Aisha: Istri Pak Haji yang Dilanda Birahi
Di balik gamis panjang dan jilbab lebar yang selalu ia kenakan, Aisha menyimpan birahi menggelegak yang menuntut disalurkan. Wanita berusia 45 tahun ini telah lima tahun menjadi “janda”. Sebab, sudah lima tahun ini suaminya tidak pernah lagi menjamahnya.
Haji Romlan, suami Aisha, berusia 15 tahun lebih tua. Ia tidak lagi memiliki gairah untuk membangunkan penisnya. Meski sejak sebelum itu pun, penis kecil dan pendeknya tidak pernah bisa membuat Aisha orgasme. Alhasil, Aisha diam-diam memuaskan dirinya dengan masturbasi dan film porno.
Namun, belakangan hal itu tidak lagi bisa membuatnya puas. Aisha merasa bahwa tubuhnya masih sangat seksi dan selayaknya dipuaskan. Ia memiliki payudara berukuran 40DD dengan areola hitam lebar dan puting besar. Sementara, pantat semoknya sering kali tercetak jelas meski ia memakai gamis tertutup.
Vaginanya yang telah melahirkan dua anak tertutup oleh jembut tebal yang juga menutupi duburnya. Lubang pembuangan itu belakangan ini menjadi sasaran masturbasi Aisha. Ia baru bisa puas setelah mengocok anusnya dengan timun, terong, atau barang lain yang lebih besar dari penis suaminya.
Akan tetapi, Aisha tidak pernah berpikiran untuk selingkuh dari Haji Romlan. Ia hanya berharap suaminya itu mau menjamahnya lagi. Sayangnya, Haji Romlan lebih sibuk dengan toko sembakonya. Sementara, Aisha lebih sering ditinggal di rumah yang juga merangkap sebagai kos-kosan putra.
The fall of Aisha
Sore itu, Aisha mengetuk kamar salah satu anak kosan. Kamar itu dihuni oleh Toni, pemuda berusia 21 tahun. Toni memiliki perawakan pendek dan kurus. Ia bekerja sebagai tukang fotokopi dan sesekali menjadi juru ketik bagi mahasiswa yang malas menyusun makalah atau skripsi.
Aisha sudah tiga kali mengetuk tetapi tidak ada jawaban. Ia ingin menagih uang pembayaran kos Toni yang sudah tiga bulan ini menunggak. Aisha paham bahwa gaji Toni sering tidak tentu, tergantung banyaknya pesanan fotokopi dan pesanan makalah, tetapi tiga bulan sudah terlalu lama baginya.
Karena tidak ada jawaban, Aisha mencoba memutar pegangan pintu. Ternyata, pintu kamar Toni tidak dikunci. Aisha membukanya sedikit dan terperangah saat melihat Toni tertidur pulas di atas kasur. Namun, yang membuat Aisha terkejut adalah Toni tidur dalam keadaan telanjang bulat.
Mata Aisha spontan tertuju ke kemaluan Toni. Meski bertubuh pendek dan kurus, Toni dianugerahi dengan penis tebal dan panjang. Bahkan dalam kondisi belum ereksi, ukurannya jauh lebih besar dari penis Haji Romlan.
Aisha merasakan tubuhnya bergetar dengan gairah. Tanpa sadar, ia berjalan mendekat ke arah kasur Toni. Matanya tidak lepas dari penis besar itu. Napasnya pendek dan dadanya naik turun di balik gamis hitam panjang yang ia kenakan. Pikirannya kalut karena nafsu. Penis Toni seperti bintang porno Juan El Caballo Loco yang sering ditonton Aisha.
Perlahan, tangan Aisha merambah penis itu. Ia terpekik kecil saat merasakan ukurannya secara langsung. Aisha langsung membayangkan betapa nikmatnya bila penis Toni mengocok vagina dan anusnya. Jari-jari Aisha kini menggenggam penis Toni dan mengurutnya. Setiap gerakan membuat napas Aisha semakin berat. Keringat membasahi jilbab dan gamisnya.
Saat Aisha sedang fokus mengocok penis Toni, pemuda itu merasakan sensasi nikmat dalam tidurnya. Ia mendesah kecil dan membuat Aisha sedikit kaget. Namun melihat Toni masih terlelap, Aisha nekat melanjutkan kocokannya. Pelan tapi pasti, penis itu tumbuh semakin besar dan ereksi sempurna.
