Black Valentine

 

Hari ini hari Valentine, ..

Ia mencium bibir-ku, lidahnya yang menyelip masuk kubalur balas dengan lidah-ku, sementara rengkuhan tangannya memeluk-ku erat, aku dapat mencium aroma tubuhnya dari jarak sedekat ini, namun yang kulakukan hanyalah membalas ciumannya, sesekali ia mencium dagu-ku sebelum mencium bibirku lagi.

 

Namanya Joshua, Jo biasa aku memanggilnya kekasih-ku, cinta-ku dan belahan jiwa-ku, seseorang yang telah memberikan-ku segenap cintanya, yang membuatku tak mampu untuk tak membalas rasa sayang dan cintanya ini pada-ku.

 

Tak kutolak saat tangannya menyusup diantara kaus biru muda yang kukenakan, tangannya meremas halus buah dada-ku yang masih tersembunyi dalam bra penutupnya, ku pejamkan mata-ku, sementara kurasakan ciumannya yang mengunduh bebas ke tengkuk-ku, hangat telapak tangannya kurasakan dipermukaan payudara-ku itu.

 

Ia menyingkap kaus-ku keatas, meloloskan kaus-ku itu, aku terus memejamkan mata-ku, sementara kurasakan ciumannya di permukaan perut-ku, aku merinding saat kurasakan bibirnya itu mencium perut-ku itu, aku kian merinding saat ia bermain nakal dengan mengeluarkan lidahnya, membuat permukaan tubuh-ku itu kian basah.

 

Aku tercekat saat jemarinya melepas bra-ku, aku membuka mata, menatap wajah Jo, menatap matanya sebelum kemudian yang kurasakandari tatapannya itu adalah sebuah rasa sayang, hangat kasih sayang yang membuat-ku membiarkan-nya untuk melakukan apa yang ingin dilakukannya itu. aku percaya akan tatapan matanya itu, akan cintanya.

 

Kubiarkan dirinya yang mulai menciumi payudara-ku itu, memainkan puting-ku dengan lidahnya, aku hanya membalas dengan desahan-desahan kecil meski jantung-ku berdebar kencang, aku mulai merasakan sebuah dorongan gairah yang tak dapat kubendung, kugigit bibir bawah-ku saat kurasakan Jo mengigit kecil di payudara-ku itu, tangannya yang lain memainkan payudara-ku dengan tangannya, meremas lembut, sambil sesekali memilin putingnya pelan.

 

Kembali ia menciumku, namun kali ini aku mulai membuka kancing kemejanya, satu persatu kulepas kancing kemeja-nya itu hingga dadanya yang bidang yang biasanya menjadi tempatku bersandar, bukan pertama kali aku melihat Jo telanjang dada, kadang ia suka mengusili-ku dengan berusaha memeluk-ku dengan tubuh telanjangnya, namun kali ini terasa lain, jantungku berdebar kencang melihat dadanya itu seperti sebuah pheromenon yang membuat sisi lain dari tubuhku terbangun.

 

Entah ide dari mana, tangan-ku ikut mengapai puting kecil di dadanya itu, mencium dadanya itu hingga membuat tubuh Jo sedikit gemetar, ia tersenyum pada-ku dan dengan sengaja aku mengusilinya dengan menjilat putingnya itu lagi, lagi-lagi tubuh Jo gemetar kecil, tak mau kalah ia kembali mencium buah dada-ku itu, menjilati puting kecil di dada-ku itu yang membuat-ku kembali mendesah pelan.

 

Aku terpejam merasakan sensasi birahi yang mulai menguasai diri-ku, aku membiarkan Jo yang mulai meloloskan celana pendek tidur-ku itu, aku tak berusaha membuatnya menghentikan kegilaan ini, aku diam, karena aku yakin apapun yang terjadi Jo tak akan meninggalkanku, aku tahu betul wataknya, dan aku tahu dalam kemungkinan sejelek apapun ia akan bertanggung jawab atas perbuatannya ini, tak ada lagi yang perlu kukhawtirkan, membuatku rela menyerahkan diriku pada seseorang yang begitu kucintai ini.

 

Aku meraih kancing Jeans yang dipakainya, kulepas kancing itu dan menurunkannya kebawah, untuk pertama kalinya aku menyentuh alat vital seorang lelaki dewasa, masih terbungkus celana dalam namun menggodaku untuk mengintip benda didalamnya, aku tersenyum nakal saat menyentuh kemaluannya itu, Jo tersenyum dan membalasnya dengan menyentuh bibir kemaluan ku yang masuh terbungkus celana dalam itu, perlahan kami mulai saling menggesekan alat kelamin kami, mulai memancing birahi kami dalam permainan terlarang.

 

Aku merasa vagina-ku itu mulai basah, sama dengan kepala penis Jo yang mulai mengeluarkan sedikit cairan lengket, aku tak tahu apa itu tapi aku yakin itu bukanlah sperma, mungkin sejenis cairan yang sama dengan yang keluar dari kemaluanku saat ini, aku melepas celana dalam Jo penasaran, penisnya yang telah menegang itu terasa begitu keras, Jo mencium-ku bibirku sebelum kemudian beralih ke tengkuk-ku, ia membisik-ku dan mulai menarik lepas celana dalam-ku, hembusan nafasnya di telinga-ku membuat-ku kian melayang dalam lautan birahi ini.

 

Jo membelai lembut vagina-ku yang ditumbuhi bulu-bulu halus tipi situ, ia mencium-ku, sementara mulai membimbing kemaluannya itu ke mulut vagina-ku, ia menindih tubuhku, terasa berat namun ia menyangganya dengan sikunya hingga tak sepenuhnya menindihku, kepala penisnya tergesek-gesek pelan di bibir kemaluan-ku yang membuat ku menggelinjang resah sambil menutup sepasang mata-ku, kurasakan kepala kemaluannya yang mendesak di depan bibir vagina-ku, terasa begitu hangat sementara juga membuat-ku kian hanyut..

 

Aku mendesah kecil, sama seperti Jo yang kenapa ikut mendesah-desah pula, ia mencium-ku, sambil meremas tangan-ku, ia mengengam tangan-ku erat, sementara ia mulai menekan penisnya itu masuk dalam vagina-ku dan aku tak berusaha menghentikannya.

