagi cosplay itu, beberapa orang tanpa melihatku dengan curiga.
”Ngapain om-om tua ini ada disini?” begitu mungkin pikir mereka.
Mataku teralih ke panggung, disana tampak sedang manggung sekelompok ABG dengan kostum warna-warni menyanyikan lagu jepang yang tidak aku mengerti sama sekali. Aku pandangi mereka satu persatu.
”Yang itu, kulitnya gelap malah pakai wig pirang gitu malah aneh. Yang itu, hahaha… mana mugkin ada cewek ABG Indonesia punya bemper sebesar itu!!!! Cuma tempelan aja itu! Yang itu, kosmetiknya ketebalan… norak!, Yang itu…” pikirku sambil memandangi mereka.
Mataku tertuju pada gadis yang berdiri di tengah depan. Anaknya pendek, langsing, tidak pakai wig seperti yang lain, rambutnya hitam aslinya dikepang dua dengan pita merah, walau tanpa make up tebal dan dari kejauhan begini tampak kalau anak itu imut dan cantik sekali. Mungkin karena itu dia ditaruh didepan untuk menarik minat penonton.
Setelah selesai manggung mereka pergi ke belakang untuk keluar. Masih penasaran, aku berjalan ke arah luar mengikuti mereka diam-diam, aku sampai pada tempat lowong yang sepertinya digunakan para peserta untuk mempersiapkan kostum mereka. Setelah mencari-cari sebentar ku temukan sekelompok ABG yang bernyanyi di panggung tadi. Anak yang menarik perhatianku tadi tampak sedang ngobrol dengan teman-temannya.
Dari dekat begini tampak aku gadis itu memang cantik sekali. Badannya memang pendek dan belum berlalu berkembang tapi aku tetap sangat tertarik. Wanita-wanita yang berkencan denganku selama ini memang memuaskan dengan tubuh yang bahenol nan seksi, tapi karena keseringan aku jadi jenuh juga. Gadis berkepang dua yang sedang berkembang itu tentu merupakan ”angin segar” buatku. Andaikan saja anak itu bisa aku nikmati…
Sedang asik-asiknya memandangi bidadari cantik itu secara diam-diam, bahuku tiba-tiba ditepuk seseorang.
”Lagi ngelihatin apa Om?”
Aku tersentak melongok ke belakang, disana ada Cewek berwig orange dengan kepang satu kesamping sedang memandangku sambil tersenyum, melihat kostumnya aku tahu kalau dia salah satu teman gadis berkepang dua itu. Gawat, pasti dia sadar kalau aku berkiran mesum soal temannya.
”Ah, nggak… Om lagi cari anaknya om aja…” jawabku agak gelagapan.
”Om jelalatan ngelihatin teman-teman aku yah…?”
Sial… Aku benar-benar sudah ketahuan. Aku bersiap segera pergi darisana.
”Eeeeh… gak apa-apa lagi Om. Banyak kok cowok yang ngelihatin kami dari tadi. Namanya juga lagi Cosplay.” jawab gadis itu sambil senyum-senyum geli.
”Kenalin Om, Aku Hani, aku pemimpinnya grup mereka.”
Aku bersalaman dengannya dan memperkenalkan diri juga. Kami sempat ngobrol sebentar, dari sana aku tahu mereka berasal dari sebuah SMA swasta besar di kota ini. Rupanya mereka grup cosplay idol yang lumayan ngetop dan sering menang di event jejepangan seperti ini.
”Btw, Om tertarik sama teman aku yang mana? Aku bisa loh usahain…”
Sebagai sugar daddy yang punya ”anak” banyak, aku tentu sadar kemana arah pembicaraan ini. Aku tersenyum gembira.
”Usahain apa nih Han?” tanyaku pura-pura bodoh.
”Ya tahulah om… cipok, BJ, ngamar juga boleh asal cuan ada…” Kata hani berbisik, Senyum licik menghiasi wajah manisnya.
”Kalau yang pendek rambut hitam itu, gimana…?” kataku langsung to the point.
“Oh, yang jadi Niko itu… selera Om bagus juga yah. Tapi dia masih anak baru Om disini, masih virgin. Susah bujuknya. Tadi aja ada mahasiswa ganteng berani bayar gede masih dia tolak. Mending sama Maki yang rambut merah itu aja ya?”