Aisha menutup mulutnya dengan satu tangan. Penis Toni kini telah tegang dan berdiri menantang. Kepalanya besar seperti jamur kemerahan dan batanya yang tebal dihias dengan urat-urat yang menonjol.
Tak mampu lagi menahan dirinya, Aisha menurunkan kepalanya yang masih tertutup jilbab dan mengulum penis besar Toni. Mulut Aisha dipaksa mangap lebar agar bisa menampung seluruh penis itu. Lidah Aisha menjilat urat-urat di sepanjang penis Toni, lalu menyesap ujung kepalanya.
Toni merasakan sesuatu yang hangat dan basah sedang melingkupi penisnya. Ia pun terbangun dan membuka mata. Pemuda itu terbelalak saat menyadari mulut Aisha sedang menyedot kejantanannya. Awalnya, ia berpikir bahwa dirinya masih tidur dan bermimpi. Namun satu menit berlalu dan ia pun sadar bahwa apa yang terjadi saat ini benar-benar nyata.
“Ah, Bu Haji,” desah Toni.
Mendengar desahan Toni, Aisha dengan panik menghentikan kulumannya dan melepas mulutnya dari penis Toni. Ia berdiri di samping kasur Toni dan dengan panik mencoba menjelaskan situasi canggung ini.
“Eh, anu…ini…Ibu…ee,” balas Aisha dengan terbata.
Meski bertubuh kecil, Toni bukan pemuda bau kencur. Seks bukan hal baru baginya. Sejak menjadi laki-laki dewasa, tak terhitung sudah berapa wanita yang ia nikmati tubuhnya. Dengan tenang, Toni bangkit dari kasur dan mendekat ke Aisha yang masih terpaku dalam balutan jilbab dan gamisnya.
Di hadapan Aisha, tinggi Toni hanya mencapai dadanya. Namun pemandangan itu justru membuat Aisha teringat kembali dengan bintang porno favoritnya yang juga memiliki tinggi hampir sama dengan Toni. Tanpa sadar, ia menggigit bibir bawahnya karena menahan birahi yang semakin bergejolak.
Toni menarik tubuh Aisha ke arahnya. Kepalanya terbenam di antara payudara Aisha yang berukuran jumbo. Tangan Toni bergerak dan meremas pantat Aisha. Wanita itu pun mendesah karena perbuatan Toni. Pikiran tentang dosa dan pengkhianatan kepada suaminya telah luntur. Saat ini yang dipikirkan Aisha hanyalah melampiaskan kedutan di kedua lubangnya.
Perlahan, tangan Toni merayap naik dan menurunkan gamis Aisha. Tanpa perlawanan, Aisha membiarkan pakaiannya jatuh ke lantai. Kini, tubuhnya hanya ditutupi bra hitam dan celana dalam senada. Toni sengaja tidak melepas jilbab Aisha. Melihat wanita berjilbab seperti Aisha melacurkan diri adalah pemandangan yang menambah gairah Toni.
Tanpa kata, Toni menuntun Aisha untuk berlutut. Wanita dewasa itu telah pasrah dengan perlakuan Toni. Ia pun membuka mulutnya dan kembali mengulum penis besar Toni. Tangan Aisha pun aktif membelai zakar Toni.
“Ah, iya. Nikmat Bu Haji. Enak banget sepongannya,” racau Toni.
Reaksi Toni membuat Aisha semakin bersemangat. Inilah yang ia harapkan saat melakukan seks oral, bukan tatapan tak bertenaga Haji Romlan. Aisha menyedot kepala penis Toni dengan penuh gairah. Toni yang merasa semakin nikmat pun tak tinggal diam. Ia pegang kepala Aisha dan mulai memaju-mundurkan penisnya. Aisha terbelalak dan tersedak, tetapi ia berusaha mengimbangi gerakan enerjik dari pemuda itu. Toni semakin beringas menggenjot mulut Aisha. Ia merasakan orgasmenya semakin dekat.
“Ah…Ah…Ah…Keluar Bu Haji!” Toni menggerung dan menembakkan maninya ke tenggorokan Aisha.
Wanita itu nyaris tersedak saat menerima tembakan mani kental Toni. Ia berusaha sekuat mungkin untuk menelan cairan kenikmatan pemuda itu tanpa menumpahkannya sedikit pun. Setelah gelombang orgasmenya reda, Toni melepas penisnya dari mulut Aisha.
“Huh…Huh…Enak banget Bu Haji,” ujarnya.
