Anakku Nakal, Deh…

Anakku Nakal, Deh…

YUYUN adalah seorang ibu rumah tangga berusia 45 tahun. Yuyun mempunyai 4 orang anak dan 1 orang cucu yang lahir dari anak pertama Yuyun yang bernama Mirah.

Kemudian lahir pula Farah dari vagina Yuyun. Farah sekarang berusia 21 tahun. Farah tidak tinggal bersama Yuyun, tapi tinggal di rumah kakaknya di kota lain. Lalu lahir Alan. Alan, seorang laki-laki, berusia 19 tahun. Terakhir lahir Fikri, berusia 15 tahun.

Yuyun hidup berkecukupan. Suami Yuyun bekerja di bengkel mobil, dan Yuyun juga mendapat kiriman uang dari anak-anaknya Mirah dan Farah yang sudah bekerja di kota lain. Sedangkan Alan yang sudah lulus dari SMA, dia sudah tidak mau melanjutkan sekolahnya lagi.

Sudah hampir 1 tahun Alan tinggal di rumah saja, padahal otaknya cukup cerdas, tetapi Yuyun tidak pernah memaksa Alan untuk kuliah maupun bekerja. Hanya Fikri saja yang masih sekolah di SMP.

Pada suatu siang Yuyun pulang dari salon potong rambut, Yuyun merasa badannya meriang. “Kok tiba-tiba badan Mama meriang ya, Lan?” kata Yuyun pada Alan yang sedang duduk di kursi nonton televisi.

“Ah… Alan mana tau, Ma? Kena virus kali…” jawab Alan sekenanya.

“Virus apa? Nakut-nakutin Mama aja kamu…” kata Yuyun.

“Apa mau Alan belikan obat di warung?” tanya Alan.

“Tapi kerikin Mama dulu, ya?” jawab Yuyun.

“Alan gak bisa kerik, Ma. Mama upah orang napa, paling-paling juga 50 rebu…” ujar Alan.

“Bukan Mama sayang duit 50 rebu Lan, tapi dikerik sama anak sendiri kan beda, bisa diatur mau dikerik pelan atau mau dikerik dengan kuat, tetapi kalau sama orang lain kan nggak bisa gitu…” ujar Yuyun. “Sana ambil minyak, minyak sayur yang bersih aja gak papa…” kata Yuyun.

Alan menurut. Dia meninggalkan televisi yang sedang ditontonnya pergi ke dapur mengambil minyak, sementara itu Yuyun mencari koin 500 rupiah yang sudah jelek di dompetnya, karena koin yang sudah jelek biasanya bagian pinggirnya tidak setajam koin yang masih bagus.

Setelah Alan mengambil minyak di dapur, Alan pergi ke ruang tengah dan Alan sudah tidak menemukan Yuyun di ruang tengah, Yuyun sudah masuk ke kamar. Lalu Alan pergi ke kamar orangtuanya.

Alan kaget, karena dari pintu kamar orangtuanya yang terbuka, Alan melihat Yuyun sedang melepaskan BH dan terlihat oleh Alan kedua payudara Yuyun yang telanjang dan lumayan besar.

Jantung Alan langsung berdebar-debar kencang dan darah mudanya berdesir-desir gak karuan. Coba kalau tadi aku nolak, pasti aku tidak akan melihat pemandangan yang begitu indah, batin Alan menelan ludah.

Yuyun menutup dadanya yang telanjang hanya dengan kaos yang sudah dilepaskannya dan masih memakai celana panjang, dia duduk di pinggir ranjang, lalu menyuruh Alan mengerik lehernya.

Tangan Alan bergetar saat mengerik leher Yuyun, karena masih diingatnya terus payudara Yuyun, apalagi sekarang punggung Yuyun yang putih dan mulus itu terhampar luas di depan matanya, begitu dekat dengan matanya.

Alan berusaha mengerik leher Yuyun dengan sebaik-baiknya supaya tidak mengecewakan Yuyun. Tetapi di samping itu tangan Yuyun juga pegal terus menerus memegangi kaosnya, sehingga tangan Yuyun pelan-pelan melorot ke bawah dan kaos yang menutupi dadanya juga ikut melorot. Akibatnya dari punggung mamanya Alan bisa melihat kembali payudara Yuyun yang hampir telanjang sedikit lagi.

Tapi Alan masih terus mengerik. Sekarang Alan sudah mengerik sampai di punggung Yuyun. “Merah gak, Lan?” tanya Yuyun.

