Boby Satpam Mesum
Suasana bank cukup ramai, bersama para nasabah lainnya Koh Alvin dan Ci Fany mengantri menunggu layanan kasir. Tiga kasir bank sibuk melayani nasabah, satu persatu.
Lima orang lelaki perbusana serba hitam ditutup jaket kulit hitam tiba-tiba masuk ke ruang tunggu dan langsung mengeluarkan senjata api jenis pistol dan sebuah laras panjang.
“Jangan ada yang bergerak.. semuanya diam, jangan membuat tindakan ceroboh atau kepala kalian akan pecah,” teriak seorang lelaki yang memimpin.
Ini perampokan, pikir Alvin. Suasana sempat kacau penuh teriakan dan para nasabah berhamburan, Alvin mengikuti beberapa nasabah yang lari ke lantai dua.
Kawanan rampok itu kemudian menyebar, dua orang masuk ke sisi kasir, sedangkan tiga lainnya sibuk mengacungkan senjata ke nasabah. Seorang lainnya mengejar nasabah yang lari ke lantai dua.
Alvin dan enam nasabah dilantai dua tak berkutik ditodong senjata, mulut mereka ditempel lakban, sementara para nasabah di lantai dasar juga sudah sepi tak berani bersuara.
Kawanan rampok mengikat para nasabah. Ada yang tiga menjadi satu, ada yang dua menjadi satu, dan semua mulut mereka ditempel lakban.
Dari balkon lantai dua, Alvin bisa melihat semua di lantai satu, tapi ia mendadak khawatir karena tidak melihat Fany istrinya.
Seorang perampok menjaga di pintu, satpam yang berjaga di meja dalam juga tidak terlihat, hanya pakaiannya tergeletak di lantai, mungkin ia ditelanjangi rampok.
Dua kawanan rampok naik ke lantai dua untuk memeriksa letak brangkas diantar seorang wanita kasir yang ditodong pistol.
Alvin mencoba bergeser ke ujung balkon, ia mencari Fany. Alvin lega, ternyata Fany berada di sebuah lorong sempit menuju toilet. Alvin meihatnya terikat menjadi satu dengan seorang lelaki gemuk, ia pasti satpam bank, karena hanya mengenakan celana kolor dan kaos dalam.
Tubuh Fany dan satpam itu terikat menyatu berhadapan dilakban melingkar dibagian pinggang dan dada. Tangan mereka juga diikat lakban ke belakang. Keduanya berbaring dilorong menyamping berhadapan, mulut masing-masing juga tertutup lakban.
Dalam suasana tegang itu, Alvin melihat satpam dan Fany terus berusaha melepas ikatan mereka dengan cara bergerak terus bersamaan untuk melonggarkan lilitan lakban.
Perampokan berjalan hampir satu jam, sampai akhirnya kawanan rampok berhasil kabur membawa jarahannya. Alvin bersyukur, Fany dan satpam bank akhirnya terlepas dari ikatan. Si satpam kemudian membantu nasabah lainnya sementara Fany membuka ikatan Alvin.
“Untung kita nggak diapa-apakan ya ma..,” kata Alvin merangkul istrinya. Mereka pun kemudian pulang.
Ane menghabiskan waktu 7 tahun jadi mahasiswa kuliah jurusan hukum. Dan apa yang ane dapat setelah 7 tahun itu? Hanya selembar ijazah Sarjana Hukum yang sekarang hanya menjadi pajangan di kamar rumah kontrakan ane. Covid membuat ane susah mencari kerja. Waktu itu suhu-suhu tau sendiri lah, jangankan iklan lowongan kerja yang ada perusahaan pada merumahkan atau melakukan PHK karyawan-karyawannya.
Dua tahun lebih ane nganggur dan cuma cari makan serabutan jadi ojek online atau jadi calo. Tekanan hidup terasa makin berat apalagi saat itu ane udah nikah dan punya anak satu. Saking beratnya beban hidup, bini ane saat itu sampe kerja di sebuah tempat Spa alias Panti Pijat.
Tau sendiri lah Hu, bini kerja di Panti Pijat banyak makan ati. Aseli! Apalagi bini ane itu type wanita yang semok denok demplon. Tapi ya mau gimana lagi? Bini ane cuma lulusan SMA. Cuma dengan modal muka lumayan, kulit mulus dan body yahud itulah dia bisa dapet kerjaan.
Tapi ya semua ada jalannya Hu. Semua sudah diguratkan dalam guratan takdir Yang Kuasa. Seperti yang Pak Ustad bilang, rejeki itu ada rejeki yang emang udah jadi takaran kita, ada rejeki yang karena usaha kita, ada rejeki yang karena ketaatan dan kesabaran kita, ada rejeki yang gak disangka-sangka.
Jadi Satpam ini adalah jalan rejeki yang gak disangka-sangka. Siapa yang nyangka juga kuliah hukum berakhir jadi Satpam? Wkwkwkwkk. Tapi ya begitulah hidup. Kini ane udah dua tahun jadi Satpam. Ane bergabung di sebuah perusahaan yang menyediakan jasa keamanan. Lumayan kliennya banyak, jadi ane gak perlu khawatir kalo misal kontrak di salah satu klienya habis. Karena kalo pun ane gak kepake dan gk diperpanjang di situ, ane akan ditempatkan di kliennya yang lain.
Kejadian seperti tadi anggaplah riak kecil dari semua kejadian yang menurut takdir memang harus menimpa ane. Ane yakin Tuhan tak akan memberi cobaam di luar batas kemampuan ane. Ane harus bertahan demi keluarge kecil ane. Demi istri dan kedua anak laki-laki ane.
