Malam Pertama dengan Rahmi Nurullina
Namaku Bilal, aku adalah seorang pengusaha konveksi di sebuah kota di pulau Jawa. Umurku sekarang 26 tahun, umur yang sudah cukup untuk menikah. Sebagai anak sulung dari 3 bersaudara, orang tuaku menginginkan aku segera menikah. Lebih tepatnya mereka ingin segera menimang cucu. Namun aku lebih sibuk membangun bisnisku sendiri, karena memang minatku dalam bidang ini, dan tentu karena menghasilkan banyak uang. Semenjak bisnisku stabil, aku bisa membiayai hidupku sendiri. Aku tak lagi meminta uang kepada orang tua, bahkan aku membiayai kuliah adikku yang kedua. Aku bangga dengan pencapaian ini, walau memang masih ada yang kurang, yaitu pasangan hidup. Berbeda dengan bisnis, soal cinta aku gak begitu mahir. Terakhir kali jadian dengan cewek saat semester akhir kuliah, namun akhirnya putus juga karena aku lebih mementingkan bisnisku. Ah, memang aku selalu gagal dalam hal ini. Wajahku ga jelek2 amat, bahkan orang bilang tubuhku kekar untuk seorang laki2, finansialku pun stabil. Banyak cewek yang tertarik, namun lagi-lagi aku kurang begitu peduli. Tentu aku pun bukan manusia yang suci, aku masih punya gairah seks, satu dua kali nonton bokep. Namun itu iseng saja, menurutku lebih enak mengisi waktu dengan mencari uang daripada membuang waktu seperti itu. Sampai suatu hari aku ditelepon oleh orang tuaku, mereka menanyakan kabarku dan basa basi lainnya. Namun ada yang membuatku kaget, yakni mereka akan menjodohkanku. Alamak, memangnya sekarang masih zaman Siti Nurbaya main jodoh2an. Mereka mengatakan akan menjodohkanku dengan putri teman ayahku. Awalnya aku menolak, karena toh belum tentu suka dengan gadis itu. Namun orang tuaku meyakinkan bahwa aku akan suka karena calon istriku adalah bintang sinetron. What? Aku langsung penasaran memangnya siapa bintang sinetron yang dimaksud? Ayahku mengatakan namanya Rahmi Nurullina. Namun tetap saja aku ga begitu kenal karena jarang nonton TV. Lalu aku bilang sama orang tuaku izinkan aku mengobrol dengan Rahmi sekali saja, nanti aku akan putuskan apakah aku akan menerima tawaran orang tuaku atau tidak. Orang tuaku menyetujuinya. Setelah itu aku iseng2 searching di internet mengenai Rahmi Nurullina. Karena dia artis maka tidak susah menemukan fotonya. Hhm, cantik sih, imut, walau ga begitu montok.. hihi.. Aahh.. namun tetap aku ingin mengenal kepribadiannya, makanya aku ingin bertemu langsung dengannya. Lalu hari itupun tiba, aku mengobrol dengan dia di sebuah kafe, untung saja dia belum begitu terkenal sehingga hanya satu dua orang yang mengenali dia. Dia datang dengan menggunakan jilbab merah, gamis putih yang serasi. Dia sangat anggun dan sangat sopan. Awal kami mengobrol aku suka dengan sikapnya, dia pun sepertinya menyukaiku. Alkisah, beberapa bulan kemudian kami pun memutuskan menikah. Malam Pertama Akad dan resepsi pernikahan telah usai, Rahmi pun resmi menjadi istriku. Keluargaku dan Rahmi sudah kembali ke tempatnya masing-masing, seolah2 mereka mempersilahkan kami untuk menikmati malam ini berdua saja. Ah, malam pertama, akhirnya tiba juga. Aku tidak tau banyak soal seks, namun malam ini aku harus melakukannya. Rahmi dan aku sudah selesai mandi dan bersih-bersih badan, tentu seharian beraktifitas membuat tubuh kami berkeringat. Rahmi malam itu menggunakan celana panjang hitam, kaos lengan panjang dan jilbab putih. Hhm.. mungkin Rahmi masih menganggapku orang asing sehingga tetap memakai jilbabnya. Namun menurutku Rahmi