Desah Desa
Part 1 : Nanggung bikin pusing
Sama seperti hari-hari yang lain, EKO anak petani yang rajin selalu mengawali harinya dengan mempersiapkan peralatan bertaninya agar bisa segera pergi ke sawah milik orang tuanya yang tidak seberapa luas. Cangkul dan arit sudah siap, waktunya sarapan. Di dapur sudah sibuk dari subuh, Sri sang emak mempersiapkan sarapan sekaligus bekal buat eko dan bapaknya mengarap sawah seharian di sawah. Meskipun sudah berumur hampir setengah abad, sri yang berperawakan sedang dan berkulit bersih khas wanita desa yang kuning langsat karena memang tidak pernah menggunakan skincare hanya menggosok badan dengan batu waktu mandi, namun masih terlihat cantik karena rajin meminum jamu awet muda langganan tetangga sebelah. Teteknya yang tidak begitu besar namun masih kencang untuk wanita seumuran dia karena hanya pernah satu kali menyusui anak satu-satunya yakni eko.
Disaat yang lain sudah sibuk mengawali hari dengan kegiatannya masing-masing, Sugi bapak eko masih belum bangun, capek habis bertempur tadi malam dengan sri yang meski badannya kekar seperti bima namun selalu kalah dengan sri saat bersenggama, kebiasaannya minum-minum dan main judi sangat mempengaruhi stamina sugi.
Tepat jam 7 saat eko berangkat ke sawah, sugi bangun dengan terpaksa karena diapun harus segera menyusul anaknya ke sawah. Saat melewati dapur dia melihat istrinya sedang sarapan, yang awalnya hendak ke kamar mandi akhirnya dia lebih tertarik untuk sarapan dulu Bersama sri,
Sugi : “ eko dah berangkat bu?”
Sri : “sudah pak, baru aja memang rajin anak kita, pagi-pagi dah bangun nyiapin ini itu nggak kayak bapak jam segini baru bangun (sambil fokus sarapan tanpa melihat suaminya yang duduk didepannya)
Sugi : “aku kan capek bu, tadi malem goyangnganmu enak banget soale”
Sri : “mbohlah pak, ga usah bahas yang tadi malem (masih tetap focus makan, karena dalam hatinya masih kesal suaminya baru digoyang 2 menit udah keluar)
Sri : “dah bapak nyusul eko ke sawah sekarang, keburu siang “
Sugi : “bentar bu, aku pengen kenthu lagi kayak tadi malam bentar aja, mumpung sepi Cuma berdua dirumah, disini aja bu” (meski ga tahan lama, sugi gampang napsuan)
Sri : “ah wegah (nggak mau) pak, ak mau kepasar jual kacang Panjang panenan kemaren (meski sebenarnya sri juga mau, namun daripada hanya nanggung yang seharian Cuma bikin pusing karena napsunya sampai diubun-ubun, lebih baik sri tolak)
Akhirnya sugi pun mengalah, walau sudah ngaceng siap tempur namun daripada ribut dengan istrinya lebih baik segera mandi dan menyusul eko ke sawah.
Sementara di sawah eko sudah beristirahat setelah selesai mencangkul beberapa petak badannya yang kekar mirip bapaknya membuat eko cukup kuat melakukan pekerjaan seperti ini, di gubuk kecil tepi sawah dekat dengan sungai ini dia tidur-tiduran sambil menghabiskan rokoknya, eko teringat tadi malam saat terjaga jam 1 malam dia mendengar desahan seperti orang kepedasan dari kamar orangtuanya, namun eko tidak berani beranjak dari tempat tidurnya takut terdengar dan mengganggu aktifitas senggama kedua orang tuanya tersebut, secara kamar mereka hanya berbatas papan kayu dengan tinggi sekitar 2,5 meter, dan dibagian atasnya bahkan tidak tertutup apa-apa jadi misalkan eko ingin mengintip pasti dengan mudah melihat apa yang dilakukan orangtuanya di kamar sebelah.
Namun eko yang belum memiliki pengetahuan apa-apa tentang hubungan seks di usia yang sudah 19 tahun, hanya bisa menerka-nerka apa yang terjadi di kamar sebelah, namun intuisinya sebagai lelaki membuat kontolnya tetap ngaceng mendengarkan desahan dari emaknya dan secara naluri tangannya pun mengelus dan mengocok pelan sampai akhirnya dia mengeluarkan peju nya yang nyemprot kemana-mana
Lamunannya ambyar ketika dikagetkan teriakan bapaknya yang baru tiba di sawah, eko pun terbangun dengan keadaan masih setengah ngaceng dan melanjutkan kembali aktifitasnya Bersama sugi sampai hari menjelang sore waktunya untuk pulang …… bersambung