Afuk, sang pemangsa daun muda.
Liling adalah seorang gadis pelajar sebuah SMA negeri kota Rembang. Anak saru-satunya dari Koh Chen, seorang pemilik toko kelontong sederhana keturunan tionghoa. Liling memiliki tubuh yang sekal dan padat, kulitnya putih bersih, dadanya tumbuh cukup berisi, rambutnya tergerai lurus sebahu, wajah orientalnya juga sangat manis. Tubuh muda Liling yang aduhai ini tanpa sadar mengundang pikiran buruk para pria dari yang sekedar menikmati kemolekan tubuhnya sampai yang berhasrat ingin menggagahinya. Salah satunya adalah Afuk, seorang pria tua pemabuk kaya raya kenalan ayah Liling. Afuk, pria keturunan berusia 56 tahun pemilik banyak kapal nelayan, memang seorang pria yang berlibido tinggi, birahinya sering naik tak terkendali apabila melihat gadis-gadis muda nan cantik dan seksi. Sudah tidak terhitung berapa pembantu rumah tangganya yang selalu berusia muda, mengundurkan diri dalam keadaan bunting. Sosok pribadi Liling memang cukup supel dan ramah membuat bayak lelaki tertarik padanya, termasuk Afuk yang sering melihat Liling berolahraga lari di sore hari melewati depan rumahnya. Melihat Liling yang selalu memakai kaos ketat dan memperlihatkan lekukan tubuh khas gadis muda, dengan dada yang berguncang-guncang seirama gerak langkah larinya, selalu membuat libido Afuk memuncak, sampai akhirnya dia mulai menyusun rencana agar mampu melampiaskan hasratnya yang sudah lama terpendam itu. Suatu hari seperti biasa hari itu Liling berlari sore mengikuti rute yang biasa. Saat melewati depan rumah Afuk, Liling melihat Afuk duduk di teras rumah seperti biasanya. ”Sore, Koh Afuk…” sapa Liling ramah “Soree….” Jawab Afuk singkat. Mata Afuk jelalatan memandangi tubuh Liling yang terus berlari sampai menghilang dari pandangan di ujung gang, Saat itulah dia memutuskan saat inilah kesempatan terbaiknya menjalankan rencananya melampiaskan hasrat birahinya kepada Liling. Bergegas Afuk mengambil kunci motornya untuk bergegas pergi. ”Lho Pak, mau kemana buru-buru begitu?” tanya istri Afuk kebingungan. ”Mau beli arak aja di Toko Chen.” jawab Afuk singkat. Afuk bergegas memacu motornya. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk lokasi tempat dimana Liling nanti akan disergap dan dijahilinya, sebuah kuburan Cina tua yang sudah banyak ditumbuhi semak belukar. Kuburan ini juga rute merupakan rute yang biasa dilalui Liling saat olahraga. Afuk juga sudah meletakan tikar dan arak sehari sebelumnya untuk memperlancar aksinya. Afuk sengaja mengambil jalan memutar agar tidak berpapasan dengan Liling. Sesampainya dia di lokasi, Afuk menyembunyikan motornya, dia buka tikar kecilnya di lokasi yang agak dalam masuk ke kuburan agar tidak terlihat dari jalanan, sebotol arak juga sudah dia siapkan. Liling terus berlari santai, tidak menyadari petaka yang sebentar lagi akan menghampirinya dan mengubah hidupnya selamanya. Seperti biasanya dia berlari sore memasuki area kuburan Cina, sampai tiba-tiba ada seseorang yang menerkam tubuhnya, memeluk dan dengan paksa menyeret tubuhnya masuk ke semak-semak yang menutupi batu-batu nisan tua. ”AAAAAAAH… TOLONG… TOLONG… TOLONG…” Teriak Liling panik namun sia-sia, Tidak ada seorangpun lewat di tempat itu. Liling berusaha meronta tapi tenaga seorang gadis muda berawakan kecil jelas tidak ada apa-apanya. Liling menjadi semakin panik, wajahnya mulai terlihat was-was dan gelisah. “Tenang.. Tenang… Kita santai dulu di sini” Ujar orang itu, memaksa Liling duduk di tikar. Liling kenal dengan suara itu, Afuk, teman dekat ayahnya. ”Koh Afuk! Apa-apaan ini!?” ”Tenang Ling, Kokoh juga mau ajak kamu olahraga yang lain.” ujar Afuk