lebih cantik jika pakai jilbab. Sementara aku menggunakan training dan kaos oblong. “Dek Rahmi, ayo sini”, aku memanggil Rahmi menyuruhnya duduk di dekatku di kasur yang empuk. Rahmi pun segera mendatangiku dengan muka yang bersemu merah. “Mas Bilal, malam ini kita ngapain?” Kata Rahmi polos. “Ih, kamu dek pura2 ga tau, malam ini malam dimana kita sudah sah sebagai suami istri, kalau sudah sah kita boleh melakukan itu”. “Itu maksudnya apa mas?” Rahmi sedikit menggodaku. “Dek Rahmi sayang, malam ini mas akan buat kamu bahagia”. Rahmi tampak tersenyum.. Aku mengajaknya berdiri, aku pandangi wajahnya yang sangat cantik, aku pandangi seluruh tubuhnya yang mungil namun tetap menggairahkan. Aku kemudian memegang telapak tangannya lalu mengecupnya. Setelah itu tanganku mulai bergerak ke bahunya. Lalu aku dekatkan wajahku dan mencium keningnya. Rahmi kelihatannya sudah sangat pasrah. Setelah itu aku cium bibirnya perlahan, mmmhhhh…. Awalnya Rahmi kaget, namun dia segera mengikuti nalurinya dan menikmati frenchkiss yang luar biasa.. Mmmuuachh…. setelah beberapa saat aku lepaskan ciuman itu.. Rahmi terlihat menarik nafas, mukanya semakin sendu. Setelah itu tanganku mulai bergeriliya dari bahu ke payudara Rahmi. Awalnya Rahmi memegang tanganku, mungkin reflek karena ini pertama kali payudara Rahmi ada yang menyentuh. Namun aku singkirkan tangan Rahmi, dan aku remas payudara Rahmi dari luar kaos dan bh nya. Ya Tuhan, kenyal sekali, lembut sekali.. Ooohh.. Rahmi terlihat sedikit mendesah.. Aku yakin Rahmi sudah mulai terangsang, peniskupun sudah berdiri tegak dan ingin keluar dari sarangnya. Selama beberapa menit aku terus meremas2 payudara Rahmi yang semakin mengeras karena terangsang.. Aahh.. begini saja sudah nikmat, apalagi setelah ini fikirku. Lalu aku melepaskan tanganku dari payudara Rahmi, dan aku memeluk Rahmi erat-erat. Setelah itu aku mulai membuka kaosku, Rahmi cukup kagum dengan tubuhku yang kekar karena memang rajin fitness. “Mi, buka baju kamu ya say.” Rahmi lalu mulai membuka jilbabnya, “Jangan dibuka jilbabnya, kamu lebih cantik kalau pakai ini” kataku. Rahmi menurut saja, akhirnya dia langsung membuka kaosnya, aku tertegun melihat kemulusan dan putih kulitnya, benar2 mempesona. “Mi, kakak bukain bh kamu ya?” Rahmi pun tersenyum dan mengangguk. Lalu aku lepas ikatan bhnya, dan luar biasa, Rahmi sudah telanjang bagian atas sekarang. Tidak tahan lagi aku segera rebahkan Rahmi di atas tempat tidur, lalu aku remas2 dadanya yang hangat, mulus dan empuk. Ah, nikmatnya ya Tuhan. Rahmi pun mulai mendesah manja membuatku semakin terangsang, desahannya sangat seksi. Lalu aku pun mulai menyusu kepada payudara Rahmi, aku jilat putingnya. Rahmi ku lihat sudah sangat terangsang, dia sejenak memejamkan mata, sambil mendesah2. Dia mendorong kepalaku ke arah payudaranya karena menikmatinya. Ahh.. Alangkah indah malam ini. Selama beberapa menit aku sudah “menyusu” kepada istriku yang cantik ini. Istriku pun tampak merem melek sembari mendesah menikmati. Payudaranya tegang dan putingnya mengeras. Aku kemudian berdiri, ah.. aku sudah tidak tahan.. Ku segera buka celanaku, istriku segera menutup mata. Aku tinggal memakai celana dalam, namun tampak dengan jelas penisku yang tegang. Ukuran penisku memang tergolong di atas standar, ah aku jadi khawatir takut Rahmi kesakitan nanti. “Adek, kok matanya ditutup, ini kan punya kamu juga.. hihi..” godaku.. “Ah, kakak aku malu”. Kata Rahmi dengan manja. “Ga usah malu