Panggil saja aku Ichel
Chapter 1 Perkenalan: Panggil saja aku Ichel Selamat malam teruntuk kamu yang mungkin saat ini sedang merebahkan diri, melepas lelah dari segala penat dan kejenuhan hari. Tinggalkan sejenak tumpukan kertas di meja kerjamu, tenang saja, mari berbincang tentangku dan tentang maumu. Okay, mari kita mulai! Perkenalkan, aku chelsia, kamu boleh panggil aku chel, ichel, atau chelsi. Aku lahir dan besar di Bandung, tapi karena alasan pekerjaan, sekarang aku tinggal di salah satu kota kecil disekitar Ibu Kota. Sudah hampir tiga tahun aku disini dan semua berjalan baik, dari mulai pekerjaan, pertemanan, kehidupan sosialku, sampai hubungan dengan pacarku semua berjalan seperti biasa. Namun, keadaan mulai berubah ketika aku mengenal seorang pria yang kutemui dari salah satu media sosial “pencarian jodoh”. ring~ Kulihat notifikasi hpku, dan kudapatkan *matched* dengan Hendy. Mulanya ku abaikan sampai akhirnya dia memulai percakapan. “hi chel”, katanya “hallo kak” kujawab “tinggal dimana”, tanyanya “di ***** kak, kamu sendiri?” “oh deket, aku tinggal di ****** ***” “kenapa main ****** kak? cari pacar ya? hhehe..”, tanyaku penasaran “hehe.. buat cari temen dulu”, jawabnya Percakapan sederhana itu berlanjut dengan membahas pekerjaan, kesukaan, dan bahasan lain yang biasa dilakukan orang yang baru kenalan. Obrolan kami tidak intens yang dalam satu waktu bisa bahas banyak hal, terlebih dia tipe orang yang pendiam dan tidak banyak omong, jadi kami saling membalas dengan jeda sehari atau setengah hari tergantung kapan masing-masing dari kami buka aplikasinya. Saat itu aku buat kesimpulan sendiri kalau kami dipastikan tidak klop, dia orangnya tidak suka di ganggu sedangkan aku tidak suka di-cuek-in, dia suka bacaan berat seperti buku-buku tentang investasi dan riset apapun itu, wajar sih dia dulunya kuliah di jurusan jurnalist dan memang passionnya membaca dan menulis, nah.. sedangkan aku, jangankan baca begituan, baca novelpun bosenan, novel Dilan 1991 pun baru setengahnya aku baca dan gak dilanjut. Aku lebih suka menonton dan jalan-jalan di saat waktu luang ketimbang membaca. Anehnya yang paling buatku tidak percaya, dia bilang kalau dia gak suka musik, “hah? serius? cowok gak suka musik?” Padahal aku suka menyanyi dan berharap ada cowok yang bisa mengiringi, ya.. minimal main gitar lah. Tapi ya sudahlah biarkan saja, cukup buat nambah kenalan saja, pikirku tanpa tau apa yang akan terjadi. **** Suatu hari, ketika hendak bangun dan bersiap jadi anak kostan yang rajin, kudapati sakit di kepalaku dan rasa mual juga perih berkumpul diperutku, “fix maag ku kambuh” kataku. Saat itu sedang libur nasional, pacarku sedang kerja lembur dan dia sudah berangkat dari jam 7 pagi karena ada jadwal piket di kantornya. Aku bilang padanya kalau aku sakit, dan dia menunjukan rasa khawatirnya dengan menyuruhku pesan ojek online dan segera pergi ke klinik. Duh, rasa malas pergi sendiri itu menahan aku beranjak dari tempat tidur. Alhasil aku hanya menghabiskan waktu dengan tiduran saja. Kemudian, lamunanku tertuju ke Hendy, mengingat semalam kami sempat video call, dan omongannya mulai nakal, “chel, bibir kamu sexy ya”, katanya “masa sih, biasa aja ah..”, jawabku “iya pengen nyium”, ucapnya sambil senyum malu Pikirku dia bercanda, tapi melihat senyumnya yang sungguh memikat hati itu, akupun jadi tersenyum malu. “hhmm.. yauda sini kalau mau”, jawabku bercanda Tanpa ada jeda, dia langsung menjawab, “mau liat dong chel..”, pintanya sambil lagi-lagi memperlihatkan senyum malunya itu “hah? liat apa dy?”, tanyaku agak sedikit kaget “liat itu chel”, sambil matanya melirik ke dadaku Wajar saat itu memang dadaku terlihat menonjol karena aku dalam posisi terlentang memakai tanktop