hasrat calon dokter
ilustration of sarah DI sebuah tempat di jakarta, terdapat seorang perempuan berparas cantik dan berusia 26 tahun. Perempuan tersebut bernama Sarah. Sarah merupakan seorang wanita yang pintar, kritis dan rajin. Tidak hanya itu, di kalangan teman-temannya yang ia dianggap suka membantu. Saat ini Sarah sedang mengambil kuliah S2 jurusan Kedokteran di salah satu universitas di jakarta. Perjalanannya dalam menempuh pendidikan di smester pertama tidak mendapat kendala sedikitpun. Seperti biasa, jam tujuh pagi terdapat seorang pemulung yang suka mencari barang-barang bekas di perumahan Sarah. Pagi itu Sarah di komplek perumahannya sedang berlari santai. Sarah sangat menyukai aktifitas berlari di kompleknya karena ia merasakan udara pagi adalah udara yang sangat baik untuk tubuh. Saat sedang berlari Sarah sering berpapasan dengan si pemulung. Pria yang tidak asing ia jumpai di setiap minggu. Pemulung tersebut suka menyapa Sarah dengan senyum ketika berpapasan namun demikian, Sarah tidak pernah merespon sapaan tersebut. Di mata Sarah pria berusia 29 tahun yang memiliki kulit gelap tersebut terliat dekil dan ia tidak ingin memiliki kenalan yang dekil. Setelah berlari kurang lebih satu jam, Sarah kembali ke rumahnya untuk mandi dan bergegas ke kampus. Sesampai di kampus ia melanjutkan kuliah seperti biasa. Tampaknya hari ini ia memiliki mood yang kurang bagus. Hal ini terlihat dari caranya menatap sang dosen yang bernama bu dian. Bu dian: Sarah, bagaimana hasil analisa dari sample serum yang diambil dari pasien yang mengidap terinfeksi hepatitis B? apakah analisa serum tersebut dapat segera dibahas di kelas hari ini? Sarah pun langung terkaget mengingat ia belum sempat untuk mengejakan tugas tersebut. Hal ini dikarenakan beberapa minggu belakangan ia sedang mendapat masalah yang cukup berat. Sarah: anu bu, saya belum sempat mengejar lebih jauh tekait sample tersebut. Berikan saya waktu minggu depan. Bu dian: kurang elok apabila anda tidak dapat mengerjakan tugas tersebut dalam waktu yang telah disepakati. Karena kita tidak bisa untuk berkutat pada satu macam tugas . Sarahpun meyakinkan bahwa ia akan menyelesaikan tugas tersebut minggu depan. Setelah selesai dengan mata pelajaran tersebut, dian pergi ke salah satu mall di jakarta barat untuk mencari suasana. Kali ini ia ditemani dengan Silvi teman satu kelasnya yang memiliki usia yang sama dengannya. Silvi: udah lah Sarah, ga usah dipikirkan terlalu dalam permasalahan bokap lu. Kan sekarang dia udah dijagain sama mamah kamu. Sarah: ia gue tau, tapi mamah gue itu lebih mentingin pekerjaannya dari pada papah. Padahal papah itu lagi di opname di rumah sakit surabaya. (ucap Sarah kesal) kalau gue bisa ambil cuti kuliah pasti gue ambil sil. Tapi kan lu tau sendiri smester sebelumnya gue udah ambil cuti kuliah. Silvi: udah yah Sarah, sekarang kita nonton dulu aja. Gue ga mau liat lu sedih terus. Sepulangnya dari Mall, Silvi dan Sarah pun pulang ke rumah masing-masing. Sarah tinggal sendirian di rumah yang ada di jakarta. Ia bisa dikatakan sebagai anak tunggal. Dia sempat memiliki saudara ketika masih kecil namun telah meninggal dikarenakan sakit. Keesokan