Menyelinap menggasak perawan anak petani
Aku Cahyo, 53 tahun, Saya seorang kuli kasaran yang saat ini sedang kerja di sebuah pembangunan toll lintas jawa. Aku sudah berkeluarga dengan anak tiga. Awalnya aku kerja sebasai kuli angkut di pelabuhan, tapi karena gaji kurang buat menghidupi keluarga aku beranikan untuk coba ambil kerja jadi kuli. Rejeki datang Saya diterima bekerja di toll ini. Tapi kerja di toll yang menembus hutan atau kebun begini susahnya harus tinggal di tempat terpencil, Mess kami juga cuma rumah kontrak kecil yang tinggalnya kami harus tidur sempit-sempitan. Makanpun begitu, hanya bisa mengendalkan nasi bungkus yang disediakan proyek. Tapi ang paling sulit disini adalah mencari tempat pelampiasan birahi. Di proyek ini susah sekali cari wanita bayaran, hal yang dikeluhakan oleh teman-teman kuli yang lain juga. ”Percuma saja ada uang, tapi kesepian gak bisa pegang perempuan…” celetuk salah satu kawan proyekku. Beruntung seiiring dengan berjalannya waktu lokasi kerjaku yang awalnya sepi mulai menembus area desa sehingga hidup kami tidak merana lagi. Mess kami sekarang lebih baik, ketika mau makanpun sekarang kami bisa makan di warung-warung dadakan yang dibuka orang desa buat mencari tambahan uang. Saya dan teman-taman sering makan di warung milik seorang Petani setempat, sebuat saja mereka Pak Karso dan Bu minah. Makanan di tempat itu cukup enak dan banyak. Harganya juga murah sehingga uang makan kami bisa dibelikan barang lain seperti rokok. Setiap kali aku makan disana, sesekali mataku tertuju pada anak mereka yang biasa membantu mempersiapkan makanan. Dia kelihatan cantik dengan badan ranum yang mulai mekar khas anak ABG. Bagiku dan kawan-kawan yang sudah lama tidak pegang wanita tentu saja pemandangan gadis manis nan jelita begini sangat menarik perhatian kami. Suatu siang di hari minggu kami pergi mencari makan siang ketika jam istirahat. Seperti biasa kami makan di tempat Pak Karso. Sehabis makan aku jadi kebelet pipis, Saya pikir lebih baik buang air sekarang saja mumpung ada kamar mandi. ”Bu, saya pinjam kamar mandinya ya?” tanyaku ke Bu Minah. ”Iya Pak, Silahkan, itu ya pintu di belakang… buka aja.” Begitu masuk saya melihat sebuah pintu yang sedikit terbuka. Saya mengira itulah kamar mandinya. Waktu saya buka, betapa terkejutnya saya ketika saya melihat seorang anak gadis sedang tertidur. Dia terutidur pulas dengan daster yang tipis dan hanya menutupi bagian atas dan bagian selangkangannya. Tentu saja saya kaget, saya salah masuk ruangan rupanya. Beruntung anak itu tidak terbangun dan berteriak, bisa-bisa aku digerebek dan muncul salah paham. Aku segera mentup pintu dan mencari kamar mandi yang benar. Setelah lega buang air dan mau keluar rumah, Saya teringat dengan pintu yang tadi. Dasar otak saya yang sudah kotor, aku buka lagi pintu itu pelan-pelan dan mengintip ke dalam, dia masih tertidur. Mataku kembali tertuju pada paha anak itu yang terpampang jelas, begitu putih dan mulus. Melihat pemandangan yang indah itu, penisku jadi keras, niat usil muncul di otak kotorku. ”Sudah 6 bulan aku tidak pegang wanita, lebih baik saya pegunakan kesempatan ini ”sebaik-baiknya”, hahaha….” pikirku. Aku kembali ke belakang rumah dan membuka kunci pintu belakang rumah. Ketika berjalan untuk dengan teman-temanku, Saya bilang kalau Hpku ketinggalan dan bilang ke mereka untuk saja kembali ke proyek. Ketika sampai di rumah Pak Karso, aku tidak ke depan rumah tapi menyelinap masuk dari belakang. Aku buka pintu belakang yang tidak terkunci. Aku lihat keadaan, BAGUS! Bu Minah masih didepan