Mendengar Si Niko ini masih perawan, aku jadi makin semangat saja. Tidak terasa kontolku mulai mebengkak dibalik celana. Walaupun harus keluar banyak, keperawanan Niko harus aku dapatkan!
”Emang Dia nawar berapa?” tanyaku
”Segini…” kata hani sambil menunjuk dua jari.
”Yaelah… dasar mahasiswa miskin. Om kasih 10 juta kalau dia mau temani Om sekarang!” ujarku mantab.
Hani terbelalak mendengar harga yang aku sodorkan.
”Sepuluh!!? Gila… itu lebih dari 3 kali lipat juara satu kontes tadi!”
”Hahaha… Gimana? Coba dipanggil dong Niko nya.”
”OK om, aku coba. Tapi cuma 2 jam gak papa?”
Aku mengangguk.
Bentar ya om…” Hani mendatangi Niko dan mengajaknya menghadapku.
”Nin, Kenalin ini Om Dedi. Mau kenalan sama kamu.” Kata Hani.
Aku menjulurkan tangan untuk menjabat tangannya. Dia bersalaman denganku, tampak ekspresi kebingungan di wajahnya.
”Sa… saya Nina Om…” jawabnya dengan nada kecil dan ragu.
”Nina? Bukannya Niko…?” tanyaku bingung.
”Oh… bukan Om, nama aslinya Nina. Niko itu nama karakter anime LoveLive.”
”Oooh… ngono toh…”
Aku pandangi Nina dari ujung rambut ke ujung kaki. Dia pendek, kulit putih bersih, matanya memakai contact lens warna pink, Dia masih memakai rok merah ketika manggung tadi tapi atasannya sudah berganti jadi T-shirt putih tipis, BH warna krem samar-samar terlihat. Buah dadanya yang sudah agak bertumbuh tercetak jelas, kutaksir ukuran B. Wajahnya sangat cantik nan innocent. Dari dekat begini aku bisa mencium parfum khas ABG yang Nina pakai, Aku jadi semakin tergoda.
”Gimana Om… cantik kan…?” tanya Hani.
”Iya… Cantik sekali! Umur kamu berapa?” tanyaku.
”Mmm… xxxx belas tahun, Om…”
Wah! 1X tahun! Masih ABG banget! Lebih muda dari anak bungsuku sendiri.
”Mmm… Mbak Hani… ini ada apa?” tanya Nina kebingungan.
”NI, sekarang kamu temanin Om dedi ya. Sebentar aja kok, satu setengah jam.” kata Hani.
Nina kaget mendengar penjelasan Hani. Dia mulai panik.
”Eh… nggak… Aku kan udang bilang ke Kakak aku gak mau ikut-ikutan begini…” ujar Nina agak merengek.
”Gak apa-apa Ni… Cewek cosplay kalau mau serius tuh, yang beginian udah biasa.” Kata Hani lagi.
”Ta… Tapi Kak…”
”Bayarannya enam juta lhoooo….!”
Nina kaget lalu terdiam mendengar bujukan Hani barusan. Karena tidak ada respon darinya, aku rasa kita sudah deal sekarang. Aku raih tangan Nina dan menggandengnya untuk aku ajak pergi. Nina hanya menurut dan mengikutiku dengan wajah tertunduk.
”Om, Ninanya balikin kesini jam 4 yah. Kami mau manggung lagi.”
Aku hanya memberinya gestur tangan OK, tanda mengerti.
Nina aku gandeng meninggalkan Venue menuju lift. Dengan waktu cuma 2 jam, terlalu singkat untuk keluar Mall dan check-in di hotel. Aku putuskan untuk menggarap anak perawan ini di mobil dinas Alphard ku, sepertinya akan sangat menarik. Hahaha…
Sambil menunggu lift datang ku ajak berbincang sejenak.
”Kamu sudah sering ikut kontes begini…?” tanyaku.
Nina cuma menggeleng.
”Dari kapan?” tanyaku lagi.
”Barusan aja Om. Begitu masuk SMA langsung ditawarin sama senior.” jawabnya singkat.
”Waktu kalaian nyanyi tadi banyak banget penonton cowok yang bersorak. Kalau isinya cewek-cewek cantik begitu pasti Fans kalian banyak ya?”
”Iya Om…” Nina irit sekali bicara. Jelas sekali kalau dia sangat gugup.
”Tapi jelas Nina yang paling cantik, pasti kamu sudah punya pacar kan?”
