Bu Sarini
WAKTU itu masih pagi-pagi sekali aku sudah berada di halte bus. Di situ sudah duduk seorang wanita paruh baya yang sama-sama menunggu bus.
Tidak lama menunggu, wanita paruh baya tersebut mengeluarkan hape dari tas yang dibawanya. Hape model lama itu ditempelkan ke kupingnya, tapi sebentar kemudian ia menurunkan hape dari kupingnya sambil ngedumel, “Waduh, penting begini pulsa habis lagi…”
“Ini Bu, pakai saja hape saya,” kataku menawari hapeku padanya.
Si Ibu mau menerima tawaranku. Rupanya ia mau menelepon majikannya. Majikannya memintanya buru-buru datang. Karena ia punya tujuan yang sama denganku, aku pun mengambil inisiatif naik taksi agar cepat sampai.
Di dalam taksi sekilas aku meliriknya. Hmm, si Ibu ini montok juga, pikirku. Kemudian ia menyebutkan namanya, Sarini, dan aku juga diberi nomor hapenya.
Malamnya aku mencoba menghubungi nomor telepon Bu Sarini dari tempat kostku. Ia tidak membohongiku. Kemudian aku janjian dengan Bu Sarini untuk ketemuan pada hari Minggu, sebab setiap hari Minggu ia dikasih kebebasan oleh majikannya.
Pada hari Minggu, aku ketemuan sama Bu Sarini di sebuah terminal dekat rumah majikannya. Saat itu sebenarnya otakku sudah mulai kotor. Aku berpikir keras bagaimana caranya bisa meniduri wanita baya yang montok ini.
Mula-mula aku menraktirnya makan. Tawaranku tidak ditolak. Setelah selesai makan, kemudian aku menawarinya main ke tempat kostku. Tempat kosku suasananya individual dan bebas, karena yang punya kost tidak tinggal di situ.
“Bagaimana kalau dilihat sama tetangga Mas nanti? Nggak, ahh…!” tolaknya.
“Kalau ketemu tetangga, nanti saya bilang, Ibu adalah tante saya,” kataku.
Akhirnya mau juga Bu Sarini kuajak ke tempat kostku. Dalam hati aku bersorak.
Sesampai di tempat kostku, aku mengajak Bu Sarini ngobrol-ngobrol ringan dulu.
Rupanya Bu Sarini ditinggal suaminya sudah 5 tahun. Anaknya 2 orang dan Bu Sarini sudah punya 3 orang cucu dari kedua anaknya.
“Mas, jangan tutup pintu. Nanti kita dikira macam-macam lagi,” kata Bu Sarini kemudian.
“Kalau macam-macamnya sama ibu-ibu bahenol kayak Ibu gini, siapa yang nggak suka?” aku mulai melancarkan rayuan mautku.
“Sudah nenek-nenek, bahenol apanya, Mas? Mas ini…”
Bu Sarini berkata begitu justru membuat aku makin gelap mata. Kudekati Bu Sarini, lalu kupegang pundaknya.
“Jangan, Mas. Nanti diliat orang,” Bu Sarini sedikit beringsut dari tempat duduknya menghindariku.
“Ibu tenang saja. Di sini paling aman,” kataku makin nekat saja menempel tubuh ke tubuh Bu Sarini dengan napas memburu karena dilanda nafsu. “Saya nggak kuat, Bu…”
“Jangan, Mas. Ibu sudah nenek-nenek, sudah nggak cocok buat Mas. Ibu kasihan sama itunya Mas…”
“Cocok saja, Bu. Saya lebih suka sama nenek-nenek daripada gadis-gadis. Nenek-nenek lebih pengalaman,” jawabku menempelkan selangkanganku ke lengan Bu Sarini.
“Senjataku” benar-benar ereksi. Di mataku Bu Sarini nampak makin sexy saja padahal Bu Sarini pantasnya jadi ibuku.