DISCLAIMER :
Sebelumnya saya ucapkan beribu-ribu terimakasih pada suhu-suhu yang telah menginspirasi cerita saya. Mohon kritok dan sarannya.
Terimakasih
“Oke, gudangnya sudah lu rapihin kan?” taanya sang majikan.
“Sudah Ci..beres”, jawabnya mantap.
Pria itu segera berlalu ke belakang lagi sambil. Ia kembali membawa 2 bon dari meja etalase depan, untuk menyiapkan pesanan yang sudah masuk, nanti dimuat di mobil pickup lalu diantar ke pelanggan yang sudah memesannya……
bangunannya.
Istrinya bernama Stefany Hong, 37 tahun usianya. Memiliki tinggi 160 cm dengan badan yang masih langsing dan sexy serta berat badannya tidak pernah lebih dari 50 kg, sehingga membuat Ci Fany panggilan akrabnya tidak terlihat seperti wanita yang sudah mau masuk kepala 4.
Berbeda dengan suaminya yang sudah terlihat tuanya, dan suka berpakaian seadanya, maka Ci Fany selalu terlihat licin, wangi dan menarik, disamping dikarunia tubuh yang aduhai, kulit putih mulus dan wajah cantik ala wanita oriental.
Koh Alvin sehari harinya mengelola bengkel dan toko sparepart, dan Ci Fanny mengelola toko bahan bangunan, dan seperti biasa jam bukanya jika toko bangunan itu mulai jam 9 hingga jam 5 sore, maka bengkelnya Koh Alvin bukanya jam 10-18 setiap harinya.
Mereka berdua sudah menikah selama 17 tahun, dan dikaruniai satu orang anak laki-laki yang kini berusia 15 tahun bernama Alexander Wijaya, atau yg suka disapa Alex yang kini duduk di bangku SMA kelas 1.
Stefany sendiri sebenarnya lulusan senuah Universitas ternama jurusan Accounting. Ia seorang wanita yang cerdas, hanya butuh 3 setengah tahun untuk menyelesaikan kuliahnya. Dan mendapat predikat Cume Laude saat lulus. Dia menikah dengan Koh Alvin saat masih kuliah semester 6. Keluarga Ci Fany adalah pengusaha restoran. Namun sayangnya usaha restoran mereka harus gulung tikar dan nyaris bangkrut. Banyaknya pesaing dan kondisi restoran mereka yang nyaris tidak banyak berubah, membuat banyak ditinggalkan oleh pelanggannya.
Stefany sendiri saat itu baru saja gagal menjalin hubungan dengan pacarnya, karena pacarnya memilih meninggalkan dia dan menikah dengan wanita lain. Disaat galau dan kondisi keungan keluarga seperti itu, maka lamaran dan uluran tangan dari Koh Alvin rasanya sebagai dewa penolong bagi mereka.
Adik-adik Stefany saat itu masih sekolah dan kuliah. Dan tanpa diminta pun Koh Alvin sudah mengisyaratkan akan menolong membiayai pendudikan adik-adiknya dan suntukan modal untuk bisnis keluarganya jika pernikahan ini terjadi. Sehingga pilihan buat Fany pun semakin sulit dan harus memilih Alvin, meski dia pada dasarnya tidak mencintai.
Setelah menikah Fany diboyong ke Jakarta dan menetap di kota ini. Rumah mereka dekat dengan Toko Bangunan milik Alvin, dan Fany akhirnya harus beradaptasi dan ikut mengurus bisnis Koh Alvin.
Ci Fany baru selesai mandi pagi itu. Sambil melilitkan handuk dia keluar dari kamar mandi yang jadi satu dengan kamarnya yang luas. Ia masuk ke wardrobe room, pilih-pilih baju dan dalaman buat dipakai hari ini. Ia lalu masuk ke kamar tidurnya untuk memakai pakaian.
Dia masuk ke ruang tidur, dan suaminya Koh Alvin masih di dalam kamar.
“Maaah…” sambil senyam-senyum Koh Alvin memandang Ci Fany dengan penuh nafsu.
Hmmmmm…
Ci Fany sudah mengerti apa mau
suaminya.
“Ada maunya dia.” ujar Ci Fany dalam hati.
“Hehehehe…yuk…” ujar Koh Alvin sambil mencium tengkuk istrinya.
Sambil tersenyum genit Ci Fany segera membuka handuknya. Buah dadanya yang besar itu tampak menggantung indah. Perutnya masih rata dan mulus, serta area kemaluannya yang ditutupi rambut hitam tipis-tipis itu langsung muncul.
Koh Alvin segera memeluk Ci Fany dan melumat buah dadanya dengan rakus.
“Pintu sudah dikunci? ” tanya Fany.
“Sudah…” jawab Koh Alvin disela mulutnya sedang mengenyot puting pink milik Ci Fany.
“Nyalain Ac dulu.” pinta Fany lagi.
Sambil melepas sedotannya, Koh Alvin mencomot remote AC lalu memencet tombol ON.
Kembali dia melumat buah dada Fany di atas ranjang. Bergantian kiri dan kanan. Buah dada yang putih dan terlihat urat-urat merah dan biru di buah dada mulusnya, membuat Koh Alvin makin rakus melumatnya.
Sambil menrunkan celana pendek dan celana dalamnya, Koh Alvin membuka kaosnya, lalu merenggangkan paha Ci Fany. Ujung kontolnya yang sudah tegak diberi ludah lewat jari tengahnya di bagian kepala. Ia lalu menggosok-gosokan dengan pelan penis itu tepat di bibir vagina Ci Fany.
