Bulir-Bulir Birahi (lesbian)
AKU seorang ibu rumah tangga yang sudah memiliki 2 orang anak. Tidak bisa dipungkuri, sebagai seorang ibu rumah tangga, aku hanya mengerjakan pekerjaanku di rumah saja mengurus anak dan menemani suami di ranjang, tidak bergaul dengan para tetangga.
Tidak!
Aku suka senam dengan para tetangga, pergi belanja dan kami punya group arisan, karena aku bukan tinggal di kawasan elite, tetapi di perumahan sederhana.
Suamiku seorang playboy tulen. Kalau ia sudah mencumbui diriku tidak hanya cukup sekali saja.
Kebanyakan suami tidak seperti suamiku. Aku banyak mendengar kisah dari kolega arisanku bahwa suami mereka habis mencumbui mereka langsung ngorok, nggak peduli lu puas apa kagak, yang penting gua puas.
Bahkan ada banyak laki-laki yang langsung nancep tidak melakukan ‘warming up’ lagi. Karena pengetahuan seks istri mereka juga kurang, apalah daya, mereka harus terima. Bukankah kewajiban istri melayani suami?
Suamiku tidak begitu. Ia menjilati seluruh tubuhku sampai telapak kakipun dijilat, tetapi yang utama pasti vaginaku. Bahkan ia mau mengerok bulu jembutku dan membantu mencabut bulu ketekku.
Maka itu aku rela, tidak hanya lubang vaginaku yang dibikin ‘enjoy’, tetapi juga lubang duburku.
Anal seks membuat kami semakin intim dalam hubungan seks. Senanglah hatiku sewaktu suamiku membawa pulang beberapa lembar voucher seminar seks sehari untukku yang dilakukan oleh kantornya khusus untuk para wanita.
Karena seminar itu dilakukan di sebuah resort yang terletak di tepi pantai, layaklah aku mengajak 3 orang ibu-ibu tetanggaku mengikuti seminar tersebut sambil rekreasi, apalagi gratis boo…
Aku sekamar dengan Regina. Regina adalah seorang wanita cantik berusia 40 tahun lebih tua dari aku 2 tahun. Ia hanya mempunyai seorang anak berjenis kelamin laki-laki berusia 19 tahun.
Anaknya ini kuliah tidak, kerja tidak tapi dibeliin mobil juga. Yaaa… aku gak bisa iri sih… pasti suami Regina banyak ‘kangtau’ karena binisnya banyak berhubungan dengan pejabat, sedangkan suamiku apa?
Suamiku hanya seorang karyawan di sebuah pabrik ban mobil. Tapi kepuasan seksual yang diberikannya padaku dengan kontolnya yang besar dan panjang itu melebihi kepuasan materi. Aku lebih awet muda dari umurku yang sebenarnya.
Banyak orang yang menyangka aku baru berumur 30 tahun, padahal umurku sudah 38 tahun.
Sambil aku melayangkan pandangan mataku berdiri di depan jendela lantai 15 resort berkualitas premium itu ke lautan luas seperti tanpa ujung, tiba-tiba Regina memeluk aku dari belakang.
Napasnya menderu-deru saat ia mencium leherku. Aku gelagapan dan aku berjuang untuk mencoba melarikan diri, tapi Regina seperti kesetanan, ia menggenggam payudaraku dan meremasnya.
Aku benar-benar terkejut dengan perlakuannya yang seperti itu, aku mencoba mendorongnya, tapi tubuhnya menjepitku dan bibirku diciumnya.
Dan aku merasa payudaraku juga dikeluarkannya dari BH-ku. Setelah itu Regina menatap aku dengan matanya yang sendu.
“Maaf Rein, hanya kita berdua yang boleh tau. Aku merasa sangat terangsang sekali.” kata Regina.
Apakah aku perlu marah pada Regina?
“Kenapa kamu sampai begitu?” tanyaku. “Kamu memiliki seorang suami yang ganteng dan yang sayang padamu…”
Regina menatapku dengan pandangan mata yang semakin redup. “Saya lebih bersemangat pada wanita seperti kamu, selain itu, tidak!” jawab Regina. “Aku tidak pernah puas dengan suamiku. Ia menghianatiku… ia selingkuh dengan tiga perempuan sampai hamil, belum lagi wanita yang open BO… aku sampai mengajak anakku bersetubuh, tapi tidak pernah memuaskanku…”
“Gelo lu… sinting…! Hiper kali lu…” kataku.
Kami saling berpelukan. Kami saling berciuman. Rasanya berbeda berciuman dengan suamiku kala aku berciuman dengan Regina. Rasanya lebih menggigit, lebih ‘delicious’ dan lebih menggairahkan.
Lidah Regina membangkitkan gairahku yang selama ini tidak tergali oleh suamiku. “Aku tidak memaksamu.” kata Regina sewaktu kami pindah ke kasur.
“Tapi aku tidak pernah lesbian.” jawabku.