sambil menciumi leher Liling yang sedang dia peluk erat-erat. Bau keringat bercampur parfum khas ABG semakin membakar nafsu Afuk. “Olahraga apa sih!? LEPASIN…!” Liling masih berusaha meronta. ”Olahga ini nggak Cuma dapat capek, tapi juga kenikmatan…” Bagai tersambar petir Lilingpun kaget mendengar ucapan Afuk tadi. “A… Apa maksudnya Koh?”, tanya Liling sambil terbengong-bengong tidak percaya. “Anak cantik, ayo minum ini dulu!” Afuk tiba-tiba munutup hidung Liling dan memaksa memaksanya untuk meminum arak. Liling yang sebenarnya tidak cukup umur buat minum minuman beralkhohol tidak bisa melawan, beberapa teguk terpaksa dia telan, “J.. Jaangan Koh.. Jangann..” pinta Liling dengan wajah memerah. Arak itu begitu kuat, bagi anak remaja seperti Liling, tidak butuh waktu lama sampai efeknya muncul. Liling merasakan kepalanya berputar dan tubuhnya lemas. Dia sudah tidak melawan lagi. Sejenak Afuk menelusuri tubuh Liling yang menggairahkan dengan posisinya telentang diatas tikar tidak berdaya. Sepatu Liling dilepas menyusul kemudian celana panjangnya dipelorotkan sampai mata kaki. Terpampanglah kedua paha Liling yang putih bersih itu. Dibagian atasnya, kedua buah dada ranum nampak menonjol dari balik baju kaos putihnya yang berukuran ketat. “Ampunn Koh.. Jangan Koh..” Liling mulai menangis sambil tangannya berusaha menutupi celana dalamnya. Kesadaran Liling mulai timbul tenggelam karena mabuk, tetapi tatkala dirasakannya sepasang tangan yang kasar mulai menyentuh pahanya, tangannya secara refleks berusaha menampik tangan Afuk yang mulai menjamah paha Liling, tapi percuma saja karena kedua tangan Afuk dengan kuatnya memegang kedua pahanya. “Oohh.. Jangann.. Koh.. Tolongg.. Jangann..” Liling meronta-ronta lemas dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya. Akan tetapi Afuk malahan semakin menjadi-jadi, dicengkeramnya erat-erat kedua paha Liling itu sambil merapatkan badannya ke tubuh gadis mangsanya itu. Liling menjadi mati kutu sementara isak tangisnya menggema di areal pekuburan yang mulai gelap dan sepi itu. Kedua tangan kasar Afuk mulai bergerak mengurut kedua paha mulus itu hingga menyentuh pangkal paha Liling. Tubuh Liling menggeliat ketika tangan-tangan Afuk dengan kurang ajar mulai menggerayangi bagian pangkal pahanya. Aajah Liling menyeringai ketika jari-jemari Afuk mulai menyusup masuk ke dalam celana dalamnya. “Iihh..” pekik Lilik di aat jari Afuk ada yang masuk ke dalam liang memeknya. Tubuh Liling menggeliat kencang di saat jari itu mulai mengorek-ngorek lubang kewanitaannya. Desah nafas Afuk semakin kencang, sambil meneguk arak dia nampak sangat menikmati aksi ‘pembukaan’ nya ini. Ditatapnya wajah Liling, gadis yang sudah dikenalnya sejak Liling masih SD. Dikenangnya betapa lugu dan manisnya Liling saat itu. Gadis kecil suci itu kini yang megap-megap dengan tubuh yang menggeliat-geliat akibat jari tengah Afuk yang menari-nari di dalam lubang perawannya. Cep.. Cep.. Cep.. terdengar suara dari bagian selangkangan Liling. Sekarang lubang kemaluan Liling sudah banjir oleh cairan kemaluannya yang mengucur membasahi selangkangan dan jari-jari Afuk. Puas dengan aksi ‘pembuka’ ini, Afuk mencabut jarinya dari lubang kemaluan Liling. Liling nampak terengah-engah, air matanya meleleh membasahi pipinya. Afuk kemudian menarik tubuh Liling berdiri, dipeluknya erat-erat gadis itu agar tidak jatuh, kedua tangannya meremas-remas pantat yang sintal sementara Liling hanya bisa terdiam pasrah, detak jantungnya terasa di sekujur tubuhnya yang panas itu. Afuk menikmati kembali wanginya tubuh Liling sambil terus meremas remas pantat gadis itu. Selanjutnya