Ci Fany mendesah dan merasakan mulai ada rangsangan di bibir kemaluannya. Ia langsungenarik kepala suaminya dan melumat bibir suaminya itu. Mereka pun saling berpagutan sambil Koh Alvin bersiap hendak melesakan batang kemaluannya. Lalu tak lama kemudian dan tanpa halangan yang berarti masuklah batang milik Alvin ke dalam vagina Ci Fany yang belum begitu siap dan basah.
Mereka masih saling melumat bibir saat burung Koh Alvin itu yang kini sudah bersarang dalam sangkarnya. Pelan tapi pasti lelehan cairan mulai membasahi dinding vaginanya. Koh Alvin mulai menggoyang dan naik turun sementara Ci Fanny memeluk bagian pinggul suaminya, dan pahanya dibuka lebar-lebar.
Tidak lama kemudian….
Alvin yang belum lama mengayuh perahu birahinya itu ujung penisnya sudah meminta untuk tuntas…
“Ooohh…”
Crotttt… Crotttt…
Ia sedikit menjerit kecil lalu memuncratkan cairan spermanya kedalam vagina Ci Fany…..
Koh Alvin lalu mencabut penisnya, lalu berbaring di samping Ci Fany….
Fany hanya bisa terdiam. Menahan birahinya yang masih belum padam.
Tak lama kemudian Koh Alvin langsung bangun dan langsung masuk kamar mandi mencuci untuk batang kemaluannya. Ci Fany juga bangun dan mengambil handuknya, masuk mengikuti Koh Alvin ke kamar mandi.
“Makasih, Sayang.” ujar Koh Alvin sambil melumat bibir istrinya itu.
Ci Fany menyambut pagutannya. Bibir mereka kembali saling berpagutan untuk beberapa saat. Sebenarnya Ci Fany masih ingin mengulangi permainan cintanya tapi sudahlah… memang Koh Alvin bukan seperti Koh Alvin 5 atau 10 tahun lalu, yang ngga bisa lihat Fany lagi masak di apur langsung mendekat dan menepelkan kontolnya di belahan pantat istrinya itu sambil mermas payudara Ci Fany.
Koh Alvin kini masuk ke fase yang sudah mulai kurang perkasa dalam melakukan. Gairahnya sudah jauh menurun, tidak seperti dulu lagi.
Koh Alvin memang bukan pria pertama bagi Fany. Teman SMAnya dulu sekaligus cinta pertamanya ialah pria pertama yang menodainya saat mereka masih kelas II SMA. Lalu saat awal memasuki bangku kuliah, ada pria asal Jerman yang jadi pacarnya. Pria bule itulah yang mengajarkan indahnya hubungan sexual bagi Fany. Semua gaya dan cara bercintanya membuat Ci Fany benar-benar bertekuk lutut dihadapan pria bule perkasa itu. Hubungan mereka berakhir saat kontrak kerja pria selesai dan harus kembali ke negaranya. Janjinya akan menelpon dan kembali menjemput Fany, ternyata hanya hitungan bulan, pria itu kemudian menghilang. Dan malah terdengar kabar bahwa pria itu telah menikah.
Saat-saat Ci Fany galau itulah lalu Koh Alvin muncul. Saat itu usianya sudah 38 tahun, hampir kepala 4 tapi masih berstatus bujangan. Usaha dia sudah punya, dan siap untuk bantu kondisi Ci Fanny dan keluarga. Latar belakang Ayah Ci Fanny yang berteman dengan Koh Alvin karena mereka sama-sama hoby mancing membuat perjodohan ini juga lebih mulus.
Meski ditentang oleh Ci Fany pada awalnya, akhirnya dia luluh juga dengan bujukan keluarganya. Ditambah lagi dengan pendekatan Koh Alvin juga baik, plus kejadian-kejadian membina hubungan pacaran yang membuat dia lumayan trauma, akhirnya di usia yang baru menginjak 20 tahun Ci Fany memilih menikah dengan Koh Alvin dan membina rumah tangga.
Kehidupan seks mereka 3 tahun terakhir ini memang menurun, Koh Alvin juga lebih sering kumpul dengan teman-temannya yang sesama hoby mancing. Sampai-sampai Alex, anak semata wayang mereka sering terpinggirkan jika papahnya sudah sibuk dengan hobynya. Untung saja Alex anak yang jarang banyak maunya. Dia lebih suka main game di kamar.
“Laki gue juga udah 50 lebih tapi masih greng kok..” kata Sonya, kawan arisan Ci Fany diinringi gerai tawa ibu-ibu lainnya.
Maklum lah ibu-ibu arisan, apalagi yang dibahas jika bukan masalah anak, suami dan bercanda-canda masalah urusan ranjang. Tapi memang begitulah keadaannya, sedangkan birahi Fany masih suka membara. Usia 37 tahun termasuk usia dimana wanita sedang ganas dan butuh dibelai.
Untuk selingkuh tidak pernah terpikir dikepalanya, sama siapa? Trus kalau ketahuan bagaimana?? Masa gue cari brondong?? Seks harus pakai suka dan nyaman, itu prinsipnya Ci Fany!
Mencari selingkuhan paling malas dan tidak pernah terpikir, Ci Fany takut akibat dari perselingkuhan itu.