warna hijau muda dengan renda dibagian atasnya, renda itu membuatnya terlihat sedikit menerawang. Kemudian, Spontan ku jawab, “hhmmm apaan sih kamu, jangan ah, aku bukan orang kaya gitu”. “Oh, iya deh maaf ya chel”, jawabnya “Iya, gak apa-apa”, ucapku “Tapi pengen liat”, tambahnya sambil menunjukan ekspresi wajah seperti anak kecil yang gak dibeliin balon Sambil memandangi wajahnya, seketika aku berpikir kenapa ini cowok ko lucu ya. Sungguh diluar ekspektasi, yang kupikir dia itu kutu buku, autis, gak asik, taunya…nakal juga. Karena dilihat dari wajah dan perawakannya, dia terlihat seperti anak baik-baik dan “gak begitu” ke cewek apalagi yang baru dikenalinya. Lalu ku jawab dengan ketawa saja, berharap dia diam dan menyerah. “Sedikiiiiit aja chel, penasaran”, ternyata masih berusaha Spontan aku jadi ingin menggodanya, dengan mata genitku, ku pegang payudara sebelah kiriku sambil berkata “hhmmm…yang ini?”. Anggukannya menjawab “iya”. Ku turunkan tali tanktop sebelah kiriku sampai setengah bra-ku terlihat, ku turunkan lagi sampai bra sebelah kiriku terlihat sepenuhnya. Aku saat itu dalam kondisi memakai bra warna abu-abu dengan renda hijau tosca yang mana cupnya tidak sepenuhnya menutupi payudaraku, sehingga Hendy dapat melihat belahan dada dan sebagian kecil payudaraku.
*Ilustrasi*
[HIDE][/HIDE]
“Buka lagi….”, dengan nada pelan dan sedikit manja “hhmmm maunyaaa…”, jawabku “mauuu, penasaran…”, ucapnya Langsung ku tarik lagi bajuku seperti semula, dan membereskannya sebagai tanda aku tidak mau memperlihatkan lebih. Hendy mengerti maksudku, sehingga dia berhenti meminta. Setelah itu, kami berbincang sedikit tentang hal lain, sambil sesekali membahas kapan ketemu yang memang tidak bisa ku jawab, ya..karena pacarku tipe satpam yang harus selalu tau sedang apa, dimana, dan dengan siapa, hehehe tapi mungkin dia seperti itu karena tidak mau kehilangan. Setelah selesai mengobrol via video call, aku segera pergi ke kamar mandi untuk menghapus makeup dan bersih-bersih, lalu kembali ke kamar dan mengambil bantal untuk segera tidur. Mendadak hasratku naik, payudaraku mengencang dengan leluasa tidak terhalang bra. Teringat permintaan Hendy tadi, aku jadi ingin bertanya kepadanya, kuambil HP dan kuberanikan untuk bertanya, “Dy… aku mau tanya sama kamu..” Dalam hitungan menit dia membalas, “Tanya apa chel?” “Emang kamu beneran mau liat punyaku? nanti kamu kecewa soalnya badanku bukan tipe kamu, punyaku kan kecil “, dengan modal emoticon sedih ku coba kirim dan berharap cemas dengan responnya Sungguh suatu hal yang wajar ketika perempuan tidak percaya diri dengan badannya yang kurus apalagi dengan dada kecil. Pikirannya seperti tidak akan ada lelaki yang tertarik dengannya, kalaupun ada pasti tidak yakin bisa memuaskan lelaki itu. Perawakanku juga kecil, tinggi 159 dengan berat badan 48kg, terbayang sudah kecilnya payudaraku. Penantian dan keraguanku hilang saat kubaca chat balasannya, dia menjawab dengan lantangnya, “Kata siapa?! Sok tau, justru aku suka yang tipe kaya kamu, soalnya biar gampang di gendong, hehe…” Seketika aku tersenyum bahagia membaca chatnya sambil meremas-remas payudaraku dengan riang, membayangkan bagaimana raut muka Hendy saat dia melihat langsung. Baru kali ini aku merasa ada yang menghargai tubuhku, ya.. karena sebelumnya akupun tidak berani memperlihatkan bagian sensitifku kepada lelaki selain pacarku. Iya..Pacarku yang beruntung, yang harus menerima bagaimanapun wanitanya, sehingga membuatnya nyaman meskipun dengan kekurangannya, terlebih pacarku tidak pernah mengomentari hal itu. Ku hanya bisa menjawab terima kasih ke Hendy, dan mencoba tidur dengan raut muka senang tapi juga malu. Hehehe… Selalu pipiku memerah di moment seperti ini. To be continue…