Aisha tersenyum kecil. Ia merasa bangga karena mulutnya telah berhasil membuat pemuda itu orgasme dengan nikmat. Sekarang, ia menatap Toni dengan pandangan penuh nafsu. Aisha menginginkan kenikmatannya.
“Hah…dasar bocah kurang ajar…main nyemprot aja…,” kata Aisha. Ia pun berdiri dan mendorong Toni ke kasur.
Tanpa keraguan, Aisha melepas bra dan celana dalamnya. Mata Toni seolah mau copot saat melihat sepasang gunung kembar Aisha. Payudara Aisha yang besar dengan areola hitam lebar dan puting mancung membuatnya terbelalak. Meski usia membuat payudara Aisha sedikit kendur, tetapi hal itu justru membuat Toni yang memiliki fetish MILF semakin bernafsu. Penisnya yang baru saja orgasme mulai berkedut dan mengeras.
Aisha merangkak ke kasur dan menjepit penis Toni dengan payudaranya. Sudah lama ia ingin meniru adegan titjob di film-film porno yang biasa ditontonnya. Namun, penis Haji Romlan terlalu kecil dan lembek. Berbeda dengan penis Toni yang saat ini berada di jepitan payudaranya. Meski baru saja orgasme, Aisha bisa merasakan hangatnya batang kenikmatan itu. Ukuran penis Toni yang besar juga serasi dengan payudaranya.
Dengan sensual, Aisha menjepit penis Toni dan menaik-turunkan payudaranya. Batang Toni kembali mengeras dan ereksi sempurna. Kepalanya menyembul di antara belahan gunung kembar Aisha. Toni pun mengerang nikmat, tak menyangka kalau ibu kosnya bisa berbuat sebinal ini.
“Auh, Bu Haji…Ah…Susu Bu Haji enak banget,” erang Toni. Aisha pun semakin bernafsu mendengar erangan Toni. Sifat binal yang selama ini terpendam dalam dirinya mulai keluar.
“Heh, dasar anak kos kurang ajar. Udah nunggak bayaran, sekarang malah keenakan dijepit susu ibu kosnya,” goda Aisha.
“Ah…kan Bu Haji duluan yang mulai…Auh,” kembali Toni mengerang saat Aisha mengetatkan jepitan payudaranya. Aisha hanya tersenyum nakal.
Ia semakin intens mengocok penis Toni dengan payudaranya. Saat penis Toni ia rasakan sudah mengeras sepenuhnya, Aisha menghentikan titjobnya dan membalikkan badan. Kini, ia menungging dan memamerkan pantat besarnya.
“Sekarang, Ibu mau kamu bayar tunggakan kos,” Aisha berkata sambil melebarkan pantatnya, memamerkan vagina dan anusnya yang tertutup jembut tebal. Aroma kewanitaan menguar kuat dan menusuk hidung Toni. Ia menyeringai dan mulai memosisikan dirinya untuk menggenjot Aisha.
“Jadi, Bu Haji mau dibayar pakai ini…” ujarnya sambil menggosokkan penisnya ke bibir vagina Aisha. Perlakuan Toni membuat Aisha mendesah, nafsunya semakin tidak bisa ditahan.
“Uh, iyaa…bayar Ibu…ah…pakai…penis…gede…uh,” racau Aisha yang nafsunya sudah di ubun-ubun. Mendengar itu, Toni menyeringai dan semakin ingin menjatuhkan kehormatan Aisha. Satu tangannya menampar pantat Aisha.
“Penis apa sih Bu Haji? Toni ga ngerti. Toni cuma punya kontol. Kontol,” kata Toni sambil menampar pantat Aisha. Ia ingin mendengar Aisha yang sehari-hari tampak alim memohon dengan lacur.
“Auh…ah…iya…kontol. Ibu mau kontol kamu Toni. Kontol gede kamu…ah…buruan masukin…e-entot m-memek Ibu,” erang Aisha. Toni pun menyeringai dan mengabulkan nafsu ibu kosnya. Ia hentakkan kontol besarnya ke memek Aisha dalam satu sentakan.
“OHH…TONI…ENAK…KONTOL KAMU…AH,” raung Aisha saat ia merasakan kontol terbesar dalam hidupnya menerobos lubang kenikmatannya. Aisha tidak lagi terpikirkan tentang dosa dan suaminya. Kontol jumbo Toni menghentaknya hingga ke langit ke tujuh. Membuat memeknya terasa penuh dan sesak.