rumah menjaga warung, sedangkan Pak Karso masih di ladang mengerjakan sawah. Dengan mengendap=endap saya masuk ke rumah dan berjalan menghampiri kamar anak Pak Karso tadi, saya masuk ke dalam kamar tersebut kemudian menutup dan mengunci pintu itu. Saya melihat sekeliling kamar itu, kamar yang sempit dan agak panas, beberapa helai seragam putih abu-abu tergantung di pintu, sebuah kipas angin menyala mengarah ke si anak gadis. Dilihat dari dekat begini, anak itu terlihat cantik sekali, sangat manis dengan kulit kuning langsat! Lalu saya melangkah lebih dekat lagi, saya melihat beberapa buku pelajaran sekolah dan tulisan namanya: Gita kelas 1C. Masih kelas 1! Berarti usianya tidak lebih dari 1X tahun. Lalu saya memfokuskan penglihatan saya ke arah pahanya yang kuning langsat dan indah itu! Ingin rasanya menjamah paha tersebut tapi saya masih ragu dan takut. Saya menaikkan pandangan saya ke arah dadanya dan melihat cetakan dua bola tenis di helai dasternya itu. Dadanya sudah cukup membengkak dan ranum dan saya tahu dia pasti tidak memakai BH di balik dasternya itu! Wajahnya sangat imut, cantik dan manis! Akhirnya saya memberanikan diri meraba pahanya dan mengelusnya, astaga bung… mulus sekali! Lalu saya menaikkan sedikit lagi dasternya dan terlihatlah sebuah CD warna putih. Saya meraba CD anak itu dan menarik sedikit karet CDnya, lalu saya mengintip ke dalam… Astaga! tidak ada bulunya! Jantung saya berdetak kencang sekali dan keringat dingin mengalir deras dari tubuh saya. Saya mulai nekat dan mencium CDnya, tidak ada bau yang tercium. Lalu saya menarik sedikit lagi dasternya ke atas dan terlihatlah perut dan pinggul yang ramping padat dan mulus sekali tanpa ada kotoran di pusarnya! Luar biasa! Otak porno saya pun mulai kreatif juga, saya memberanikan diri untuk menarik perlahan-lahan tali dasternya itu, sedikit-seditkit terlihatlah sebagian dada ranumnya yang mulus dan putih! Ingin rasanya langsung menerkamnya, tapi saya harus bersabar. Lanjut saya menarik lagi tali dasternya ke bawah dan akhirnya terlihatlah pentil Gita yang bewarna kuning kecoklatan! Jantung saya kali ini terasa berhenti! Saya merasa tubuh saya menjadi kaku. Jari sayapun mencolek pentilnya dan memencet dengan lembut payudaranya. Saya melakukankan dengan lembut dan perlahan, sementara Gita masih tertidur pulas. Setelah puas, saya menjilat dan mengulum pentilnya, terasa tawar. Dasar otakku yang sudah gila terbakar birahi, saya pun nekat menarik seluruh dasternya perlahan kearah bawah sampai lepas, sehingga Gita kini hanya mengenakan celana dalam saja! Saya memandangi tubuh Gita dengan penuh rasa kagum. Tiba-tiba Gita sedikit bergerak, saya kira ia terbangun, ternyata tidak, mungkin sedang mimpi saja. Saya mengelus tubuh Gita dari atas hingga pusar/perut. Puas mengelus-elus, saya ingin menikmati lebih dari itu! Saya menarik perlahan-lahan CD Gita ke arah bawah hingga lepas. Kini Gita sudah telanjang bulat! Betapa indahnya tubuh Gita ini, gadis kelas 1 SMA yang amat manis, imut dan cantik dengan buah dada ranum yang baru tumbuh serta vaginanya yang belum ada bulunya sehelaipun! Aku elus bibir vaginanya yang mulus kemudian ku cium. Terasa bau yang khas dari vaginanya itu! Dengan kedua jari telunjuk saya, saya membuka bibir vaginanya dengan perlahan-lahan, terlihat dalamnya bewarna kemerah merahan dengan daging di atasnya. Saya menjulurkan lidah saya ke arah vaginanya dan menjilat-jilat vaginanya itu. Saya deg-degan juga selama aksiku itu. Saya tahu Gita bisa bangun kapan saja karena ulah saya ini. Dan benar saja, saat saya sedang asyiknya menjilat vaginanya, Gita terbangun! Saya pun terkejut setengah mati! Untung Gita tidak teriak tapi hanya menutup buah-dadanya dan vaginanya dengan kedua tangannya. Mukanya kelihatan ketakutan. ”Bapak siapa? Mau ngapain aku?” Aku segera keluarkan alasan kebohongan ”Gita, saya melakukan ini karena Pak Karso yang mengijinkannya!” kataku yang berbohong. Gita kelihatan tidak percaya. ”Tidak mungkin, Bapak gak mungkin ngebolehin ini!”