Afuk mulai menikmati bibir Liling yang tipis dan sensual itu, dikulumnya bibir itu dengan rakus bak hewan buas tengah kelaparan melahap mangsanya. “Eemmgghh.. Mmpphh..” Liling mendesah-desah di saat Afuk melumat bibirnya. Dikulum-kulum dan digigit-gigitnya bibir Liling dengan gigi dan bibir Afuk yang kasar dan bau alkohol itu. Ciuman Afuk turun ke bagian leher. “Oohh.. Eenngghh..” Liling mengerang-ngerang di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh Afuk. Pelukan Afuk begitu kuat sehingga membuat Liling sulit bernafas, membuatnya semakin pasrah di hadapan Afuk yang tengah memperkosanya. Setelah puas, Afuk melepas pelukannya sehingga tubuh Liling jatuh terduduk lemas. Afuk turunkan celana pendeknya dan penisnya yang sudah besar membengkak meloncat keluar. Langsung saja oleh Afuk kepala Liling dihadapkan pada penisnya. “Ayo.. Jangan macam-macam anak cantik.. Buka mulut kamu” bentak Afuk sambil menjambak rambut Liling. Ketakutan, Liling tak bisa menolak permintaannya. Sambil terisak-isak Liling sedikit demi sedikit membuka mulutnya dan segera saja Afuk mendorong masuk penisnya ke dalam mulut kecil Liling. “Hmmphh..” Liling mendesah lagi ketika benda besar menjijikkan itu masuk memenuhi mulutnya hingga pipinya menggelembung. “Akhh..” Afuk mengerang nikmat. Kepalanya menengadah keatas merasakan hangat dan lembutnya mulut Liling di sekujur batang kemaluannya. Liling hanya menangis pasrah, tak berdaya menahan gejolak nafsu pria setengah abad itu. Sambil tetap mencengkeram kepala Liling, Afuk mulai menggerakkan pinggulnya. Suara berdecak- decak dari liur Liling terdengar jelas diselingi batuk-batuk. Beberapa menit lamanya Afuk memaksa Liling mengoral penisnya, dia nampak benar-benar menikmatinya. Tiba- tiba badan Afuk mengejang, pinggulnya bergerak semakin cepat sambil menjambak-jambak rambut Liling. Wajah Afuk menyeringai, mulutnya menganga, matanya terpejam erat dan.. “Aakkhh..” Afuk melengking, croot.. croott.. crroott.. Liling terkejut dengan cairan putih amis yang tiba-tiba saja mengisi mulutnya itu. Liling berusaha melepaskan batang penis Afuk dari dalam mulutnya tapi sia-sia, tangan Afuk mencengkeram kuat kepalanya. Sebagian besar sperma Afuk berhasil masuk memenuhi rongga mulut Liling dan mengalir masuk ke tenggorokannya. Sebagian lagi meleleh keluar dari sela-sela mulut Liling. “Ahh”, sambil mendesah lega, Afuk mencabut batang kemaluannya dari mulut Afuk. Nampak batang penisnya yang basah kuyup oleh cairan sperma bercampur air liur Liling. Tubuh Liling yang lemas dan shock setelah diperlakukan Afuk seperti itu jatuh tertelentang di tikar. “Sudah Koh.. Sudahh ya Koh.. Ampuuun..” Liling menangis sesenggukan, terengah-engah mencoba meminta pengampunan dari Afuk yang dengan santainya menghabisakan sisa arak di botolnya. Libido memuncak dalam diri Afuk membuat tenaganya menjadi berlipat-lipat, apalagi ditenagai dengan arak yang dia habiskan tadi membuatnya lupa diri dan tidak peduli dengan apapun. Walaupun baru saja ejakulasi, tak lama kemudian nafsunya kembali bergejolak hingga batang kemaluannya kembali mengacung keras siap menikmati mangsanya lagi. Afuk kemudian menerkam tubuh Liling yang masih menangis terisak-isak terdidur di ikar. Liling sadar akan apa yang sebentar lagi terjadi kepadanya, suatu kejadian mengerikan yang akan menghancurkan masa depannya. Afuk menurunkan celana olahraga Liling sampai lepas. Kemudian dengan gerakan perlahan, Afuk memerosotkan celana dalam krem yang masih menutupi selangkangan Liling. Kedua mata Afuk pun melotot memandang kemaluan Liling. Liang kawin gadis remaja yang yang menggoda, ditumbuhi rambut yang