“Lumayan merah, Ma…” jawab Alan. “Nanti kalau sudah selesai dikerik, Alan pijit Mama ya, Ma…”

“Wah… ini baru anak Mama…” puji Yuyun.

“Ha.. ha.. Mama ada-ada aja, deh… Alan anak Mama… Fikri, Mirah sama Farah bukan anak Mama ya? Mereka lahir dari mana? Apa tempat lahirnya beda, Ma?” tanya Alan.

“Ya, nggak!” jawab Yuyun.

“Hi.. hi.. Alan nyangka Fikri, Mirah sama Farah dimuntahkan dari mulut kayak ikan…” kata Alan.

Perbincangan mereka terputus karena Farah telepon. Sambil telepon dengan Farah, Yuyun membiarkan dadanya telanjang. Melihat kedua payudara Yuyun yang telanjang, kemaluan Alan bangun tegang setegang-tegangnya seperti besi batangan.

Setelah Yuyun selesai telepon dengan Farah, Alan juga sudah selesai mengerik punggung Yuyun. “Kamu jadi pijit Mama, nggak?” tanya Yuyun. “Kalau kamu capek ya udah, nggak usah dipijit gak papa…”

“Ah… masa kerja segitu aja capek sih, Ma? Nanti kalau Alan sudah punya istri kerja segitu aja capek, bisa diketawain istri…” jawab Alan.

“Ha.. ha.. kalau kamu mau cepat beristri, ya harus kerja… mau makan apa istrimu kalau kamu gak kerja… belum lagi nanti kamu punya anak…” kata Yuyun pada kesempatan itu dia berusaha menasehati Alan supaya Alan menganggur tidak terlalu lama, karena Yuyun tau orang yang menganggur terlalu lalu akan cederung menjadi malas nantinya.

“Pasti Ma, lagi cari pekerjaan yang cocok… sudah, kalau Mama mau dipijit, lepaskan itu celana panjang Mama biar nggak ribetin Alan mijitnya…” ujar Alan memancing.

Yuyun tidak berpikir panjang, canggung atau malu di depan anak lakinya. Dia segera turun dari tempat tidur melepaskan celana panjangnya, lalu hanya memakai celana dalam, dia tengkurap di tempat tidur.

Alan sudah hampir tidak bisa menahan diri melihat tubuh mamanya yang hanya terbalut selembar celana dalam. Dia ingin segera menggerayangi tubuh mamanya, tapi ditahan-tahannya. Alan masih takut, karena Alan bukan anak yang nakal. Dia selalu diajarkan sopan santun oleh kedua orangtuanya.

Tapi sekarang pemandangan yang terhampar di depan matanya, sungguh membuat Alan bermata gelap. Punggung mamanya yang sudah dikerik, dipijit, diusap dan diurut oleh Alan. “Waduhh… enak, Lan…” kata Yuyun.

“Alan pengen jadi tukang urut aja deh Ma, kalau gitu…” canda Alan.

“Masa mau jadi tukang urut sih Lan, kamu? Apa nggak ada pekerjaan yang lain lagi? Enak buat Mama, tapi kalau kamu pijit orang lain, kan belum tentu…” kata Yuyun.

“He.. he..” Alan tertawa menyeringai. “Tadi sebelum Farah telepon, kita ngomong sampai mana, Ma?”

“Itu… mmm…” Yuyun berpikir sejenak. “Masa kamu bilang Fikri, Mirah sama Farah dilahirkan dari mulut Mama kayak ikan…? Hii…”

“Habis, dari mana dong, Ma? Alan sudah dewasa Ma, Alan kan perlu tahu dari mana Alan dilahirkan…”

“Iya dari bawahlah, Fikri juga dari bawah… Mirah juga dari bawah, Farah juga dari bawah…” jawab Yuyun.

“Dari bawah mana, Ma? Ah, Mama ini ngomongnya berbelit-belit…”

“Masa Mama harus ngomong sampai sejelas-jelasnya sih Lan, malulah Mama…” jawab Yuyun.

Alan yang sudah tidak tahan, langsung memasukkan tangannya ke selangkangan Yuyun. “Dari sini ya, Ma?”