 

Gerakan penisnya itu tertahan, aku juga mendesah menahan rasa perih di vagina-ku itu, pelan ia menarik penis itu keluar sebelum kembali mencoba menekannya masuk, masih tertahan, ia sempat berhenti, Jo terdiam sesaat, aku mencium bibirnya seolah memberikan izin pada Jo untuk memiliki tubuh-ku, ia pun kembali menekan penisnya masuk dan mulai merobek kesucian-ku, perih namun ada sedikit kebahagiaan karena memberikannya pada seseorang yang begitu kusayangi.

 

Ia menggerakan bagian bawah tubuhnya perlahan, aku merasakan gesekannya dalam tubuh-ku, pelan rasa sakit yang membuatku terus mengigit bibir-ku itu mulai hilang, tubuhku mulai terbiasa dengan benda asing yang berada dalam tubuhku ini sekarang, aku mulai merasakan kenikmatan diantara rasa sakit itu, terlebih saat Jo mulai menciumi payudara-ku, menambah rangsangan yang diterima oleh tubuhku, aku mulai mendesah-desah kecil hanya tertahan sesekali saat Jo melumat bibirku lagi.

 

Ia tak pernah berhenti menciumi-ku seolah dalam ciumannya itu ia mengungkapkan segala kasih sayangnya, tangannya yang terus menggengam erat tangan-ku tak pernah dilepaskannya, seolah mengatakan ia tak akan pernah melepaskan-ku, akan selalu melindungi-ku apapun yang terjadi.

 

Gerakan tubuhnya bertambah kian cepat, bukan rasa sakit yang kurasakan sekarang, namun sebuah kenikmatan yang tak dapat kuungkapkan, gerakanny akian cepat sementara rasanya tubuhku ikut menurut, tubuhku terasa begitu bergelora, Jo melepas gengaman tangannya ia memeluk leher-ku sambil menciumi telinga.

 

Aku memeluk pinggulnya yang tengah bergerak-gerak menghujamkan kemaluannya itu dalam tubuh-ku, aku mendesah tak karuan merasakan kenikmatan yang kian bertambah itu, terlebih saat Jo mulai menggerakan pinggulnya itu memutar, rasanya kenikmatan yang kurasakan itu kian bertambah saja, saat itu aku merasakan sesuatu yang lain dari dalam tubuh-ku, aku seolah akan meledak kapan saja, aku mengatur nafas-ku, sementara tak ingin kehilangan kenikmatan itu ..

 

Semakin kutahan, justru semakin dalam kenikmatan yang kurasakan, rasanya kenikmatan itu ian bertumpuk, aku masih berusaha menahannya hingga akhirnya tak tertahan lagi, tubuhku menegang tiba-tiba, yang kurasakan hanya mulutku yang mulai bergeremutuk dan aku mendesah panjang, tubuh-ku bergetar-getar tak karuan, aku merasakan sebuah kenikmatan yang sungguh tak dapat kuungkapkan..

 

Jo mencium bibir-ku saat tubuhku masih menggelinjang dan bergetar selama beberapa detik, aku merasakan tubuhnya yang juga ikut bergetar, kugerakkan tangan-ku memainkan puting didadanya itu, smabil menciuminya, tangannku yang lain menyusup di telinganya, pikrku bila aku merasakan kenikmatan saat merasakan hembusan ditelingaku, mungkin Jo juga merasakan kenikmatan yang sama .

 

Dan ternyata semua itu membuat Jo kian resah, gerakkannya menjadi tak beraturan, kadang ia menghujam cepat kadang hanya penetrasi-penetrasi dangkal, dan kemudian ia malah melakukan tusukan-tusukan yang begitu dalam yang sedikit membuatku merasa perih namun juga memberikan sebuah kenikmatan yang lebih nyaman lagi..

 

Jo menciumku begitu mesra, sementara ia terus menggerakan penisnya itu keluar masuk dalam kemaluan-ku, kian lama tubuhnya kian gemetar dan saat itulah tubuhnya bergetar hebat dan menumpahkan cairan cintanya dalam tubuhku,

 

Tubuhku ikut bergetar sesaat setelah kurasakan sejenis cairan kental itu tumpah di dalam lubang kewanitaan-ku itu, nafas kami memburu, dengan tubuh yang bergelimang keringat, aku terdiam mulai merasakan ketakutan, sementara Jo terus memeluk-ku dengan erat, setelah semuanya terjadi rasa takut itu baru muncul, tak tertahan aku mulai menitikkan air mata, Jo mencium-ku sepertinya menyadari tetesan air mata-ku.

 

Kusentuh permukaan perutku yang mulai menggelembung, entah berapa lama aku mengurung diri dalam kamar-ku, menangis dalam sebuah penyesalan, sebuah kebodohan, aku melangkah turun dari tempat tidur-ku, aku menatap wajah-ku di cermin dalam kamar-ku, aku berusaha tersenyum, namun tak kulihat bayangan Shelina yang kukenal, bukan lagi wajah cantik yang selama ini menjadi kebanggaanku, hanya sebuah wajah kusut dengan kantung mata dan bola mata memerah mungkin karena terlalu banyak menangis, menangis selama 5 bulan ini .

 

Aku membuka kunci kamar-ku, aku mengintip ke ruang keluarga, Papa sedang menonton Televisi, kulihat dirinya yang sedang menonton Tayangan Televisi itu, entah mengapa baru hari ini kusadari, seletah melepas segala kearogan-an ku selama ini, yang tak pernah memperdulikannya, yang kutahu hanya bagaimana menghabiskan uang pemberiannya dan terus menuntut lebih, lebih dan lebih, selalu melawan padanya, termasuk urusan Jo, aku menyesal atas semua pembangkangan-ku selama ini, menyesal meski hanya satu itu yang tak kusesali.

 

Rambutnya yang mulai tipis memutih , dengan pipi yang mulai pirus termakan usia, aku yakin ia tahu keadaan-ku, meski dengan mata plusnya, aku yakin ia dapat melihat perubahaan pada tubuhku, ia diam, seolah menunggu aku yang bercerita. Namun aku belum berani mengatakannya, belum aku belum mampu untuk menceritakan semua ini padanya, mungkin ia akan kecewa sekali padaku, tidak dia pasti akan kecewa aku yakin itu.