. Pandai juga dia! Tapi saya tidak menyerah begitu saja. ”Gita, Bapakmu itu punya utang besar pada saya, apakah kamu tega melihat bapakmu kesusahan? Apakah kamu tidak kasihan pada dia?, kalau dia tidak melunasi hutangnya, dia bisa dihabisi anak buah saya ” kataku sambil berbohong. Gita terdiam sejenak. Saya berusaha menenangkan Gita sambil mengelus rambutnya. Gita tetap terdiam. Saya dengan lembut menarik tangannya yang menutupi kedua buah dadanya. Dia kelihatannya pasrah saja dan membiarkan tangannya ditarik oleh saya. Terlihat lagi kedua buah dadanya yang indah dan ranum itu! Saya mencium pipinya dan berkata, “Kamu percaya saja sama saya, tidak akan apa-apa kok”. Saya merebahkan tubuhnya dan menarik tangannya yang lain yang menutupi vaginanya. Akhirnya dia menyerah dan pasrah saja saya gerayangi. Saya tersenyum licik. Saya langsung buru-buru membuka seluruh pakaian saya untuk segera menuntaskan ”Proyek” ini. Maklum saja, kalau terlalu lama, Pak Karso dan Bu Minah bisa keburu masuk rumah dan sayapun bisa ketahuan, ujung-ujungnya saya bisa saja terbunuh dikeroyok warga. Saya langsung melumat mulut Gita dengan rakus. Gita kelihatannya belum pernah ciuman sebelumnya karena dia masih kaku. Lalu saya mencium lehernya dan turun ke arah buah dadanya yang keras. Saya menyedot kedua buah dadanya dengan kencang dan rakus dan meremas-remas kedua buah dadanya dengan sangat kuat. ”Kamu, sekarang ukuran BHnya berapa?” ”Aduduh… ti… 32B, Pak… agh…” Jawab Gita sambil meringis kesakitan dadanya sara remas. Sayapun menarik-narik kedua pentilnya dengan kuat! “Sakit Pak….!!” Rintih Gita. Saya tidak mempedulikan rintihan Gita. Saya mengulum dan menggigit pentil Gita lagi sambil tangan kanan saya meremas kuat pantat Gita. Setelah puas, saya membalikkan badan Gita sehingga Gita tengkurap. Saya jilat seluruh punggung Gita sampai ke pantatnya. Saya remas pantat Gita kuat-kuat dan saya buka pantatnya hingga terlihat anusnya yang bersih dan indah. Saya jilat anus Gita, terasa asin sedikit. Dengan jari telunjuk saya, saya tusuk-tusuk anusnya, Gita kelihatan merintih atas tindakan saya itu. Saya angkat pantat Gita, saya remas bagian vagina Gita sambil ia nungging (posisi saya di belakang Gita). Gita sudah seperti boneka mainan saya saja! Setelah puas, saya balikkan lagi tubuh Gita sehingga ia terlentang, saya naik ke atas kepala Gita dan menyodorkan penis saya ke mulut Gita. ”Jilat dan kulum!” kataku. Gita awalnya ragu, tapi saya terus membujuknya dan akhirnya ia menjilat juga. Penis saya terasa enak dan geli dijilat olehnya, seperti anak kecil yang menjilat permen lolipop. “Kulum!” kataku Dia lalu mengulumnya. Saya dorong pantat saya sehingga penis saya masuk lebih dalam lagi, kelihatannya dia seperti mau muntah karena penis hitam bau pesing saya menyentuh kerongkongannya dan mulutnya yang kecil kelihatan sulit menelan sebagian penis saya sehingga ia kesulitan bernapas. Sambil dia mengulum penis saya, tangan kanan saya meremas kuat-kuat payudaranya yang kiri hingga terlihat bekas merah di payudaranya. Setelah 5 mesnit saya lepaskan penis saya dari mulutnya. Saya jilat vaginanya sepuas