“Mmmmm… Alann, jangan Lan, geli ahh, Mama… Alannn, uuhhh…” seru Yuyun menggeliat ketika vaginanya yang masih tertutup celana dalam yang hangat dan lembab itu diremas-remas oleh jari-jari tangan Alan yang kokoh. “Ohhhh… Alannn… nggghhh…. aaahhh… jangannn…”

Alan tidak bisa bersabar sedikit waktu saja. Dengan cepat dia menarik lepas celana pendek dan celana dalamnya, lalu dia membalik tubuh Yuyun terlentang. Alan segera menindih Yuyun. “Alannn…” teriak Yuyun.

“Alan pengen Ma, dari tadi Alan sudah gak tahan melihat tetek Mama…”

“Ini Mama Lan, masa kamu mau setubuhi Mama kamu sendiri, sih…”

“Nggak, aku mau… kalau Mama gak kasih…”

“Mama kan lagi sakit, Lan…” Yuyun terus mempertahankan kesuciannya.

Tapi Alan tidak peduli. Dia segera menyergap bibir mamanya dan meremas payudara mamanya. Saat itulah setan memprovokasi Yuyun. Merasa nikmat, Yuyun segera membalas ciuman Alan. Lidahnya terjulur, bibirnya menghisap bibir Alan sembari tangannya meraba-raba tubuh Alan.

Alan juga semakin gelap mata. Dia melumat bibir mamanya dengan ganas dan menghisap ludah mamanya. Kedua bibir itu bergelut sementara tangan mereka bekerja di sekujur tubuh lawan mainnya masing-masing saling meraba dan mengelus.

Tak hanya sampai disitu. Alan kemudian membangunkan Yuyun duduk di tempat tidur. Setelah itu dengan berani dia menyodorkan penisnya yang berdiri mengacung tegang itu ke depan mulut Yuyun. Karena Yuyun sudah biasa menghisap penis suaminya, tak ayal lagi melihat penis Alan yang lebih tegang dan lebih besar dari penis papanya, Yuyun langsung menyergap penis Alan dengan mulutnya.

“Ohhh…. Maaaa…. enakkkkk…” lenguh Alan sewaktu penisnya dikocok mamanya dengan mulut.

Alan pernah mengintip film porno di hape temannya waktu masih sekolah di SMA, jadi dia tahu gaya bermain sex seperti ini. Mulut mamanya bergerak maju-mundur persis seperti yang ditonton Alan di film porno sehingga membuat Alan semakin terangsang.

Dia memegang bagian belakang kepala Yuyun, lalu dikocoknya dengan cepat penisnya di mulut Yuyun. “Ouuggghh…. Maaaa… enakkk… oohh… enakkk…” lenguh Alan.

Alan mempertahankan air maninya supaya jangan cepat-cepat keluar. Dia merobohkan Yuyun di atas tempat tidur. Yuyun benar-benar dijadikan Alan seperti boneka mainan. Celana dalam Yuyun dilepaskan oleh Alan dan Yuyunpun tidak sanggup menepis Alan lagi.

Alan membuka lebar paha Yuyun, Yuyunpun merelakan vaginanya dilihat oleh anaknya sendiri. Mmmhhh… bulu-bulu hitam yang menghiasi bagian atas vagina Yuyun, mmmhhh… ohhh, sungguh menggairahkan birahi muda Alan. Alan segera mencium vagina Yuyun.

Wanginya semerbak vagina mamanya. Alan tidak bisa menguraikan dengan kata-kata bagaimana sebenarnya bau vagina mamanya. Tanpa jijik dengan bau yang menyergap hidung itu, Alan menjulurkan lidahnya menjilat vagina Yuyun yang tertutup rapat oleh bibir-bibir vaginanya.

“Ahhh… Laa..annn…” desah Yuyun.

Alan malah membuka lebar bibir vagina mamanya yang berwarna kecoklatan itu dengan kedua jari tangannya, lalu dijilatnya kelentit mamanya. “Ohhhh…. Alannnnn…!” jerit Yuyun tak kuasa membendung nafsu birahinya yang menggelegak ingin segera disetubuhi oleh Alan, anaknya sendiri.

Alan menyelesaikan tugasnya menjilat vagina Yuyun. Dia lalu membuka lebar paha Yuyun. Sambil berlutut di tempat tidur Alan mencoba mendorong masuk penisnya yang keras ke lubang vagina Yuyun. Yuyun kemudian membantu memegang batang penis Alan supaya penis Alan tepat masuk ke tempatnya.

Sreettt… srettt… srettt… ahh… Alan bisa merasakan penisnya memasuki lubang bekas lahirnya itu perlahan-lahan, akhirnya blesssss…. tenggelam sudah penis Alan di dalam vagina Yuyun.