Toni memulai genjotannya dengan ritme pelan dan tusukan dalam. Ia ingin menikmati memek ibu kosnya itu sepenuhnya. Meski telah berusia kepala empat dan melahirkan dua anak, Toni terkejut karena memek Aisha masih sangat menjepit dan rapat. Ia menduga wanita itu pasti jarang dibelai, atau kontol Haji Romlan terlalu kecil dan tidak mampu melonggarkan memeknya.
“Uh, sempit banget Bu Haji. Ngejepit.”
“Ah…ah…iya…Ibu udah lama…enggak…enggak di-dientot sama Bapak…u-udah lima tahun…ah,” erang Aisha. “Ah…kencengin Toni…uh…kontol kamu…ah gede…enak…puasin Ibu..Ahh!”.
Toni mempercepat genjotannya dan menusuk memek Aisha semakin dalam. Suara hentakan kontol dan memek memenuhi kamar kos itu. Udara semakin panas dan membuat kedua insan beda usia itu bermandikan peluh. Aisha terus mendesah dan meracau. Ia merasakan puncaknya semakin dekat. Wanita itu menggerung, putingnya mengencang, dan memeknya menjepit rapat kontol Toni.
“AHH…KELUAR…AHH,” raung Aisha. Beruntung sore itu kos-kosan sepi, sehingga tidak akan ada yang menyadari raungan kenikmatan Aisha. Toni membenamkan kontolnya dalam-dalam agar klimaks Aisha semakin nikmat. Gelombang kenikmatan itu pun mereda dari tubuh Aisha. Ia ambruk ke kasur dan kontol Toni terlepas dari memeknya. Tubuh Aisha sesekali bergetar, menandakan dahsyatnya kenikmatan yang baru saja ia rasakan.
Toni menyeringai saat melihat tubuh seksi ibu kosnya ambruk. Kontol besarnya basah oleh cairan memek Aisha. Ia kocok perlahan kontolnya yang masih keras untuk menjaganya tetap ereksi. Toni merangkak ke punggung Aisha dan mengecup bahunya. Lalu, ia membalikkan badan Aisha dan mencium bibir Aisha yang membuka mencari napas. Aisha yang berada di puncak kenikmatan membalas ciuman Toni. Ia pasrah menerima lidah Toni yang menyedot dan menjelajahi rongga mulutnya. Ciuman itu membangkitkan kembali gairahnya.
Puas dengan bibir Aisha, ciuman Toni merembet turun ke leher lalu ke payudara besarnya. Ia begitu bernafsu dengan susu jumbo ibu kosnya itu. Direngkuhnya kedua gunung kembar Aisha dan dijilati bergantian kedua puting hitamnya yang mengacung keras. Aisha melenguh akibat perlakuan Toni. Matanya menatap sayu perbuatan Toni di kedua susunya. Ia membelai rambut Toni, memintanya untuk terus memuaskan payudaranya.
Toni meremas kencang susu Aisha. Satu tangannya memilin puting kirinya, lalu mulutnya menyedot dalam puting kanannya. Ia lakukan hal itu bergantian dan membuat desahan Aisha semakin kencang. Nafsu wanita paruh baya itu perlahan bangkit kembali. Ia dorong kepala Toni untuk menciumi perutnya yang chubby, lalu ke memeknya yang basah dan tertutup jembut tebal.
Toni menghirup aroma kewanitaan yang menguar dari memek Aisha. Ia sapukan lidahnya ke klitoris Aisha yang tertutup jembut, sementara jari tangannya asyik mengobel memek yang masih becek karena orgasme. Lidah Toni menyapu memek Aisha dengan penuh nafsu. Ia seruput cairan kenikmatan ibu kosnya.
Aisha terpekik saat jilatan Toni tak sengaja menyerempet anusnya. Belakangan ini anusnya menjadi sensitif karena ia sering masturbasi dengannya. Pekikan Aisha disadari Toni dan ia mulai mengalihkan fokusnya ke anus Aisha. Tanpa rasa jijik, ia sibak jembut yang menutupi lubang itu.
Toni mengarahkan mulutnya ke anus Aisha. Ia ciumi lubang pembuangan itu dengan penuh birahi. Seks anal adalah salah satu fetish Toni, dan ekspresi kenikmatan Aisha saat anusnya dijilati membuat Toni semakin terangsang. Aisha melenguh semakin kencang saat lidah Toni memasuki anusnya. Ia tahu bahwa agamanya melarang seks lewat dubur, tetapi nafsunya yang menggelegak karena diabaikan suaminya membuat Aisha melanggar tabu itu.