 

Kukunci pintu kamarku, aku kembali melangkah menuju tempat tidur-ku, kunyalakan lampu tidur disebelahku, sebingkai foto yang telah lama tak kujamah itu kini sayup kupandangi, aku menatapnya dalam, memandang senyuman di Foto itu, aku terus menatapnya seolah ingin kembali ke masa-masa itu,

 

Tapi aku tahu itu tak mudah, … tak mungkin, bukan sekedar tak mudah

 

Pelukan hangat itu, kecupan hangatnya, dan suara ponselku yang berdering tiap jam-nya, hanya sekedar untuk menanyakan ” Lagi apa sayang ?? ” Aku merindukannya, aku sungguh merindukannya, tanpa terasa air mataku kembali menetes..

 

Kuusap halus perutku yang tengah mengandung ini, aku menangis keras, aku benci diriku sendiri

 

Benci Janin dalam perutku ini

 

Maafin aku Jo,..

 

Kamu dimana ??

 

Aku tak mau mengingat ini semua lagi, namun aku tak dapat melupakannya, semua terekam begitu jelas

 

Manusia adalah sesosok mahluk yang tak pernah puas, mahluk yang tak pernah tau untuk mensyukuri segala sesuatu yang telah dimilikinya ..

 

Ya seperti yang aku ceritakan tadi, namaku Shelina, usia-ku 19 tahun aku seorang mahasiswi semester 7,  harusnya,… Andai semua kejadian ini tak pernah terjadi, 6 bulan ini aku mengurung diri di kamar ini, tak melihat sinar matahari, benci cahaya yang berlebihan, aku bersembunyi dalam kegelapan terkadang aku hanya melamun, melayangkan pikiranku entah kemana, kadang aku hanya menangis seharian atau kadang aku memandangi diriku sendiri di depan cermin, sambil terus membasuh diriku dengan air dan sabun berulang-ulang untuk membersihkan tubuh-ku yang ‘kotor’ ini.

 

Aku berusaha tak mengingat ini semua, namun bayangan ini selalu muncul dalam kepala-ku.

 

Tiap langkah, tiap kata, tiap detik kejadian itu yang entah mengapa terekam begitu jelas dalam ingatanku.

 

Pertemuan pertama dengan Jo, aku masih ingat betul saat masa Orientasi Mahasiswa baru, aku kerap menjadi sasaran dari para senior cewe yang entah kenapa begitu sering mengerjaiku, ya … saat itu aku sedang dihukum melakukan skot jump sampai 30 kali, tak ada pilihan lain, meski kaki-ku terasa begitu pegal saat hitungan belum mencapai 10 kali, ada seorang senior yang ternyata ketua umum masa Orientasi Mahasiswa itu yang menyelamatkan-ku, ya dapat ditebak orang itu Jo..

 

Entah kenapa sejak pertama kali aku menatapnya, jantung-ku berdegup begitu kencang, ia sendiri seperti terus menatap wajah-ku yang membuatku salah tingkah sendiri, ya bahkan aku merasa malu hingga memalingkan wajah-ku kesamping.

 

Sejak itu hubungan kami mulai berjalan, mulai dari sekedar SMS Hai, dan itu berlangsung dua bulan lebih, sampai akhirnya ia berani mengajak-ku sekedar menonton, aku masih ingat benar judul film yang kami tonton saat itu Click, ceritanya tentang remote universal yang membuat pemakainya bisa mempercepat waktu, atau memundurkan waktu, ia melihat masa depan yang hanya ada sebuah penyesalan, andai remote itu benar-benar ada, aku ingin mengulang semua waktu ini, dan kembali kemasa-masa indah itu.

 

Sedikit gambaran tentang Jo, tingginya sekitar 184cm, tinggi memang karena dia termasuk tim utama basket di kampus, tinggi dan besar tubuhnya itu yang justru itu membuatku nyaman jalan bersama Jo, aku memang cukup tinggi 171 cm, dan itu kadang membuat beberapa cowok yang mendekatiku sedikit minder, sedangkan jujur salah satu kriteria cowok idaman-ku haruslah tinggi besar supaya bisa memeluk-ku dengan hangat dan erat.

 

Jo tidak terlalu tampan, biasa saja dan gaya rambutnya tidak pernah berubah selama 3 tahun kami bersama,  gaya Monet , sering aku memintanya untuk membiarkan rambutnya tumbuh panjang, namun ia selalu beralasan gatal atau ketombean-lah sehingga kembali mencukur rambutnya yang mulai memanjang itu ke style semula..

 

Ia juga bukan orang kaya, tapi ia punya sebuah semangat yang membuat-ku yakin dia tak akan memiarkan ku menderita, ia selalu berusaha untuk membuat-ku terus nyaman bersamanya, ia tak pernah mengeluh seberapa letihnya dia untuk menyanggupi segala macam permintaan-ku mulai drai yang sepele, sampai hal-hal yang besar, tak semua bisa ia berikan memang, segala yang terbentur dengan uang kadang tak dapat dipenuhinya, Salah-ku memang yang selalu menuntutnya begitu banyak .. namun karena itulah aku begitu menyukainya, sungguh menyukai bagaimana ia mencintai-ku ..

 

Kadang teman-teman-ku pun sering menyindir-nyindir tentang-nya, mereka selalu mengatakan kalau Jo bukan-lah orang yang tepat untuk-ku, dulu aku tak terlalu perduli dengan segala ocehan mereka itu, sungguh … , meski kadang aku harus naik motor bebek keliling kota, ya ia kurang suka naik mobil-ku, mungkin itu lebih menyangkut harga dirinya, dan jujur aku juga tak keberatan meski kadang harus kehujanan ataupun kedinginan, nah dingin itu yang membuat Jo selalu memberikan jaket-nya untuk melindungi dari ras dingin, dan tanpa aku sadari dalam perhatian kecil-nya itu aku selalu menggunakan jaket yang ia pinjamkan, seolah aku tak perduli dengan dirinya yang pasti lebih kedinginan lagi karena memboncengku .. itu memang kebodohan-ku.

