Benerin rumah paman: aku fantasi tanteku Bi Rani dan sepupuku Wita
Di hari keberangkatan. Setelah packing selesai, gw mengirim pesan singkat kepada bibiku, Rani, untuk memberitahu bahwa gw akan datang. Bi Rani membalas dengan pesan bercanda bahwa dia senang akan ada pemuda ganteng yang datang menginap di rumahnya, diakhiri emoticon kiss dan love. Gw sih saat itu menganggap biasa saja, karena kami memang keluarga dekat.
Sepanjang perjalanan ke Tasikmalaya, gw dan Bi Rani beberapa kali saling mengirim pesan tentang hal-hal yang bisa dilakukan selama gw berada di sana. Gada yang aneh. Bi Rani menawarkan beberapa tempat wisata yang menarik dan juga beberapa makanan khas daerah yang harus gw coba.
Setibanya di rumah bibiku, gw langsung disambut oleh Wita, anak perempuan Bi Rani dan Mang Enjang. Wita terlihat sangat senang bisa bertemu dengan gw dan langsung menghampiri gw. Memang kita cukup akrab karena hamper tiap libur keluarga sering bertemu.
“Eh, sudah makin gede lagi ya?” sapa gw ke Wita sambil tersenyum lebar.
“Iya A. Apa kabarnya, eh apanya nih yang makin gede” jawab Wita cengengesan sambil memberikan pelukan biasa antar saudara.
Setelah ngobrol sebentar, Mang Enjang menunjukkan rumahnya yang perlu diperbaiki. Gw memberikan beberapa saran dan ide tentang perbaikan rumah tersebut dan Mang Enjang terlihat cukup senang dengan masukan gw.
Siang itu tidak ada yang aneh sampai malam ketika tiba waktu tidur, Bi Rani menawarkan kamar Wita untuk gw tempati karena kamar lain sudah ditempati olehnya dan Enjang. Gw sempat ragu karena merasa tidak enak tidur di kamar WIta, dia tidur dimana, tapi Wita dengan cepat meyakinkan gw bahwa tidak masalah.
“Aa boleh tidur di kamar saya, A. Saya tidur di kamar papi dan mami saja,” kata Wita sambil tersenyum.
“Terima kasih, Wita,” jawab gw sambil tersenyum balik. Yah, padahal dalam hati gw berharap dia tetap tidur dikamarnya, hehehe.
Sebelum pergi tidur, gw sempat mengobrol dan menonton sebentar dengan Wita. Sayangnya gak ada apa-apa, film yang ditonton pun hanya sinetron biasa saja karena tidak ada saluran berlangganan di rumah Bi Rani ini. Namun jujur, meski agak sedikit tidak niat awalnya, gw merasa proud dengan diri sendiri karena akhirnya tetap dating dan bisa membantu pamanku dan juga bertemu dengan bibiku dan Wita. Gw juga yakin ini akan menjadi liburan yang menyenangkan.
Saat malam tiba, gw sudah berada di kamar Wita dan hampir tertidur pulas. Namun tiba-tiba gw melek 100% lagi karena suara obrolan di kamar sebelah. Gw mendengar Rani mengeluh ingin dilayani namun ditolak oleh Mang Enjang karena Wita tidur di kamar tersebut. Bi Rani mencoba meyakinkan Mang Enjang dengan mengatakan bahwa mereka bisa melakukannya pelan-pelan saja, tapi Mang Enjang malah marah. Gila piker gw, bibi gw ternyata hyper juga nih kayaknya.
“Gimana bisa kita ngen**t pelan-pelan, Rani? Kamu kan biasanya yang gak bisa pelan-pelan sampe teriak-teriak,” ujar Mang Enjang dengan suara yang semakin meninggi namun tetap terdengar ditahan karena ada WIta tidur disitu.
Bi Rani masih mencoba memohon lagi, tapi Mang Enjang tidak mau mendengar. Dia malah ngeloyor keluar rumah dengan marah dan mengatakan bahwa dia akan nongkrong di pos ronda.
Gw merasa sedikit tidak enak mendengar obrolan tersebut. Gw juga merasa sedikit khawatir tentang hubungan antara bibiku dan pamanku. Gw juga gak habis pikir kok bisa mereka ngobrol begitu, bukannya Wita tidur disitu. Apa mereka masih menganggap Wita anak kecil ya, padahal Wita sudah mau lulus SMA, jelas bukan anak kecil lagi. Namun, gw tidak ingin ikut campur dalam urusan mereka dan memutuskan untuk mencoba tidur kembali. Meskipun susah, karena sudah sedikit konak, kwkwkk.
Setelah Mang Enjang pergi ke pos ronda, suasana di rumah menjadi sedikit sunyi. Bi Rani dan Wita berada di kamar sebelah, sedangkan gw berada di kamar Wita. Namun, tidak lama kemudian, gw mendengar suara desahan dari kamar sebelah.
Awalnya, gw tidak yakin apa yang terjadi. Masa sih. Gw sampe pelan-pelan mendekat ke dinding dan menempelkan telinga gw, wkwkwkw. Anehnya malah gw yang deg-deg an. Namun, ketika gw coba mendengarkan dengan lebih jelas, gw yakin bahwa itu adalah suara Bi Rani yang tampaknya sedang menyalurkan hasratnya dengan bermastrubasi sendiri. Gw terpana dan bingung, apa yang harus gw lakukan, karena, ada beberapa hal yang cukup sulit untuk diabaikan.
