cersex istriku seorang biduan
Suhu – suhu mohon ijin mencoba belajar nulis nih… sebuah karya fiksi dari gw mohon caci makinya ya suhu… thanks Awal mula kisah ini Saat itu aku berumur 33 tahun dan masih single, untuk umuran ku jelas menjadi sebuah tanda tanya sebagian keluarga tentang pernikahan. Ya.. aku mungkin memang terlalu sibuk mengurusi usahaku dibidang export furniture, karena aku berpikaran kalo aku sukses pasti jodoh akan lebih gampang. Tapi kenyataan tak seperti itu, soal percintaan aku sungguh pusing karena wanita – wanita di sekitarku sedah berpasangan semua. Kalo pun ada tidak sesuai standarku, memang dengan fianacialku aku mulai menetapkan standar yang lumayan tinggi. Hari berganti hari alarm pun semakin kencang berbunyi, terutama dari ibuku… Sering Ibuku menjodohkan aku dengan anak kenalanya, cuman rata-rata tutup buku setelah kencan ke dua. Aku pun mulai tak ambil pusing sebenarnya, karena untuk kebutuhan biologis aku bisa beli wanita yang kumau. Tapi memang kadang hati tidak bisa di pungkiri kalo aku pun butuh pendamping yang tak melulu soal kebutuhan biologis. Hingga di suatu minggu pagi pintu rumahku di gedor sepupu ku, Cindy.. “ Bang anterin Cindy dong ke reuni sma…. please” Jujur dengan mata berat setelah semalem party bersama teman – temanku aku ngga mengiyakan permintaan itu. “ Please bang ntar aku kenalin temen aku… banyak yang masih jomblo tau…” bujuk rayu Cindy tak bisa menggerakan kaki ku. “ Ntar cindy kenalin Vina, semok tau bang si Vina ini…” Kata – kata SEMOK ini yang membuatku langsung melek, dan membuatku bergegas mandi dan berdandan rapi. Sesampainya di lokasi yang di tuju Cindy sudah disambut cipika – cipiki oleh 5 orang temannya. Tak seperti yang aku bayangkan soal reuni, ternyata ini hanyalah reuni genk Cindy. Aku pun di perkenalkan Cindy dengan kelima temannya. Harus kuakui ke 5 gadis ini sungguh bening, Tetapi pandangan ku tak bisa lepas dari sosok Vina. Vina seperti yang digambarkan Cindy, sangat semok, apalagi dibungkus pakaiaan yang serba minim. Naluri kejantananku pun bergejolak, selama 2 jam kami ngobrol di cafe itu ku pepet terus Vina. Dengan sedikit mulut iblis akirnya ku dapatkan kontak Vina. Malam setelah pertemuan itu kuberanikan diri untuk men chat Vina. Hari ke hari akupun semakin akrab dengan Vina, apalagi dibantu Cindy yang terus mempromosikan diriku ke Vina. Dari situ aku mulai mengenal Vina lebih dalam, tentang pekerjaan nya sebagai biduan, tentang status nya sebagai janda. Yup.. ternyata Vina seorang Janda tanpa seorang anak, statusnya di dapat kerena suami nya tewas dan sebuah kecelakaan ketika usia pernikahanya baru berlangsung selama 1 tahun. Dan kini Vina sudah menjalani status jandanya selama 2 tahun. 6 bulan hubunganku berjalan dengan Vina, Jujur tak ada kata jadian secara resmi diantara kita. Mungkin karena status nya ataupun karena usiaku yang cukup matang. Tak jarang Vina menemaniku ke workshop furniture ku, Vina tanpa jarak bisa bergaul dengan siapapun, bahkan dengan para pekerjaku. Terkadang aku pun menemaninya saat harus pentas dari pangung ke panggung. Jujur aku tak suka melihatnya di atas panggung dengan pakaian minim, yang ditatap ribuan mata, Cemburu lebih tepatnya. Apalagi kalo ada orang yang menyawer Vina dengan sengaja memasukkan uang sawerannya di antara belahan dada Vina. Selama 6 bulan ini aku pun tak memperlakukan Vina sebagai object seksual. Saat kita jalan untuk ngedate pun hanya sebetas pegangan tangan. Aneh memang dengan backgroundku sebagai petualang ranjang, rasanya aku terlalu sayang terhadap Vina. Memang semenjak mengela Vina aku berjanji untuk pensiun dari dunia ledir, dan siap menuju dunia pernikahan. Di bulan ke tujuh akupun melamar Vina, kami pun menikah 2 bulan berikutnya, dengan usia Vina di 24 tahun dan aku 34 tahun. Rumah Tangga Setelah menikah rumah tangga kami bisa dibilang bahagia. Ku meminta Vina untuk gantung mic, dan melupakan dunia panggung. Secara materi penghasilanku jauh diatas upah Vina sebagai biduan. Dalam hubungan sex pun kami sama – sama memuaskan. Kalau tau nikmat menikah seperti ini, aku menyesal ngga mengenal Vina dari dulu. Tapi entah kenapa kami berdua tak pernah membahas seputaran sex dimasa lalu kita. Bisa jadi karena aku terlalu cemburu jika mengetahuinya. Hampir tiap malam selama setahun pernikahan kita desahan Vina menjadi backsound rumah kita. Segala posisi selalu kita coba. Setiap jengkal tubuh Vina sudah aku