 

Dimabuk cinta, mungkin itu kata yang tepat untuk hubungan kami saat itu, aku merasa tak akan bisa lagi hidup tanpanya, Jo adalah nafas-ku, sama seperti setelah semua kesalahan-ku sekarang,.. aku tak bisa hidup tanpanya ..

 

Kenangan-kenangan saat aku merasakan ketegangan saat melihat ia memasuki ruang sidang skripsi-nya, dan rasa haru saat melihat ia keluar dari ruangan itu dengan senyuman mengembang di wajahnya.. Atau saat jantungku ikut berdebar kencang saat menunggu sebuah telepon kepastian, apakah ia diterima bekerja di sebuah perusahaan itu atau tidak, seharian kami menunggu telepon itu berdua, hingga akhirnya pukul 3 sore lebih sedikit saat telepon yang ditunggu-tunggu itu datang..

 

Kebahagian, dan kebahagian seperti ini yang begitu aku rindukan ..

 

Aku begitu merindukannya, semua bias, buyar oleh satu kesalahan fatal-ku itu .

 

Pekerjaannya sebagai seorang Junior Auditor di salah satu kantor akuntan Big Four memaksanya sering keluar kota untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjan-nya, disaat jarang bertemu denganya tu, aku kembali dekat dengan teman-teman SMA-ku dulu, dan seperti yang kukatakan tadi, mereka tak terlalu menyukai hubungan ku dengan Jo, selalu aja saja cerita-cerita jelek mereka, pelan tapi pasti aku mulai terpengaruh kata-kata itu..

 

Aku tetap bersikap seperti biasanya pada Jo, masih dengan kemesraan yang lama, namun ada sedikit keraguan di dalam hati-ku sekarang..

 

Ya hari itu hari Valentine, Jo menyempatkan diri-nya di tengah pekerjaannya yang justru sedang menumpuk-numpuknya, ia pulang untuk memenuhi keinginan-ku, tak bisa bersama seharian memang, tapi mendengar ia menyempatkan dirinya untuk pulang saja sudah membuat-ku begitu senang.

 

Jo bukan seorang yang romantis, aku tahu benar hal itu namun entah kenapa ia bisa begitu romantis hari itu, ia tahu Papa keluar kota satu minggu ini, jelas aku yang memberitahu padanya, ia datang tepat jam 12 malam tanggal 14, membawakan-ku coklat dan sebuah hadiah, kalung yang begitu aku inginkan aku sampai tak bisa menghentikan air mata bahagia-ku, selama 3 tahun ini, baru kali itu Jo bisa begitu romantis, bukan masalah hadiahnya itu, namun perhatiannya yang membuatku begitu kehabisan kata-kata, aku mencium-nya, memeluknya untuk membalas semua perhatiannya itu, dan ia pun balas mencium-ku sesekali mencium bibir-ku, dan semua itu terjadilah begitu saja, tak ada penyesalan akan semua itu, sampai detik ini..

 

Itu bukan awal dari semua ini,

 

Aku terbangun pagi harinya, masih ada Jo disebelah-ku ia tertidur begitu lelap, ia baru sampai Jakarta dari Jogja jam 11 malam, mempersiapkan semua hadiah untuk-ku, menahan semua rasa lelah dan kantuk-nya untuk memberikan-ku kejutan ini, aku mencium keningnya, tak mau membangunkannya, jam 10 pagi ini dia harus kembali ke Jogja kembali dengan pekerjaanya, aku keluar dari kamar-ku, aku ingin membuatkan sarapan untuknya, saat itulah ponsel-ku bordering, sebuah pesan pendek dari Jonathan, aku sengaja mensave nomornya di tempat yang sama dengan Joshua, aku cuma takut Jo tahu ‘kesalahan’ yang kulakukan.

 

Aku tersenyum melihat pesan singkat dari Jonathan, sebelum kembali dengan kesibukan membuat sarapan untuk belahan jiwa-ku. Aku membuatkan nasi goreng untuk Jo, aku memang tidak pandai memasak, meski Jo sering memuji masakan buatan-ku, buatnya enak, meski kata Papa gak enak..

 

Aku membawa nasi goreng itu ke kamar, Jo sudah bangun, ia tiba-tiba memeluk-ku dengan begitu erat, berulang ia mengucapkan kata maaf, aku tahu sebuah kesalahan yang kami lakukan semalam, namuntak ada penyesalan dari-ku, aku merasa telah memberikannya untuk seseorang yang tepat, aku mengungkapkan semua perasaanku pada Jo, semuanya dan semua khayalan-ku di masa depan bersamanya..

 

Jo terus memeluk-ku erat, seperti apa yang kusukai darinya pelukannya terasa begitu hangat, Ia meminta waktu pada-ku sampai ia mampu menghidupi keluarga kami nantinya, satu tahun lagi katanya, satu tahun lagi dan aku tahu satu tahun penuh penantian ini akan terasa begitu lambat, namun aku sungguh menantikan hari itu tiba, aku mencium kening Jo lagi, air mata bahagia-ku mengalir di Pipi-ku, Jo mengusap air mata-ku meki membiarkan bola matanya tergenang air mata..

 

Hari itu rasanya akan berjalan begitu sempurna, meski aku tak bisa mengantarnya ke Bandara, ia tak mengijinkan-ku, buat dia kuliah-ku lebih penting dari sekedar mengantarnya ke Bandara ..

 

Dan ini lah semua kesalahan itu,

 

Sesuai janji ku dengan Jonathan dan teman-teman-ku yang lain, aku pergi bersama mereka malam itu, ke sebuah Club, aku tahu Jo pasti akan sangat marah, ia tidak menyukai aktivitas seperti itu, buang-buang uang katanya, dan pastinya ia juga tak akan suka aku begitu, sudah 3 kali aku membohonginya belakangan ini, dan ini untuk keempat kalinya.

 

Namun aku sadar kesalahan-ku kali ini jauh lebih fatal, kali ini ada Jonathan, dan jujur ada yang berbeda dengan hubungan kami belakangan ini, sedikit lebih dari sekedar teman aku saja merasa begitu, bisa saja Jonathan juga merasakan hal yang sama, atau mungkin, melihat perhatiaanya padaku bisa saja ia menilai lebih lagi dari hubungan kami.