Banyak bapak-bapak atau anak muda yang sering belanja di tokonya suka mencari perhatian dia sebenarnya. Maklum kadang di toko Ci Fany suka pakai kaos yang ketat dan celana pendek, dan sepintas memang sangat menggoda iman para lelaki. Wajahnya yang cantik khan oriental, kulit yang putih, buah dada yang besar dan padat serta perut yang masih rata, wajarlah jika banyak pria yang tergoda.
Tapi standard pria Ci Fany tidak sembarang, harus putih, tinggi, dan ganteng. Karena bercinta harus pakai hati, dia harus suka dan menikmati. Sedangkan yang datang menggoda rata-rata bapak bapak yang standard, meski berduit, atau anak muda yg konyol. Ci Fany ogah dengan yang demikian, ditambah dia juga tidak ada niat untuk berselingkuh.
Akhirnya, sebagai pelampiasan dia membeli alat getar di toko online. Meski rasanya masih hambar tanpa adanya pria yang menghisap buah dadanya, tapi getaran dari vibrator yang dibelinya itu cukup bisa menghantarnya menuju orgasme.
“Lumayan bisa dapat 0 daripada selingkuh… mending jika bisa muasin…” demikian kata hati Fany….
“Jadi kita ke Bank hari ini?” ujar Ci Fany saat melepas pagutan bijir suaminya. Mereka masih dalam keadaan telanjang di dalam kamar mandi itu.
“Jadi dong, Mah.” jawab Koh Alvin.
“Yaudah kita siap-siap. Nanti keburu siang.” ujar Ci Fany.
Mereka pun lalu mandi bersama dan bersiap-siap hendak pergi ke Bank hari itu.
Bersambung…
Hari itu biasa-biasa saja seperti hari-hari lainnya. Hari itu ane kebagian shift pagi, artinya ane kebagian berjaga dari jam 8 pagi sampe jam 4 sore. Ada 3 shift bagian jaga di sana, tiap shift dijaga 1 orang Satpam. Shift pagi, Shift sore dari jam 4 sampai jam 12. Dan shift malam dari jam 12 sampe jam 8 pagi. Shift pagi adalah bagian yang paling ane gak suka, karena selain berjaga kerjaan ane lebih repot dengan ikut memberikan pelayanan dan mengarahkan nasabah yang datang. Kalo shift malam sih yang paling santai. Tapi ya resikonya, takutnya ada perampok atau apa.
Hari itu sama sekali ane gak punya firasat apa-apa. Semua berjalan normal. Ane bangun subuh ke mesjid lalu olahraga tipis-tipis angkat barbel dan sarapan nasi goreng buatan bini ane.
Setelah sarapan ane langsung berangkat kerja. Suasana biasa-biasa aja sih, gak terlalu rame dan juga gak terlalu sepi. Menjelang siang, sesaat perhatian ane tertuju pada sepasang suami istri yang baru datang dan turun dari mobil Fortuner.
Suaminya bertubuh jangkung dan kurus. Ia tampak sudah berumur dengan hanya memakai kemeja putih polos lengan pendek dengan celana pendek dan sandal seadanya. Sementara istrinya tampal menawan dengan memakai setelan kemeja bergaris dengan dipadukan dengan rok pendek berwarna putih. Dengan penampilan seperti itu, paha dan kakinya yang mulus dan jenjang terekspose. Dan yang bikin ane gak fokus itu toketnya Hu. Aseli gede mengkel. Dan entah kenapa tu perempuan enggak mengancingkan bajunya kemejanya sampai atas. Ya otomatis lah belahan dadanya jadi santapan mata lelaki yang memandangnya.
Dari setelannya ane tau ini pasti nasabah prioritas. Masa iya ni aki-aki bisa punya bini model artis kalo gak banyak duit? Terus walaupun dia cuma pake kemeja polos seadanya tapi ane yakin kalo kemeja yang dia pakai ini bukan kemeja abal-abal. Pasti mahal harganya. Beda Hu, keliatan banget.
“Selamat siang…” ujar ane saat membukakan pintu untul mereka.
Tadinya ane menawarinya untuk menuju ke ruangan khusus nasabah prioritas biar gak ngantri. Tapi si bapak ini menolak dengan halus. Alesanya katanya gak terlalu rame. Dia juga sekalian nunggu makan siang.
“Tidak apa-apa, Mas. Kita ikut mengantri saja.” ujar Bapak itu.
Ane pun langsung sigap menyerahkan kertas antrian ke mereka. Jangan sampai mereka ngambil sendiri kertas antriannya. Nasabah prioritas Bro. Bisa kabur ke bank lain kale pelayanan kita gak prima.
Mereka lalu tampak duduk di bangku nasabah. Dan udah pasti, istri Si Koko itu jadi pusat perhatian. Tampak beberapa pria curi-curi pandang ke arahnya. Namun, Si Cici itu tampak cuek-cuek aja.
Cekiiiiiiitttttttt ….BRAAAAKKK!!!!
Ane kaget saat ada suara kencang di luar.
Tampak sebuah mobil Avanza berwarna hitam melaju dengan cepat dan menabrak beberapa mobil di depannya. Dari dalam mobil itu terlihat turun 5 pria berpakaian serba hitam dengan memakai topeng dan membawa senjata api. Mereka tampak berlari menuju ke dalam.
Insting ane langsung bekerja. Ini perampokan! Salah satu pria yanv berlari paling depan langsung masuk menerobos. Dengan sigap ane langsung menangkap tangan pria yang hendak memukul ane. Lalu dengan cepat ane memutar pinggul ane dan membantingnya sehingga ia jatuh ke lantai. Namun, tak selang berapa lama terasa ada sesuatu yang menumbuk tenguk ane hingga membuat ane tak sadarkan diri.
