Pagi Yang Panas
Sudah lama aku memendam birahi pada Yulianawaty. Meski sudah bersuami, Yuli tetap putih mulus segar sekujur tubuhnya. Usianya 29, belum punya anak. Dia mengenakan baju berkerudung hingga membalut tubuhnya rapat. Kecuali gaun bawahnya, dengan belahan di samping hingga setengah betis, kadang tersingkap, memperlihatkan betis mulusnya! Kontolku mengeras, dan lebih keras lagi mengacung saat melihat tumit kakinya yang kemerahan. Kubayangkan bagaimana liuk betis kakinya bila kugauli. Bahkan sering aku onani di depan Yuli tanpa dia tahu, kontolku ngaceng mengintip lekuk tubuhnya, bulu halus kemerahan sekujur lengannya yang putih pucat. Wajah manisnya, wow menyiratkan wanita alim tapi sudut matanya tajam penuh birahi. Yuli menunduk saat bertabrakan pandang mata denganku, pura-pura alim, lalu melirik celanaku. Parasnya memerah melihat gundukan di celanaku, kembang kempis. Kubalas dengan goda sexku ini terang2an pada Yuli karena ia mengolokku bujang tua. Hari itu aku datang pagi ke kantor jam 6.30. Kantor masuk jam 8. Jadi masih sepi. Tiba-tiba aku berpapasan dengan Yuli yang baru keluar dari kamar mandi. Yuli tengah merapikan kancing bajunya. Aku terpana melihat mulusnya belahan dadanya hingga lehernya yang selama ini tertutup rapat. Yuli gugup menatapku, lalu cepat merapikan kerudungnya. Pagi itu Yuli pakai setelan coklat, kerudung krem, sepatu hak rendah yang memperlihatkan tumit bundarnya yang kemerahan dan lentik jari kaki yang halus. Saat berjalan pantatnya bergoyang, kulihat lekukan cdnya membekas jelas berbentuk segitiga. Posturnya 161 cm dg berat 49 kg sangat montok. Saat dia menaiki tangga, karena kamar kecil di bawah, dia berhenti sebentar. Sepertinya disengaja, dia berdiri di atasku pada anak tangga yang di bawahnya ada celah-celah lebar sehingga saat aku termangu di bawahnya, kulihat jelas paha mulus hingga betisnya seolah dipamerkan padaku! Yuli pura-pura merapikan bajunya. Kontolku demikian tegang. Di wc aku kencing dikit, lalu kutarik-tarik kontolku hingga kencang. Keluar kamar mandi kulupakan mengancing risleting. Yang kuingat kemulusan perempuan sok alim dengan bagian tubuhnya yang selama ini rapat, tersingkap. Membuatku ingin merogohi Yuli, menelanjanginya, lalu menyetubuhinya. Biarpun bersuami, aku tak peduli. Aku bergegas ke ruangan Yuli, yang berukuran 3×4 m. Saat masuk dengan terengah, Yuli malah menatapku dengan mata menggoda, senyum sinis. Berjalan menuju jendela, memantatiku. Sich, tu pantat! Kutarik lengan Yuli. Tapi ia menolakku setengah enggan. Matanya melirikku penuh arti. Dengan sentakan kuat kurangkul seluruh tubuh Yuli. Bibirnya mendesah, dipalingkannya parasnya yang montok babi face yang memerah. Kutekan tubuhnya ke dinding. Yuli pura-pura menolak. Kuangkat agak tinggi, kulebarkan kakinya hingga kedua pahanya kusangga pahaku. Gaun bawahnya lebar hingga ia leluasa mengangkang. Kutekankan kontolku keras2 ke selangkangnya, kutepatkan pada gunduk kemaluan Yuli. Seperti onani, kutekankan kontolku yg mengeras pada selangkan! gnya.Kutekankan berkali-kali kontolku pada kemaluan Yuli. Meski masih berpakaian, kupastikan Yuli juga merasakan kontolku menegang. Kurasakan kemaluannya berdenyut-denyut. Tak ada erangan keras, hanya desah napas terengah tertahan, malu tapi bergairah, dari mulut *nyonya* Yuli. Wajahnya memerah, Yuli memalingkan wajah saat hendak kucium. Sodokan, tekanan kontolku pada celah selangkangnya makin kupercepat, kuperhebat. Kusingkap kain dadanya, kuciumi lehernya hingga dadanya. Yuli mulai merangkulkan lengan ke bahuku, memperkuat tumpuan pada kaki kirinya yg kini berjinjit mengimbangi sodokan2 keras kasar dari kontolku. Kuremasi susunya meski masih berbaju. Selangkangnya melebar mencari tumpuan, kaki kanan Yuli berpangku di paha kananku. Sepatunya hampir lepas pada kakinya. Napsuku berkobar melihat tumitnya dan jari lentik kakinya bergelinjang menggeliat mengikuti