“Mas, Ibu masih takut sakit,” ujar Bu Sarini kemudian.
“Saya akan pelan-pelan, Bu.”
“Maksud Ibu… Ibu pernah diperkosa Mas, sama majikan Ibu…”
“Apa…? Ibu diperkosa…? Sama majikan yang ini…?” tanyaku langsung geram.
“Ngg… ngg… buu… bukan, Mas. Majikan yang pertama kali Ibu kerja, 2 tahun yang lalu. Itunya Ibu sampai lecet berdarah. Soalnya itunya besar, dipaksakan masuk, sementara Ibu sudah tua, itunya Ibu sudah kering…”
“Oohh… Ibu…” kataku sedih memeluk Bu Sarini.
Pas Bu Sarini mau kucium tiba-tiba terdengar suara pagar dibuka. Bu Sarini kaget dan lari ke arah kamar mandi.
“Ssssttt…” kukasih isyarat pada Bu Sarini untuk diam.
Pelan-pelan kuintip dari gorden. Rupanya tetangga kamar kostku sedang membawa masuk seorang tante-tante gembrot yang juga sudah agak tua.
“Ooh, ternyata yang suka wanita tua bukan aku aja,” pikirku.
Aku yakin temanku pasti mau “begituan” juga sama tante-tante itu. Bu Sarini kukasih kode untuk mendekat ke jendela.
“Tuuh liat, Bu. Temanku aja suka sama tante-tante.”
“Tapi, Mas…” belum lagi Bu Sarini selesai bicara kudorong tubuhnya ke tempat tidur lalu kugumuli dia.
Tapi aku masih harus tetap berhati-hati agar dia tidak menghentikan usahaku ini.
Baringnya sudah mulai gelisah, pinggulnya sudah bergoyang-goyang dan dari mulutnya sudah mulai memperdengarkan erangan-erangan terangsang.
Kuhentikan gerakanku, matanya terbuka memandangku sayu, terlihat bahwa dia sudah sangat terangsang. Kuberanikan diri wajahku mendekati wajahnya, dia memejamkan matanya kembali dengan mulut yang terbuka menantang, langsung bibirku menciumi bibirnya.
Dia tidak marah, bahkan menyambut ciumanku dengan hangat dan sangat bergairah. Kami berciuman dengan sangat bergairah.
Kedua tangannya meraih kepalaku dan mencium bibirku dengan sangat panas, bibirnya menghisap-hisap bibirku dan lidahnya menari-nari dengan lidahku seperti seorang wanita yang sudah sangat lama tidak bermesraan, tentu saja aku semakin melayang nikmat dan bersemangat.
Tanganku mulai meremas-remas buah dadanya yang montok, dia diam saja bahkan semakin bergairah dan mengerang nikmat. Tanganku mulai mencopoti kancing bajunya satu-persatu dan menyusupkan tangan kananku ke dadanya yang sudah terbuka, kemudian menarik cup BH-nya ke atas, sehingga kedua buah dadanya terbuka bebas.
Buah dadanya sudah melorot dan melebar, tapi berisi.
Tanganku langsung meremas buah dadanya yang kiri dan kanan.
Dia semakin terlena, napasnya semakin memburu dan mulutnya semakin sering mengguman sesuatu yang tidak jelas. Sedangkan tanganku semakin aktif meremas-remas buah dadanya, sedangkan buah dadanya yang tidak kuremas kuciumi, bahkan kuhisap putingnya.
Aku begitu bernafsu mengisap puting buah dadanya walaupun dia sudah berumur. Dia semakin mengerang nikmat, “Massssssss… akkkhh… ennaggghhhh… Mmaassssshhhhhh…”
Tubuhnya bergelinjang-gelinjang menahan nikmat yang menderanya.