jamah, begitu juga sebaliknya. Vina paling suka jika aku sedot ke dua putingnya secara bersamaan. Tentu dengan ukuran payudara Vina yang besar sangat mudah untuk di kenyot secara bersamaan. Soal WOT jangan ditanya … dengan pengalaman Vina diatas panggung tentu goyangannya pinggul Vina lebih hebat dari semua wanita yang pernah aku tiduri. Setiap kali Vina bergoyang diatas ku kedua payudaranya bergoyang berirama, ditambah senyum nakal Vina… Ya Tuhan ini adalah kenikmatan sex yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Biasanya pertempuran kami di akihiri dengan aku meminta Vina untuk tengkurap dan ku sodok dari belakang. Ini adalah posisi favoritku sekarang. karena saat aku hentakan pinggulku dan pantat vina yang besar saling beradu, dan kedua bijiku akan bergesek dikulit paha Vina, Ini menjadi rangsangan yang luar biasa bagi ku. Biasanya 3 menit kemudian kutumpahkan maniku kerahim Vina. Saat Vina sedang datang bulan pun, aku tetap mendapat jatah. Vina akan mencervisku dengan mulutnya. Vina cukup ahli dalam memegang dan mengkulum penisku. Biasanya vina akan mengulum seluruh batang penisku bahkan kadang sampai berasa kepenisku masuk ke tenggorokan vina. Tak jarang Vina seperti kesedak mau muntah dan matanya berkaca- kaca. Jujur aku kadang tak tega melihat Vina seperti itu, tapi vina tetap melakukanya. Vina tahu kapan aku mau klimaks, biasanya Vina akan mengkulum kepala penisku dan mengocok batang penisku dengan tangannya. Saat aku memuntahkan maniku Vina pun tanpa jijik akan langsung menelannya sampai titik mani penghabisan. Vina pun tak pernah malu meminta jatah duluan. Vina sangat pintar dalam memancing birahiku. Entah dengan lingerie yang tipis, ataupun dengan nada bicaranya yang sedikit mendesah. Aku dan Vina tak pernah ambil pusing di usia pernikahan kami yang sudah lebih dari setahun ini tentang momongan. Karena bagi kami mungkin karena belum rejeki, toh kami jadi bisa lebih menikmati explorasi soal ranjang. Petaka Pandemi Seperti kebanyakan orang Pandemi Covid kemarin membuat hancur keuangan kami. Aku tak pernah membayangkan petaka yang seperti ini. Banyak furniture kami yang gagal export karena penutupan pelabuhan. Uang tabungan kami terkuras untuk menutupi operasianal workshop. Satu persatu kendaraan kami pun harus dijual untuk menutupi utang produksi kami. Setelah pandemi berjalan satu tahun dengan terpaksa harus ku tutup workshopku, dan merumahkan semua pekerjaku. Aku bersyukur Vina tetap mendampingiku dan menyemangatiku. Dengan tekanan pekerjaan ini membuat kepala ku ingin meledak rasanya, segala cara aku coba untuk kembali tapi pandemi ini berjalan tanpa tahu kapan berakir. Tingkat stressku ini mempengaruhi sampai urusan ranjang. Ya… aku sekarang ejakulasi dini. Gairah seksualku tak seperti dulu lagi, untuk membuat penisku berdiri saja susah setengah mati. Kaluapun bisa berdiri baru beberapa tusukan saja sudah ejakulasi dan lemas. Vina tak pernah mengeluh sedikitpun tetntang kondisiku. “ ngga papa mas… mas kan lagi banyak pikiran…” kalimat penghibur Vina yang selalu dibisikan kepadaku. Aku sungguh ibaterhadap VIna, kini aku tak bisa memberi nafkah biologis ataupun nafkah lahir. Terkadang saat aku terjaga ditengah malam aku meemergoki vina menuntaskan kebutuhan biologisnya dengan jemarinya. Tetapi aku tak membantunya hanya pura – pura tertidur, karena gairah ku sudah hilang. Satu setengah tahun pandemi berlalu tanpa tahu kapan akan berakir. Aku lihat perekonomian mulai bangkit sedikit demi sedikit. Tapi anehnya semua usahaku tetap saja nihil. Ini membuat pikiranku semakin kalap. Membuat pikiranku semakin kacau. Tempramenku semakin naik, tapi Vina tetap disisiku. Bantuan Datang Suatu sore sepulangku dari berputar – putar mencari peruntungan, aku disambut dengan Vina dengan senyuman yang lebar. Senyuman yang satu setengah tahun ini tak pernah aku lihat lagi di wajah Vina. “ Mas… tadi Putri temenku nyanyi dulu nelfon…” “ Putri minta aku menggantikan jobnya nyanyi mas…” “Bayaranya 2 juta… belum termasuk saweran…” kata Vina dengan girangnya. “Bukanya semua kegiatan panggung dilarang yang…” tanyaku heran “ Bukan dipanggung mas… ini disebuah Villa.. jadi tertutup dan aman…” “Boleh ya mas… buat bantu kamu…” pintanya memelas Aku sungguh tak ingin merusak kebahagian istriku, aku tahu niatnya hanya ingin membantuku melalui semua cobaan ini. Akhirnya aku iyakan kenginan Vina walaupun aku sebenernya tak suka. UPDATE Part 2