Datang memberi nikmat, Pergi tinggalkan kenangan.

Oke, ini first thread saya. Monggo para suhu semproter yang suka cerita2 romance berbumbu hot, perkenalkan saya devan, domisili plat eWe. Sudah cukup lama jadi silent reader doang memantau banyak thread suhu2 semproters, dan akhirnya memutuskan bikin cerita disini.
Mohon maaf jika penataan alur cerita/teks dsb dirasa kurang rapi kurang mantap kurang mashok. Saya hanyalah nubie yang ingin berbagi kepada para suhu disini.

Cerita ini bersumber dari pengalaman saya pribadi, yang gak akan 100% plek ketiplek dengan realita agar lebih seru.
Rame atau tidaknya, saya gak akan terlalu berharap hehehe. yang jelas akan saya akan usahakan nyambungin cerita di post waktu malam.

Nb. ada foto pemanis di sela2 cerita. Jikalau ada yang kenal harap chat pribadi saja
Jangan ada PK diantara kita, cukup nikmati bersama. PK CLOSED

Devan, seorang pemuda berumur 24 tahun yang sedang single. Kuliah di satu kampus U yang cukup keren, tapi dia tidak bisa mendapatkan ‘gandengan’ di kampusnya sendiri.
mencoba peruntungan dengan berkunjung ke kampus temannya di kampus M dengan alasan berkunjung ke perpus nya untuk riset skripsi.

“Men, kau ada di kampus kah malem ini? ku mau kesana nimbrung perpus sambil nyari cewe hehehe” Ucap devan saat telp kawannya.

“Alah dev, so-so an alasan ke perpus sini, langsung ajah bilang nyari gebetan, ku sudah tau kau gak dapet kan, cewe di kampusmu?” Balas dimen.

“Iya iya, udah tau gitu masih pake nyindir, minimal bantuin kek”.

“Beres dev, sini buruan, traktirin kopi di kantin sini, entar ku kasih plan mantap”

Dengan gercep, devan segera meluncur ke kampus M untuk menemui dimen karena sudah tidak sabar dengan apa rencana dimen.
Sesampainya dikantin, devan langsung ngobrol dengan dimen. Dijelaskan semua rencananya. Bahwa dimen punya junior beda jurusan, yang sebetulnya cewe ini udah punya pasangan tetapi terlalu sering tengkar dan devan di tantang dimen untuk bisa ‘nge gaet’ cewe itu. Tanpa pikir panjang setelah melihat foto target yang dimaksud, devan segera mempersiapkan diri di hari esok.

Hari esok pun datang, hari minggu, waktunya mencoba skill yang udah lama tidak terasah, untuk mendapatkan cewe.
Dimen memberi tahu devan agar membawa motor sendiri demi bisa PDKT in cewe target, rencana berjalan. Dimen dan teman2 serta junior kampusnya akan pergi bersama2 menuju wisata alam.
dan rencana mulai berjalan.

“Maaf ya nil, aku gak bisa bonceng kamu, pacarku mau ikut soalnya” Ucap dimen ke cewe itu.

“Lho mas, terus aku naik apa dong? kan mas kemarin yang bilang kalo OK mas bonceng, gitu kan, ishh” Ucap cewe itu dengan kesal.

“Oh itu udah aku antisipasi kok, tadi aku sempetin ajak ‘konco plekk’ ku kok buat boncengin kamu, tenang ajah”

“Ih mas dimen, aku malah di suruh bonceng sama orang gk ku kenal nih”

“Gapapa nil, tenang ajah, dia bukan cowo yang jahat, percayalah. Kalo emang nanti ada apa2, ntar bilang ajah ke aku. Biar ku slengkat palanya”

“Ok mas, kalo temenmu aneh2, ntar ku langsung teriak minta tolong”

Dimen nyamperin devan,

“Aman dev, aku cuma bisa bantu sampe sini, seterusnya udah tergantung skill dan luck mu sendiri” Dimen berbisik.