“Ohhhh… enak memek Mama…” desah Alan merasakan lubang vagina mamanya yang hangat dan sempit mencengkeram kuat batang penisnya.

Sementara itu Yuyun hanya bisa berbaring diam di tempat tidur membiarkan lubang vaginanya kemudian digenjot oleh penis anaknya sambil dia memejamkan matanya dan membuka lebar-lebar pahanya yang diletakkan oleh Alan di atas pahanya.

Plakk…. plokk… plakk.. plokkk… plakkk… plokk…

Terdengar bunyi plokk… plakk.. plokkk… ketika penis Alan berbenturan keras dengan lubang memek Yuyun karena Alan menggenjot lubang memek Yuyun dengan kekuatan penuh. Penisnya maju-mundur keluar-masuk dengan cepat di lubang memek Yuyun yang basah.

Akhirnya yang dirasakan oleh Alan adalah air maninya yang mau keluar. Kenikmatan yang di rasakan oleh Alan membuat Alan menggenjot lubang vagina mamanya semakin cepat dan semakin cepat, lalu Alan terdiam sembari menekan dalam-dalam penisnya ke lubang vagina mamanya.

Pada saat yang sama Yuyun bisa merasakan cairan hangat dari penis Alan menyembur-nyembur dengan kencang di depan rahimnya. Croott… croottt… croottt…. Alan terkulai lemas di atas tubuh Yuyun setelah air maninya keluar semua.

Yuyun mengelus mesra pipi Alan. “Kamu lebih pintar dari papamu, sayang… hemmm…” puji Yuyun.

“Berarti Alan boleh seterusnya dong, Ma…” kata Alan.

“Boleh dong, sayang… tapi hati-hati lho, ya… jangan sampai ketahuan orang, bisa bahaya…” balas Yuyun berkata lembut pada Alan.

“Yesss… Mam…” jawab Alan senang.

“Tapi kamu harus cepat mencari pekerjaan, ya..?” tambah Yuyun.

“Ya dong, Ma… nanti anak kita lahir makan apa…” jawab Alan.

“He.. he.. ini… susu Mama…” jawab Yuyun tertawa nakal membusungkan dadanya yang telanjang.

Alan dan Yuyun menyongsong hari bahagia bersama-sama seperti pengantin baru. Alan seperti tidak ingin melepaskan penisnya dari lubang vagina Yuyun. “Kalau Fikri pulang dari sekolah, kita bisa repot… ayo, lepaskan dulu…” suruh Yuyun.

Pada sore harinya, selesai Yuyun mandi, Alan segera menarik Yuyun masuk ke kamar. Handuk yang membungkus tubuh Yuyun ditarik lepas oleh Alan di dalam kamar. Alan juga melepaskan kaos dan celana pendeknya.

Setelah Alan bertelanjang bulat. Yuyun yang juga sudah telanjang bulat duluan langsung berjongkok mengambil penis Alan untuk dihisapnya. Hmmm… penis yang begitu nikmat, panjang dan besar, batin Yuyun yang mulutnya penuh dengan penis Alan.

Alan lalu mengocok penisnya di mulut Yuyun. Ohh… digoyang-goyangnya penisnya maju-mundur menggenjot mulut mamanya. Merasa sudah cukup keras penisnya, Alan melepaskan penisnya dari mulut Yuyun lalu naik ke tempat tidur berbaring.

Yuyun kemudian juga naik ke tempat tidur dan ketika dia hendak menaiki penis Alan dari depan dengan saling berhadapan, Alan minta Yuyun membalik tubuhnya.

Yuyun menurut saja meskipun dia belum pernah bersetubuh dengan gaya seperti ini, tapi demi Alan dia mau melakukannya. Yuyun memasukkan penis Alan ke dalam lubang memeknya dengan posisi membelakangi Alan. Sambil kedua kakinya terkangkang dan berjongkok di kedua sisi pinggul Alan, Yuyun menggoyang pantatnya naik-turun dengan kedua tangannya bertumpu di kasur.

Alan bisa menyaksikan dari belakang penisnya keluar-masuk di lubang vagina mamanya yang basah dan rasanya sangat nikmat. Alan kemudian ikut menggoyang-goyang pantat mamanya naik-turun.

