Belajar Berfantasi
Namaku Syifa. Usiaku baru menginjak kepala 3 saat aku dan suamiku mulai menjalani kehidupan seks yang lain dari pasangan lainnya. Aku dan suamiku yang telah menikah selama 8 tahun saat itu seperti merasa bosan dengan aktivitas seks yang hanya itu-itu saja hingga aku pun jarang mau melayaninya dan hampir mengalami frigid. Terlebih, Suamiku, Mas Dimas saat di ranjang juga sudah tak seperti di saat kami baru pertama kali menikah dan sering membuatku merasa tanggung. Beberapa cara telah kami coba untuk membangkitkan gairahku, mulai dari menonton film porno, staycation di hotel atau vila di kota tempatku tinggal atau bahkan bulan madu kedua kalinya. Tetapi, tetap saja tak terlalu berpengaruh padaku. Di tengah situasi itu, entah dari mana suamiku menemukan beberapa referensi tentang fantasi seksual yang katanya mungkin bisa kami coba, hanya saja semua fantasi itu terdengar gila bagiku, seperti bondage, exhibitionist dan beberapa lainnya yang pikirku tidak masuk akal dan tak mau ku lakukan. Hanya role play atau bermain peran yang pernah kami lakukan tapi juga hanya membuatku sedikit bergairah beberapa saat saja. Suamiku tak menyerah, hingga satu fantasi lainnya ditawarkan kepadaku: cuckold, sesuatu yang pikirku lebih gila dari fantasi lainnya. Aku berkali-kali menolak fantasi itu, tapi kali ini suamiku seperti gigih ingin mencobanya. “Mah, kita coba ya”, pinta Suamiku “Ga ah, papah udah gila ya. Emang aku perempuan apaan? Papah juga emangnya rela?”, jawabku “Ya kita coba pelan-pelan, ga langsung. Bisa coba pijat dulu, atau mama coba bayangin papa tu orang lain”, katanya lagi. “Kalau mama suka baru coba yang lebih, kalau ga suka ya udah ga usah lanjut. Yang penting kita coba dulu”, sambungnya. Aku yang risih dengan permintaan yang entah keberapa kali itu pun akhirnya mengiyakannya. “Ehmm… Sekali ini aja. Ntar aku bayangin orang lain, tapi feelingku kayanya ga bakal suka deh”, jawabku yang disambut ekspresi antusias di wajah suamiku. “Oke, coba ntar malam ya”, katanya yang hanya kujawab dengan anggukan kepalaku. Malam harinya, ketika anakku telah tertidur, Suamiku yang sudah tak sabar dari tadi karena melihatku sudah siap dengan memakai lingerie pun langsung memelukku kuat-kuat sambil mencium-cium bahu dan leher belakangku. “Yuk Mah”, katanya “Ehm… Tapi, bayangin siapa dulu?”, tanyaku “Siapa aja sih terserah mamah, artis atau siapa cowok yang ganteng yang buat mamah nafsu gitu”, katanya sambil meremas-remas pantatku “Susah ih bayangin yang kaya gitu”, kataku lagi. “Ehm, kalau bayangin mantan mamah gimana?”, tawarnya lagi “Ga mau. Ntar kamu marah”, jawabku langsung “Terus? Ga mau lagi nih?”, katanya lagi dengan nada tak bersemangat sambil melepas pelukannya lalu membalikkan badannya msmbelakangiku. Aku pun menimbang untuk membayangkan mantanku demi memenuhi keinginan suamiku dan yang di pikiranku terlintas adalah Mas Heru, mantan terakhirku sebelum aku berpacaran dan menikahi Mas Dimas. Hanya saja, Mas Dimas seperti menaruh rasa cemburu yang kuat kepada Mas Heru yang tak lain adalah teman dekatnya juga. Ia selalu berpikir kalau tubuhku dulu pernah dinikmati oleh Mas Heru dan memang sebenarnya kenyataannya seperti itu, hanya saja tak pernah kuakui meskipun aku tau Mas Dimas tak pernah mempermasalahkan soal aku yang sudah tak lagi perawan saat menikah, hanya saja aku tak mau kalau hal itu terpikirkan Mas Dimas setiap bertemu