Anak SD Nafsunya Seperti Orang Dewasa

Cerita ini bermula dari waktu saya masih berumur kurang lebih 10 sampai 13 tahun. Persisnya saya sudah lupa, ketika itu saya mempunyai teman bernama Nanda. Nanda tinggal bersama keluarganya tidak jauh dari rumah saya. Nanda mempunyai seorang kakak perempuan bernama Mita. Umurnya 4 sampai 5 tahun lebih tua dari kami, jadi ketika itu saya dan Nanda masih SD kelas 5, sedangkan kakaknya Nanda sudah SMA.

Mita ini orangnya seksi sekali tetapi Bukan berarti dia sering pakai pakaian seks, tapi tidak tahu kenapa kalau saya sedang berada dalam satu ruangan dengan dia, selalu pikiran saya membayangkan hal-hal di luar jangkauan anak-anak seperti saya. postur tubuhnya sebenarnya biasa-biasa saja, tidak terlalu tinggi, tapi proporsional.

Dan kalau orang sekarang bilang, body-nya bahenol dan tetap jelas lekuk-lekuk tubuhnya tampak bila dia berpakaian ketat. Rambutnya panjang sebahu dengan payudara yang sedikit lebih besar dari rata-rata, dan sedikit kencang. Suatu ketika saya sedang main ke rumah Nanda, Ayah Mita sedang membetulkan motornya di kebun depan rumah Mita. Kami semua berada di situ melihat ayah Mita membetulkan motornya. posisi saya berdiri kebetulan di samping Mita.

Dia berada di sebelah kanan saya. ketika itu Mita memakai baju jenis baju tidur, berbentuk celana pendek dan baju atasan. Warnanya biru muda sekali sampai hampir putih dengan gambar hiasan bunga-bunga kecil yang juga berwarna biru muda. Lengan bajunya lengan buntung, dan pas di pinggir lengan bajunya di hiasi renda-renda berwarna putih manis. Bajunya karena itu pakaian tidur jadi bentuknya longgar dan lepas di bagian pinggangnya.

Bagian bawahnya berupa celana pendek longgar juga, sewarna dengan bagian atasnya dengan bahan yang sama. Semua melihat ke arah mesin motor sehingga tidak ada yang melihat ke arah saya. Pada saat itu lah saya melirik ke arah Mita dan melihat payudara Mita dari celah bawah ketiaknya. Perlu diingat bahwa tinggi badan saya pada umur itu persis sepayudara Mita.

Dia tidak menggunakan BH waktu itu. Puting susunya yang putih kecoklat dan mengacung kelihatan dengan jelas dari celah itu karena potongan lengan bajunya yang kendor. Hampir seluruh payudara Mita yang sebelah kiri dapat kelihatan seluruhnya. Tentu saja dia tidak sadar akan hal itu. Suatu ketika ada juga saat dimana kami sedang bersama-sama melihat TV di ruang tamu.

Saya duduk di sofa untuk satu orang yang menghadap langsung ke arah TV. Dan Mita duduk di sofa panjang di bagian sebelah kiri dari TV di depan kiri saya. Saya dapat langsung melihat TV, tapi untuk orang yang duduk di sofa panjang itu harus memutar badannya ke kiri untuk melihat TV, karena sofa panjang tersebut menghadap ke arah lain. Mita akhirnya memutuskan untuk berbaring telungkup sambil melihat TV karena dalam posisi tersebut lebih mudah.

Dia memakai baju tidur berupa kain sejenis sutera putih yang bahannya sangat lemas, sehingga selalu mengikuti lekuk tubuhnya. Baju tidur ini begitu pendek sehingga hanya cukup untuk menutupi pantat Mita. Bagian atasnya begitu kendor sehingga setiap kali tali bahunya selalu jatuh ke lengan Mita dan dia harus berulang-ulang membenarkannya. Dalam posisi telungkup begitu baju tidurnya pun tersingkap sedikit ke atas dan menampakkan vagina Mita dari belakang.