Setelah cukup lama bermain-main di buah dadanya, kedua tanganku berusaha melepaskan pengait celana panjang yang masih dikenakannya dan menariknya hingga lepas sekaligus dengan celana dalam yang dia kenakan, dia hanya diam saja dengan tatapan mata yang semakin sayu, kembali mataku nanar melihat pemandangan merangsang yang ada di hadapanku.
Perutnya berlipat lemak agak buncit khas wanita baya dan yang paling luar biasa adalah jembut yang menutup memeknya demikian lebatnya dan hitam.
Kini kulepaskan semua pakaianku. Bu Sarini terpana memandang penisku yang tegak menjulang, tangannya mendorong tubuhku hingga aku telentang, kemudian dengan gemetar tangannya meraih penisku dan mengocoknya dengan gemas, aku melayang nikmat merasakan kocokan tangannya pada penisku, kemudian bibirnya dengan lembut menciumi penisku dan lidahnya menjilati kepala penisku.
Aku semakin melayang..
“Ouhhh…. “ aku melenguh nikmat. Cukup lama lidah dan bibirnya bermain di kepala penisku membuat aku melayang-layang nikmat, kemudian mulutnya semakin terbuka lebar untuk memasukkan penis tegangku ke dalam mulutnya sambil lidahnya terus-menerus menjilati kepala penisku.
Mataku semakin terbeliak-beliak menahan nikmat “Ouh…ouh… aduhh….aduh… “ erangan nikmatku keluar tanpa dapat kucegah.
Dia begitu gemas dengan penis tegangku, bagaikan seorang wanita yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengan penis yang tegang.
Tanpa memperdulikan diriku yang terengah-engah menahan nikmat, mulut dan lidahnya terus menerus memberikan kenikmatan pada diriku. Aku tak tahan, kugeserkan kepalaku mendekati lututnya yang sedang menungging.
Aku posisikan kepalaku di antara kedua lututnya yang terbuka, sehingga posisi kami menjadi posisi 69. Aku mulai menjilati jembut hitam yang menutupi memek yang ada di hadapanku.
Kedua tanganku membelai pantat montok, sementara lidahku terus mencari celah memek yang tertutup jembut yang lebat, kusibakkan jembut lebat tersebut, terlihatlah memek yang sudah sangat basah, lidahku terjulur menjilati celah memek tersebut, badannya tergetar setiap kali lidahku menyentuh kelentitnya.
Aku semakin semangat menjilati dan menghisap memeknya, dia semakin sering bergetar dan mengerang nikmat, sehingga mulutnya berhenti mempermainkan penisku.
Aku tak peduli, lidah dan mulutku semakin lincah bermain di memeknya, badannya semakin bergetar dan menekan-nekankan memeknya dengan keras ke arah mulut dan hidungku sambil menjerit-jerit nikmat. “Masssss, nggak kuat, Masss… syyyuhhhh… ppyyhhhh… rrrrhhh….”
Gerakannya semakin keras dan jeritannya semakin tak terkendali, hingga akhirnya pantatnya dia tekankan dengan keras ke arah mukaku hingga mulut dan hidungku tertekan vagina dengan sangat rapat sehingga aku sulit bernapas dan terdengar dia menjerit keras, “Aaaakkkhhhh….” kemudian terlihat olehku memeknya mengempot-ngempot dengan sangat keras.
Tak lama kemudian badannya ambruk menindih tubuhku.
Dengan napas yang masih tersengal-sengal dia berkata, “Udah berapa banyak wanita baya yang Mas nikmati?” tanya Bu Sarini.
Aku tidak mengomentari pertanyaannya.
Kembali aku menindih tubuhnya dan bibirku mencium bibirnya, bibirnya menyambut bibirku dengan gairah yang kembali bangkit. Tangannya merayap ke penisku dan meremas-remas dengan gemas, kemudian dia berkata, “Sekarang aja Mas! Saya sudah nggak tahan…”
Aku mengangkat pinggulku memberi jarak dengan selangkangannya, kemudian pahanya terbuka lebar dan tangannya menuntun penis tegangku agar tepat berada liang vaginanya. Dia sibakkan jembut lebat yang menghalangi liang memeknya dengan kepala penisku, hingga akhirnya kepala penisku tepat berada di mulut liang memeknya. Kemudian kedua tangannya merengkuh pantatku dan menariknya.