Kepala ane terasa berat dan pusing Hu. Rupanya selama beberapa saat ane tidam sadarkan diri.
Alangkah kagetnya ketika ane tersadar ane sudah dalam kondisi terikat dengan lakban. Pakaian ane sudah dilucuti. Hanya menyisakan kaos dan celana dalam saja. Dan yang makin membuat ane kaget adalah, ane rupanya terikat dengan seorang wanita.
“Hah… ini kan perempuan yang tadi??? Bini si Koko itu??” batin ane kaget.
Ternyata ane terikat bersma wanita yang ke sini bersama suaminya. Si Cici yang cantik itu.
Oh, ya Tuhan. Ampuni hamba. Apa yang harus hamba lakukan???….
Sekitar tiga menit berbaring berhadapan seperti itu, Fany melihat lelaki di depannya berhasil membuka lakban di mulutnya setelah berjuang keras mendorong lakban itu dengan lidahnya.
“Tenang bu.. saya Boby satpam di bank ini. Maaf pakaian saya tadi dilucuti perampok. Sepertinya sekarang mereka sedang membongkar brangkas dan tak mungkin kembali ke mari, ayo kita berusaha lepaskan ikatan ini bersama ya..,” kata satpam bernama Boby itu.
Ci Fany pun hanya mengangguk saja dan berharap upaya mereka berhasil.
Boby kemudian melepaskan lakban di mulut Ci Fany dengan cara menggigit sisi lakban dan menariknya.
“Awh…!!”
Fany sempat terpekik merasakan perih bibirnya tertarik rekatan lakban, tapi kemudian berusaha tenang.
“Terus bagaimana caranya,” tanya Ci Fany menanyakan cara mereka melepaskan ikatan lakban di tubuh.
Sepertinya sulit karena masing-masing tangan mereka terikat ke belakang dililit lakban, sementara lakban lainnya melilit rapat menyatukan bagian pinggang, perut mereka berdempetan.
Boby lalu menjelaskan pada Ci Fany bahwa sifat karet pada lakban dapat digunakan sebagai kesempatan mereka lolos dari ikatan. Caranya dengan terus bergerak agar lakban menjadi molor dan longar elastis.
“Kita masih punya kaki yang bebas, Bu. Saya akan membalik badan dan ibu harus berusaha berposisi di atas saya. Setelah itu kaki ibu bisa menjejak lantai mendorong ke arah atas tubuh saya… mungkin akan berhasil,” kata Boby.
Ci Fany segera mengubah posisi mereka dari yang sebelumnya berbaring miring berhadapan, menjadi saling tindih. Ci Fany kink berada di atas tubuh Boby.
Ini dilakukan Boby agar Ci Fany tidak merasa berat jika Boby yang berada di atas. Sebab bobot badan Boby hampir 1 kwintal, tepatnya 99,99 kg. Dengan perawakan yang gemuk dan gempal. Tentu akan menyesakan Ci Fany apabila ia tertindih olehnya.
Posisi Ci Fany sudah di atas tubuh Boby. Ia menuruti perintah Boby dan mulai menggerakan badannya ke arah atas tubuh Boby dengan menjejakkan kaki di lantai. Tapi rok span yang dikenakannya menghalangi usaha Fany menjejakkan kaki secara maksimal mekantai. Sebab ia harus lebih mengangkangkan kakinya agar bisa melewati kaki Boby di bawah kakinya.
Ci Fany terus berupaya dan akhirnya ia bisa mengangkangkan kaki lebih lebar. Akibat gesekan tubuh mereka, rok Ci Fany naik sampai bongkahan pantatnya terlihat. Tapi tak apa, pikir Ci Fany, demi usahanya menjejak kaki ke lantai. Lagi pula Boby tak mungkin melihat pantatnya karena ia berada di bawah Fany.
“Terus goyang, Bu!!!.. sudah mulai longgar ikatannya,” Boby berbisik pada Fany.
Dan entah mengapa kata-kata “goyang” yang dibisikan Boby membuat Ci Fany risih. Ia baru sadar gerakannya berusaha melepas ikatan terkesan menjadi gerakan yang erotis.
Ia juga baru sadar kalau sejak tadi payudara 36Dnya terus menggerus dada Boby. Dan gerakan demi gerakan yang menimbulkan gesekan di tubuh keduanya mulai mempengaruhi libido Ci Fany. Apalagi, tadi pagi memang Ci Fany merasa belum tuntas saat digarap suaminya.
“Astaga.., bang Boby. Apa ini..? kok keras??.. Tolong bang, abang nggak boleh terangsang.. ini dalam perampokan..,” Ci Fany berbisik balik ke Boby saat merasakan sesuatu benda mengeras hangat terasa di bawah pusar Kristin. Penis Boby rupanya ereksi setelah beberapa lama merasakan gesekan tubuh Ci Fany.
“Oh.. ehh.. maaf bu.. saya sudah berusaha untuk mengabaikan rasanya tapi gesekan-gesekan itu mengalahkan pikiran saya bu. Maaf bu.. yang terpenting sekarang kita harus terus berusaha melepas ikatan ini bu.. sebelum perampok itu kembali ke mari,” Boby agak gugup dan malu menyadari Ci Fany mengetahui penisnya mulai bangun.
“Ya sudah.. nggak apa-apa, asal bang Boby jangan macam-macam ya..,” kata Ci Fany.
Ia sadar tak bisa menyalahkan Boby. Dan lagi itu memang sangat alami, Ci Fany juga merasakan hal yang sama. Ada kenikmatan tersendiri menjalari tubuhnya setiap kali gerakan gesekan ia lakukan.