Kebetulan saya duduk di bagian belakang Mita, jadi saya dapat melihat langsung dengan bebasnya. Semakin dia bergerak, semakin bajunya tersingkap ke atas pinggulnya. Mita pada saat itu tidak memakai pakaian dalam sama sekali, karena kebetulan rumah sedang sepi dan sebetulnya itu waktu tidur siang.

Kadang-kadang pahanya merenggang dan vaginanya lebih jelas kelihatan. Mita sepertinya tidak perduli kalau saat itu saya sedang berada di situ juga. Sesekali dia bangun untuk ke dapur mengambil minum, dan sekali ini tali bajunya turun lagi ke lengannya dan menampakkan sebagian payudara kirinya. Kali ini dia tidak membetulkannya dan berjalan terus ke arah dapur.

Karena banyak bergerak dan membungkuk untuk mengambil sesuatu di dapur, akhirnya payudara kiri Mita benar-benar tumpah keluar dan benar-benar kelihatan seluruhnya. Sambil berjalan balik dari dapur, Mita tidak kelihatan perduli dan membiarkan payudara kirinya tetap tergantung bebas. Sesekali dia benarkan, tapi karena memang baju tidurnya yang belahan dadanya terlalu rendah, akhirnya turun lagi dan turun lagi.

Dan setiap kali payudaranya selalu meledak keluar dari balik bajunya, kalau tidak yang sebelah kanan yang sebelah kiri. Mita tetap kelihatan seperti tidak terjadi apa-apa, walaupun satu payudara terbuka bebas seperti itu. Mita kembali berbaring telungkup di sofa panjang melihat ke arah TV. Sekarang payudara kanannya yang tergantung bebas tanpa penutup.

Setelah beberapa lama dan menggeser-geser posisinya di atas sofa, sekarang baju tidurnya sudah tidak rapi dan terangkat sampai ke pinggulnya lagi. Karena posisi pahanya yang sekarang tertutup, saya hanya dapat melihat sebagian bawah pantat Mita yang mulus dan sexy. Mita menggeser posisinya lagi, dan sekarang tali baju yang sebelah kiri turun.

Sekarang kedua payudaranya bebas menggantung di tempatnya tanpa penutup. Dari posisi saya tentunya hanya dapat melihat yang bagian kanannya karena saya duduk di bagian kanan. Mita balik lagi ke dapur untuk yang kesekian kalinya mengambil minum dan tetap membiarkan payudaranya terbuka dengan bebas.

Dan balik lagi telungkup melihat TV. Saya mencoba mengajaknya mengobrol dalam posisi itu. Tentu saja tidak mungkin karena dia menghadap ke arah TV. Pertama-tama dia ketahuan sedang malas diajak ngobrol dan hanya terlihat ingin melihat TV. Karena saya tetap bertanya-tanya ini itu ke dia, akhirnya dia pun mulai menanggapi saya.

Suatu ketika karena dia harus menghadap saya tetapi malas duduk, akhirnya dia membalikkan diri ke arah kanan untuk menghadap ke saya. Pada saat itu lah vaginanya terlihat dengan sempurna terpajang menghadap saya. Perlu diketahui, payudara Mita masih tetap tergantung bebas dan padat tanpa penutup karena dia tidak repot-repot lagi membenarkan letak tali bajunya. Baju tidur Mita terangkat lagi sampai ke pinggul. Dan dia tetap ngobrol seperti seakan-akan tidak terjadi apa-apa.

Cukup lama juga kami ngobrol dengan posisi dia seperti itu. Kadang-kadang malah kakinya mengangkang menampakkan vaginanya. Dan dia tetap bersikap seakan-akan tidak ada kejadian apa-apa dan tetap berbicara seperti biasa. Akhirnya saya tidak kuat lagi. Suatu saat, pada saat dia mengambil makanan dari atas meja dan posisinya membelakangi saya, vagina Mita mengintip dari celah pahanya dari belakang tepat 1-2 meter di depan wajah saya.