gitu, kita kan sudah jadi suami istri” rayuku. Perlahan Rahmi membuka matanya, saat itu pula aku turunkan celana dalamku. “Awww” Rahmi kaget melihat penisku. “Kakak, itunya kakak besar, dan berurat”. Kata Rahmi. “Hehe, kenapa dek, kamu suka gak?” Rahmi tidak menjawab karena malu. Aku lalu mendekati Rahmi, “dek, coba deh adek pegang”. Rahmi awalnya sedikit menolak, namun aku bujuk dia. Perlahan tangannya yang halus menggenggam penisku. “Aaah.. dek”, tanpa sadar aku melenguh, tubuhku bagai disetrum oleh kenikmatan. “Ihh.. burung kakak keras banget”, Rahmi mulai berani berkomentar.. “Enak deh, coba kamu kocok penis kakak” pintaku. “Emang enak ya kak diginiin” kata Rahmi sambil mengocok burungku. “Owwwhhhh.. dek… enak..” Aku merem melek keenakan.. Sambil dikocok aku pegang payudaranya yang mulus, Rahmi terlihat senang melihatku keenakan, mungkin dia bahagia karena sebagai istri bisa membahagiakan suaminya. “Dek, coba masukin penis kakak ke mulut kamu” pintaku. “Iihh.. kakak, jorok itu, aku gak mau” Kata Rahmi.. Ah sudahlah, ini kali pertama, aku tidak ingin membuat Rahmi bete, aku tak memaksanya melakukan oral. Lalu aku meminta Rahmi menghentikan kocokan pada penisku, aku suruh dia berdiri. Lalu aku mulai menurunkan celana panjang dia perlahan-lahan. Wow, pahanya putih mulus, dan yang paling penting belum pernah dijamah laki-laki lain. Aku lah yang pertama kali menjamahnya, iseng aku sentuh vaginanya dari balik celana dalam, dia kaget. “Ih, kakak pegang2, jorok!” Kata Rahmi. Benar-benar polos anak ini, aku tidak sabar memerawaninya. “Dek, kakak buka ya celana dalam kamu” Rahmi terlihat ragu, namun akhirnya dia pun pasrah, karena sebagai istri tentu harus memuaskan suami. Aku buka perlahan-lahan, wow, jembutnya masih belum dicukur. Aku pandangi kemaluannya, masih seperti garis tipis, indah.. Ah, bagaimana vagina ini bisa dimasuki oleh penisku yang besar ya? Itu soal nanti, namun aku harus merangsang Rahmi terlebih dahulu. “Dek, kakak sentuh ya” perlahan ujung jari telunjukku ku gesek2an ke vaginanya. “Aaahh.. kak..” Rahmi mendesah keenakan.. Lalu aku menemukan biji kecil di vaginanya, ah inikah yang namanya klitoris itu? Segera aku rangsang rahmi dengan memainkan klitorisnya. “Aaaahhh.. kakak, kenapa ini?” Rahmi benar-benar tidak bisa mendefinisikan perasaannya, perasaan yang baru sekarang ia alami seumur hidupnya. Desahan rahmi tidak begitu keras, namun sangat merdu dan seksi, aku yakin kalau menyanyi atau mengaji bagus suaranya. “Kakak.. kakak… ngilu kak” kata Rahmi, “Tapi enak kan?” Kataku.. Aaaahhh… aku menikmati ekspresi Rahmi yang sedang horny.. Aku suruh dia kembali berbaring di ranjang agar aku lebih leluasa memainkan vaginanya. Aku terus memainkan vagina dan klitoris Rahmi, sampai beberapa menit kemudian “Aaaahhh… kak, Rahmi mau pipis… aaaaahhh” kata Rahmi sambil setengah berteriak.. “Tahan sedikit Rahmi” kataku.. “Aaaaahhh.. aku udah gak tahan”… Dan akhirnya… cret.. cret.. cret.. Cairan cinta Rahmi keluar dengan derasnya.. Tubuh Rahmi pun mengejang-ngejang, mata Rahmi kosong selama beberapa saat, Rahmi masih menikmati sisa-sisa orgasme pertama seumur hidupnya. “kakak, adek lemes kak..” kata Rahmi, “Gimana rasanya barusan?” tanyaku.. “Enak kak, nikmat, pokoknya speechless deh! hihi..” Rahmi tersenyum manis.. “Dek, yang barusan kamu keluar itu namanya orgasme, sebelumnya apa kamu pernah merasakan ini?” tanyaku, “Mmmhh.. belum kak” kata Rahmi malu2.. “Wah, seumur hidup kamu belum pernah