Ia kerap masturbasi di kamar mandi dengan memasukkan terong ke anusnya, sambil menonton film porno genre anal. Membayangkan benda besar memasuki anusnya membuat perut Aisha mulas, tetapi pada saat bersamaan membuatnya semakin bergairah. Perut Aisha berkontraksi dan melepaskan gas buang.
“Bruut…Bruut…Bruut…Ah,” desah Aisha saat ia melepaskan kentut tak tertahankan ke mulut Toni. Pemuda itu sedikit kaget, tetapi aroma kuat dari kentut Aisha entah mengapa justru membuatnya semakin terangsang. Kenyataan bahwa wanita alim di hadapannya ini kentut dengan penuh kenikmatan karena perbuatan tabu mereka mendorong nafsu Toni ke ubun-ubun.
Ia mengangkat kepalanya lalu mengambil bantal dan mengganjal pantat Aisha agar terangkat lebih tinggi. Aisha telentang pasrah saat daerah paling intimnya terpampang di hadapan Toni. Matanya menatap sayu dan kepalanya mengangguk kecil, memberi izin pada Toni untuk menikmati anusnya.
Tanpa ragu, Toni mengarahkan penisnya yang sudah ereksi maksimal ke anus Aisha. Ia dorong centi demi centi kontol jumbonya ke lubang pembuangan Bu Haji pemilik kosnya. Anus Aisha yang sudah biasa dipakai masturbasi menerima kontol Toni. Otot anusnya melemas dan mengizinkan batang besar itu masuk ke lubang yang seharusnya tidak boleh dimasuki.
Aisha mengerang nikmat saat ia merasakan kontol Toni perlahan membobol lubang terlarangnya. Ketika kontol itu sudah sepenuhnya masuk, Aisha merasa anusnya melebar maksimal. Rasa mulas dan nikmat itu kembali muncul.
“Ugh…enak…Ibu rasanya mulas…tapi enak…ah…sayang…,” desah Aisha. “Genjot sayang…genjot an-ugh…genjot bool Ibu,” pintanya.
Toni mulai memaju-mundurkan kontolnya di anus Aisha. Ia merasakan lubang ini jauh lebih sempit dan hangat ketimbang memek Aisha. Kontolnya serasa dipijat di dalam anus Aisha. Ia mengencangkan genjotan kontolnya, membobol anus Aisha dan membuat Bu Haji itu mendesah semakin kencang dan liar.
Setiap tusukan kontol Toni membuat rasa mulas Aisha meningkat. Sensasi keluar-masuk kontol Toni membuat Aisha merasa seolah dirinya sedang buang air besar dengan nikmat. Aisha telah jatuh dalam kenikmatan seks anal yang terlarang. Perutnya berkontraksi hebat dan kembali melepaskan kentut.
“Brrt…Brttt…Pfft,” suara kentut Aisha tersumpal oleh kontol raksasa Toni. Menyadari kenikmatan yang mendera Aisha, Toni semakin bersemangat menggenjot kejantanannya di anus ibu kosnya itu. Wanita alim yang sehari-hari berpenampilan tertutup itu kini berlaku seperti pelacur yang dimabuk kenikmatan. Perut Aisha berkontraksi hebat saat puncaknya semakin dekat.
Namun, ia merasakan ada dorongan dari dalam perutnya. Sesuatu mendesak untuk dikeluarkan. Menyadari hal itu, Aisha dengan panik mendorong tubuh Toni hingga kontol pejantan itu terlepas dari anusnya.
“Cabut…Cabut dulu…Ibu mau…” dengan panik Aisha melangkah ke toilet yang ada di kamar Toni. Namun, hanya selangkah sebelum mencapai toilet, Aisha terjatuh dalam posisi sujud saat perutnya bergemuruh dan memuntahkan isinya dari anusnya yang menganga setelah digenjot kontol jumbo Toni.
“BROOOTTT….BROTTTTT….BROOTTTT,” suara kentut Aisha membahana dan kotoran menyembur dari anusnya yang terbuka lebar. Kotoran Aisha yang coklat kekuningan jatuh ke lantai dan sebagian menodai pantatnya. Wanita itu mengerang dalam perasaan malu bercampur nikmat. Ini jauh lebih memuaskan ketimbang masturbasi anal yang biasa ia lakukan.