”Belum Om, Nina gak punya.”
”Hahaha, bagus sekali! Sayalah yang akan menikmati perawan kamu, Nina!” teriakku dalam hati.
Lift sampai dan kami masuk. Cuma ada kami berdua didalam. Memperhatikan gadis manis disampingku ini, nafsuku tidak bisa dibendung lagi. Seketika langsung aku pelu Nina kencang-kencang dan sasar bibirnya dengan mulutku. Aku kulum dan hisap kuat bibirnya. Aku masukan lidahku ke mulutnya, lidah kamu bergeliat saling beradu.
“Om… mmh… Om… jangan… dong…!!”
Nina panik dan berusaha mendorong tubuhku namun tangan kekarku mendekap tubuh kecilnya sangat kuat. Nafas Nina mulai berat, tanda kalau nafsunya juga mulai naik. Ciuman ku lepaskan. Kami saling berpandangan bagai Binatang buas dan mangsanya. Wajah manis dengan bibir mengkilat karena cumbuanku tadi, pemandangan yang membuatku terpesona. Memang tepat keputusanku membeli kamu, Nina!
Pintu lift terbuka, aku tarik tangannya bergegas menuju mobil dinasku terparkir. Disana ada supirku yang lagi sedang menunggu.
”Lho Pak kok gandengannya ABG begini? Hahaha…” Ujar Supirku Hanif melihatku datang bukan dengan Mahasiswi langgananku.
”Sudahlah. Sekarang kamu keluar pergi ngopi aja sana. Biarin mobilnya menyala.” Perintahku pada Hanif sambil memberinya uang 150 ribu padanya.
Pintu geser mobil ku buka dan aku ajak Nina masuk ke mobil.
”Ayo Nin, sini duduk di pangkuan Om.” perintahku.
Nina dengan gugup menurut saja. Badannya aku tarik bersandar di dadaku. Dengan posisi begitu aku ajak Nina mengobrol lagi, tanganku tidak diam dan mulai merabai pada dan perutnya.
”Kamu udah diajarin apa aja sama seniormu?” tanyaku memulai obrolan.
”Diajarin biasa aja sih Om… mmh… Dadan, nyanyi, nari… uum…” Jawab Nani. Dari nafasnya aku tahu walaupun dia risih dan gugup tapi nafsunya mulai naik.
”Diajarin Service cowok gak diajarin?” tanyaku lagi.
Nina dengan cepat menggeleng.
”Masa sih? Kelihatannya mereka udah jago-jago… hihihi…”
”Beneran Om… Nina sebenarnya gak mau ikutan kalau yang begini.” Jawan Nina sambil masih berusaha memegangi tanganku yang mulai bergerilnya menelusup masuk ke T-shirt dan roknya.
”Tapi tadi ditawarin duit sama Kak Hani kok mau?”
Nina cuma terdiam dengan wajah memerah karena malu. Ternyata punya potensi jadi pecun nih anak.
”Tapi kalau anak yang hobinya kayak kamu pasti pernah nonton JAV atau kartun porno kan? Di jepang kan banyak yang begitu.” Aku tahu soal ini karena perusahaan tempatku bergerak di bidang IT dan sering diminta pemerintah momblok konten-konten seperti ini.
”Nggak Om, Sumpah… Nina gak pernah.” Nina masih berusaha mengelak walau aku tahu dia pasti bohong.
”Nina, coba kamu tonton ini.”
Aku nyalakan Entertainment di mobil dan mainkan JAV simpanan si Hanif. Tatapan Nina terpaku pada layar yang mulai memainkan adegan syur, sudah jelas kalau dia tidak asing dan punya ketertarikan pada hal-hal begini. Menggarap perawan begini memang harus slow, biarkan mereka terhanyut dalam nafsu dulu untuk naik ke step berikutnya.
Sambil membiarkan Nina menonton, tanganku tidak tinggal diam. Tangan kiriku yang tadinya mengelusi perut lembut Nina terus menelusup masuk keatas menemukan buah dada terbungkus ketat warna krem. Ukuran dadanya masih sebesar bola tenis, tidak besar tapi sangat pas buat diremas. Jariku masuk ke branya, mulai aku pilin-pilin puting kerasnya.
”Oooouh… Ooom…” lenguh Nina. Badannya mulai menggelinjang.
”Tenang Nina, lanjutin aja nontonnya.” Jawabku.