Saya buka sleting celana saya yang dari tadi sudah berisi penis panjang dan keras, lalu saya mengeluarkannya dari celana dalam saya. Dari belakang saya menghampiri Mita perlahan-lahan. Pada saat ini dia masih belum tahu dan masih tetap memilih-milih makanan, sampai terasa ada tangan yang memegang kedua payudaranya dari belakang dan merasakan ada benda tumpul panjang, besar dan hangat menyentuh-nyentuh di sela-sela paha dan belahan pantatnya.

Mita terkejut. Saya tetap meremas dan memainkan kedua payudara Mita dengan kedua tangan saya dan mulai perlahan-lahan menyelipkan penis saya ke dalam vaginanya Mita. Vagina Mita selalu basah dari pertama karena dia dapat menjaga situasi dirinya sehingga tetap basah walaupun pada saat-saat dia tidak nafsu untuk bermain sex. Penis saya masuk ke dalam Vagina Mita dari belakang. Mita melenguh tanpa dapat berbuat apa-apa karena semuanya berlangsung begitu cepat.

Tangannya bertumpu ke atas meja makan. Mungkin dia bertanya-tanya juga dalam hati, ini anak SD tapi nafsunya sudah seperti orang dewasa. Saya mulai membuat gerakan maju mundur sambil tangan saya masih meremas-remas payudaranya. Mita terdorong-dorong ke meja makan di depannya, payudaranya bergoyang-goyang seirama dengan dorongan penis saya ke dalam vaginanya. Kaki Mita dalam posisi berdiri mengangkang membelakangi saya. Akhirnya saya klimaks.

Sperma demi sperma menyemprot dengan kuatnya ke dalam vagina Mita, sebagian meleleh keluar dari dalam vagina ke bagian paha dalam Mita yang masih berdiri mengangkang membelakangi saya. Setelah semprotan terakhir di dalam vagina Mita, kami masih berdiri lemas tanpa merubah posisi. Kepala saya lunglai ke depan, kepala Mita juga, napas kami terengah-engah, dan keringat banjir membasahi tubuh kami.

Akhirnya saya menarik penis saya keluar dari vagina Mita, dan kembali memasukkannya ke dalam celana dalam dan menarik kembali seleting celana saya ke atas. Mita masih terengah-engah dalam posisi yang belum berubah bertumpu dengan kedua tangan ke atas meja makan. Vagina dan belahan pantatnya masih terpajang bebas bergerak seirama dengan desah napasnya.

Saya kembali duduk di depan TV, dan Mita kembali ke sofa panjang tempat tadi dia berbaring, tapi sekarang dia tidak telungkup, melainkan duduk tanpa membetulkan letak dan posisi bajunya atau membersihkan bekas-bekas sperma dan keringat yang ada di sekujur tubuhnya. Mita duduk bersandar rileks dan vaginanya terlihat terpajang dengan jelas karena posisi duduknya yang terbuka lumayan lebar. Matanya setengah terpejam tergolek di atas sandaran sofa.

Tangannya lunglai di samping badannya. Napasnya masih terengah-engah. Dia melirik sedikit ke arah saya dan tersenyum. Saya pun tersenyum nakal padanya bagaikan normalnya anak umur 13 tahun. Dan dia berdiri berjalan masuk menuju ke kamar tidurnya.

Mita ini kalau lagi merasa sendirian di rumah memang betul-betul cuek. Pada saat lain dimana saya sedang main ke rumah Nanda tapi siNanda belum pulang sekolah, Mita kerap kali memakai baju semaunya dan sangat minim tanpa repot-repot pakai pakaian dalam.