Pikirnya, perampokan bank lah yang menyebabkan mereka berdua berada dalam posisi terikat seperti ini. Dan mereka harus bersama kompak melepaskan ikatan tersebut.
Ci Fany kembali memusatkan pikirannya pada upaya melepaskan lakban. Ia kembali menggerakan tubuhnya menggesek tubuh Boby dari atas ke bawah dan sebaliknya dari bawah ke atas, agar ikatan lakban melonggar. Upayanya cukup berhasil, kini jarak gesekan sudah bisa lebih jauh menandakan lakban mulai longgar elastis.
Bagian perut Ci Fany sudah bisa menjangkau perut Boby bagian atas. Ci Fany terus berusaha menjejak lantai agar tubuhnya terdorong naik lebih jauh.
“Ehmm bu.. coba lagi ke bawah.. terus dorong lagi ke atas.. sudah mulai longgar lakbannya..,” suara Boby semakin parau.
Tubuh Ci Fany yang terdorong ke atas membuat penis Boby kehilangan sentuhan, sebab selangkangan Ci Fany kini sudah diatas melewati ujung penisnya.
Ci Fany setuju dengan Boby, mungkin gerakan harus kembali ke bawah lalu kembali lagi ke atas sehingga ikatan lakban makin molor elastis.
Tapi gerakan ke bawah yang dilakukan Ci Fany justru membuat keadaan mereka berdua berubah. Pikiran masing-masing milai terpecah antara kenikmatan yang mulai dirasakan atau upaya melepas lakban.
“Enghhh..,” Ci Fany melenguh kecil.
Ia merasakan ujung penis Boby menyentuh CD yang dipakainya. Panis Boby yang sudah sangat tegang terdorong keluar dari balik celana dalamnya, karena gesekan itulah yang membuat celana dalamnya itu melorot.
Dan bukan main, penis Boby tampak tegang maksimal, besar dan pangjang. Ukuranya sangat jauh apabila dibandingkan dengan ukuran penis Koh Alvin suaminya. Serta tampak sangat keras dan kaku seperti tongkat pak satpam.
Dan kini, setiap gerakan Ci Fany membuat koneksi ujung penis Boby kian terasa mendorong-dorong CD Ci Fany. Rasa nikmat kekenyalan dari topi baja tongkat pak satpam itu kini terasa semakin sering di bibir vagina Ci Fany yang terhalang CD.
Ci Fany terus berupaya memecah pikirannya agar tetap konssntrasi beregerak demi melepas ikatan lakban. Tapi semakin bergerak dan semakin gesekan terjadi membuah gairah seksualnya Ci Fani terdongkrak naik. Lama-lama ia merasakan CDnya mulai membasah oleh cairan vaginannya sendiri. Apalagi, dari bawah Boby juga terus bergerak berusaha melepaskan ikatan lakban di tanganya yang tertindih ke belakang. Hal ini membuat erotisme tersendiri dirasakan oleh Ci Fany.
“Enghh.. ahhss..,” Ci Fani mendesah tertahan dan menghentikan gerakannya.
Ia menyadari kini posisi sudah sangat gawat. Gerakan-gerakannya justru mengantar ujung penis Boby mengakses bibir vaginanya lewat sisi kiri CD-nya. Ci Fany merasakan kepala penis Boby sudah berada tepat di tengah bibir vaginanya yang basah dan sudah tidak terhalang CD yang kini melenceng ke samping.
“Hmm.. bu, kenapa berhenti.. sudah hampir lepas ikatannya nih..,” ujar Boby yang sambil terus bergerak berusaha melepas ikatan tangannya. Tapi di sisi lain, ia juga merasakan penisnya sudah menyentuh kulit vagina Ci Fany secara langsung, karena sisi CD Ci Fany yang membasah tergeser ke samping.
Ci Fany berusaha mengembalikan konsentrasinya, dan berusaha menjejak kaki ke lantai agar tubuhnya naik dan vaginanya menjauh dari penis Boby.
Namun sayang upayanya gagal, kini ikatan lakban justru mengancing posisi itu. Ci Fany tak mungkin naik, hanya bisa turun ke bawah beberapa kali lalu naik lagi setelah ikatan melonggar kembali.
Ci Fany mulai putus asa. Ia harus bisa lebih cepat melepaskan ikatan lakban itu sebelum penis Boby mengakses lebih jauh vaginanya. Pikiran sadarnya masih berjalan dan menyadari sesaat lagi ia akan disetubuhi Boby, dalam keadaan terpaksa seperti itu.
Konsentrasi Ci Fany gagal. Gerakan Biby dari bawah membuat kepala penisnya mulai masuk membelah bibir vagina Ci Fany.
“Ough..,” Boby tak kuasa menahan desah kenikmatan merasakan kepala penisnya menguak bibir vagina Ci Fany.
Ia terus bergerak berusaha melepas ikatan di tangannya yang tertindih oleh tubuhnya sendiri. Tapi setiap gerakannya itu membuat kepala penisnya mulai bermain keluar masuk di bibir vagina Ci Fany.
Hal itu memberi sensasi kenikmatan tersendiri bagi Ci Fany. Ia masih berusaha diam diatas tubuh Boby sampai ada kesempatan menjejak kaki agar vaginanya menjauh dari penis Boby.
Ci Fany akhirnya berspekulasi. Sekali gerakan ke bawah, lalu sekuat tenaga menjejak kaki ke lantai tentu akan membantunya menjauhkan vaginanya dari penis Boby.