birahi Yuli merasakan tekanan sodokan keras secara tak langsung dari kontolku ke kemaluan perempuan berkerudung ini. Maki! n kuperhebat, makin tersentak-sentak tubuh montok Yuli ke dinding. Bibirnya yang merah menganga mendesah, menahan nikmat. Aku rasakan kontolku sampai pada ketegangan memuncak. Tiba-tiba Yuli melepas pelukannya. Tangan kirinya bergerak cepat. Tangan halus mulus itu nyelonong masuk celanaku yang terbuka risletingnya. Yuli menarik keluar kontolku yang membesar dg diameter 6 cm dan panjang 17 cm. Yuli menatap nanar. Rupanya dia kaget. Selain kukira kontolku beda jauh dg punya suaminya, juga belum disunat. Wajah Yuli berpeluh, membasahi kerudungnya. Tangan Yuli yang halus lembut menarik-narik batang kontolku. Nikmaaat, oh Yul…Tanpa ragu digosoknya kulupku dengan ibu jari Yuli, lalu kepala kencingku dimainkannya dengan kelingking Yuli. Tak tahan ingin kucumbu mulut Yuli, tapi ia berpaling. Tiba-tiba Yuli merosot. Kontolku langsung dikulum. Penuh ke dalam mulut Yuli. Ia mengisap kontolku, kedua tangannya memegangi pinggangku. Aku terangsang melihat Yuli tengadah pasrah dengan kontolku dikuluma! nnya. Dengan kasar kuangkat bawah gaun Yuli. Mataku nanar menatap paha mulus putih pucat dengan semburat merah jambu di celah cdnya. Kugosok-gosok ke2 paha Yuli, tubuhnya bergetar hebat. Kutarik celah cdnya. Vaginanya yg mungil … …dengan bibirnya berdenyut. Kuremasi kelamin Yuli, kukuak bulu-bulu pirang di kelaminnya. Kusentuh, kuusap kasar itilnya. Yuli terpaku, tubuhnya tak kuat dengan siksaan nikmat sexual yang kurang ajar kulakukan padanya, bahkan mungkin suaminya belum pernah memperlakukannya begini. Vagina Yuli penuh lendir, entah berapa kali Yuli orgasme. Segera kuentot Yuli. Kontolku seperti memasuki liang sempit bergerinjal yang berdenyut, memijit nikmat. Kusodok-sodok memex Yuli dengan cepat, kasar, keras. Setengah menit kemudian kurasakan paha Yuli mengencang, menegang, lalu mengejang. Kontolku … …penuh dengan lendir memek Yuli. Dia udah orgasme, peluh berleleran di wajah Yuli. Kusodok beberapa kali lalu cuur cuuur crooot croooouuuutttt…Yuli bahkan membiarkan kont! olku muncrat Yuli bahkan membiarkan kontolku muncrat dalam liang memexnya, menghunjam-hunjam kemaluannya hingga merah membengkal. Saat dia mengaduh, kuhentikan kocokan kasar kontolku dalam memex Yuli. Saking horny, cd Yuli kurobek. Yuli menarik kontolku. Lalu dia jongkok sambil mengangkat gaunnya. Maniku meleleh keluar dari lubang senggama Yuli. Perempuan itu membersihkan spermaku di memexnya dg cdnya yg kurobek. Tangan kirinya masih meremas kontolku, membawaku muncrat lagi. Bahkan sempat memercik ke kerudung Yuli. Seperti memeras, Yuli meremasi kontolku hingga muncratan maniku dihisapnya, mengulum dan mengisap kontolku. Aaaahhh…Yuli…sundalku.. Habis persetubuhan kami, seperti tak ada apa-apa terjadi. Yuli bahkan memasukkan kontolku, lalu menutup risleting celanaku. Yuli melipat cdnya yg kurobek ke dalam tas mungilnya. Kupandangi Yuli yang tengah memperbaiki riasannya. Yuli mengedip genit. Saat akan keluar dia mencegatku, mengangkat gaunnya. Kuraba kemaluannya yang bugil, menantang. Yuli melenguh. Kali ini Yuli membiarkan kupagut bibirnya. Kukulum mulut Yuli, mengadu lidah hingga Yuli menggelinjang hebat, apalagi kemaluan Yuli kuacak adut tak keruan, hingga perempuan berkerudung ini sampai klimax entah keberapa kali… eghh…maaaashk..aku kok…keluar lagiihh..ekh..ahk..aaw…remas yang keras… Pagi itulah awal persetubuhanku dengan Yulianawaty. Kerling mata genitnya, wajah imutnya, tubuh padatnya, mampu mengeraskan kontolku apalagi terangsang oleh penampilan Yuli yang alim. Anehnya, meski kugauli berkali-kali, Yuli belum hamil juga. Mungkin karena dia juga melakukan coitus interuptus dengan suaminya, seperti yang selama ini dia minta kepadaku. Rupanya Yuli memang menganggap bersetubuh adalah sex semata. Hanya bersenang-senang. Sama sepertiku.