“Arif, oh Arif,” suara Bi Rani gemetar lirih pelan.
Ko kaya manggil nama gw ya. Hmmm. Gw mendengar suara Bi Rani yang gemetar dan desahan dari kamar sebelah. Gw cukup yakin mendengar Bi Rani memanggil nama gw setelah beberapa kali, meskipun gw tidak yakin apakah itu hanya khayalan gw atau memang benar-benar terjadi.
“Aku butuhmu, Arif,” desah Bi Rani dengan suara pelan yang memanggil nama gw.
“Ssshh”
Setelah itu tidak ada ucapan yang diucapkan Bi Rani, tetapi hanya terdengar desahan dan suara gerakan yang pelan.
Semua hal yang gw dengar jelas saja membuat gw terangsang. Tapi jujur gw merasa sedikit terkejut dan tidak siap dengan situasi tersebut. Bibi gw sendiri coy, hahaha.
Otak mesum gw namun tetap jalan. Sebelum keburu berakhir, gw keingetan ada di kamar Wita, gw cari-cari celana dalemnya di lemarinya pelan-pelan, dan sambal mendengarkan lagi Bi Rani mendesar desah gw juga ngocok kon**l gw. Malah karena inget Wita ada dikamar Bi Rani, gw menghayalkan hal yang lebih gila. Mestinya sih WIta saat ini terbangun dan mendengar ibunya bermastrubasi. Gw ga bisa membayangkan kalau ada di posisi dia.
Gw membayangkan Wita mendengar dan menyaksikan apa yang dilakukan oleh ibunya, gw bayangin Wita mungkin merasa terangsang dan terbawa suasana. Gw mulai membayangkan Wita membayangkan dirinya, ibunya, dan gw dalam sebuah fantasi seks bertiga. Gw bayangin Wita mungkin merasa bingung dan malu atas fantasinya, tapi pada saat yang sama juga merasakan gairah yang kuat. Hehe. Memang agak aneh, tapi saat itu selain karena suara Bi Rani, entah kenapa gw sangat terangsang karena membayangkan WIta yang sedang membayangkan apa yang gw bayangkan. Khayalan gw adalah Wita membayangkan gw tiduran dikasur, Bi Rani menggenjot Kon**l gw dan WIta menduduki muka muka, mendesah-desah keras karena gerakan lidah dan gigitan-gigitan pelan gw di klitoris dan sekitar lubang v nya.
Gw tersadar karena mendengar Bi Rani kayanya sudah mencapai klimaks. Gw harus buru-buru. Tapi, saking menghayatinya gw, gw terlena pas crot sedikit melipir dari celana dalam Wita sehingga sperma gw ada yang terbang ke kumpulan foto-foto Wita yang dia tempel di stereofoam di dinding dekat gw berdiri. Gw yang kaget dan langsung refleks bersih-bersih malah menjatuhkan sisir dari meja didekat situ.
Brukkk…
“Rif, kamu bangun” tiba-tiba Bi Rani memanggilku dari kamar sebelah.
Gw langsung gelagapan, celana dalem Wita masih gw pegang, ada sperma gw pula, foto-foto Wita juga ada sperma gw, lemari masih kebuka pula bekas gw ngambil celana dalem Wita.
Tapi sekarang gw dengar orang bercakap-cakap. Ternyata Wita yang ngobrol dengan Bi Rani.
“Mi, aku sakit badan tidur disini jadi kebangun, mau pindah ke kamar aku aja ya” Kata WIta pada ibunya.
“Loh, kenapa WIta, kan nemanin mami disini” Jawab Bi Rani sedikit ragu-ragu karena dia sepertinya baru menyadari lagi bahwa Wita ada dikamar itu, karena WIta tidur di sofa bed di pojok ruangan. Bi Rani sepertinya kepikiran apakah Wita dari tadi terbangun. Bi Rani bicara sambil menyembunyikan tangannya yang masih basah dengan cairan orgasmenya dibawah selimut.
Gw ga menyia-nyiakan kesempatan itu, celana dalem gw masukin bawah Kasur, lemari buru-buru gw tutup, dan foto Wita gw lap sekilas aja yang penting ga terlalu kelihatan.
“Hwaahhh….” Gw pura-pura menguap yang sengaja gw keraskan.
“Iya Bi, aku kebangun nih, hape aku terjatuh tadi. Maaf ya bibi jadi terbangun juga” balas gw sekenanya.
Tiba tiba Wita berbicara kepadaku “A, aku mau pindah ke kesitu ya, gak enak tidur disini”.
“Ya sudah”, jawab gw gak percaya. Namun gw rasa itu juga strategi WIta untuk keluar dari situasi aneh di kamar ibunya.
“Iya kamarnya ga aku kunci, Wita” jawab gw.
Tiba-tiba, “Mami gimana, WIta? Rif masa mami sendiri dikamar?” Kata Bi Rani.
“Loh bukannya ada Mang Enjang” jawab gw pura-pura gak tahu.
Udah dulu ya… cape nulisnya. Tar kalau bagus responnya disambung.