Tangan kananku merangsek masuk ke selangkangannya, Celana dalamnya ternyata sudah cukup lembab. Rupanya cumbuan di lift tadi dan rangsanganku 10 menit terakhir ini cukup sukses. Celana damlanya aku singkap ke kanan, clitnya yang kecil aku usap-usap dengan jari telunjuk.
”Aaah… Agh… Om… geli Om…” Nina jadi menggelinjang makin kencang. Kakinya tidak bisa diam dan menendang-nendang kursi didepan.
”Iiihiiiiih….” Desah Nina lagi ketika lidahku menjilati telinganya.
Karena Nina sudah keenakan, Aku penasaran seberapa sempit memek perawan yang barusan aku beli ini. Aku coba masukan 3 jari kedalam. Nina meringis sakit. Aku coba 2 jari, masih kesakitan juga. Barulah dengan satu jari memeknya bisa aku tembus sedikit. Aku jadi berpikir untuk memerawani Nina nanti sepertinya akan butuh usaha agak keras. Lebih baik memeknya aku buat basah dan longgarkan dulu.
10 menit lebih Nina terus aku serang dengan rangsangan-rangsangan nikmat sampai dia paling tidak oragme 3 kali.
”OOOOooohh…..” Desah Nina sambil tersandar lemas ke tubuhku.
Jariku yang belepotan lendir memek aku tempelkan ke hidungnya. Lendir memek yang menganduk banyak hormon akan membangkitkan Nafsu dan tenaganya lagi. Setelah istirahat sejenak Nina sudah tidak begitu lemas lagi.
”Om… Nina berubah pikiran, Nina balik aja ya…” ujarnya sambil memperbaiki pakaiannya dan berniat keluar dari mobil.
Dengan cepat aku tarik tangannya agak tidak lari. Aku turunkan resleting dan celanaku, Aku tunjukan kontol hitamku yang besar gemuk dan sudah tegak dan keras maksimal ke Nina.
”Haaah…!” Nina kaget melihat kontolku. Tatapan matanya yang tak lepas dari tonkatku menunjukan ketertarikannya. Wajahnya makin memerah.
”Gimana? Ini pasti pertama kalinya kamu lihat kontol orang dewasa secara langsung, kan?” Tanyaku padanya. Sudah banyak ayam kampus yang ku buat tergila-gila tidak bisa lepas dariku, jadi aku cukup bangga dengan kontol perkasaku ini.
”Om mau kamu cobain begitu.” perintahku sambil menunjuk layar yang memainkan adegan anak SMA jepang sedang mengulum kontol gurunya.
”Kontol Om sudah dibersihin tadi pagi kok, gak akan bau. Ayo…” kataku.
Dengan malu-malu Nina menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati Kepala kontolku. Kecil dan lembut sekali lidahnya. Kontolku jadi bergetar. Nina coba memasukan kontolku ke mulutnya, disinilah masalah muncul. Mulutnya yang kecil ditambah tidak ada pengalaman membuat blowjobnya menjadi kaku dan kurang nyaman, bahkan Nina beberapa kali tersedak. Tidak mau kehilangan momentum, Nina aku tarik sehingga jatuh ke pelukanku.
“Ehh… Om mau apa…?” Nina kaget.
Dia tentu sadar apa yang ingin ku lakukan selanjutnya, tapi dia sudah tak bisa berkutik. Posisi Nina sudah dalam pangkuanku saling berhadapan, kedua kakinya tepat berada dalam sanggahan pahaku. Sementara bawahan rok merah pendeknya sudah agak sedikit tersingkap. Kontolku sudah menempel tepat di memeknya yang masih terbungkus celana dalam.
Aku coba mulai menelanjangi tubuh bagian atasnya tapi Nina terus menolak. Namun dengan rayuan sambil mencumbui bibir dan telinganya, akhirnya T-shirtnya ku naikan dan lepas. Pinggul Nina dan pinggulku berdempet rapat. Aku gesek-gesekkan kepala kontolku ke arah pinggulnya, terasa gundukan daging memek Nina diraba ujung kontolku.
“Om Dedi ah… Om… ja… jangan… dong…!!” Rengek Nina kegelian. Dia tidak sadar Bra 32B miliknya sudah terlapas jatuh ke lantai mobil.