paginya kira-kira jam enam pagi Sarah kembali melakukan lari kecil di komplek perumahannya. Seperti biasa ia berjumpa lagi dengan pemulung tersebut. Terlihat dari mukanya Sarah ia tidak menyukai si pria tersebut walaupun ia seperti biasa disapa kembali oleh si pemulung. Setelah selesai melakukan lari pagi Sarah kembali ke rumah. Sesampainya di dalam rumah ia pun bergegas ke kamarnya dan melepaskan pakaiannya satu per satu. Terlihat Sarah memiliki tubuh yang sangat indah, terawat, dan mulus. Payudaranya cukup indah dan menghadap tegap, pantatnya tidak besar tapi menantang. Kakinya cukup sexy hal ini dikarenakan kepandaiannya untuk menjaga tubuhnya tetap sehat. Bisa dipahami karena ia merupakan calon dokter dan harus menjadi panutan oleh pasiennya. Setelah selesai melepas seluruh pakaiannya Sarahpun membalut tubuhnya dengan handuk yang cukup pendek. Ya, handuk tersebut hanya cukup menutup paha bagian atas dan payudaranya saja. ia kemudian menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Selama mandi ia teringat akan pria seumurannya yang selalu memberinya senyum setiap pagi pada saat lari pagi. Ya, pemulung itu terlintas dipikirannya. Karena senyum pria itu membuat Sarah tidak memiliki pemikiran negatif terhadap ingatannya. Sarahpun kembali menyabuni tubuhnya. Inchi demi inchi tidak lepas dari sentuhan dari sabun tersebut. Hingga akhirnya sabun tersebut menyapu bersih dengan lembut setiap ruang vagina milik Sarah. Di sini lah gairahnya muncul. Di usianya yang sudah menginjak dua puluh enam, hormon sexual yang ada ditubuhnya tidak mungkin bisa ia lawan. Pada saat sabun yang ia tuntun menghujam bagian luar vaginanya pria jelek yang selalu memberinya senyum itu kembali datang dalam hayalannya. Kali ini jauh lebih jelas dari hanya sebuah bayangan sekilas. Sarahpun berfantasi dengan pria itu. Gejolak batin dan akal sehatpun bertentangan. Antara kasta, penampilan berperang di dalam benak Sarah. Bulu kuduknya berdiri kuat, mencoba untuk berkompromi dengan nafsu yang sedang hadir di ruangan kamar mandi tersebut. Sarah: kok gue pikirannya seperti ini ya. ? padahal gue ga suka dengan pria dekil itu. Penampilannya lusuh, kulitnya coklat kehitam-hitaman. Pasti dia bau……. Ditambah lagi Gue paling anti dengan pria dengan pekerjaan kurang bersih. Tapi, senyumnya itu……………….. “ siallllllllllllll” timpal Sarah Yasudahlah kepalang tanggung…. Ia pun bertekuk lutut sama fantasinya terhadap pria berkulit gelap tersebut. Sarahpun mengijinkan imaginasi kotornya menguasai pikirannya. Ia membayangkan tangan pria pria tersebut meremas susunya dengan kasar dan brutal. Seolah-olah pria tersebut sedang bernafsu kepadanya… setelah itu pria berkulit gelap tersebut kini terbayng menjilat-jilat dengan liar susunya yang indah itu yang kemudian menghunuskan batang hitam ke dalam vaginanya . Akkkkkhhhhh… Siapa namamu pria hitam……. Aku nafsuu…………… Akkkkhhhhhhhh……. Tangannya kembali bermain kasar di area vaginanya……… Imaginasi Sarahpun kembali lebih liar… belum pernah ia berimaginasi separah ini.. nafsu yang datang ke tubuhnya begitu kuat….. Sarah membayangkan pria berkulit gelap tersebut membentaknya supaya menghisap kontolnya …. Jangan mashhhhh…… Akkkhhh…….. Sarahpun sampai ke puncaknya……. Tubuhnya mengalami kejang-kejang yang cukup dahysat. Tubuhnya cukup lemas, namun ia paksakan untuk menyelesaikan mandi tersebut… ————————————————————————–