Kadang-kadang hanya memakai T-shirt sebatas pantat yang kebesaran dan longgar tanpa pakai apa-apa lagi, dan sudah kebiasaan Mita kalau duduk posisinya tidak rapi, sehingga pinggul dan selangkangannya seringkali merenggang dan menampakkan vaginanya yang segar dan basah. Kadang-kadang Mita hanya memakai gaun tidur putih ‘backless’ tipisnya yang mini dengan belahan dada rendah sebatas puting, sehingga puting susunya seringkali nampak mengintip keluar.

Atau mondar-mandir hanya memakai kimono handuk hijau mudanya sebatas paha. Dan kalau pakai kimono begitu dibiarkannya tali pinggangnya tidak diikat hingga bagian depannya tubuhnya terbuka. Jalan ke dapur atau duduk nonton TV di sofa tanpa membenarkan letak kimononya, atau makan siang setengah telanjang.

Dan Mita sudah biasa begitu jika merasa tidak ada orang di rumah. Vaginanya selalu bebas tanpa penutup. Ada kalanya dimana Mita baru pulang sekolah dan masih berbaju SMA putih abu-abu. Semasuknya di rumah yang pertama dilepas adalah celana dalam dan BH-nya dulu.

Dan itu dilakukannya dengan ekspresi seperti dia sedang melepas sepatu dan kaos kakinya, yaitu di ruang tamu, dan di depan mata saya. Pernah celana dalam dan BH-nya dilempar ke arah wajah saya sambil dia tertawa bercanda, atau biasanya dilemparkan saja semaunya di lantai.

Terus biasanya dia kemudian makan siang sambil nonton TV dengan baju OSIS SMA-nya ditambah payudaranya yang montok padat berisi dan terkocok-kocok jika Mita bergerak dengan puting susunya yang tercetak jelas.

Biasanya penis saya perlahan-lahan mengeras. Kalau lagi tidak tahan, tanpa basa basi saya buka seleting celana saya, keluarkan penis, angkat rok SMA-nya sampai ke pinggang, tidak perduli dia sedang melakukan apa dan memasukkan penis saya tanpa minta ijin dia dulu. Biasanya sih dia kaget, tapi tidak berkata apa-apa sambil mulai menikmati gerakan penis saya memompa vaginanya. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com

Setelah sperma saya tumpah di dalam, dia pun kembali meneruskan apapun aktivitasnya yang sempat terhenti oleh sodokan penis saya. Malah seringkali sepertinya aktivitas Mita tidak terganggu dengan adanya gesekan penis tegang dalam vaginanya. Karena pernah suatu waktu dia masak di dapur dengan telanjang bulat karena mungkin pikirnya tidak ada orang di rumah. Selagi dia masih menghadap ke arah kompor, pelan-pelan dari belakang saya menghampiri dengan penis teracung.

Perlahan-lahan saya selipkan penis berat saya yang sudah keras di antara celah selangkangannya dari belakang. Dia kaget dan menengok sebentar, dengan suaranya yang khas dan nada cuek biasanya dia hanya bilang, “Eh kamu..!” Kemudian secara refleks dia melebarkan posisi antara kedua kakinya, sedikit menunggingkan pantatnya dan membiarkan saya bermain dengan payudaranya dan melanjutkan memasukkan penis saya dari belakang dan menyantapnya sampai selesai.

Memang karena badan saya yang masih setinggi bahunya, setiap kali saya harus naik ke kursi agar dapat memasukkan penis saya ke dalam vagina Mita. Dan itu saya lakukan ‘anytime-anywhere’ di rumahnya selama hanya ada Mita sendiri di rumah.

Sepertinya Mita begitu merangsang karena pakaiannya dan cara dia menempatkan posisi tubuhnya yang seakan-akan selalu menyediakan vaginanya yang segar, bersih, sehat, basah dan berlendir itu 24 jam buat limpahan sperma dari penis saya yang bersih, besar, berat dan panjang (walaupun waktu itu saya masih di bawah umur) ini di dalamnya. Mungkin ini yang membedakan dia dengan remaja-remaja perempuan lainnya.