“Anjritt… minimal doain juga gitu lho, kau itu udah tau aku grogi ketemu spek kece gini malah di katain cugg”
chapter 1 end
akan berlanjut mulai memanas saat Devan sudah kenal dekat dengan ‘nil?’ setelah keluar bareng di Minggu mantap itu.
chapter selanjutnya akan saya post jika memang ada Suhu-Suhu yang berminat dan penasaran bahkan suka dengan cerita yang saya buat.

kritik dan saran sangat saya terima dengan senang hati.

chapter 2

Hati sudah berdegup kencang melihat sosok cewe stylish dan keren, outfit yang terlihat tak murahan sedikit membuat devan minder dengan penampilannya yang serba apa adanya.
Dengan bersemangat dan mental yang sudah siap, devan mendekati cewe itu, mencoba berkenalan dan basa basi.

“hai, salam kenal, aku devan, teman dimen sejak kecil… aku diajak dia ikut karena kata dia kamu butuh pembonceng. boleh kan aku yang asing ini jadi drivermu?” ucap devan sambil memaksakan senyum, devan tau ekspresi cewe itu agak takut.

“oh iya, salam kenal ya kak, aku vanila, panggilan nila.” sahut nila.

“okey, nila. kamu bawa helm sendiri kah?”

“lho butuh helm kah kak? kukira tempatnya gak jauh.”

“iya butuh dong”. Devan lari kecil untuk mengambil helm dari jok motornya, dan menyerahkannya ke nila.
“nih nila, aku untungnya bawa dua helm, dan jangan panggil kak ya, panggil nama langsung gapapa kok”

“wah gaboleh gitu dong kak, emm maksudku mas devan. mas ajah yah? kan mas seumuran sama kak dimen kan”, Nila mulai merespon dengan senyum.

“okelah gapapa, omong2 kamu udah pernah jalan2 gini kah sebelumnya?”

“Baru ini pertama kali sih mas, sebelumnya pernah beberapa kali mas dimen ngajak, tapi karena berbagai hal, aku gak bisa ikut”

“Oh gitu ya, gak dapat izin dari ortu kah?” tanya devan sambil sedikit penasaran.

“Seperti itulah mas” Nila menjawab dengan seadanya.

Jam sudah tepat pukul 9 pagi, semua yang ikut tamasya sudah berkumpul. Mereka semua adalah anggota satu organisasi dari kampus M.
Perjalanan yang cukup jauh, suasana yang sejuk karena telah memasuki daerah pegunungan. Membuat devan dan nila makin dekat, obrolan2 ringan bisa sambung menyambung diatas motor.

Tiba2 ada lubang cukup besar di tengah jalan dan tertutup oleh air, genangan itu mengagetkan devan dan nila. Tapi dengan ‘gercep’ devan bisa mengontrol motornya sehingga mereka berdua tidak terjatuh.

“Kamu gapapa nila? maaf ya, ternyata di kubangan itu ada lubang.” tanya devan khawatir.

“Gapapa kok mas, cuma kaget juga aku, soalnya tadi enak2 ngobrol sama mas” jawab Nila agak gemetar.

“Yakin? beneran gapapa?, aku saranin kamu pegangan jaket atau perutku, silahkan tetap jaga jarak gapapa kok, yang penting pegangan. Karena jalan ke tujuan makin gak bagus kayaknya”

dengan perlahan Nila memegang saku jaket Devan.
“Sudah ini mas. Emangnya mas bonceng cewe keluar begini gak dimarahin pacarnya kah?” tanya Nila tiba2.

“Eh… enggak lah. maksudku, enggak ada yang marah, aku gak punya pacar soalnya, hehehe” Devan spontan merespon dengan agak kaget, tidak ada ekspektasi bakal ditanya Nila seperti itu.