Ohhh…

Setelah beberapa saat Alan minta ganti posisi dengan Yuyun. Kini Yuyun disuruh nungging di kasur oleh Alan, sedangkan Alan memasukkan penisnya ke lubang vagina mamanya dari belakang. Yuyun tidak pernah berpikir Alan mendapatkan gaya-gaya persetubuhan ini dari mana, yang penting dia merasa nikmat dengan penis Alan yang besar dan keras.

Sambil memegang pinggul mamanya, Alan mengocok penisnya maju-mundur keluar-masuk di lubang vagina mamanya yang sangat basah. “Ohhhh…. nikmatnya memekmu, istriku…” racau Alan.

Memang sangat nikmat ketika penis Alan tergesek dinding-dinding memek mamanya. Tidak lama menggenjot, Alan pun menekan penisnya kuat-kuat ke rahim Yuyun, lalu Yuyun merasakan air mani Alan tumpah di depan rahimnya dengan semprotan yang kencang.

Croottt… crroottt… sherrr…. crrooott… ohhhh…..

Kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu terjatuh di kasur dengan posisi Alan menindih Yuyun dari belakang.

Yuyun benar-benar menikmati sanggamanya dengan anaknya sendiri. Apapun posisi yang diingini Alan pasti dituruti oleh Yuyun. Tiap hari mereka bersanggama tanpa berhenti dengan berbagai gaya dan posisi.

******

Kabar buruk menimpa keluarga Yuyun. Mobil menantunya bertabrakan sehingga mengakibatkan Gopur, suami Mirah patah kaki dan patah tangan, dan Gopur harus dirawat di rumah sakit.
Yuyun tidak bisa pergi menengok menantunya, lalu Yuyun mengutus Alan untuk menengok kakak iparnya. Alan sampai di rumah Mirah, Mirah langsung memeluk adiknya itu dan menangis terseduh-seduh di dalam pelukan Alan.

Alan merasa senang karena payudara Mirah yang montok dan besar itu tergencet di dadanya. Alan mengelus-elus punggung Mirah dan mencium-cium rambut Mirah. “Sabar aja Kak, musibah itu tidak selalu tidak mengenakan kok, asal Kakak tabah pasti ada hikmahnya di balik musibah itu…” kata Alan.

Mirah yang sedang sedih, mau menerima saja apa yang dikatakan oleh adiknya. Mirah merasa terhibur dan dia bisa menumpahkan segala kesedihannya pada Alan. “Ya Dek, jangan cepat-cepat pulang ya, temani Kakak disini…” balas Mirah.

“Iya, Kak…” jawab Alan.

Mirah hanya sendirian di rumah. Anaknya dititipkan ke mertuanya, sedangkan Farah pergi audit di luar kota.

Jadilah Alan setiap hari mengantar Mirah ke rumah sakit naik sepeda motor. Kedekatan Mirah dengan adiknya, sehingga membuat Mirah berani memeluk pinggang Alan saat diboncengi sepeda motor oleh Alan.

Mirah tidak pernah memikirkan bahwa payudaranya yang montok akan membuat adiknya terangsang. Alan memanfaatkan momentum itu.

Saat berjalan dari tempat parkir ke rumah sakit yang jaraknya cukup jauh, Alan sengaja memegang tangan Mirah. Diremasnya tangan Mirah dengan lembut. Tanpa sadar kadang-kadang Mirah juga meremas tangan Alan.

Sehingga pada suatu hari, saat mereka masuk lift hanya berdua saja, Alan berani memeluk Mirah dan mencium bibir Mirah. Mirah yang terbuai nafsunya membalas ciuman Alan, tetapi ketika Mirah sadar, buru-buru dia mendorong Alan pergi. Alan pura-pura minta maaf dengan Mirah.

Empat hari Gopur di rumah sakit, pada hari yang kelima Gopur sudah boleh pulang ke rumah. Beberapa hari rumah tidak dibersihkan, Mirah segera membersihkan rumahnya dengan Alan untuk menyambut kepulangan Gopur dari rumah sakit pada keesokan harinya.

“Aduh Dek, capek ya… untung ada kamu, kalo nggak Kakak bisa kerja setengah mati nih…” kata Mirah duduk di bangku menarik napas panjang karena badannya kecapean.

Alan datang memijit pundak Mirah. “He.. he.. waduhh… enak, Dek…” kata Mirah.

“Tengkurap, biar aku pijitin semuanya…” balas Alan.