 

Seperti biasa sampai pukul 11 Jo tak pernah lupa untuk menanyakan keadaan-ku, ada dimana …, apa yang sedang kulakukan …, sudah makan apa belum … dan sebagainya dan kali ini lagi-lagi aku membohongi- nya, aku tak menyadari-nya saat aku membalas pertanyan-nya  ” dimana ?? ” biasanya ia tidak pernah bertanya seperti itu semalam ini, dengan tanpa sedikitpun rasa bersalah aku membohongi-nya dengan mengatakan di rumahlah, lagi tiduran. Terlebih aku mulai mabuk saat itu dan aku beberapa kali membiarkan Jonathan memeluk-ku, dan tanpa aku sadari sepasang mata mengamati-ku dari jauh, Jo berulang kali menelepon-ku, jelas aku tak berani mengangkat panggilannya dengan suasana seribut ini,  ada rasa bersalah karena tidak mengangkat teleponnya terlebih karena membohongi-nya..

 

Hingga sebuah pesan singkat masuk, dari Jo yang rupanya terus mengawasi-ku dari tadi, jutaan penyesalan muncul dari hati dan kepala-ku ..

 

Mataku mencari, diantara kerumunan itu aku melihat jelas tatapan mata penuh kekecewaan dari Jo, tatapan mata it terlihat begitu sedih bukan sebuah kemarahan, seperti seseorang yang sungguh kecewa dan kehilangan segenap kepercayaannya, tatapan mata itu seolah kosong dalam kebingungan.

 

Aku terlonjak kaget, aku nyaris sadar betul dari mabuk-ku saat melihat Jo memang berdiri disana, aku ingin segera berlari turun hendak menghampiri-nya, otakku berputar cepat, berusaha memikirkan alasan terbaik yang dapat kuberikan untuknya, aku mencari kebohongan apa lagi yang dapat kukatakan padanya. Namun yang ada dalam otak ku hanya satu cara, yaitu kejujuran, hanya itu yang terfikir, meski butuh sebuah keberanian untuk mengatakannya.

 

Aku segera berusaha untuk berlari turun, namun Jo tak lagi berdiri di tempat-nya tadi, aku berusaha mencarinya, melihat ke segala arah berusaha mencari sosok Jo, di sebelah kanan aku sepintas melihat dia melangkah kesana, aku pun berlari mengejarnya.

 

Aku menyelusuri lorong-lorong gelap itu, setelah masuk lebih dalam lagi, mulai muncul keraguan dalam diriku, mungkin aku salah mengambil jalan ?? tapi rasanya aku yakin melihat Jo masuk ke lorong ini tadi, lorong-lorong terhubung dengan ruang-ruang VIP, dan terasa begitu sepi, aku segera membalik kan tubuh-ku hendak berbalik arah.

 

Namun baru beberapa langkah aku berjalan. Seseorang tiba-tiba menarik-ku masuk ke dalam ruangan, aku berusaha berontak dan berusaha melihat siapa yang menarik-ku itu, ternyata seorang lelaki paruh baya yang terlihat sudah begitu mabuk, dan di dalam ruangan itu ada 3 orang lainnya yang terlihat sama mabuknya dengan yang tengah menculik-ku ini, ia mendorongku hingga jatuh terbaring diatas lantai yang terasa begitu dingin itu.

 

Dari omongan mereka sepertinya mereka salah mengenaliku dengan pelacur yang mereka sewa dan kabur tadi, aku berusaha menerangkan semampu-ku, namun nyaris percuma berdebat dengan orang-orang mabuk seperti mereka, satu-satunya yang bisa kulakukan adalah berusaha keluar dari ruangan ini, akupun berusaha untuk berdiri dan hendak berlari menerjang keluar, namun salah satunya menarik rambutku dan mendorong-ku hingga kembali terjerembab di atas lantai itu.

 

Sakit namun yang lebih menakutkan lagi keempatnya mengerubungi-ku, tercium bau alcohol yang begitu kental dari mulut mereka, dan itu membuatku sungguh ketakutan mereka akan memperkosaku, terlebih saat mereka mulai berusaha melucuti pakaian-ku, aku terus berusaha melawannya, usia mereka semua jelas seusia dengan Papa-ku, bahkan mungkin lebih tua lagi darinya, mereka melepas pakaian-ku, dan mulai menciumi tubuhku, aku berusaha melawan namun jelas aku kalah tenaga dan jumlah dari mereka semuanya ada 4 orang, tua dan berkeriput dengan rambut yang sudah memutih, tawa mreka yang begitu menjijikan membuat-ku begitu mual melihat wajah mereka itu, aku terus berusaha memberontak, namun tangan-tangan jahanam itu terus merogoh tubuh-ku, meremas-remas payudara ku yang masih dalam bra-ku..

 

Mereka tak perduli dan melakukan semua ini sambil tertawa, seseorang diantara mereka membuka pakaian-nya, sementara 3 orang yang lain tak pernah melepas tangan-tangan mereka dari tubuh-ku, salah satunya melepas pengait bra-ku, hingga kini sepasang payudara-ku menggantung di depan mereka, tangan-tangan itu bertambah liar, mereka memilin-milin payudara-ku , aku pun mulai menangis sejadi-nya, baru semalam aku merasakan pengalaman pertama-ku, dan sekarang aku harus merasakan pengalaman yang lainnya, aku tak mungkin rela dan tak mau diperlakukan seperti ini oleh mereka, aku sadar kalau semua ini memang salah-ku namun aku tak mau kesalahan-ku harus berujung seperti ini..

 

Aku menangis dan memohon sebisa-nya, namun tak ada artinya untuk berbicara dengan orang-orang yang tengah mabuk berat seperti mereka, yang lainnya melucuti rok dan celana dalam-ku, tangan-tangan mereka langsung menyelip diantara belahan vagina-ku, aku meringis saat merasakan tangan-tangan mereka menyentuh bagian kewanitaan-ku itu, ingin menjerit sejadinya, namun jelas tak ada yang akan datang menolong-ku, ruangan ini kedap suara, terlebih suara musik di depan begitu kencang, aku terkurung dalam ruangan ini bersama 4 orang iblis.