onani?” tanyaku lagi? “Onani itu apa kak?” What! Dalam hati aku kaget, Rahmi sama sekali belum mengenal seks bahkan onani. Aku saja yang tergolong gak nakal pernah sekali2 nonton bokep dan masturbasi. Ya Tuhan, betapa beruntungnya mendapat seorang bidadari yang Engkau jaga. Di tengah banyak gadis yang kehilangan keperawanannya sebelum menikah Rahmi malah sama sekali belum tersentuh oleh siapapun. “Emhh.. tapi Rahmi tahu kan soal hubungan seks?” Tanyaku penasaran. “Tau dikit sih kak, organnya juga tahu, dulu kan pas pelajaran biologi pernah belajar” Alamak, dia tahu hanya dari pelajaran biologi. “Emhh, emang kamu belum pernah pacaran dek?” Tanyaku. “Dulu kan Rahmi dah pernah bilang soal itu kak, Rahmi belum pernah jadian, cowok yang nembak Rahmi selalu adek tolak”. Hufth.. Aku menghela nafas.. Aku harus banyak bersyukur, keputusanku untuk tidak menjalin hubungan dengan perempuan manapun ternyata terbayar oleh Rahmi, seorang gadis yang sangat langka di zaman ini. Ahh.. ngobrol melulu, “Dek, gimana masih lemes?” “Emmhh.. udah nggak kak!” Kata Rahmi.. “Adek kan udah orgasme, kakak belum nih, sekarang giliran kakak ya..” kataku.. “aahh iya kak” Rahmi mengangguk.. “Dek, sekarang kakak akan memasukan penis kakak ke vagina Rahmi, tapi pasti sakit”.. Sejenak kulihat wajah Rahmi berubah, dia sedikit tegang. “Tapi tenang dek, sakitnya cuma sebentar, setiap yang malam pertama pasti merasakan sakit ini, setelah itu kamu akan melayang2 ke surga saking nikmatnya”. Rahmi terlihat sudah sangat pasrah, dia memejamkan matanya. Akhirnya saat ini pun tiba, aku akan menjadi lelaki sejati yang mengambil kegadisan seorang perawan suci. Aku mulai arahkan penisku ke vagina Rahmi. Aku gesek-gesek terlebih dahulu. Dikarenakan Rahmi sudah orgasme sebelumnya maka vaginanya cukup licin, mudah2an gak susah masuknya. Aku mulai mendorong kepala penisku ke dalam, aku masukkan ke lubang rahimnya. Rahmi terlihat mulai meringis, aku dorong kembali. Kali ini Rahmi menjerit dan tangannya menggenggam seprai, aku melihat butiran air matanya mulai keluar. “Kak, perih..” Kata Rahmi.. Namun aku harus melanjutkan hal ini, aku mulai mendorong kembali penisku, terasa ada sesuatu yang menghalangi. Ah, inikah selaput dara Rahmi? Aku sebenarnya sedang merasakan kenikmatan yang sangat karena jepitan vagina Rahmi yang sangat dahsyat. Namun fokusku teralih oleh rasa sakit Rahmi. Lalu aku dorongkan dengan agak keras penisku sehingga merobek selaput dara Rahmi.. “Aaaaahhhhh” Rahmi menjerit, setelah itu dia menangis.. “Sakit kak”.. Kata Rahmi.. Aku lalu tersenyum.. “Adekku sayang, aku berhasil, sekarang kamu bukan perawan lagi, kamu adalah istriku”… Tangisan Rahmi mulai mereda.. “Rahmi, vaginamu sempit, jepitannya bikin kakak ga tahan”.. “Kak, Rahmi dah ga terlalu sakit”.. Mendengar itu segera aku tarik dan dorong penisku maju mundur, sambil menatap tubuh telanjang dan wajah cantik Rahmi yang dihiasi jilbabnya.. “Ohh.. Rahmi.. kakak dah ga kuat…. kakak mau keluar..” dan crot… crot.. crot… sekitar 5 kali semburan air maniku masuk ke dalam vagina Rahmi.. Aku segera rubuh di atas tubuh Rahmi setelah orgasme.. Rahmi tersenyum melihat aku meraih kepuasan yang sangat.. Penisku mulai mengecil dan aku cabut dari vagina Rahmi.. Kulihat banyak air maniku yang tak tertampung, bercampur dengan cairan berwarna merah yang tak lain adalah darah perawan Rahmi. Ohh.. ternyata jauh lebih enak dari masturbasi.. Tubuhku dan Rahmi sudah berkeringat, kami beristirahat sejenak..