Aku mengerti apa yang dia inginkan. Kudorong pantatku dan blessh…. perlahan-lahan batang penisku menyusuri liang memeknya yang hangat. Jepitan memeknya pada penisku memberikan sensasi nikmat yang luar biasa.
Perjalanan masuk ini kulakukan perlahan-lahan, karena aku ingin menikmati setiap mili pergesekan antara batang penisku dan memeknya.
Setelah seluruh batang penisku amblas hingga ke pangkalnya, kudiamkan sejenak untuk menikmati sensasi nikmat yang diberikan oleh memeknya pada diriku.
Kemudian kutarik secara perlahan hingga menyisakan ujung kepalanya dan kudorong kembali masuk hingga amblas. Gerakan ini terus kulakukan dengan sabar sambil menikmati deraan nikmat yang datang bertubi-tubi.
Nampaknya Bu Sarini sudah tidak sabar, pantatnya terangkat setiap aku mendorong masuk, dan tangannya memberikan bantuan kecepatan pada pantatku agar aku melakukan dengan lebih cepat dan keras.
Aku tidak terpengaruh dengan gerakan pantatnya yang semakin bergelinjang dan tangannya yang semakin menarik-narik keras pantatku agar bergerak lebih cepat.
Aku hanya menambah sedikit kecepatan pada gerakan mengocokku.
Pinggulnya semakin bergelinjang, kepalanya terlempar ke kiri dan kanan sambil mulutnya yang kembali mengerang-ngerang nikmat. “Auh… auh….euhhh… nnngghh… euhhh…..”
Gelinjang tubuhnya semakin keras dan hebat. Berputar ke kiri ke kanan dan ke atas ke bawah, hingga akhirnya gerakannya semakin tak beraturan, badannya terlonjak-lonjak, tangannya menarik punggungku hingga tubuhnya terangkat dan kepalanya terdongak dengan mata terbeliak dia menjerit keras, “Aaaaaakkkhhhhhh….“ kakinya terjulur kaku, tak lama kemudian badannya terhempas lemas dan tangannya terlepas dari punggungku dan kemudian jatuh ke samping tubuhnya. Kurasakan memeknya berkontraksi sangat keras memijit-mijit dan menghisap-hisap penisku sehingga akupun terbeliak menahan sensasi nikmat yang teramat sangat.
Kutopang tubuhku dengan kedua tangan yang menahan di pinggir bahunya. Perlahan-lahan matanya terbuka dan berkata dengan napas tersengal-sengal menahan lelah. “Makasih… Mas… barusan betul-betul nikmat… uuhhhh….”
Aku hanya menjawab dengan mencium bibirnya dengan napsu yang menggelora.
Dia menyambut lemah ciumanku. Dengan sabar aku berusaha membangkitkan kembali gairahnya.
Kuciumi lehernya yang telah basah oleh keringat, kujilati dadanya yang juga basah oleh keringat.
Kutelusuri hingga ke bawah hingga akhirnya mulutku kembali memilin-milin puting susunya untuk membangkitkan gairahnya. Sambil perlahan-lahan kukocok penisku yang masih terbenam di memeknya, namun tetap masih terasa sempit.
Perlahan-lahan gairahnya bangkit kembali, hal ini terasa dengan ciumannya yang semakin hangat dan pinggulnya yang bergerak membalas setiap gerakan pinggulku.
Makin lama gerakan pinggulnya semakin erotis dan bersemangat dan erangan nikmat kembali terdengar dari mulutnya.
Kuhentikan gerakanku dan kucabut penisku yang masih tegang. Dia menatapku kecewa sambil berkata, “Ada apa Mas? “
Aku tersenyum lalu berkata, “Kita nungging Bu!”