 

Aku tercekat saat salah satu dari mereka menampar bokong-ku, perih namun mereka hanya tertawa melihat reaksi wajah-ku. Tangan-tangan mereka terus meremas-remas payudara dan bokong-ku, aku berusaha melawan, tak sudi dengan sentuhan tangan-tangan kotor mereka, mereka mulai bergantian menelanjangi diri mereka sendiri, hingga kini hanya tinggal celana dalam yang melekat ditubuh mereka.

 

Belum cukup aku terkejut, mereka mulai memaksa-ku, menarik tangan-ku dan memasukannya dalam celana dalam mereka, terpaksa aku harus menyentuh kemaluan mereka yang sudah membengkak itu, terasa lain dengan yang kemarin kurasakan, tak ada suka cita, atau kerelaan melakukan ini semua, hanya ada ketakutan dalam hati-ku, dan aku terpaksa menggerakan jemariku pada penis mereka, takut akan ancaman mereka..

 

Sementara aku harus melayani dua orang, yang satu terus memainkan payudara-ku dari belakang, sambil terus mendengus di telinga-ku yang membuat-ku merinding tak karuan, yang satunya lagi terus menggesek-gesekan jemarinya di permukaan vagina-ku, pelan gesekan-gesekan itu mulai membuat-ku terbuai, tubuhku mulai menurut, namun tidak pikiran-ku..

 

Belum cukup, pria tua disebelah kanan-ku membuka celananya, penisnya tak besar, namun cukup panjang dan keras, warnanya hitam begitu pekat dan kini berada tepat di depan mulut-ku, aku menghindari penisnya yang berbau tak sedap itu, namun orang dibelakang-ku menangkap wajah-ku dan memaksa mulutku untuk terbuka, aku tak dapat melawan lagi, hanya bisa meringis takut sambil berharap ada seseorang yang membuka pintu itu dan menyelamatkanku,namun pintu itu tak pernah terbuka..

 

Penis itu pun mulai menjejali mulut-ku, aku tak dapat menghindarinya, pelan penis itu mulai menyentuh lidahku, terasa aneh dalam mulut-ku, asin namun berbeda dengan rasa asin garam, dan baunya itu sungguh memuakan, sementara aku masih belum terbiasa dengan rasa aneh dalam mulut-ku itu, lelaki tua itu mulai menggerakan penisnya keluar masuk dalam mulut-ku, ia menjejali mulutku, hingga membuat-ku tersedak berulang kali..

 

Ia hanya tertawa melihatku tersedak seperti itu, ia malah menjejalkan penisnya lagi, lebih dalam hingga membuat wajahku terbenam dalam selangkangannya yang berbulu lebat itu, dan aromanya sungguh menjijikan, aku kembali tersedak hebat, aku bahkan bisa merasakan rontokan bulu kemaluanya di dalam mulutku sekarang, seseorang menarik kepalaku lagi, bukan untuk membebaskan-ku namun hanya untuk menghujamkan penisnya dalam mulut-ku lagi,..

 

Orang ini lebih kejam dari orang yang satunya, Ia bukan hanya membuat-ku tersedak, namun juga terus menghujamkan penisnya meski aku terbatuk-batuk sambil mengemut penisnya itu., puas melihatku terbatuk-batuk ia melepaskan-ku, baru aku merasakan sedikit kelegaan, namun seseorang kembali menarik kepala-ku, si kejam tadi rupanya belum puas dengan apa yang sudak dilakukannya tadi.

 

Ia menarik-ku hanya untuk mendorong tubuh-ku hingga terjatuh ke lantai itu lagi, aku menahan rasa sakit akibat benturan itu, namun belum hilang rasa pening-ku akibat dorongannya tadi, ia menghujamkan penisnya kemulut-ku, aku kembali tersedak karena penisnya itu yang mauk begitu dalam, namun tak peduli dengan keadaan-ku ia terus menyodokan penis tua-nya dalam mulut-ku berulang-ulang, entah berapa menit berlalu, hingga akhirnya ia melepaskan-ku, aku langsung terbatuk tak karuan, namun aku merasa lega terlalu cepat, kembali ia menarik-ku dan menghujamkan penisnya lagi dalam mulut-ku berulang-ulang..

 

Aku hanya bisa pasrah menerima semua ini, meski suara tawa mereka begitu menjijikan terdengar di telinga-ku, tak ada yang dapat kulakukan aku hanya bisa berusaha tegar menerima semua ini, masih terbatuk-batuk karena sodokan-sodokan kasar itu, Tua Bangka ini akhirnya melepaskan penisnya dari mulut-ku, ia belum puas mempermainkan-ku, tangannya mengesek-gesek vagina-ku, membuat tubuhku mulai resah, ia berpindah ke depan lubang kemaluan-ku, ia akan memperkosa-ku sekarang.

 

Jelas aku tak sudi membiarkan ia menyetubuhi-ku, aku berusaha menghindar namun seseorang menamparku, aku terdiam sejenak namun masih tak rela menyerahkan tubuhku pada mereka, aku terus berontak sambil terus menggerak-kan pinggulku kesana kemari,

 

Tua Bangka itu akhirnya menangkap pinggulku, sementara yang lain menahan tubuh bagian atas-ku, aku tak bisa lagi menghindar, sementara kuraskaan penisnya yang berada tepat di depan bibir kemaluan-ku, tak lagi bisa menghindar aku hanya menangis menyesali semua ini, kurasakan penisnya mulai menyusup masuk, aku mendesah tak rela merasakan bagian tubuhnya yang mulai memasuki tubuhku itu,.

 

Pelan penis itu mulai keluar masuk mencari jalan termudah untuk menyetubuhi-ku, kian lama penis itu mendesak kian dalam dan lebih dalam lagi, membuatku kembali merasakan rasa perih seperti semalam, namun perasaan-ku jauh berbeda dengan yang kurasakan semalam, aku merasakan kebencian yang teramat sangat saat ini, wajah itu, wajah yang tengah tertawa itu tak akan pernah kulupakan sepanjang hidup-ku.