tidak banyak tapi rapi menutupi bibir memeknya, indah sekali. Afuk langsung saja mengarahkan batang penisnya ke bibir memek Liling.” ”Jangan Koh… Jangan… Aaakh…!” Liling menjerit kencang ketika Afuk mulai menekan pinggulnya dengan keras, batang penisnya yang panjang dan keterlaluan besarnya itu menembus paksa ke dalam liang kawin Liling. “Aakkhh..”, Liling menjerit lagi, tubuhnya menggelepar mengejang dan wajahnya meringis menahan rasa pedih di selangkangannya. Kedua tangan Liling meremas tikar dengan sangat kuat, sementara Afuk dengan sekuat tenaga melesakkan batang kemaluannya di memek Liling dengan kasar dan bersemangat. “Aaiihh..”, Liling melengking keras di saat selaput daranya berhasil ditembus batang penis Afuk. Darah segar pun mengucur dari sela-sela kemaluannya. Afuk telah berhasil merampas kegadisan Liling. “Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh..” Afuk mendesis nikmat. Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya, Afuk langsung menggenjot tubuh Liling tanpa ampun. Buah dada Liling yang berguncang-guncang liar semakin membakar nafsu Afuk. “Oohh.. Oogghh.. Oohh..”, Liling mengerang-ngerang kesakitan. Tubuhnya terguncang-guncang akibat gerakan penis yang keras dan kasar. Sementara Afuk dengan acuh terus menggenjot liang gadis remaja itu dengan nafsu membara. Sekitar setengah jam lamanya Afuk menggagahi Liling yang sudah kepayahan. “Aaahh.. Ougghh.. Oohh.. Koh… Aaah…” Desah Liling Afuk memompa vagina Liling semakin cepat dan dalam, dan desahannya pun semakin kencang. Desahan lirih Liling membuat Afuk semakin menikmati setiap hentakan demi hentakan menyetubuhi gadis SMA itu. Sekitar 5 menit kemudian Afuk bisa merasakan Liling sudah mendekati orgasmenya. Setiap denyutan dan remasan vagina Liling membuat Afuk tak mampu lagi menahan desakan di ujung penisnya. Tubuh Afuk kembali mengejang keras, genjotannya semakin cepat dan urat-uratnya menonjol keluar dari tubuhnya yang gempal namun kekar. Afuk sudah siap berejakulasi. Seketika dia hentakan penisnya kuat-kuat. “Aaaaahh..” croot.. croott.. crroooott.. Afuk memekik panjang melampiaskan rasa puasnya yang tiada tara dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam rahim Liling yang tengah menggelepar kepayahan kehabisan tenaga sehabis orgasme, tak sanggup lagi mengimbangi genjotan Afuk. Sambil melumat bibir dan meremas dada Liling, penis Afuk masih terbenam didalam. Berdenyut-denyut mengalirkan sisa sperma ke dalam rahim Liling. Tidak berbeda dengan nasib gadis-gadis lain, Afuk pun akan menghamili gadis 16 tahun itu dengan anak haramnya. Akhirnya kedua tubuh manusia beda generasi itupun jatuh lunglai diatas tanah beralaskan tikar diiringi desahan nafas panjang Liling. Afuk puas sekali karena telah berhasil melaksanakan hajatnya memperkosa gadis cantik yang selama ini membayangi imajinasi bejatnya. Setelah istirahat beberapa menit, akhirnya Afuk mengantarkan Liling yang sudah lemah dan setengah mabuk sapat kedepan rumahnya. Afuk berbisik ke telinga Liling kalau dia masih penasaran dengan tubuhnya yang molek itu dan mengancam akan menyebarkan aibnya kalau tidak datang ke kuburan china untuk setipa sore. Aksi Afuk terus berlanjut selama sebulan sampai akhirnya Liling ketahuan hamil oleh sekolahnya dan Afuk meninggalkan Liling begitu saja.