Menelaah lebih dalam Setelah selesai mandi, sarah pun berdandan dan bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Di dalam perjalanan ia membayangkan kejadian yang ada di kamar mandi. “kok bisa sih gue berimajinasi liar begitu dan Kenapa malah mukanya yang terbayang ya…” “Ah biarlah…….” Sarah sudah lama belum memiliki pasangan. Terakhir ia berpacaran sekitar 2 tahun yang lalu. Ia putus karena trauma pacarnya selingkuh dengan sahabatnya sendiri. Sesampainya di kampus ia bertemu dengan silvi. Kali ini mereka duduk satu bangku. Silvy memperhatikan raut muka sarah yang begitu ceria dan penuh semangat. Silvi: lu kenapa sarah ? kok keliatannya ceria begitu? Sarah: hah? Biasa aja deh silv… Silvi: ah yang bener. Udah nemu pria baru nih kayanya. Hehee Sarah: ngga ada. Kan elu tau sil, gue ga mau mikirin cowo dulu. Gue mau fokus sama karir.. Silvi: ya tapi kan pacaran sambil menyusun karir juga asik. Sarah: eh, lu tau ga nad. Tadi pagi kan gue lari. Trus gue ketemu lagi sama mas-mas yang gue ceritain itu nad. Dia senyum-senyum mulu Silvi: oh cowo yang item itu… (silvi menatap curiga) Sarah: ia tiap kali gue lari pagi, pasti ketemu dia mulu.. bingung gue kok dia lewat situ mulu ya… perasaan di komplek itu ga ada besi-besi bekas atau apalah yang berharga begitu… Silvi: ya kalo menurut gue lu perhatiin aja tingkah lakunya… lu coba kaya detektif. Selidikin dia ngapain aja… Sarah: gila lu.. ngapain juga gue nyelidikin dia… kaya kurang kerjaan aja…. (sarahpun kembali bergejolak mengingat dia tadi pagi habis berfantasi dengan pria tersebut) Silvi: lu ada photo pria itu ga? Sarah: ada. Pernah gue pas iseng photo dia secara diam-diam Silvi: idih…… dekil banget ya…. Tapi lumayan good looking kalo dia bersih dan didandanin… hahahaa Nafsu sarah kembali meningkat setelah mendengar kalimat tersebut. Kali ini dia benar-benar tidak tau apa yang ada dibenaknya. Instingnya kembali menjadi liar. Antara logika dan gairah berperang satu sama lain berupaya mendominasi setiap ruang yang kosong di dalam diri sarah… Silvi: Sarah.. kok elu melamun sih? ahhhhh ngga sil. Gue lagi mikirin orang tua (ucapnya berusaha untuk menutupi sisi lain yang ada di benaknya) sarah: eh menurut lu gimana sil sama pria ini ? (sarah kembali memperlihatkan photo pria tersebut dengan penuh semangat) silvi: ya kalo lu penasaran coba selidikin aja. Tapi lu ga sedang suka sama dia kan ? sarah: ya engga lah. Kan gue penasaran aja soalnya gue di rumah sendirian. Barang kali aja pria itu pencuri (ucapnya sambil berusaha menutupi) Sarah diberikan dosennya berbagai macam tugas mengingat smester pertama perkuliahan segera berakhir. Hal ini membuat setiap aspek rutin dari kegiatannya kembali tertunda. Ditambah lagi keadaan orang tuanya yang masih diopname menambah tanggungjawab baru yang harus diemban. Setelah beberapa Beberapa minggu sempat vakum dari berbagai aktifitas rutin, sarah mencoba berlari pagi seperti biasa. Dia merasa perlu untuk menjaga postur tubuhnya