 

Beberapa menit kemudian tua bangka ini berhasil memasukan penisnya itu seutuhnya dalam tubuh-ku, aku merasakan benda asing itu mulai bergerak-gerak dalam vagina-ku, tua bangka ini berusaha mencium-ku, namun aku selalu berhasil menghindarinya, meski ia tak pernah berhenti berusaha mencium-ku, sementara tangan-tangan yang lain terus memainkan payudara-ku sekenanya..

 

Tangan-tangan kasar mereka meninggalkan jejak-jejak merah di payudara-ku, kadang mereka menyedoti payudaraku atau meremasnya kasar, bahkan salah stau dari mereka mengigit pelan puting payudara-ku. Tubuhku bergetar-getar sesaat, saat mulai merasakan sedikit kenikmatan dari apa yang mereka lakukan pada tubuh-ku, namun sisi dominan dari diriku terus menolak apa yang mereka lakukan pada diri-ku itu.

 

Tua bangka itu menarik kaki-ku hingga ke pundaknya, membuat kedua pahaku mengatup, penis di dalam tubuhku itu makin berasa, begitu juga dengan rasa perih yang kurasakan, ia terus menggerakan penisnya itu dengan cepat tak perduli dengan erangan kesakitan-ku, kadang aku menjengut rambutnya sebagai bentuk perlawanan-ku, namun itu hanya membuatnya kian tertawa.

 

Desahan-ku yang tak pernah berhenti meluncur dari mulut-ku mungkin adalah sebuah stimulasi yang membuat mereka kian terangsang, gesekan penisnya dalam tubuhku bertambah kian cepat dan dalam, aku mulai tak mampu menolak kenikmatan yang mulai menguasai diriku itu, namun aku masih memiliki harga diri yang membuatku tak sudi menyerah sampai disini.

 

Tubuh tua itu mulai bergetar-getar, seperti tubuh Jo semalam, aku segera ikut menghentakan tubuhku ke tubuhnya berharap itu memberikan kenikmatan pada tua bangka ini, dan membuatnya segera selesai dan membebaskan-ku, tubuhnya bergetar kian keras, begitu juga batang kemaluannya itu yang ikut bergetar-getar, dan tak lama kemudian ia menumpahkan spermanya itu dalam vagina-ku, ya ampun, bagaimana ini ??

 

Setelah menumpahkan spermanya dalam tubuhku, kurasakan penisnya itu kian menciut sebelum kemudian meninggalkan tubuh-ku, aku segera memohon mereka untuk melepaskan-ku, namun salah satu dari mereka malah memberikan-ku segelas besar bird an memaksa-ku meminumnya, dan kembali mendorongku jatuh.

 

Ia membuat-ku menungging keatas, sementara penisnya kembali berada di depan bibir kemaluan-ku, untuk kedua kalinya kembali penis yang lain menyetubuhi-ku, penis itu mendesak masuk dengan keras, dalam beberapa tusukan hingga akhirnya terbenam dalam kemaluan-ku, aku menjerit merasakan kesakitan yang teramat sangat itu, namun bukan melepaskan-ku ia malah mengujamkan penisnya keluar masuk dalam tubuhku..

 

Sementara yang lainnya mengangkat wajah-ku dan memaksa-ku menjilati penisnya, aku terpaksa membuka mulutku dan memasukan penisnya dalam mulutku setelah ia memencet hidungku dan memaksa-ku membuka mulut-ku, penis itu benar-benar menjijikan sejenis cairan yang tidak terlalu kental menetes dalam mulut-ku, rasanya sungguh aneh namun aku tak dapat menolaknya saat ia mulai menggerakan penisnya itu dalam mulut-ku..

 

Orang yang tengah menyetubuhi-ku itu, mencengkram pinggulku begitu kuatnya, ia menghujamkan penisnya begitu cepat dalam dalam yang embuat tubuhku merasakan rasa sakit yang teramat sangat, menahan rasa sakit itu bukan semuanya, karena orang yang tengah memperkosa mulutku itu meremas-remas payudaraku dengan begitu kasaranya, dada-ku itu terasa begitu perih namun tak juga membuat keempat orang ini merasakan sedikit keibaan, yang ada malah mereka kian tega menyetubuhi-ku.

 

Orang yang dibelakang-ku itu malah menjilati punggungku, tubuhku bergidik saat kurasakan lidahnya itu menyapu tubuhku, kian lama kian cepat juga ia menyetubuhi-ku hingga akhirnya ia mendesah panjang dan tubuhnya bergetar tak karuan, saat itu kembali cairan spermanya kembali meleleh dalam vagina-ku, kini mereka melepaskan-ku sejenak, sementara aku kembali terbaring diatas lantai dingin itu, aku hanya bisa meneteskan air mataku. Ini masih belum akan berakhir, aku tahu itu.

 

Aku menarik nafas panjang, masih ada dua orang lagi yang menunggu gilirannya, tubuhku begitu letih dan mabuk-ku sudah benar-benar hilang sekarang, saat itu kudengar seseorang mengetuk pintu ruangan itu, aku melirik kecil saat melihat pintu itu terbuka, ingin kukumpulkan segenap tenaga untukberteriak, namun aku begitu lelah, orang yang diluar masih terus mengetuk sementara keempat tua Bangka ini menyumpah-nyumpah salah satunya akhirnya berjalan kearah pintu, membuka pintu itu dan yang ada diluar ternyata Jo, dia … dia melihatku.

 

Saat itu juga Jo langsung menerobos masuk, mungkin ia mengamuk melihat tubuhku yang tergeletak di atas lantai dengan pakaian yang tak karuan, menghajar salah satu dari lelaki itu, ia memukuli mereka satu persatu, dua orang terjatuh sementara yang satunya ketakutan, Jo berusaha membangunkan-ku memakaikan baju-ku yang sedikit robek itu, namun saat ia lengah seseorang menusuk perutnya dengan pecahan botol, aku menjerit ketakutan saat melihat darah mulai mengalir dari tubuhnya, aku menjerit sambil berusaha berlari keluar mencari pertolongan, Jo begitu mengamuk ia memukuli orang-orang itu dengan sisa-sisa tenaganya..