Dia mengerti apa yang kuinginkan. Lalu dia bangun dan membuat posisi merangkak. Aku posisikan selangkanganku pada tengah-tengah pantatnya.
Sebelum kumasukkan penisku, kembali aku terpana melihat keseksian tubuhnya dalam posisi menungging. Lalu kuarahkan penisku ke liang vaginanya dan bleshhhh……
Kembali penisku menyusuri liang memeknya. Pantatku memulai bergoyang maju-mundur agar penisku mengocok-ngocok memeknya. Tanganku meraih buah dadanya yang bergantungan bebas dan kuremas-remas dengan gemas untuk menambah sensasi nikmat yang kembali mendera sekujur tubuhku.
Tubuhnya bereaksi dengan apa yang kulakukan, mulutnya mengerang nikmat “Auhhhh…. aaaahhh… ehhhh… euuuhhh…“ dan pinggulnya bergerak-gerak semakin liar.
Kudiamkan gerakan pinggulku, namun pinggul dan pantatnya menghentak-hentakkan selangkanganku sehingga penisku semakin dalam mengocok dan mengaduk-aduk memeknya. Kepalanya tidak bisa diam menggeleng-geleng sambil mulut yang tak henti-hentinya mengerang nikmat.
Gerakan pinggul dan pantatnya semakin liar tak terkendali, jeritan nikmatnya semakin keras, dan kedutan dan pijatan vaginanya pada penisku semakin keras.
Hingga akhirnya badannya kaku, tangannya mencengkeram kasur dengan sangat keras dan menjerit, “Aaaakkhhhh….” kembali kepala terdongak dengan mata yang terbeliak.
Setelah itu kembali kontraksi keras terjadi pada memeknya yang memelintir dan menghisap-hisap penisku membuat aku terbeliak-beliak menahan nikmat.
Tak lama kemudian… BRUK… badannya jatuh tertelungkup hingga penisku yang masih tegang lepas dari memeknya.
Kubiarkan dia istirahat menikmati sensasi orgasme yang kembali menderanya.
Setelah beristirahat sebentar, aku membalikkan tubuhnya hingga telentang dan tangannya meraih tubuhku hingga menindih tubuhnya, bibirnya mencium bibirku dengan ganas, kemudian tangannya mencari-cari penisku dan mengarahkan ke vaginanya.
Blesshh…. untuk kesekian kalinya kembali penisku menjelajahi liang memeknya. Aku menggerakkan pantatku untuk mengocok penisku di dalam memeknya, dia menyambut dengan erangan dan gerakan pinggul yang bisa memelintir-melintir batang penisku dengan liarnya. Semakin lama gerakanku semakin cepat dan gerakannyapun semakin cepat dan liar.
Hingga akhirnya pantatku bergerak sangat cepat dan liar.
Gerakanku sudah menjadi hentakan-hentakan. Hingga akhirnya aku merasa gelombang yang maha dahsyat keluar dari dalam diriku melalui penisku yang semakin keras dan kaku dan akhirnya tanpa dapat kukendalikan tubuhku yang menegang aku menjerit melepas nikmat yang tak tertahankan, “Akhhh…”
Dan secara bersamaan Bu Sarini menjerit juga, “Akhhhh…“ dengan badan yang kaku dan tangan yang mencengkeram punggungku dengan sangat kuat.
Tak lama kemudian, tubuh kami ambruk kelelahan seperti orang yang baru saja berlari cepat dalam jarak yang sangat jauh.
Aku menggulingkan tubuhku agar tidak menindih tubuhnya. Dan kami telentang berdampingan sambil menikmati sensasi kenikmatan orgasme yang masih datang menghampiri kami.
Aku tidak perlu lagi mencari PSK STW di lokalisasi yang biasanya setiap minggu sekali aku datangi. (remake-2024)
E.n.d.