tetap sehat. Betapa kagetnya ia meliat seorang pria dengan gerobak di belakang mulai berjalan dari kejauhan berlawanan arah dengan sarah…. Sarah: Wahh…… pria itu lagi……. (Sarah berusaha kembali cuek….) Setelah semakin dekat dengan sarah, pria tersebut sudah mulai menebarkan senyuman indah kepada sarah. Sarah: ah………………….. dia senyum lagi. (ucap sarah bergelora sambil menahan cuek. Tapi dalam aspek yang lain terdapat hasrat penasaran dengan pria tersebut) Sarah kembali melanjutkan lari santainya. Setelah beberapa putaran lari, sarah kemudian kembali kerumahnya. Namun betapa kagetnya dia melihat pria yang membangkitkan hasrat sexsualnya itu berdiri di depan pagar rumahnya….. Sarah: mas ngapain disini ? (ucapnya dengan penuh rasa penasaran) Pria berkulit gelap : maaf mbak, saya mau minta tolong. Pria yang terbiasa menebarkan senyum manis tersebut tiba-tiba berubah sedih. Pria berkulit gelap: anu non. Maaf banget ya. Saya beberapa hari ini tertimpa masalah. Adik saya sakit non.. surah cukup parah, saya khuatir kalo terjadi apa-apa sama adik saya. Jadi kalo boleh saya pinjem uang sama non. Saya berjanji akan menggantinya.. Sarahpun bingung. Karena sarah tidak mengenali pria tersebut. Mereka juga tidak pernah berbicara satu sama lain.. tapi di sisi lain sarah menaruh penasaran dengan pria tersebut dan atas dasar kemanusiaan sarah akhirnya setuju meminjamkan uang. Sarah: memang bapak mau pinjem berapa ? Pria berkulit gelap: 2 juta non ? Sarah: oke mas. Mas dan grobaknya masuk ke teras dulu. Sesaat kemudian sarah masuk ke kamar dan mengambil uang sesuai dengan nominal yang diminta diminta dan ditambah dengan uang iba kepada Pria berkulit gelap. Sarahpun kembali menemui pria yang sedang sedih dengan tatapan kosong tersebut dan memberikannya uang. Sarah: Ini mas. Pria berkulit gelap tersebut mengambiil uang yang diserahkan sambil meneteskan air mata. Pria berkulit gelap: makasih ya non. Sarah : jangan panggil non. Panggil aja sarah. udah ga usah nangis. Semoga cepat sembuh buat adiknya. Mas ga usah mikirin kapan dikembalikan. Yang penting fokus dulu rawat adiknya. sekali lagi makasih ya sarah.. Pria berkulit gelap sambil masih menangis. Sarah : mas namanya siapa ? Pria berkulit gelap: Nama saya DESTRA. Ucapnya sambil tersendu. Oh, Pria berkulit gelap ini namanya destra. Hehe (ucap sarah dalam hati) Sarah : Oh ia Mas Destra, kalau mas ga keberatan saya bisa cek adiknya sakit apa. Hitung-hitung mas destra bisa menghemat biaya ke rumah sakit. (ucapnya penuh semangat) Destra : ah maksudnya? Sarah suster? (Timpalnya polos) Sarah : bukan mas. saya punya pengalaman sebagai dokter mas. (Sambil tersenyum) Destra : oalah… tapi sarah, saya malu. Saya tinggal di kontrakan yang kurang bagus. Sarah yakin mau berkunjung ?…. Sarah : ia gpp. (ucap sarah penuh senyumaan) Sarahpun sangat bersemangat untuk mengenal kehidupan si destra. Di sisi lain, Destrapun sesekali curi pandang ke tubuh sarah yang berbentuk bak malaikat. Karena ia tidak pernah menjumpai wanita dengan kulit yang benar-benar terawat, mulus dan bening seolah tidak pernah tersentuh kejamnya sinar matahari. Berbanding terbalik dengan kehidupan si destra ——————————————————-