Perkenalkan aku Winda, seorang gadis Jawa berumur 1X tahun yang masih duduk di sekolah menengah atas kelas satu di kota Rembang. Aku seorang anak gadis berperawakan kecil pendek tapi terlihat cukup seksi dengan buah dada aku yang mulai berkembang lumayan pesat, sekarang BH ukuran B aku aja udah mulai kekecilan. Kulitku putih halus, rambutku panjang dan selalu aku kuncir kayak ekor kuda. Kata teman-teman aku ini cantik, setiap aku pulang lewat pasar selalu aja om-om yang nongkrong di warkop menggoda dengan bilang aku cabe-cabean, makin lama buat aku risih aja. Aku anak pertama dari 2 bersaudara. Kami sekeluarga hidup pas-pasan. Ayah aku seorang nelayan yang sering melaut sehingga agak jarang di rumah, sedangkan ibuku cuma buka warung bubur ayam kecil-kecilan. Walalupun aku anak paling miskin di kelasku, aku tidak pantang menyerah. Aku termasuk siswa yang berpretasi waktu aku SMP dulu sehingga aku sekarang hampir semuanya ditanggung beasiswa. Jadi tidak sia-sia orangtuaku membanting tulang setiap hari. Tempat tinggal kami ini tidak bagus untuk bergaul dan sekarang seks bebas sudah merajalela. Maka dari itu orangtuaku terutama Ibu super ketat dalam mengawasiku. Mereka tidak mau aku terjerumus dalam pergaulan yang salah. Karena sebagian besar anak-anak gadis di lingkungan kami ini sekolahnya gak selesai karena hamil duluan. Berpacaran dengan teman sekolahpun mereka jadi takut. Namun nasib buruk tidak dapat dielak, aku diperkosa oleh pemilik warnet sekaligus orang yang mepekerjakan Ayahku. Seperti anak-anak sekolahan kebanyakan, kalau dapat tugas pasti butuh banget internet. Sayangnya sekolahku selalu mematikan Wifi ketika jam pelajaran selesai karena takut siswa menyalahgunakan internet. Jadilah ku biasanya ngerjain di warnet langganan aku samping sekolah. Begitu seringnya aku kesana sampai-sampai aku kenal banget dengan penjaga warnetnya, Mbak Yuli. Tapi sayangnya yang menjaga warnet tuh nggak selalu Mbak Yuli, terkadang yang jaga ayahnya sekaligus pemilik warnet itu, Koh Afuk. Koh Afuk ini laki-laki tua keturunan yang mungkin udah hampir 60an tahun. Badannya gemuk, sering mabuk, walaupun udah tua-tua begini, sering banget menggoda anak-anak gadis di sekitaran sini. Gak sadar umur, padahal udah punya cucu 2. Koh Afuk ini pemilik kapal nelayan terbanyak di dermaga sini sehingga uangnya banyak. Ayahku yang bekerja di kapal miliknya sering mewanti-wanti aku untuk tidak usah dekat-dekat dengannya, tapi apa daya dengan uang jajanku yang tipis tidak banyak warnet semurah dan secepat punya Afuk ini. Aku kadang merasa tidak nyaman kalau yang jaga si Kokoh cabul itu. Setiap ada dia, aku pasti ditaruh di komputer yang dekat dengannya. Mata sipitnya punya lirikan yang tajam dan sukanya senyum-senyum sendiri sambil terus memandangiku. Pernah juga dia menggoda aku dengan rayuan menjijikan. “Eh, Si Winda… kamu kok sexy banget sih, mau gak jadi simpanannya Kokoh… ” rayunya dengan wajah merah karena setengah mabuk. “Apaan sih Koh..! Kokoh kira aku ini cewek apaan…!? ” Aku selalu cuekin perkataan Afuk yang ngelantur itu. Aku hampir gak pernah datang ke warnet sendirian, pasti bareng sama temanku. Rasa takut itu pasti ada karena warnet penuh dengan cowok-cowok yang ngegame. Pernah dulu aku datang sendirian dan sialnya yang jaga Afuk, jadilah itu kesempatan buat dia untuk menggodaku terus. “Eh, Anak manis… tuh rambut kamu ada apanya ya..? ” “pa sih Koh… ” “ulet bulu tuh, sini aku ambilin…” “Apaan sih! awas ya kurang ajar…!! ” Dia nekat memegang rambutku. Aku pun risih dan meninggalkan warnet. Aku bergegas lari pulang sampai lupa untuk membayar ongkos aku ngenet waktu itu. Kejadian seperti ini terjadi beberapa kali, tapi aku gak mau cerita ke Ayah, takutnya kalau Ayah sampai protes ke Afuk, ayah malah dipecat. Suatu saat aku punya tugas sekolah mencari artikel banyak banget padahal waktu pengumpulan sudah dekat. Ketika aku begegas dan sampai ke warnet, ternyata yang jaga Si Afuk. Duh, malas banget nih