 

Aku berusaha meminta pertolongan, Jonathan dan beberapa teman-ku yang lain ternyata ikut mencari-ku yang hilang bersama Jo, Jo nekad memasuki beberapa kamar hingga akhirnya menemukan-ku, dan sekarang ia terlibat dalam perkelahian, ia tidak pergi tadi hanya berjalan menuju pintu keluar untuk berbicara dengan-ku, Sekarang semua kebodohan-ku itu berakibat lebih fatal lagi, aku tak memperdulikan lagi keadaan-ku, aku harus kembali  keruangan itu secepatnya, namun saat sampai disana aku hanya bisa menjerit sekerasnya,

 

Pikiran-ku dipenuhi dengan rasa bersalah dan penyesalan, Ruangan itu telah kosong dengan hanya ada Jo tergeletak disana dengan tubuh yang bersimbah darah, aku membawanya dengan mobil-ku sendiri ke rumah sakit terdekat, aku terdiam tak tahu apalagi yang harus kulakukan saat seorang dokter keluar dan hanya meminta maaf dari-ku, pihak Club hanya meminta maaf padaku dan memberikan sejumlah uang untuk menutup apa yang terjadi pada-ku, aku menerimanya bukan karena jumlah uang besar yang mereka tawarkan, namun saat ini tak ada yang tahu apa yang telah terjadi padaku malam itu, dan lagi saat itu aku belum tahu bahwa aku tengah mengandung, terlebih hatiku dihantui oleh berjuta penyesalan , aku merasa bahwa akulah yang telah membunuhnya, dan yang bisa kulakukan sekarang hanya menangis..

 

Tak lama kasus pembunuhan Jo pun digelar namun tak sampai selesai, sebulan kemudian kasus itu pun ditutup, mendengar itu membuat penyesalan di hatiku kian bertambah, terlebih sebuah pukulan lain menghampiri-ku,  ya dua hari setelah kasus Jo ditutup aku menyadari bahwa aku tengah mengandung, pukulan demi pukulan itu membuat-ku kian rapuh, aku mulai tertutup dan terus mengurung diriku..

 

Kesadaran bahwa aku sendiri tak tahu, anak siapa yang berada dalam perut-ku ini, Jo atau keempat pemabuk itu, membuatku kian terpukul, jelas aku tak sudi mengandung anak mereka, sungguh terlebih perasaan bersalah-ku pada Jo, aku telah kehilangan dirinya begitu cepat, saat sebuah harapan kebahagiaan yang abadi akan menghampiri kami segera, semua buyar hanya karena kebohongan-ku, sebuah ketololan karena tak pernah dapat mensyukuri sebuah kebahagiaan yang tengah aku rasakan.

 

Entah setan apa yang membisiki-ku detik ini, rasanya semua ini harus berakhir sekarang, aku lelah, aku tak mampu lagi bertahan, dan lagi aku yakin aku tak kan sudi merawat anak ini, tak mau ..

 

Aku membuka laci meja belajar-ku, masih dengan penuh tangisan ini, kuraih sesuatu di dalam laci itu, sebotol kapsul obat tidur yang telah beberapa kali kukonsumsi, 1 butir cukup untuk membuat-ku tidur lelap selama 12 jam, 10 butir mungkin cukup untuk membuatku tidur selamanya, kubuka tutup botol itu kutuang isi nya keatas meja sebelum kuambil butir demi butir ..

 

I’m sorry , I’m so sorry

But I miss you so

 

###

 

On and on the pain goes on

And it wouldn’t just wouldn’t die

wo jing yuan bi xiang xiang zhong ruan ruo

qie wu neng wei li

dui ni de yan shen xuan ze le tao bi

hen zi ji hen zi ji

 

On and on the pain lives on It’s hurting so much more

Jiu rang wo bei hui bu dang chu de zui e tun qu

Cheng fa guo huo neng fou dai lai jie duo

i’ll be fine, i’ll be fine

 

So many cried listening to God

Rang jian qiang tu zhi shi zhong wei zhuang

So many lies listening to you

Tian liang hou

I will be fine

 

On and on the pain goes on

and I just don’t know how to cope

Shen shou bao zhu zi ji shi fou jiu

neng gou pu zai kong xu

Zui hou xin nian bie fang qi

I will be fine I will be fine

 

So many cried listening to you

Xi wang ni neng zai gei wo li liang

So many lies listening to you

Shen me shi hou

I will be fine

 

Dang wo zai ye bu dui ren he shi qi dai

Zhi sheng xia ni zhi sheng xia ni

You tian tang wo she qi yi qie jian ni

Qing ni yao we xiao bu yu

 

So many cried listening to you

Xi wang ni neng zai gei wo li liang

So many lies listening to you

Shen me shi hou

I will be fine

 

###

 

Dimana aku ??

 

Sebuah rumah sakit, tubuhku sungguh terasa lelah dan bagian bawah tubuhku pun terasa begitu ngilu

 

Masih terasa sakit, Jo belum mengizinkan ku untuk bersamanya lagi, aku melihat kesekelilingku, Papa duduk di kursi dekatku, ia tersenyum melihat-ku yang baru saja siuman, aku tersenyum membalas senyumannya itu.

 

Aku melirik kearah pintu saat seseorang membuka pintu kamar-ku, terdengar sebuah suara .. sayup ..

 

Suara kecil itu membuat tubuhku yang begitu lelah ini terasa begitu ringan

 

Sebuah suara tangisan, seorang perawat membawa bayi itu kedekatku yang masih terbaring lemah, aku melirik kearah Papa yang berada di dekat-ku, ia tersenyum melihat-ku dan berjalan mendekat, susetr itu membiarkan-ku mengendong bayi itu, bayi mungil yang sangat lucu ..

 

Andai aku selalu mengatakan tidak untuk merawatnya maka ia tidak akan pernah hidup

 

Andai Papa tidak menyelamatkan-ku waktu itu, membuatku menceritakan segalanya, aku tak akan melihat anak-ku yang begitu lucu ini sekarang.

 

Aku melihat tangisannya yang mulai berhenti, sebuah senyuman kecil  mengembang di wajah beyi kecil itu, aku melihat dalam senyumannya, senyuman Jo

 

Ini anak kita ..