Mirah pergi ke kamar. Di dalam kamar Mirah tengkurap di tempat tidur membiarkan punggungnya dipijat oleh Alan. Alan yang sudah berpengalaman bersetubuh dengan Yuyun tau apa yang harus dilakukannya. Ketika dia melihat Mirah keenakan dipijat dan mau tertidur, dia membangunkan Mirah.

Mirah yang terperanjat, apapun diminta oleh Alan dilakukannya. Mirah melepaskan kaosnya dan kemudian Alan melepaskan celana pendek Mirah sehingga Mirah hanya memakai BH dan celana dalam saja.

Alan memijit kembali tubuh kakaknya. Kali ini Mirah benar-benar tertidur sebab saat pengait BH-nya dilepaskan oleh Alan, Mirahpun sudah tidak merasakannya.

Alan juga melepaskan celana dalam Mirah. Setelah itu Alan melepaskan pakaiannya sendiri. Mirah seperti diberikan obat tidur oleh Alan. Dia sama sekali tidak sadar dan tertidur sangat nyenyak sampai dia tidak merasakan tubuhnya dibalik terlentang di tempat tidur oleh Alan.

Alan melihat vagina Mirah bulu-bulu jembutnya lebih lebat daripada bulu vagina Yuyun, dan Alan tidak mau menunggu lama. Dia membuka lebar paha Mirah, lalu dia segera memasukkan penisnya yang tegang ke lubang vagina Mirah dengan membuka lebar belahan vagina Mirah.

Blusss…

Saat lubang vaginanya dicekoki penis oleh Alan dan dikocok, Mirah baru terbangun. “Alaaannnn…” teriak Mirah, tapi siapa yang mau peduli dengan teriakan Mirah.

Alan memeluk Mirah dengan kuat sambil menggenjot lubang vagina kakaknya itu. Lama kelamaan perlawanan Mirah melemah. Dia pasrah lubang vaginanya disanggamahi oleh kemaluan adiknya sendiri.

Alan meremas payudara Mirah yang montok dan menghisap putingnya yang hitam besar, sehingga kenikmatanpun bertambah-tambah di tubuh Mirah. Mirah menurut ketika diminta Alan nungging. Alan menggenjot memek Mirah dari belakang.

Setelah beberapa saat, air mani Alanpun terasa mau keluar. Alan mencabut penisnya dan Mirah segera menyambut penis Alan dengan mulutnya. Mirah menghisap penis Alan sampai air mani Alan keluar di dalam mulutnya.

Mirah kemudian hanya bisa menangis di kamar mandi. Mirah malu setengah mati. Dia lalu mengusir Alan pulang pada hari itu juga supaya aibnya tidak ketahuan oleh Gopur.

Alan sampai di terminal bus, dia sempat mampir di warung nasi untuk mengisi perutnya yang lapar. Sekitar setengah jam Alan makan tanpa memikirkan Mirah marah padanya.

Selesai makan dia baru saja mau melangkahkan kakinya keluar dari warung nasi, hape di saku celananya berbunyi. Paling-paling telepon dari temannya yang mau ngajak main bola, batin Alan.

Alan membiarkan hapenya terus berbunyi sampai bunyi itu diam sendiri, lalu berbunyi lagi.

Kali ini Alan merogoh hape di kantong celananya, ternyata telepon dari Mirah.

Mau ngapain Mirah telepon aku, tanya Alan dalam hati.

Dengan malas Alan menerima telepon Mirah. “Kamu berada di mana, Dek?” tanya Mirah di ujung sana, suaranya kedengaran seperti tidak marah.

“Di terminal,” jawab Alan.

“Aku jemput, ya?” kata Mirah.

Dasar wanita, omel Alan dalam hati.

“Nggak usah, aku bisa pulang sendiri. Aku baru selesai makan. Kak Mir mau makan apa, aku beliin.”

“He.. he.. pakai rendang ya, Dek.” jawab Mirah tertawa lupa dengan amarahnya.

Alan kembali ke warung membeli nasi untuk Mirah. Selesai membeli nasi, Alan segera naik angkot menuju ke rumah Mirah.

Sudah hampir jam 4 sore, Alan sampai di rumah Mirah. “Tunggu sebentar Dek, aku lagi mandi…” teriak Mirah mendengar Alan mengetuk pintu.

Alan menunggu sekitar 10 menit di depan rumah, lalu Mirah membuka pintu rumahnya. “Maaf ya, Dek.” kata Mirah yang hanya memakai handuk.