jadinya tapi gak ada pilihan lain. Diam-diam Aku masuk warnet dan bergegas cari bilik komputer yang kosong, gak bilang-bilang sama Afuk yang jadi admin. Aku mencari-cari artikel lama banget, aku pengen semua tugasku selesai hari itu. Udah dua jam aku mengerjakan tugas itu belum juga kelar. Waktu terus mengalir sampai aku nggak sadar kalau sudah tinggal sendirian di warnet. Padahal ini belum jam tutupnya warnet, ini terasa aneh banget. Pintu warnet sudah tertutup rapat, lampu warnet banyak yang sudah dimatikan sehingga suasana jadi remang-remang. Aku jadi ngeri dan langsung berkemas pulang karena takut sendirian bersama Afuk, om-om cabul itu. Saat mau mendatangi meja admin, belum sampai disana aku ditarik paksa masuk ke salah satu bilik kosong! ”Aaaah…” teriak aku kaget. Aku kaget ternyata yang narik tanganku itu Koh Afuk. Aku teriak lebih kencang tapi mulutku langsung dibekap kencang oleh tangannya. Badanku didorong keras sampai membentur bilik, sakit banget. ”Hohoho… Ngapain pulang buru-buru, Anak manis?” Afuk terlihat nafsu melihatku. Sudah jelas kalau dia berniat memperkosa aku. Afuk memperhatikan tubuhku dari ujung kaki sampai rambut. Seragam putih kekecilan yang sudah aku pakai dari SMP mencetak jelas bentuk dadaku. Karena perilaku kasarnya tadi 2 kancing atas sudah lepas dan memperlihatkan belahan dadaku. Dari rokku yang tersikap keatas terlihat pahaku yang putih mulus. Muka cabul Afuk mendekat ke mukaku dan berusaha mencium bibirku tapi aku tolak. Aku buang wajahku ke kanan dan kiri menghindari bibirnya. ”ANAK MISKIN GAK USAH JUAL MAHAL!!!” Afuk menampar pipiku keras. Plakkkkk…. Ketakutan, aku menangis keras. Afuk membungkam mulutku semakin keras, sakit sekali tamparan itu. Ingin sekali rasanya aku berteriak minta tolong tapi apa daya udah tidak ada siapa-siapa disini. Bibirku diciumi dengan penuh nafsu dan sangat kasar. Aku selalu berusaha menolak dan tidak merespon tapi bibirku terus dipaksa mengulum bibirnya, aku bisa mencium bau alkohol dari mulutnya. Aku menangis makin keras tapi dia tidak peduli sama sekali. Nafsu binatang telah memenuhi isi kepalanya. Afuk mulai buka sisa kancing seragamku. Aku sudah gak pakai baju lagi, Cuma ringgal BH hitam kekecilan yang masih membungkus dadaku. ”Hahaha… kecil banget. Bapak kamu gak bisa beliin BH baru apa? Hahaha…” Ejek Afuk padaku. “to… tolong Koh, jangan… Winda kan masih kecil…, ”sambil menangis tersedu aku memohon kepadanya. Permohonanku tidak membuatnya mundur, dia mulai ciumi dadaku dengan penuh gairah. BH aku dia lepas, dada montok aku yang lagi merekah dia remas. Remasannya yang kasar membuat aku kesakitan, tapi muncul juga rasa geli enak yang belum pernah aku sarakan sebelumnya. “Aaaghhh Koh… aaaahh….sudah Koh… Ampuuun uuuuh….., ” Sambil meremas, dua kulum juga puting susuku. Sesekali jarinya memilin puting susuku, geli banget rasanya. Aku sudah gak berontak lagi karena lemas dibuatnya. Mungkin aku sudah terbawa suasana dan libidoku mulai naik. “Aaahhh… Koh…. aaahhhh…. jangaaaan Koh… ahhhh…., ” Afuk lihai sekali mempermainkan buah dadaku. Meremas-remas juga bekerja dengan manis mengulum putingku, buat aku mendesah keras banget. “ Aaaaaaahhhhh… aaaaaaaaaaahhhhhhhh…… ampun Kooooh………….., ” Tangannya meraba turun ke bawah, rokku dibuka lebar kemudian dilepas. Aku menjerit ketakutan dan dia menampar aku lagi. Benar-benar perlakuan yang sangat kasar. Sakit pipiku kanan kiri kena amukan Koh Afuk. Celana dalamku dilepas, dia makin sange melihat memek perawanku yang belum tumbuh bulu-bulunya. Tangannya meraba dari atas ke bawah, aku terus mendesah lirih. “ ooouugghhh… Koh…. ouuugghhh….. ahhh….” Tubuhku