“Oke deh kalo gitu, takut ajah mas bakal tengkar sama pacarnya, gara2 aku”

“Jelas enggak lah, maksudku, kalo aku sudah ada pacar mana berani aku keluar sama cewe lain gitu, kan secara gak langsung aku nyakitin perasaan dan hatinya. aku gak suka menyakiti orang yang ku sayang baik secara fisik maupun tindakan bahkan omongan, aku gak suka tengkar2 gitu” jelas Devan.

“Mas jujur banget ya, langsung diomongin semua gitu, padahal aku kan masih asing sama mas, mas gapapa cerita gitu ke aku?, mas ajah kan belum tau aku tuh siapa gimana?” balas Nila.

“Iya sih, aku belum kenal ke kamu. tapi kan, aku masih bisa makin mengenal kamu… kalo emang dibolehin” Devan mulai menyerang sedikit.

“Boleh ajah kok, tapi, mas devan udah siap mental kah? mengenalku berarti mas harus siap dengan segala kemungkinan yang bahkan mas devan gak bayangin” Balas Nila.

Devan merasa ada sesuatu yang tersirat dari ucapan Nila, meskipun dia sudah tau Nila menurut Dimen, bahwa Nila sudah punya pacar.
.
.
Waktu berlalu, semua telah sampai di tujuan. Para cowo medirikan tenda, prepare api unggun, juga tikar. Sedangkan para cewe mulai memasak cemilan, Mi, dan meracik minuman segar. Semua menikmati waktu bersenang2, berfoto ria, bernyanyi dengan iringan gitar dan lain sebagainya.

Saat semua mulai lapar dan ingin menuju pasar di bawah camp ground. Hanya tersisa Devan dan Nila, duduk berdua dengan hawa sejuk yang tenang. Devan yang ingin memejamkan mata, mulai terlentang di samping Nila.

“Mas devan rambutnya lucu ya.” Nila memulai obrolan.

“Hah? lucu kenapa ada yang aneh kah?” Devan panik sambil usap2 rambut.

“Bukan, maksudku itu rambut mas devan kayak landak, kaku gitu berdiri2 semua, sampe2 ada daun bisa nyantol di situ tuh.”

“Owalah ku kira apaan, udah dari kecil aku gitu gak pernah bisa berubah model rambutku, kamu tahu? bahkan sudah pernah gundulpun yang kata orang rambut bisa berubah modelannya, ternyata di aku gak ada efek apa2, jadi yasudah disyukuri ajah”

“Kukira mas devan pake gatsby wax gitu” jawab Nila sambil mencoba menyentuh dan mengelus rambut Devan.

Devan terpaku sepersekian detik, dia merasa waktu berhenti cukup lama karena dia sudah lama tidak pernah merasakan sentuhan cewe.
Setelah sadar dari lamunannya, Devan tiba2 bertanya kepada Nila.
“Jadi, kamu sendiri ikut kesini gapapa kah? maksudku kan kamu aku bonceng, aku kan cowo asing gitu, gak dimarahin cowokmu kah?”

Nila terdiam, menarik tangannya dari kepala Devan. Memposisikan duduk menghadap devan dengan tatap muka serius tetapi dengan mata agak berkaca2.
Devan berganti posisi dari rebahan menjadi duduk berhadapan dengan Nila. Bersiap dengan apa yang akan di ucapkan Nila, dan terbesit akan kata2 di waktu perjalanan tadi.

“Mas devan, aku boleh jujur gak? aku boleh cerita juga gak? nanti kalo mas setelah denger semuanya, mas boleh menilai aku seperti apa” Nila mulai membuat Devan berfikir apa yang terjadi dengannya.

“Oke baiklah, aku akan dengarkan semuanya sampai selesai, aku ga akan tanya ataupun komen sebelum kamu berhenti cerita”.

“Jadi aku tuh….”