Puting merahnya terlihat, menggodaku untuk mengulum bergantian kanan-kiri. Nina mencoba meronta tapi sesekali dapat ku rasakan dia mulai menikmati karena di balik rontaannya terkadang ada satu gerakan pinggulnya yang mencoba mengimbangi irama gesekan kontolku ke memeknya.
Nina mulai berhenti meronta dan akupun semakin menggila. Aku gesekan kepala kontolku semakin kuat ke benggolan memek Nina yang masih tertutup kain tipis. Aku lanjutkan rangsanganku dengan mengulum mulut dan lidah Nina dengan mesra. Benar-benar kubuat nafsunya terbang ke langit.
”mmmh… ah… ummmu ah…” Nina melenguh ketika lehernya mulai kena oleh serangan bibirku dan puting kirinya aku pelintir.
”Gimana Nin? Main sayang-sayangan sama Om Dedi enak kan?” tanyaku.
“Ah… iya… enak… Om… gak nyangka bisa seenak ini.” rintihnya.
Aku tersenyum lebar penuh kemenangan. Aku berhasil membakar birahi gadis remaja tanggung ini. Tangan kiriku pun lanjut mulai menelusup ke dalam bawahannya dan langsung aku merangsek ke bagian depan celana dalamnya. Terasa bagian depan celana dalam itu sudah basah kuyup. Jari-jariku menyisir bagian pinggir celana dalamnya lalu aku singkapkan sehingga aku merasakan lubang memek Nina sudah bebas tidak tertutup lagi oleh celana dalamnya.
Inilah saatnya, aku akan menyantap keperawanan Gadis cosplay ini, tanpa pengaman tanpa condom. Aku sudah lama mendambakan merasakan kembali rasanya muncrat didalam memek rapat. Jika bersama mahasiswi-mahasiswi itu pasti mereka akan rewel dan menyuruhku memakai condom, tapi karena Nina ini masih anak polos tentu dia tidak menyadari bahaya yang sedang mengintainya sekarang. Tidak akan ku biarkan kesempatan yang sangat jarang ini terlewatkan.
Aku arahkan kontolku mencari liang kawin Nina. Ketika aku tekan aku merasakan ujung kontolku sudah tepat di lubang memeknya. Aku coba tekan sedikit,
“Auh… Om Om Om… sakit… Om…!” Mata Nina terbelalak kaget.
“Bentar sayang Om masukin ya…” Kataku berusaha menenangkannya.
“Tapi Om… ah… sa… sakit banget Om….!!!”
Aku pegang kuat pinggulnya jadi Nina tidak bisa menghindar dari sodokan kontolku. Kepala kontolku mulai masuk. Aku diamkan sebentar membiarkan otot memek Nina melemas. Sedikit demi sedikit terus ku dorong lalu berhenti. Aku buat sepelan mungkin agar Nina tidak terlalu menderita.
”Duuh… Kita udahan aja ya Om… memek Nina rasanya kayak disobek.” rintih Nina mengiba padaku.
”Sbar Nin… Sabar. Nanti kamu juga keenakan kok…” Ujarku menenangkannya sambil mencium bibirnya sekilas.
Ledir terus mengalir dari memek Nina membuat kontolku semakin licin. Ketika kebasahannya aku anggap cukup, aku pisisikan kontolku dan mencengkram kuat bokongnya, dengan cepat aku dorong kontolku masuk merangsek memek super sempitnya itu. Kontolku merangsek masuk menerjang selaput dara Nina yang langsung sobek. Aku rasakan begitu sempit dan nikmatnya memek gadis perawan 1X tahun itu.
“Aduh… Om… Perih Oooom… aaaaah….!!!” rintih NIna merasakan memeknya menerima kejantanan pria untuk pertama kalinya.
”Than Nina, Om janji nanti enak kok.” Kataku sambil terus melumat mulut dan meremas dada Nina untuk menenangkannya.
Setelah 5 menit terbiam merasakan memek Nina berdenyut-denyut. Mulai aku pompa tubuhnya secara perlahan dengan kontol yang baru masuk setenngah itu. Nina mulai menjambak rambutku, ketika kontolku menghujami memeknya berkali-kali.
Sleep… slepp… sleep… plok… plokkk… antara pahaku dengan paha Nina saling beradu.
“Ahhh… aaah… aaaah… memek aku ngilu..!”