menggeliat merasakan kenikmatan itu. Selakanganku dijilati dengan lidahnya yang panjang, rasanya geli banget. Aku merasakan kenikmatan juga ketakutan melihat muka garang Koh Afuk. Jari-jarinya membuka lipatan memek mencari lubang memekku. Setelah ketemu, dia coba masukan jarinya. Kobelan jarinya terasa sakit, tapi juga enak. “Aaaahhhh… Koh…. aaaauuhhhh udah……… Sakit… oohhhh….akkhhh…….Kooh…..” ”Bagus… masih orisinil kamu yaa…. hahaha…” kata Afuk menggodaku. Dia terus berusaha membangkitkan nafsuku. Tubuhku jadi lemas dan dia mendudukan aku di kursi warnet. Tangannya terus meremas-remas dadaku dengan kasar, rasanya sakit tapi nikmat. Aku tetap terdiam karena aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi Didalam bilik sempit itu, Afuk terus melampiaskan nafsu bejatnya pada seorang gadis remaja tanggung. Dia tampak gemas dengan dadaku dan selalu saja memutar-mutar dan mengulumi putingnya. Dia juga mencupangi dadaku sampai merah semua. “Aaaaaahhhhh Koh Afuk…… aahhhhh…… Sudah Koh…..” Afuk kemudian berdiri membuka celananya. Aku bisa melihat jelas batang penisnya yang besar tegak berdiri. Besar dan panjang banget! Aku menutup kedua mataku melihat pemandangan tidak senonoh yang seharusnya anak seumuranku tidak boleh lihat. ”Ngapain malu-malu kucing… Nih! Lihat kontolku jelas-jelas…!!!” paksa Afuk sambil menepuk-nepuk keras pipiku. Aku jadi terpaksa lihat. Kakiku ditarik keatas sama Afuk hingga aku megangkang lebar dan memekku terlihat jelas. Wajah merah Koh Afukterlihat ganas banget waktu itu, wajahnya bagaikan mahluk buas yang siap mencabik-cabik mangsanya. Ujung penisnya diputar-putar di lubang memekku. Penis sebesar itu gak akan mungkin bisa muat, pikirku. Aku mulai takut dan berontak lagi. “Udaaaahhh Koooh….. Jangan… Jangaaan… Winda takuuuut…..” rengek aku sambil berusaha menghalangi penis Afuk. Seketika Afuk langsung mencekik dan mendesak aku, ”Kamu jangan kebanyakan tingkah ya! Kamu mau aku bunuh sekarang….!?”
Aku langsung gemetar ketakutan tidak melawan lagi. Afuk terus mencoba memasukkan penisnya. Perlahan ujungnya sudah berhasil masuk. Afuk semakin menekan penisnya biar masuk lebih dalam, tidak mempedulikan aku yang merengek kesakitan. “Aaaaaaaaaggggkhhh Koh… perih banget Koh…. ampuuun…..” Terus dia dorong dan dorong penisnya sampai akhirnya dengan satu hentakan kuat. “Aaaaaaaaaggggkhhh…. Sakiiiiiiiiiit……” jerit aku. Panas dan perih bercampur jadi satu. Seluruh batang penis Afuk berhasil masuk ke dalam, penis besar sudah tertancap di dalam memekku dan siap untuk digoyangkan. Mulai Afuk menggoyang maju-mundur pinggulnya. Keluar cairan darah tanda keperawananku sudah dirampas. Aku meneteskan air mata mengetahui kegadisanku hilang dengan cara semacam ini. Makin lama genjotan Afuk semakin kencang “ aaaahhhh Koh… aaahhh….. Koh…..aaaakkkkhhh……” ”ooh…oooh… Enak banget Nda… oooh…” erangnya kegirangan. Pantanya yang besar maju mundur. Sesekali dia mengulum dadaku agar makin bergairah dan semakin intim. Kursi warnet usang mulai berderik kencang seirama dengan laju permainan kami. Cepat banget goyangan penis itu sehingga membuat aku tak kuasa, rasa sakit yang tadi aku rasakan mulai sirna, “ aaaahhhh….. Koh…..aaaakkhhh……” Erangku kelimpungan. ”ooh…oooh… Enak! Enak! mantab… oooh…” Desah Afuk semakin kencang. “ aduh… Koh… pelan… pelan…” ”ooh…oooh… mana mungkin, Win… memek enak begini…” “Aaah… aaauh… aah… aaauh… aaaah… aaah…” ”uooh… oooh… oooh… oooh… oooh… oooh…!” “Aaah… aaauh… Mmmmh… aggh… aah… aaah…” ”uooh… sempit… banget… Winda…anak perawan emang enaaak!” “Aduuuh… aaaduh… aah… aduuuh… sakit… aaah…” ”uooh… oooh… oooh…” ”UUUh uumh…. Koh… memek Winda udah