Nila mulai menjelaskan kepada Devan, dia adalah cewe dari luar provinsi, bertahan disini dengan alasan pilih kuliah di kampus M kost sendiri sambil kerja freelance, karena ingin pergi dari ortunya, ‘broken home’ istilahnya tapi kurang tepat, yang pasti kacau dirumahnya, dia ingin merasakan sedikit kebebasan di luar kampung halamannya. Dia juga punya beberapa trauma seperti di perkosa abang anak dari pamannya, di paksa juga dengan mantannya, lalu yang sekarang ini sedang bermasalah dengan pacarnya, Pacarnya yang sekarang sudah tak terlalu peduli dengan Nila, tapi tidak mau memutuskannya. Nila tetap di peralat sebagai pemuas nafsu dan sumber uang saja. Devan beberapa kali bertanya, dan akhirnya tau, Nila punya sedikit-banyak kelainan seks yaitu hyper dan eksib. Itulah yang sering dijadikan target para cowo semena-mena terhadapnya.

Devan mulai mengerti seluk beluk masalah yang dilewati Nila. Dan tetap meyakinkan diri untuk mendapatkan hati Nila. ‘+ tubuhnya ‘

Teman2 lain sudah kembali ke area camp. Waktu terlewati dan saatnya untuk kembali pulang.

Nila sudah memberikan nomernya ke Devan agar bisa saling chat, dan Nila berani memeluk Devan di perjalanan pulang.
‘yuuhuuu nyenggol tocil kejepit dikit gak ngaruh cuyyy’ gumam Devan dalam hati.

chapter 2 end
next chapter dimulailah eksekusi2 Devan agar dapat PAP spesial dari Nila

chapter 3

Perjalanan pulang… Nila memeluk Devan erat2 sambil bercerita banyak hal. Devan mulai yakin bisa mendapatkan Nila.
Masing2 teman perjalanan berpisah karena arah rumah yang berbeda. Waktu sudah menjelang maghrib, lampu2 jalanan telah hidup. Nila yang kecapekan tidur di punggung Devan. Sontak Devan menahan kepalanya yang miring sambil menyetir agar tubuh Nila tak terjatuh.

“Nila. bangun. udah deket area kost mu. Ini belok yang mana kostan mu?” Panggil Devan.

“Umm, ohh iya mas, ini gang depan masuk, ada gang kecil sebelah rumah kuning masuk ajah” Sahut Nila sambil mengusap liurnya.

“Ok Nila” Campur aduk respon Devan mikir, cewe cantik ‘ngeces’ dipundaknya.

Sampai depan gerbang kost kecil, yang terlihat sepi sunyi. Nila menyuruh Devan mampir sebentar.

“Mas devan, jangan pulang dulu ya, temenin aku ya semalem ini, mas gak sibuk atau keburu pulang kan?” Tanya Nila dengan ekspresi penuh harap.

“Ok, santai ajah, aku gak keburu kemana2 kok, pulang pun juga gabut”

“Kalo gitu sini mas, duduk diteras sini, tunggu aku mandi dulu ya.” Sahut Nila.

“Gapapa kah? ini tapi kostan cewe kan? gak dimarahin ibu kost nya?” Tanya Devan agak takut.

“Gapapa mas, kan cuma di teras, kalo masuk kamar baru gaboleh”

“Oke baiklah, silahkan mandi” Devan menjawab agak cengingisan.

Cukup lama menunggu, tapi tak terasa lama untuk Devan yang bisa menikmati suara dan harumnya Nila mandi malam itu. Efek dari kamar mandi yang berada di luar, Devan pun sempat melihat Nila masuk ke kamarnya dari kamar mandi hanya dengan handuk. Hati pun berdegup kencang, Devan tak menyangka Nila seberani itu.

Wassap tiba2 berdering tanda chat masuk.

“Mas Devan tadi ngeliat aku lari ke kamar ya? hayo ngaku” pesan dari Nila.

“Enggak kok, aku cuma noleh pas denger suara pintu kamar ketutup” balas Devan.

“Ngaku ajah gapapa aku lho gak marah, tadi emang sengaja kok, hihihi”

“Hmmm kok gitu, nakal ya. Berani banget kayak gitu Nila”

“Mas Devan gak kepo?”

“Kepo apaan coba”

“Bilang iya, aku kirimin sesuatu. Kalo endak berarti hilang kesempatan, 1.. 2..”