“Bentar sayang… uh…. uhhh… Om lagi enak….” bisikku padanya
”Ahhh… aaah… sakit Om… aaaah… udah….” rintih lemah Nina
”Oh… Oh.. Oh… Nina sayang… oooh…”
”Ahhh… aaah… ooh… aaaah… AAAAH….” Nina orgasme lagi. Memeknya menjepit kencang dan menyiram kontolku dengan cairan hangat.
Karena orgasmenya, memek Nina sudah licin dan kontolku bisa keluar masuk dengan lancar. Aku terus memompa kontolku ke memek Nina, sehingga dia terkadang meringis menahan sakit tusukan kontolku. Aku bisa rasakan pinggul Nina kini ikut bergerak seirama dengan genjotanku.
Kursi mobil aku posisikan jadi tertidur. Dengan begini sekarang Nina duduk diatasku dan dia harus bergerak naik turun untuk melanjutkan permainan. Aku dorong Nina untuk lebih aktif.
”Ayo Nin, coba gerak naik turun diatas kontol Om.”
”Tapi Nina kan udah capek Om…”
”Ayo, dicoba dulu aja…!”
Perlahan Nina mulai menggerakkan pinggulnya naik turun. Tanpa dia sadari gerakannya semakin cepat desahannya pun semakin cepat. Kedua tangan kami saling berpegangan, dari posisi bawah sini aku bisa melihat pemandangan indah Nina bergoyang dengan vulgarnya diatas tubuhku, dadanya yang ranum dan kenyal ikut bergoyang seirama, menggodaku untuk ikut menggerakkan pinggulku. Bercinta dengan ABG perawan memang tidak ada duanya.
Sayangnya tidak sampai 6 menit Nina orgasme dan tubuhnya langsung lemas ambruk tidak bertenaga. Jadilah kami harus kembali ke posisi semula.
Karena orgasme beberapa kali tubuh Nina sudah mulai agak lunglai dan tersandar di dadaku, sedangkan pinggulku masih dengan perkasa menggoyangnya naik-turun. Walaupun AC mobil menyala, tubuh kami sudah basah kuyup oleh keringat.
“Om… udah yah om… Nina pasti ditungguin sama teman-teman.” kata Nina merajuk.
Aku kulum lagi mulut dan lidah Nina dengan mesra membuat memeknya berdenyut-denyut semakin kencang. Dengan tetap memeluk Nina aku bangkit dan berpindah ke kursi Row paling belakang. Kini kami berganti ke posisi misionaris, Nina tidur telentang dibawah dengan kaki naki kebahuku. Dengan kecepatan terus kegenjot memek Nina dengan kontolku, kedua buah dadanya aku remas-remas, membuat Nina mengerang keras.
”AAAAAAAAGH OOOM…” jerit kencang Nina. Aku Cuma bisa berharap orang diluar sana tidak ada yang dengar.
Aku genjot memeknya semakin cepat dan dalam, desaha Nina pun semakin kencang. Desahan lirih NIna membuatku semakin menikmati setiap hentakan demi hentakan menyetubuhi gadis remaja tanggung itu.
Sekitar 5 menit kemudian Aku bisa merasakan Nina sudah mendekati orgasmenya. Setiap denyutan dan remasan memeknya membuat aku tidak mampu lagi menahan desakan di pangkal kontolku. Tubuhku bergetar mengejang keras, genjotan pinggulku semakin cepat dan urat-uratku menonjol keluar dari tubuhku yang gempal. Waktu ejakulasiku sudah dekat. Seketika aku peluk Nina dan hentakan kontolku dalam-dalam.
“Oooh Nina sayang… kamu memang yang paling enak… ooohh….!!!!”
CROOOOOOOT CROOOOT CROOOOOOOOOOOOOTH….
Tubuhku bergetar kuat melampiaskan rasa puas tiada tara dan menumpahkan seluruh pejuku di dalam rahim gadis remaja itu, tidak aku pedulikan bisa saja jadi skandal besar kalau aku yang pejabat BUMN ini membuat anak SMA seperti dia hamil.
“Ah… Oooooom…. aaah…..” Tubuh Nina juga orgasme menggelepar kepayahan kehabisan tenaga, tak sanggup lagi mengimbangi permainanku. Sensasi hangat di perunya membuat Nina merasa nyaman.
Aku biarkan kontolku menancap di memek Nina, merasakan sisa-sisa denyutan rongga-rongga memeknya. Kami terdiam sejenak, sementara Nina masih dalam dekapanku dengan nafas terengah-engah.