“M-Maaf…Ibu enggak tahan…,” gumam Aisha sambil menahan malu. Namun, tak disangka justru adegan itu membuat Toni semakin bernafsu. Ia mendekati tubuh telanjang Aisha dengan kontol yang semakin keras. Aroma kotoran segar dari anus Aisha tidak membuatnya jijik. Sebaliknya, mata Toni terpaku ke anus kotor Aisha yang menganga dan mengundang. Dengan penuh nafsu, Toni melesakkan kontol jumbonya ke anus Aisha yang ternoda kotoran.
“Anjing, Bu Haji binal banget,” erang Toni saat melesakkan kontolnya ke anus Aisha yang masih bersujud di lantai. “Enak ya Bu dientot di bool, hah?” desaknya sambil menampar pantat Aisha.
“Augh…I-Iya Toni…Bool ibu keenakan…” lenguh Aisha. “Ibu suka masturbasi di bool…t-tapi…enggak seenak dientot kontol kamu sayang…Augh…” kembali Aisha melenguh saat sodokan Toni semakin dalam.
“Dasar perek binal!” ujar Toni sambil menampar pantat Aisha dan membenamkan kontolnya semakin dalam. “Dari luar alim, taunya doyan main bool. Gue bikin bool lo longgar, perek,” dengus Toni kasar. Nafsunya yang sudah memuncak membuatnya tak peduli lagi dengan kata-kata yang diucapkan. Baginya Aisha adalah pelacur binal yang layak dihina dan disetubuhi dengan kasar.
Aisha mendesah keras dengan perlakuan Toni. Ya, ia mengakui semua ucapan anak kosnya itu. Ia adalah wanita yang tampak alim namun sebenarnya haus kontol. Ia hanya bisa dipuaskan dengan seks anal yang terlarang. Sodokan kasar Toni di anusnya membuat gelombang kenikmatan kembali menghampirinya.
“Ahh…Iya sayang…aku perek binal…aku doyan main di bool,” racau Aisha. “Brrrtt…Brrrttt…Pffttt,” anusnya kembali mengeluarkan kentut seiring dengan sodokan kontol Toni dan rasa mulas nikmat yang memuncak. “Kencengin sayang…Ibu…Ibu mau keluar lagi…Ahh.” Toni menghentakkan kontolnya sedalam mungkin ke anus Aisha lalu mencabutnya seketika. Perut Aisha kembali berkontraksi dan ia mencapai orgasme analnya.
“BROOOOOTTTTT….BROOOOTTTTT….BROTTTTTT….PRUTTTT,” Aisha kentut dahsyat dan mengosongkan isi perutnya. Lubang anusnya yang menganga menyemburkan kotoran dengan penuh kenikmatan. Aisha meraungkan kenikmatannya lalu ambruk. Pantat besarnya bernoda kekuningan karena kotoran. Namun, ia tak sempat merasa jijik karena kenikmatan yang membanjiri otaknya.
Toni mendekatkan kontolnya ke wajah Aisha yang ambruk di lantai. Ia kocok batangnya sekencang-kencangnya, lalu menyemburkan maninya ke wajah wanita paruh baya itu. Aisha merasakan semprotan demi semprotan mani membasahi wajah dan kepalanya yang terbalut jilbab hitam. Ia hanya bisa pasrah dan mendesah. Setelah menuntaskan hajatnya, Toni terduduk lemas.
Beberapa menit kemudian, Aisha bangkit dengan berat. Tubuhnya serasa tak bertulang. Ia merangkak ke kamar mandi dan membersihkan diri, sementara Toni masih terduduk lemas dan bersandar di dinding. Aisha mandi cukup lama, memastikan semua kotoran hilang dari tubuhnya. Ia keluar dalam keadaan telanjang dan tanpa jilbab. Toni hanya bisa mendongak dengan lemah.
“Makasih ya ganteng. Ibu anggap lunas tunggakan kos kamu. Sekarang Ibu pinjem baju bersih kamu dulu. Habis ini, kamu beresin semuanya. Ibu mau balik dulu nyuci gamis dan jilbab,” kata Aisha. Ia melenggokkan pahanya saat melangkah ke lemari Toni dan mengambil kaos putih serta celana training hitam. Setelah berpakaian, Aisha keluar dari kamar Toni.
Pemuda itu hanya bisa memandang lemas kepergian Aisha. Namun mulutnya membentuk senyum kecil. Toni tak menyangka, tunggakan uang kosnya justru mendatangkan rezeki yang tidak disangka-sangka. Setelah mengumpulkan tenaga, ia bangkit dan membersihkan kotoran Aisha yang berceceran di lantai. Ia pun melangkahkan kaki ke kamar mandi untuk membersihkan diri.