“Iya iya kepo aku kepo, tadi juga ngeliat kamu masuk ke kamar pake handuk doang”

“Nah gitu dong, jujur. Aku suka”

Devan bener2 gak punya ekspektasi sama sekali bahwa Nila seperti ini meski dia sudah faham Nila termasuk cewe yang ‘nafsuan’.
Klungting, nada chat masuk, Devan mengecek notifikasi ada ‘foto’ masuk dari Nila.

“Waduh nih anak bener2 berani banget dah” gumam Devan dalam hati.

Setelah hening cukup lama, Nila keluar dari kamarnya dengan setelan baru, dengan wangi yang lembut. Mendekati Devan.

“Yuk mas, pertama2 ikut aku cari maem, mas Devan juga belum makan kan? yuk ikut aku nyari nasi sambel di mak gejrot langgananku” Ucap Nila.

“Yuk yuk aku dah laper juga soalnya”

“Betewe, sudah diliat belum foto dari aku?” Nila tersenyum jahat. Seolah menggoda.

“Kamu beneran berani ya, kirim2 kayak gitu?”

“Berani2 ajah lah, ngapain takut. Toh mas Devan suka kan?. Ohya masih ada lagi sebenernya, tapi akan aku kirim kalo mas berhasil nemenin aku sampe malam nanti.”

“Hah? emang mau ngapain?”

“Entar ajah mas, dibahas sambil maem”

Devan kemudian mengantar Nila ke tempat makan yang sudah di sebutkan tadi. Cukup jauh dari kostan maupun Kampus M.
Setelah sampai, mereka berdua memesan makanan masing2 dan mulai menghabiskannya, lalu Nila mulai menjelaskan. Bahwa dia setelah itu diajak pacarnya untuk ketemuan di suatu tempat, dan Nila mengatakan kepada Devan kalau dia akan memutuskan pacarnya waktu itu juga. Nila memohon Devan hanya mengantar dan mengawasi. Tak perlu ikut campur apapun yang terjadi, hanya akan dia selesaikan bersama pacarnya saja.

Devan pun mengiyakan permintaan Nila, meski sebenarnya udah terbayang seperti apa pertengkaran atau kejadian yang akan dilihatnya nanti.
Makan malam sudah selesai, mereka berdua beranjak pergi menuju suatu taman di pinggiran kota, taman itu luas sehingga ada beberapa spot yang sepi.
Di spot sepi itulah Nila mendatangi sesosok cowo yang duduk sendirian di bangku kecil. Dari sudut yang agak jauh, Devan hanya memantau gerak gerik Nila dan pacarnya. Terlihat cekcok dan beberapa kali serangan fisik, tetapi Devan hanya bisa menahan diri sesuai janjinya kepada Nila. Di satu sisi Devan sangat tidak terima melihat Nila diperlakukan seperti itu, tapi disisi lain Devan juga sadar kalau dia mendekat akan membuat masalah mereka berdua semakin pelik.

Satu jam telah berlalu, Devan melihat cowo itu pergi sembari melemparkan sesuatu ke arah Nila. Nila duduk dibangku itu sendiri sekarang, terlihat dia menyilangkan tangan di atas lututnya, jelas meski dari jauh Devan tahu, Nila sedang menangis. Beranjak dari tempatnya, Devan menghampiri Nila. Kaget bukan main ternyata banyak luka di tangan Nila, seperti sayatan2 kecil. di sekitar pelipisnya ada lebam bekas tamparan cowo tadi. Devan meraih tangan Nila, menggenggamnya perlahan dan tau Nila yang gemetar saat itu, hanya bisa menangis tanpa suara.

Devan duduk di samping Nila, masih memegang tangannya, Menunggu isak tangis Nila selesai. Tak lama kemudian, Nila menurunkan kakinya, mencoba memeluk Devan. Devan menyambut pelukan itu tapi tangannya tidak memeluk balik.