mungkin, lidah saya menusuk vaginanya yang merah pink itu lebih dalam, Gita menggerak-gerakkan pantatnya kiri-kanan, atas-bawah, entah karena kegelian atau mungkin ia menikmatinya juga. Sambil menjilat vaginanya, kedua tangan saya meremas-remas pantatnya. Akhirnya tiba saatnya untuk menjebol vaginanya. Saya merangkak naik ke atas tubuh Gita, saya sodorkan penis saya ke arah vaginanya. Gita kelihatan sangat ketakutan, ”Jangan Pak, AKu masih perawan, Aku masih terlalu kecil buat beginian!” Nah ini dia. Saya membujuk Gita dengan rayuan-rayuan dan kecupan manis di bibirnya. Gita Cuma bisa terdiam pasrah sambil menangis saja. Saya tusuk penis saya yang besar itu yang panjangnya 19 cm dan diameter 6 cm ke vagina rapatnya yang kecil sempit tanpa bulu itu! Sulit sekali awalnya tapi saya tidak mau menyerah. Saya lebarkan kedua kakinya hingga ia sangat mengangkang dan vaginanya sedikit terbuka lagi, saya hentakkan dengan kuat pantat saya dan akhirnya kepala penis saya yang besar itu berhasil menerobos vaginanya! Sambil mencakar punggungku Gita mendesis, ”Sakiiiitt Pak….!!” Saya tidak peduli lagi dengan rintihan dan tangisan Gita. Sudah sepertiga penis saya yang masuk. Saya dorong-dorong lagi penis saya ke dalam lobang vaginanya dan akhirnya amblas semua! Dan seperti permainan sex pada umumnya, saya tarik-dorong, tarik-dorong, tarik-dorong, terus-menerus! Gita memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya. Tangan saya tidak tinggal diam, saya remas kedua buah dadanya dengan kuat hingga dan saya tarik-tarik pentilnya yang kuning kecoklatan itu kuat-kuat sampai dia menggelepar kesakitan! Saya memainkan irama yang semakin cepat ketika penis saya menghujam vaginanya. ”Ouugh…. aaah…. Paaaak….!!” Baru 5 menit saya merasakan cairan hangat membasahi penis saya, pasti ia mencapai puncak kenikatannya. Vagina Gita yang basah belepotan lendir membuat penis saya semakin lacar keluar masuk vaginanya. Semakin saya tingkatkan ritme Sodokanku. Dia meraung-raung semakin kencang, Saya sampai harus melumat-lumat mulut Gita sehingga lenguhannya tidak terdengar diluar. Tiga puluh menit sudah saya pompa vagina gadis desa itu. Sudah 5 kali Gita orgasme. Sprei tempat tidurnya sudah acak-acakan ditarik olehnyaa. Saya lihat anak itu sudah tidak sanggup mengikuti permainan nikmatku, Gita hanya bisa pasrah dan menggit bibir bawahnya. Saya meningkatkan tempo permainan dengan kecepatan yang cukup tinggi karena aku merasakan di penisku sperma sudah mendesak ingin keluar. ”Aaah… Ampun Pak… Aku sudah mau pipis lagi…” ”Tahan sebentar Gita. Ayo kita keluarkan sama-sama, ahhhh… Enak sekali perawanmu ini…. Ahh…” Saya merasakan telah mencapai puncak kenikmatan. Tubuh saya bergetar hebat. Saya tumpahkan air mani saya kedalam rahimnya hingga tumpah ruah. CROOOOOT…. CROOOOOOOOOOT… Saya puas sekali! Saya peluk Gita dan mencium bibir, kening dan lehernya. Saya tarik penis saya dan saya melihat ada cairan darah di sprei kasurnya. Habislah keperawanannya! Setelah itu saya segera berpakaian karena takut ketahuan. Saya ambil uang 50.000 rupiah dari saku saya dan saya berikan ke Gita, ”Gita, ini untuk uang jajanmu, jangan bilang ke siapa-siapa yah!“ Gita hanya terdiam saja sambil menundukkan kepala dan menutupi kedua buah dadanya dengan bantal. Saya langsung keluar kamar dan menyelinap keluar lewat pintu belakang. Karena saya masih penasaran sama tubuh molek Gita. Beberapa kali aku mendatanginya untuk minta jatah. Dua bulan berlalu, Gita ternyata sudah berbadan dua. Saat saya mau kabur saya dicegat warga di terminal dan diarak ke kantor polisi