Alan menatap Mirah tanpa menjawab. “Mandi sana gih, kita ke rumah sakit.” ujar Mirah.

Alan meletakkan bungkusan nasi yang dibelinya di warung tadi di atas meja ruang tamu dan ranselnya ditaruh di kursi. Mirah yang sudah berjalan mendahului Alan, kemudian disergap oleh Alan dari belakang.

“Ugghh… badan kamu bau, belum mandi… nggak mau ah…” kata Mirah ketika Alan meremas payudaranya. “Mandi dulu sana…”

Tapi akhirnya Mirah yang memandikan Alan, karena Alan menarik Mirah ke kamar mandi. Mirah menyabuni tubuh Alan yang telanjang, sedangkan Mirah juga telanjang. Mirah menyabuni penis Alan.

Setelah disabuni dan dicuci bersih, lalu Mirah berjongkok menghisap penis Alan. Alan membangunkan Mirah, mereka berciuman saling melumat bibir dan melilit lidah bagaikan bukan kakak dan adik.

Tangan Mirah juga dengan gesit mengocok penis Alan yang tegang, sementara jari-jari tangan Alan memelintir puting-puting payudara Mirah yang besar dan berwarna hitam.

Roh setan telah menguasai mereka sehingga Alan menjilat anus Mirahpun, dibiarkan oleh Mirah. “Ohhh… sessstt… ohhh…” desis Mirah malahan.

Lalu Alan menusukkan penisnya yang tegang ke anus Mirah. “Ohhh… Dekk…” jerit Mirah tertahan merasakan anusnya ngilu namun nikmat dipenuhi oleh penis Alan yang besar dan hangat.

Sambil meremas kedua payudara kakaknya, Alan menggerakkan penisnya maju-mundur keluar-masuk di lubang anus Mirah yang sempit. “Sesstt… ahhh… uhhh… Dekkk…” desis Mirah sambil nungging dengan kedua tangannya berpegangan pada pinggir bak mandi.

Ini baru pertama kali bagi Mirah main sex secara anal. Mirah pernah mendengar main sex seperti ini tapi tidak pernah dilakukannya dengan Gopur meskipun Gopur suka dengan sex. Tapi kini Mirah bisa merasakannya sendiri nikmatnya main anal dengan adiknya sendiri, Alan.

Alan merasa air maninya sudah mau keluar. Alan mencabut penisnya dari anus Mirah dan Mirah segera berjongkok membuka mulutnya menerima air mani Alan ketika Alan mengocok penisnya. Alan mengejang dan kemudian menyemburkan air maninya yang kental di mulut Mirah, tapi sebagian kena di hidung Mirah. Mirah menikmati air mani Alan.

Setelah itu mereka berpelukan dan berciuman. Beruntung mereka sudah berpakaian dan segera mau ke rumah sakit ketika sebuah taksi berhenti di depan rumah Mirah.

Alan segera menghampiri taksi itu dan membantu Farah mengeluarkan barang-barang bawaan Farah dari taksi. Saat itu Alan sempat melihat sesosok laki-laki di dalam taksi, tapi Alan tidak menanyakan siapa yang berada di dalam taksi itu pada Farah.

“Budi kok nggak turun, Rah?” malah Mirah yang bertanya.

“Sudah kecapean, tadi kita nunggu di bandara sampai 4 jam, pesawat delay. Mau ke rumah sakit ya kalian?”

“Iya, Alan nggak ikut nggak papa buat temani kamu, biar aku aja yang pergi sendiri.” jawab Mirah.

Alan kecewa, tapi tidak bisa membantah Mirah. Lebih baik dia mengikuti saja apa maunya Mirah supaya dia bisa terus menikmati tubuh kakaknya ini.
Tak lama Mirah berangkat ke rumah sakit naik sepeda motor, Farah pergi mandi.

Sayup-sayup Alan yang sedang minum kopi duduk di dapur bisa mendengar suara rintihan dan raungan Farah yang sedang masturbasi di kamar mandi.

Farah menggeliat-geliat meremas payudaranya dengan sabun mandi, sedangkan jari-jari tangan memainkan itil memeknya yang gatel. Tidak sampai orgasme, Farah segera mandi. Selesai mandi Farah hanya membalut tubuhnya yang langsing tinggi itu dengan handuk keluar dari kamar mandi.

“Lan, bikinin aku mie, dong…” suruh Farah membuka tutup keranjang menaruh pakaian kotornya di keranjang.