Kontolku berangsur-angsur mengecil dan tercabut sendiri. Cairan Sperma bercampur lendir memek dan darah perawan meluber keluar membasahi memek Nina, Cairan yang sama juga melumuri kontolku. Celana dalam yang masih terpasang di pinggul Nina, aku lepaskan lalu ku pakai untuk membersihkan kontolku.
”Lho… kok pakai itu sih Om! Aku kan gak bawa dalaman cadangan!” Protes Nina.
”Nggak masalah, kita kan lagi di mall, nanti minta tolong saja ke teman-temanmu buat beliin CD baru. Hahaha…”
Nina hanya bisa cemberut sambil memunguti T-shirt dan Branya yang tercecer di lantai mobil.
”Btw Nina, gimana rasanya ngentot? Enak kan…?”
”….. Nggak juga Om, rasanya perih, Memek Nina juga rasanya kayak sobek sekarang.” Keluhnya.
”Hehhehe… pakai jual mahal segala… tadi kamu juga goyangnya nafsu juga!” godaku.
Nina cuma bisa diam dengan wajah merah padam. Setelah itu aku ajak dia kembali ke venue acara Jejepangan untuk kembali ke teman-temannya. Selama berjalan bisa ku lihat kalau langkahnya agak gontai, mungkin Nina masih menahan ngilu di selangkangannya.
”Akhirnya datang juga! Ayo sini buruan ganti kostum, bentar lagi giliran kita…” Ujar Hani menyambut kami.
”Ta… Tapi… Kak Hani…” belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Nina sudah ditarik teman-teman lainnya untuk membantunya ganti baju.
”Si Nina gimana Om? Muasin kan Om?” Tanya Hani sambil mendatangiku.
”Puas dong… Kamu punya teman perawan yang lain?”
”Iiih… On jadi nagih cewek anime yah? Tenang aja kalau ada anggota baru nanti aku hubungi Om.” kata Hani sambil berlalu pergi.
Setelah itu aku sempatkan waktu melihat peformance mereka. Para penonton cowok bersorak melihat penampilan mereka. Kali ini kalau diperhatikan tampak jelas langkah kaki Nina tampak. Aku baru sadar, Nina bukan hanya harus menahan sakit tapi juga harus menahan malu karena dengan waktu sesingkat ini tidak mungkin dia sempat membeli CD baru. Aku jadi tertawa geli, andai saja bocah-bocah perjaka ini tahu apa yang ada dibalik rok itu. Hahahahaha…
Nina bersama teman-temannya terlihat berkemas bersiap untuk pulang. Aku datangi saja mereka.
”Udah mau pulang…?” tanyaku ke mereka.
“Eh… Om masih disini? Iya Om, selajutnya tinggal tunggu pengumuman pemenang, biar Umi dan Rin aja yang wakilin.” jawab anak berwig coklat.
”Om gak pulang?” tanya dia padaku.
”Belum, Om kan masih nungguin Niko.”
”HAH…. Buat apa Om nungguin aku…?” tanya Nani kebingungan.
”Kelanjutan yang tadi dong! Sudah keluar duit banyak masa cuma seronde aja…”
”TA… Tapi Om…” Nina gelagapan.
”WAH… Niko pertama kali langsung dapat langganan om-om tajir! Jadi iri…” celoteh salah satu teman Nina.
”Udah Ni… Ikut aja sana…” kata Hani
”Ta… tapi Kak… nanti Mama nyariin…” Nina masih ragu.
”Om, biar Nina gak gugup aku temenin yah…?” Tanya Hani.
”Haha… kamu sebenarnya minta bayaran juga kan?” tanyaku sambil tertawa.
”Hehehe… sebagai biaya ngajarin Nina plus sekali atau dua ronde, segini aja kok Om.” jawab Hani sambil menunjuk 2 jari.
”Oke deh, AYOOO…” jawabku setuju.
”Cosplay Honoka & Niko juga nih Om?” tanya Hani lagi.
”Iya… ayo… terserah….”
”Ini beneran…?” tanya Nina setengah tidak percaya.
Tanpa babibu lagi aku rangkul 2 gadis itu menuju mobilku untuk mencari hotel. Malam minggu ini akan ku puaskan diriku semalaman dengan dua gadis daun muda anime!
THE END.