“Enghhsshh.. ahh.., bang jangan gerak duluhh.. ini nggak boleh terjadi bang, saya wanita bersuami dan abang pasti sudah beristri kan?.” kata Ci Fany. Wajahnya terlihat bersemu merah. Tubuh dan wajah menampakan aura wanita dewasa yang tengah bergairah. Namun sekali lagi akal sehat masih menguasai pikirannya
“Iya bu.. saya juga pikir begitu. Tapi bagaimana lagi, posisi kita sulit berubah selama ikatan ini..,” jawab Boby. Ia juga menjadi serba salah dengan posisinya itu.
“Oke bang.. sekarang gini aja.. saya akan bergerak turun, dan mungkin itu akan terjadi.. anu punya abang bisa masuk ke anu punya saya.. tapi itu hanya sekali ya, dan saya akan mendorong ke atas membuatnya lepas lagi. Setelah itu kita konsentrasi lagi untuk melepas lakban sialan ini..,” kata Ci Fany dengan nafas yang berat.
“Iya.. iya. Terserah ibu. Tapi tolong saya jangan dilaporkan ke atasan saya apalagi polisi bu. Kalau titit saya masuk ke punya ibu.. nanti saya dibilang memperkosa,” pinta Boby yang polos ketakutan.
“Hnnggaak bang.. ini kan karena perampokan sialan ini. Jadi bukan salah saya atau abang.. kita sama-sama berusaha keluar dari masalah ini kok.. sekarang abang diam ya.. saya akan berusaha. Ehmm… enghhmmmpp… ahssstt banngghh… ahhhkksss,” Ci Fany mengerakan tubuhnya bergeser ke bawah. Gerakan itu membuat bibir vaginanya yang sudah menjepit ujung penis Boby menelan setengah penis itu.
Terlintas di benak Ci Fany kalo Satpam itu gak jelek-jelek amat kok. Cukup tampan dengan wajah khas pria pribumi. Tubuhnya walau terlihat gemuk namun tampak gagah. Terlihat tonjolan-tonjolan otot di bahu dan lengannya. Dadanya bidang dan padat walau perutnya terlilihat buncit dan berlemak. Otot-ototnya yang besar dan keras tertutup oleh lapisan lemak sehingga ada sensasi empuk di luar namun keras dan padat di dalam.
Dan yang paling utama, penis Boby dirasakan oleh Ci Fany jauh lebih besar dan padat dari penis Koh Alvin suaminya. Ci Fany merasakan sensasi nikmat saat kepala penis Boby terbenam di vaginanya. Terasa penuh dan sesak mengisi relung vaginanya.
Dinding-dinding vagina Ci Fany berkedut-kedut karena belum terbiasa dengan benda asing yang kini bersarang di vaginanya itu. Terakhir ia merasakan sensasi ini adalah saat pacaran dengan bule asal Jerman saat kuliah dulu. Sudah lama sekali.
Gila, ada kontol pribumi serasa kontol bule, begitu fikir Ci Fany. Malah ini jauh lebih keras. Beda dengan bule Jerman pacarnya dulu yang walaupun penisnya besar dan panjang tapi tidak begitu keras. Untuk sesaat Ci Fany merasa seperti di awang-awang.
“Ayo bu.. dorong lagi ke atas biar lepas,” ujar Boby menyadarkan lamunan Ci Fany. Ia khawatir karena kini penisnya sudah mulai menyetubuhi Ci Fany.
“Iya bang.. hmmmpphh aahhss… banghhsss.. emmpphh.. ahssss,” Ci Fany berusaha menjejak kaki ke lantai agar tuuhnya terdorong ke atas dan penis itu lepas dari vaginanya. Tapi keadaan tak sesuai harapannya. Posisi tid berubah, ikatan lakban mengancing bagian pinggang mereka membuat Ci Fany tak mungkin menaikkan tubuhnya. Ditambah kakinya terlalu lemas karena vaginanya yang kini tersumpal oleh penis Boby.
“Akhhss.. bangghh.. gimana inihh.. ahsss..,” Ci Fany kembali diam tak bergerak. Baru separuh penis Boby yang masuk tapi sudah membuat Ci Fany tak berdaya. Dirasanya nafasnya semakin berat. Dinding vaginanya makin berkedut. Dan vagimanya mulai terasa basah dan licin.
Dan tentu saja, hal itu juga dirasakan oleh Boby. Namun Satpam itu masih berusaha memakai akal sehatnya walau di bawah sana separug penisnya sudah diremas-remas oleh dinding-dinding vagina Ci Fany.
“Oh..O..Okeh.. sekarang ibu diam saja. Biar titit saya tidak semakin masuk. Saya akan berusaha melepas ikatan tangan saya Bu.. engghhh,” Boby mengangkat pinggulnya dan pantatnya menjauh dari lantai agar tangannya bisa bergerak bebas. Lalu berusaha melepas dua tangannya dari ikatan lakban. Peluh sudah membasahi tubuh keduanya.
Pinggul dan pantatnya yang terangkat menjauh dari lantai itu membuat akses penis Boby masuk lebih dalam ke vagina Ci Fany.
Ci Fany sudah pecah konsentrasinya. Kini pikirannya hanya merasakan kenikmatan separuh penis Bony yang makin masuk perlahan menjebol vaginanya.
“Akhhss bangghhss ouhh.. akhhh.. ahkkk… enghhhmm,” Ci Fany semakin mendesah.
Saat Boby mengangkat pinggulnya ke tas tadi, dan mengakibatkan penisnya makin masuk mengakses menyeruak vagina Ci Fany, pinggul Ci Fany melayani gerakan Boby. Ci Fany malah menurunkan pinggulnya agar penis besar Boby terasa lebih dalam di vaginanya.