“Makasih mas, mas Devan udah menepati janji untuk tidak ikut campur urusan kami di waktu tadi” Nila berucap lirih sembari suara nya yang bergetar.

“Iya, gapapa. Tapi aku mau penjelasan ataupun cerita semuanya tentang yang tadi, biar aku tahu, jangan bawa bebanmu sendiri, kalau boleh aku juga akan bantu membawa bebanmu” balas Devan yang mulai memeluk balik Nila

“Iya mas…”

Nila menceritakan semua runtutan peristiwa tadi, Pacarnya minta ketemu buat minta uang, karena dia udah gak punya uang lagi buat beli rokok dan bensin, Nila udah ngasih lalu pacarnya juga minta jatah malam itu juga. Nila menolak dengan alasan sudah cukup hubungan ini, uang tadi ikhlas dikasihkan ke si cowo itu tapi udah cukup Nila gak mau lagi buat tetap bareng bersama dia. Nila mendapat beberapa kali tamparan dan pukulan, tapi Nila bertahan, Nila sudah terbiasa sejak kecil diperlakukan kasar oleh keluarganya.
dan di akhir dari semua cerita itu…

“Kamu mau jadi pasanganku Nila? mungkin aku banyak kekurangan, tapi setidaknya aku gak akan pernah berbuat kasar ke kamu” Devan langsung to the point.

“Aku gak bisa jawab sekarang mas, aku mikir dulu ya” Nila menjawab dengan lesu.

“Baiklah gapapa, ayo aku anter pulang sekarang, udah lewat jam 10 malam. gak perlu tergesa2 jawab kok aku tunggu dan terima semua yang akan kamu bilang nanti, untuk sekarang ayo pulang, istirahatlah” Devan mencoba menenangkan.

Sesampainya kostan, Nila hanya tersenyum dan meninggalkan Devan, lalu menutup gerbang. Bagi Devan gerbang tertutup itulah tanda hari ini berakhir. Tak tahu lagi apa yang harus dia lakukan selain kembali pulang. Pikirannya agak kosong setelah benar2 mengetahui realita, bahwa Nila adalah sosok yang sangat rapuh. Sosok cewe yang bener2 berusaha mandiri tetapi dihancurkan oleh kenyataan pahit. Yang dia butuhkan hanyalah kasih sayang tapi yang dia terima hanyalah rasa sakit dan kecewa. Sembari menyetir menuju arah pulang, Devan pun merenung …. apakah bisa aku bahagiakan dia ???

Waktu menunjukkan jam 2 pagi, Devan masih tak bisa memejamkan matanya, pikirannya terlalu banyak untuk hari ini, hari yang singkat tapi terasa panjang baginya,
Dan tak disangka2 beberapa menit kemudian, Nila mengirimkan chat dan sebuah foto.

“Makasih mas devan udah mau menemani aku seharian ini, aku mau kok jadi pacarnya mas, tapi dengan semua yang mas udah tau dari aku, seberapa buruknya aku, rusaknya aku, apa mas yakin masih mau sama aku? -NB : nih foto hadiah, ucapan terimakasihku buat mas Devan semoga suka” chat Nila.

Devan mulai mengocok, hingga keluar semua rasa nikmat dan lelahnya. Terlelap terhanyut dalam lamunan dan imajinasi terhadap Nila.

.
.
.

chapter 3 end

next chapter seterusnya akan lebih berfokus ke alur hubungan Devan dan Nila, bumbu2 NTR ‘NETORARE’ A.K.A selingkuh dikit, karena emang Nila pada awalnya hanya menganggap Devan sebagai pelarian. Tetaplah menyimak alur cerita thread ini. Dan semakin anda tahu seberapa binal Nila.

sebelumnya mohon maaf sekali untuk para suhu yang menunggu update. Dua hari lalu lagi sibuk weekend dan akhirnya K.O efek kebanyakan luar kota
untuk para suhu yang sudah mampir terimagajih.

silahkan komen like subrek yang banyak biar rame hehehe