Mas Heru. Selain itu, jujur saja, masih ada perasaan yang seperti membuat diriku bergetar setiap kali bertemu Mas Heru. “Oke deh. Tapi jangan marah ya kalau aku bayangin mantanku”, kataku membuka suara lagi sambil menarik badannya menghadap ke arahku. “Pasti mau bayangin Heru, kan?”, tebaknya “Ehmm… Iya. Soalnya yang masih sering ketemu kan dia”, jawabku yang membuatnya terdiam sejenak “Oke, ga masalah. Anggap aku malam ini mantanmu yang satu itu”, katanya “Oke siap mas heru”, jawabku sedikit geli yang tentu membuatnya sedikit kaget dan juga tersenyum geli. Suamiku pun langsung mendekatiku lagi dengan tangannya yang diletakkan di pinggangku, lalu mengecup pipiku dan berbisik, “Pejamkan matanya, terus bayangin aku ini mas herumu”. Aku pun memejamkan mataku dan mulai membayangkan sosok mantanku itu. Suamiku lalu memagut bibirku dan aku pun membalasnya sambil menikmati tangannya yang meraba-raba pantat dan pahaku. “Syifa, kamu masih cantik aja kaya dulu”, bisik suamiku tiba-tiba saat bibir kami terlepas “Ehmm… mas juga, masih ganteng”, jawabku dengan mata masih terpejam “Aku boleh ya nikmatin kamu malam ini”, katanya lagi sambil tangannya meremas susuku “Ehmm… Iyah mas. Puasin Syifa ya mas”, balasku. Suamiku pun kembali memagut bibirku, sambil tangannya masuk ke dalam lingeriku dan meremas susuku dari dalam, tak lupa ia memelintir dan mencubit-cubit puting susuku yang tentu membuatku semakin bergairah dan semakin terbawa bayanganku kalau yang sedang bersamaku sekarang ini adalah mas heru. Tak mau berlama-lama, tali lingerieku pun diturunkan dari bahuku dan langsung kurasakan kecupan bibir di susu kiriku, disusul sapuan lidah di putingnya. “Achs… Mas”, desahku saat putingku diemut dan di saat bersamaan jari suamiku sudah memainkan klitorisku dari luar celana dalam. Aku yang benar-benar sudah bernafsu pun mencari kontol suamiku yang sedang kubayangkan sebagai mas heru ini yang entah sejak kapan telah melepas celananya. “Keras banget”, kataku tiba-tiba karena kontol suamiku terasa lebih keras dari biasanya saat tanganku menggenggam batang itu. “Kamu bikin nafsu banget soalnya kaya gini atau mungkin punyanya heru memang keras banget gini”, katanya sambil meremas susuku kuat-kuat yang terasa sedikit sakit tapi nikmat itu dan membuat khayalanku tentang mas heru semakin menjadi-jadi dengan membayangkan kontolnya yang dulu pernah ku rasakan. Paham dengan aku yang sudah sangat bernafsu, suamiku pun melepaskan celana dalamku dan langsung memasukkan dua jarinya ke dalam memekku sambil mulutnya tetap menyusu. “Achh massshh enakhh”, desahku pelan menikmati permainan jarinya di bawah sana dan hisapan di susuku ini. Karena semakin gatal, aku pun menekan kepala suamiku yang juga paham dengan apa yang ku mau pun langsung bergerak turun ke bawah. “Ehmmm”, erangku geli saat ku rasakan sapuan lidah suamiku di klitorisku yang dimulai pelan, lalu mulai dipercepatnya sambil tetap mengocok jarinya di dalam memekku. “Uhh… Iyahh.. gituhh enakhh mass”, kataku yang seperti menyemangatinya hingga jilatannya ku rasakan semakin liar menyapu-nyapu klitorisku yang juga sesekali diemutnya. Semakin panas permainan kami, semakin terasa khayalanku soal mas heru pun semakin terasa nyata. Ingatan saat dulu kami bercumbu pun membuatku semakin bernafsu hingga pinggulku bergoyang mengikuti irama jilatan suamiku di bawah sana. “Ohh mas heruuu enak banget”, erangku tak sadar sambil