“Jangan khawatir,” balas Regina.
Barangkali acara seminar sudah dimulai, Angie dan Mirah tidak menelepon aku dan Regina. Aku dan Regina sudah bertelanjang bulat di tempat tidur. Payudaraku pas untuk mulut Regina.
Regina menyedot seluruh payudaraku di dalam mulutnya. Tanpa sadar aku meremas-remas payudara Regina yang lumayan besar.
Aku memakai BH nomor 34B. Bisa jadi Regina memakai BH nomor 40B. Putingnya berwarna hitam dan besar. Aerolanya 2 kali lipat besarnya dari aerolaku sebesar tutup gelas plastik. Aerolaku hanya lebih besar sedikit dari uang logam 500 rupiah.
Payudara Regina yang besar menambah itu getar-getar birahiku, sehingga aku merasa vaginaku sudah basah kuyup dan Regina tahu bahwa aku sudah tidak ingin berhenti dari kenikmatan itu, jari-jarinya memainkan klitorisku, kadang-kadang dicubit kecil-kecil sehingga benar-benar menambah sensasi yang merangsang napsuku.
Bagaimana kami berdua masih bisa ingat dengan seminar sewaktu jariku menusuk lubang vagina Regina?
Regina mengerang keenakan, tangannya lebih dalam beroperasi ke dalam lubang vaginaku. Aku juga mengerang keenakan.
Aku tidak tahu sebelumnya jika seorang wanita dengan seorang wanita dapat saling memuaskan dalam urusan seks.
Sekilas aku melihat kemaluan Regina polos tanpa bulu.
Sekarang Regina mencium perutku, kemudian bermain lidahnya di puserku, aku kegelian, tak lama kemudian lidah Regina menjilati vaginaku.
Kelentitku dihisap-hisap, kadang-kadang lidahnya masuk dan keluar di lubang vaginaku.
Aku tidak dapat berpikir dengan baik lagi, aku merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Kemudian aku mendorong bibirku ke kelamin Regina, dan aku melihat vagina Regina sudah sangat basah, lubang vaginanya berisi banyak lendir.
Klitorisnya yang besar menonjol dan bertengger di atas bibir vaginanya.
Aku ragu-ragu menjilat vagina Regina, karena aku tidak pernah menjilat alat kelamin wanita lain.
Kemudian aku hanya menusuk-nusuk lubang vagina Regina dengan jari tengah dan jari manisku, kadang-kadang kelingking juga. Lubang vagina Regina agak longgar, mungkin punyaku juga sama.
Regina terus menarik lidahnya masuk-keluar di lubang vaginaku. “Gin…. oh, aku merasa mau keluarrrr…..” desahku.
Tubuhku bergetar hebat, aku merasakan lidah Regina masuk lebih dalam ke lubang vaginaku. Lalu aku merasakan orgasme yang luar biasa. Hal ini rupanya yang paling sensasional sepanjang pernikahanku.
Regina terus menjilati lendir yang keluar dari lubang vaginaku, aku juga tidak peduli lagi, aku meraih pinggul Regina dan membenamkan wajahku ke selangkangan Regina.
Kujilat-jilat klitoris Regina dan kemudian kumasukkan lidahku ke dalam lubang vaginanya juga.
Aku merasa mulutku terisi lendir yang rasanya asin. Aku tidak peduli lagi. Kemudian aku merasa lidah Regina membelai lubang anusku.
Aku merasakan kenikmatannya dan tanpa ingin beristirahat kutusuk lubang anus Regina dengan lidahku, lubang itu jadi basah oleh air liurku.
Regina seperti tersentak lalu tubuhnya beku…. mulutnya mengeluarkan jeritan kecil, dan kemudian aku merasa ia menghantam vaginaku dan menggoyang-goyangkan wajahnya dan pinggulnya.
“Aduuuuh… Riee..een… nikmat sekaliii….”
Ia memeluk erat-erat pinggulku, digigitnya clitku kecil-kecil.
Tubuhku betul-betul lemas dan tak bertenaga sampai-sampai aku susah bernapas. Tubuhku basah dengan keringat, padahal AC di kamar cukup dingin. Tetapi aku benar-benar sangat puas.
Regina bangun mencium bibirku, kami kembali bergelut dalam rintihan dan desahan sambil berpelukan erat.
Hari itu aku dan Regina melakukannya sampai 3 kali, siang sampai malam. Aku tidak tahu lagi apakah aku ini normal atau tidak.
Sebuah kebutuhan yang nyata untuk yang belum tersalurkan, kini menemukan jalannya.
Aku sangat menyesal dengan tindakan yang telah aku lakukan yang bertentangan dengan agama yang kuanut, tapi aku terus melakukannya dengan Regina. Seolah-olah kami tak terpisahkan.
Regina selalu memiliki ide-ide yang baru dalam dalam setiap percumbuan.
Aku tidak tahu apakah aku harus berterima kasih pada Regina atau mengutuknya. (@begawan_cinta_2023)