“Kenapa nggak bikin sendiri sih?” balas Alan.

“Badan aku terlalu capek Lan, tolong bisa gak sih?” balas Farah.

Alan ogah-ogahan bangun dari tempat duduknya, sementara Farah sudah pergi dari dapur. Tapi Alan tidak segera bikin mie untuk Farah, dia membuka keranjang mengeluarkan BH dan celana dalam Farah. BH Farah begitu wangi saat dicium oleh Alan, apalagi celana dalam Farah yang terdapat lendirnya. Meskipun berbau busuk lendir memek Farah, dijilat sampai bersih oleh Alan. Setelah itu Alan baru pergi ke dapur membuatkan mie instan untuk Farah.

Mie goreng instan yang wangi segera tersaji di atas meja makan, lalu Alan pergi memanggil Farah di depan kamar Farah.

Sepi, tidak ada jawaban dari Farah. Alan mengetuk pintu kamar Farah, juga tanpa jawaban. Alan kemudian memutuskan membuka pintu kamar Farah.

Ohh… ternyata Farah masih memakai handuk terlentang di tempat tidur dengan kedua kakinya berjuntai di tepi tempat tidur.

Alan segera masuk ke kamar Farah. Alan mengangkat kaki Farah yang putih dan bersih itu lalu diciumnya telapak kaki Farah, diciumnya jari-jari kaki Farah dan dijilatnya telapak kaki Farah.

Farah sama sekali tidak terbangun sehingga membuat Alan nekad membuka handuk yang menutupi tubuh Farah. Tubuh Farah yang telanjang segera terhampar di depan Alan.

Tetek Farah kecil dan Farah tidak mempunyai bulu kemaluan sehingga terlihat jelas lipatan memek Farah oleh Alan. Alan lalu membuka lebar paha Farah yang putih dan mulus itu.

Alan mencium vagina Farah. Wangi, wangi sabun mandi. Kemudian Alan menjulurkan lidahnya menjilat vagina kakaknya itu. Farah tidak bergeming.
Alanpun melepaskan semua pakaiannya. Dibukanya dengan lebar bibir vagina Farah dengan jari. Selanjutnya Alan menekan penisnya ke lubang vagina Farah yang terbuka mengangah berwarna merah basah.

Srettt… ohh, sempit vagina Farah, batin Alan. Tapi Alan tidak putus asa. Dia menekan lagi penisnya ke lubang vagina Farah. Setelah penisnya masuk semua ke lubang vagina Farah, Alan menggoyang memek Farah, Farah baru kemudian terbangun.

Farah kaget. Mata Farah terbelalak lebar seperti dia melihat setan. Sekarang rahasianya terbuka lebar di depan adiknya, Farah sudah tidak perawan.

Alan memeluk Farah. “Aku tidak akan ngomong…” kata Alan.

“Janji ya?” balas Farah, terus Farah membiarkan lubang vaginanya digenjot oleh penis adiknya yang besar.

Mereka berciuman bibir. Mereka menikmati hubungan sedarah itu. Alan terus saja memompa lubang memek Farah maju-mundur keluar-masuk kadang-kadang dengan cepat, kadang-kadang diperlambat tusukan penisnya.

Merasakannya, Farah menjerit nikmat. Kedua kakinya ikut mendorong-dorong pantat Alan. Keduanya bergulat di tempat tidur tanpa memikirkan masa depan.

Terkadang Farah di atas menari-nari di pangkal paha Alan tanpa malu. Farah memang sudah biasa main sex dengan pacarnya, Budi. Maka itu Alan minta Farah nungging, Farah menurut saja.

Alan menggenjoti vagina Farah yang legit dari belakang. Hampir 45 menit mereka saling menggenjot. Akhirnya Farah menghisap penis adiknya.

Alan menyemburkan air maninya di mulut Farah. Setelah air maninya habis keluar, Farah menjulurkan lidahnya memperlihatkan air mani yang telah dihisapnya keluar pada Alan sambil tersenyum, lalu Farah menelan air mani Alan.

Glekk…

Alan serasa tidak mau pergi dari rumah Mirah, karena di rumah Mirah terdapat 2 bidadari yang bisa digenjoti Alan setiap hari. Tapi Alan harus pulang, karena Yuyun sudah terus berkali-kali menelepon Alan supaya cepat pulang. Yuyun juga tidak tahan, ingin mendapatkan genjotan Alan.