mengangkat pinggulku tinggi-tinggi saat ku rasakan orgasme ku akan datang dan aku pun tak mampu menahan jeritan nikmat saat orgasme itu benar-benar datang, “Achh enakkhh akuhh nyampehh massh”. Nafasku masih tak karuan karena orgasme tadi saat tanganku ditarik suamiku yang langsung mencium bibirku. “Gimana? Enak kan?”, tanyanya yang tak ku jawab karena malu harus mengakui kalau aku menikmati berkhayal tentang mantanku di depan suamiku. “Giliranku ya”, kataku yang lalu mendorong badannya hingga ia terbaring. Kugenggam batang kontolnya dan ku kecup kepalanya sebelum aku memejamkan mata dan membayangkan kalau kontol di depanku ini benar-benar kontol mas heru walaupun seingatku kontol mas heru lebih besar dan tebal dibanding milik suamiku. “Ehmm”, ku dengar suamiku mendesah saat ku masukkan kontolnya ke dalam mulutku sambil ku urut batangnya lalu ku keluarkan dan ku jilati batangnya hingga ke pangkalnya, begitu berulang-ulang ku lakukan hingga mungkin karena tak tahan, suamiku pun bangun dan memagut bibirku kembali sambil memainkan puting susuku sebelum aku dibaringkannya. “Achh massh”, erangku lirih saat batang kontol itu masuk perlahan ke dalam memekku “Syifa, mas entotin syifa ya”, kata suamiku sambil menarik sedikit kontolnya “Achh iyahh… Entotin Syifa mash”, jawabku yang disambut dengan sodokan kontolnya hingga terasa pangkalnya menyentuh selangkanganku lalu mulai memompa Aku mendesah-desah menahan nikmat sambil meracau menyebut nama mas heru. Mungkin karena sangat nikmat hingga aku seperti benar-benar sedang disetubuhi oleh mas heru, suamiku juga terasa lebih bersemangat memacu kontolnya keluar-masuk memekku. “Achh memek Syifa enak”, puji suamiku di tengah pompaannya. “Kontol mas heru juga enakh”, balasku yang membuatnya semakin bersemangat menggoyangkan pinggulnya maju-mundur dan disambut seirama dengan goyangan pinggulku. “Teruss mashh entotin Syifa”, “Achh Mash Heru”, erang-erangku menikmati persetubuhan ini dan memang memekku terasa sangat gatal hingga aku seperti tak bisa mengendalikan diri dan memainkan klitorisku sambil meremas susuku sendiri karena ingin segera mencapai orgasme keduaku. “Mashh… Aku nyampehh lagihh”, teriakku saat ku rasakan orgasme keduaku datang yang tak dipedulikan suamiku, ia terus menggoyang pinggulnya bahkan terasa semakin cepat. “Syifa mas mau nyampe”, kata suamiku sambil terus mempercepat goyangannya “Jangan di dalam mash Syifa belum KB”, balasku. Suamiku pun langsung mencabut kontolnya dan mengocoknya sendiri sambil maju sedikit ke depan hingga kontolnya tepat diarahkan ke susuku hingga akhirnya “croottt… croottt… coottt”, kontol itu pun memuntahkan spermanya yang berhamburan di susu dan perutku. “Gimana mah? Suka?”, tanya suamiku yang sudah berbaring di samping masih dengan nafas tak beraturan “Ehmm… iyah”, jawabku pelan karena malu mengakuinya “Jadi mama suka?”, tanyanya lagi “Iyah pah… Enak banget ternyata”, balasku Suamiku pun memelukku dan mengecup keningku. “Papah juga seneng, udah lama mamah mainnya bisa liar banget kaya tadi, pasti karena enak banget tuh mbayangin mantanmu itu”, katanya yang ku akui dalam hati kalau itu benar. Dan sejak malam itu, aku dan suamiku pun memulai kehidupan seksual kami yang baru. Dimulai dari membayangkan mantan, pijat sensual hingga akhirnya fantasi cuckold itu bukan sekadar fantasi, tapi terealisasi. Next, akan ku ceritakan pengalaman kami lainnya. Terima kasih.