ngilu… uuddduh…” ”uooh… oooh… Udah gak apa-apa oooh… tahan….” ”Oooh… Koh… udah… lho… Winda capek….” ”Iya capeeek…. pati rasanya enak kan, Kokoh entot begini…?” “Aaah… engga… Mmmmh…” aku menggeleng. Tapi melihat gelagatku, Afuk tahu kalau aku berbohong. ”Hhahaha… begini nih yang bikin Kokoh ketagihan ngentotin anak perawan… tingkahnya ngegemesin…. ooooh…” Afuk mengulum bibirku lagi. ”MMMMMMH….” desahku tertahan Genjotan penisnya aku rasakan semakin kencang dan dalam. Aku rasakan penis Afuk semakin memebesar dalam memekku. Memekku berdenyut semakin intens. Sensasi disetubuhi Koh Afuk sampai diubun-ubun nikmatnya, aku sampai lupa kalau aku sedang diperkosa. Semakin cepat Afuk memompa penisnya, semakin enak rasanya. “ aaaahhhh….. Koh…..aggghhh……” ”ooh…oooh… Enak! Enak! oooh…” “Aaah… aaauh… aah… aaauh… aaaah… aaah…” ”uooh… oooh… oooh… oooh… oooh… oooh…!” Desah kami berdua memenuhi ruangan, peluh bercucran dari kulit kami. Afuk memeluk tubuhku dan den menggenjotku semakin cepat. Tak lama kemudian aku pipis, memekku mengejang kuat meremas penis afuk. Seketika langsung Afuk menghentak penisnya dalam-dalam, CROOOOOOTH…. CROOOOOOTH… CROOOOOOOOTHH…. ”uooh… enak enak banget… MUNCRAAAAAAT” desah Afuk. Spermanya masuk menyembur kedalam rahim aku, badan Afuk bergetar hebat. Aku juga mersakan sensasi nikmat benget, aku gak peduli lagi spermanya harus keluar diluar atau di dalam. Kami berdua terengah-engah diatas kursi warnet. ”perawan kamu emang enak Wiiin…. Kokoh suka!” kata Kokoh sambil mengulum bibir aku. Setelah semua selesai aku membersihkan badan dan memakai seragamku lagi. Afuk memberiku 5 lembar uang seratus ribu yang dia masukan ke tasku. Dengan langkah gontai menahan perih, Aku keluar warnet dan langsung pulang ke rumah. Aku enggan menceritakan kejadian ini sama orangtuaku. Setiap hari aku menangis mengingat kejadian itu, sekitar 2 minggu kemudian aku mual dan muntah karena sakit. Akhirnya aku tidak berangkat sekolah dan dibawa ke dokter sama orangtuaku. Disana dokter curiga dengan kondisiku lalu kencingku ditest, hasilnya positif aku hamil. Aku menangis terisak-isak dan orangtuaku juga meneteskan air mata. Setelah itu orangtuaku terus bertanya-tanya kepadaku. Mereka mau aku jujur siapa orang yang telah berbuat seperti ini hingga bikin aku hamil. Aku menjelaskan semua kepada orangtuaku semakin terpukul setelah tahu aku digauli sama Afuk, orang kaya yang terkenal cabul itu. Ayah ibuku akhirnya menemui Afuk untuk memintannya agar segera bertanggung jawab atas perbuatannya. Tapi tidak ada gunanya, Afuk menolak. Dia sudah berkeluarga dan bahkan punya cucu, mana mungkin dia bisa menikahiku. Selain itu dia sudah banyak menghamili gadis-gadis lain, jadi buat apa aku dipilih buat dinikahi. Aku cuma gadis miskin tidak berharga yang bisa sekali pakai di matanya. Afuk ini punya banyak preman dan banyak orang bergantung pekerjaan dengannya, jadi orang-orang dilingkunganku lebih suka kami tutup mulut dan tidak membawa ini ke polisi, Aku akhirnya harus putus sekolah dan mengubur impianku dalam-dalam. Ada kerabat kami yang menganjurkan aku ****** saja, tapi aku tidak tega. Beberapa bulan kemudian dengan persalinan yang agak sulit, aku melahirkan dua bayi kembar perempuan. Aku serasa ditampar realita kalau aku sudah jadi seorang ibu sekarang. Aku jadi punya semangat dan tujuan hidup baru untuk membesarkan kedua buah hatiku. Mereka aku beri nama Cinta dan Kasih. Sekarang aku bekerja jadi buruh pabrik di Sidoarjo. Cinta dan Kasih aku titipkan ke kakek neneknya, tapi ketika mereka sudah agak besar dan aku sudah membangun hidup disini, akan ku bawa mereka tinggal bersamaku.