Tangan Boby sudah terlepas dari ikatan dan kini bebas. Tapi terlambat, nafsu birahi sudah mengalahkan akal sehatnya. Libido yang sudah tinggi membuat Boby bukannya melepaskan ikatan lakban di pinggang mereka, ia justru membuka kancing-kancing baju Ci Fany dan meremas-remas kedua payudaranya.
“Emmphhh… banghhsss emmphhhhsss,”
Ci Fani semakin hilang kendali diperlakukan seperti itu. Kini bibirnya menyambut bibir Boby, dan mereka berkecupan sangat dalam dan cukup lama.
Boby meloloskan susu Ci Fany dari Bra-nya dan mulai menghisap payudaranya. Lalu kedua tangannya mengarah ke bawah dan mengamit sisi CD Ci Fany agar penisnya mengakses jauh vagina Ci Fany. Saat itu penisnya sudah bisa masuk utuh ke dalam vagina Ci Fany. Tangannya menekan dan meremasi pantat Ci Fany membuat Ci Fany semakin mendesis keenakan.
“Ouhgg.. ahhgg.. bu.., tangan saya sudah lepas.. kita bebasin dulu ikatannya atau bagaimana? ouhgg,” bisik Boby bertanya sambil menahan kenikmatan digenjot Ci Fany.
Ya pinggul Ci Fany sudah cukup lama menggenjot Boby dan membuat penis Boby keenakan merasakan sensasi vagina istri orang, nasabah prioritas di Bank tempat dia bekerja jadi Satpam.
“Akhh banghh… sshh.. terserah abanghhh sekaranghhh.. ouhss..,” Ci Fany sudah sangat melayang merasakan kenikmatan penis Boby. Apalagi rangsangan Boby secara liar di payudaranya membuatnya semakin hilang kendali.
“Baik buhh.. akhh.. kalau begituhh kita tuntaskan sajah duluh.. ouhsss..,” Boby kemudian melepaskan ikatan tangan Ci Fany tapi membiarkan ikatan di pinnggang mereka tetap seperti semula.
“Iyaahh banghh.. terusinnn duluhh aajah… akhhsss.. Tanggungggghhhh.. ouhh…,” tangan Ci Fany yang sudah bebas langsung merangkul leher Boby dan keduanya kembali saling berpagutan. Sementara gerakan pinggul Ci Fany semakin lama semakin liar.
Masih disatukan dengan ikatan lakban di pinggang, Boby membalik tubuh Ci Fany sehingga kini Ci Fany ditindihnya. Ia lalu menggenjot pantatnya yang terlihat montok itu membuat penisnya makin membobol vagina Ci Fany secara utuh.
Ceplok.plok.plok.plok..
Ceplok.plok.plok.plok..
Cairan vagina Ci Vagina menimbulkan bunyi kecipakan setiap kali berbenturan dengan pangkal penis Boby.
Ci Fany merasakan gerakan Boby makin keras dan makin cepat mengakses vaginanya. Kenimatan mulai memuncak di klitorisnya seolah mengumpul panas hingga bongkahan pantatnya. Ia mengimbangi gerakan Boby dengan menggoyang pinggulnya lebih kuat dan cepat.
“Oughh.. banghhhss… akhhsss.. sayaahhh banhgg… akhhhsss say..ah.. sampaaiiihhh bangghhsss… ouhhhggg…,” Ci Fany merasakan klimaksnya memuncak. Pertahanannya bobol dihantam penis Boby yang terus menerus menghujamnya. Tubuhnya menegang merasakan kontraksi otot vaginanya berkedutan intens mengantar kenimatan puncak.
“Aghh… ahhh… yehh… buhhh… akhhsss uhhh…mmmpphhh.. syahhh jugaaaa… aaahhh,” Boby membenamkan seluruh penisnya ke vagina Ci Fany dan melepas spermanya menyembur dinding rahim Ci Fany sambil bibirnya langsung melumat bibir Ci Fany. Tubuh keduanya seakan menegang bersamaan mencapi klimaks seksual.
Crotttttt… Crotttttt….
Sperma Bony muncrat dengan kencang menembak ke dalam vagina Ci Fany. Ia lalu ambruk menindih tubuh wanita itu. Sementara Ci Fany menatap nanar ke langit-langit merasakan sisa-sisa sensasi orgasme yang sudah lama tak pernah ia dapat.
“Luar biadab! ..” pikir Ci Fany.
Beberapa saat setelah itu, Boby lalu melapas iakatan lakban yang menyatukan pingang mereka. Mereka berdua lalu merapihkan busana masing-masing. Perampokan baru saja usai, dan kawanan perampok sudah meninggalkan bank dengan barang jarahannya.
“Emm.. bu.. maafkan atas yang barusan terjadi bu. Saya hilaf… engg..,”
“Sudah.. sudah bang. Lupakan saja ya.. saya juga hilaf..,” Ci Fany memotong pembicaraan Boby. Keduanya lalu berkenalan lebih jauh dan berjanji untuk sama-sama menyimpan kejadian itu hanya di antara mereka berdua.
Keduanya lalu berpisah, Boby menolong membebaskan nasabah bank di ruang tunggu, sementara Ci Fany mencari Koh Alvin suaminya yang terikat di lantai dua. Ci Fany menjaga rahasia bahwa apa yang dilihat Koh Alvin dari lantai dua tak seperti yang sesungguhnya terjadi.
Bersambung……