cerbug; lelang tubuh
Ini adalah karya pertamaku. Cerita ini ialah cerita fiksi dan fiktif. Dimohon untuk tidak meniru perbuatan yang dapat membahayakan orang lain. Tulisan ini tidak memotifasi pembaca untuk melakukan tindakan yang sama seperti dalam cerita ini. Terimakasih, selamat membaca.
Bagian 1 TING TONG TING TONG Bunyi bel alarm pintu terdengar sampai kamar tidurku. Kemudian aku bangkit dari dudukku, menghentikan aktifitas main game didepan layar TV. Aku menaruh dualshock 4 di atas meja rias. Ku berjalan menghampiri pintu depan dan membukanya. “permisi, ini rumah nyonya Siska ya?” ucap pria yang mengantar paket. Aku bisa tahu dari seragam yang digunakan. Hihihi “iya benar” ucapku. “ini paketnya” ucap pria yang mengantar paket sambil melihat kearahku. Kulihat tulisan pengirim dan nama alamat tujuan yang tertera sesuai dengan rumahku. Kutandatangani bukti terima bahwa paket sudah kuterima, lalu kuserahkan ke mas kurir tersebut. Kulihat mas itu bengong melihat ke arahku. Eh, ternyata beberapa kancing atas piyamaku terlepas sampai memperlihatkan belahan dadaku yang tak mengenakan bra. Seketika itu dengan tangan kiri aku membetulkan piyamaku sekenanya. “maaf…maaaf.. . Ya udah mas. Makasih paketnya” ucapku segera kembali dan menutup pintu. Uuuhh, payah aku teledor. Aku berfikir, kapan lepasnya kancing piyamaku ya. Ya sudahlah, itu rejeki kurir itu hihihi. Hari ini aku tidak ada kuliah, jadi seharian aku di rumah sambil mainin game di console. Saking seringnya, aku sampai tidur kesiangan, dan ketika bangun langsung main game lagi. Bukan berarti keseringan main game nilai mata kuliahku jelek. Nilai mata kuliahku bagus-bagus. Bukannya sombong, tapi itu memang benar apa adanya. Sehabis jam kuliah, aku langsung pulang main game. Jadi, aku dianggap teman-teman sebagai anak autis. Biarin deh, hidupku ya hidupku. Ngapain ngurusin hidup orang lain. Sesampainya di kamar tidur, aku langsung membuka isi paket. Yeeeeey, akhirnya yang kutunggu-tunggu sudah sampai. Game yang kutunggu dari tahun lalu akhirnya ada digenggamanku. Sejak nonton video E3 2018 di youtube, aku jatuh cinta sama game ini. Aku sudah memiliki koleksi seri game ini sebelumnya. KLAK Suara bungkus BD game kubuka. Tercium aroma khas dari game BD baru. Kumasukkan disk ke console lalu ku baca-baca tulisan dibalik box BD game ini. Sambil menunggu proses instalasi dan update selesai, aku menuju kamar mandi. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 10 pagi. Sebelum masuk kamar mandi, kutanggalkan seluruh pakaian yang melekat ditubuhku hingga telanjang bulat. Kuputar kran shower, ku bersihkan seluruh tubuhku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tak lupa ku gosok gigiku agar kuman di dalam mulutku lenyap. Setelah kurasakan tubuhku sudah bersih, aku mengakhiri mandiku dengan menutup kran shower. Sambil mengelap tubuhku dengan handuk, aku keluar kamar mandi. Toh kamar mandi dalam, tak ada orang yang bisa melihat. Lagian selama seminggu, ortuku lagi keluar kota dan aku anak tunggal. Jadi bebas deh. Hihihi. Terlihat notifikasi di layar TVku, bahwa proses instal dan update sudah selesai. Kulempar handuk di lantai, lalu langsung mengambil stick dan duduk di kasur memulai game itu. Main game sambil telanjang. Hihihi Kupilih karakter Liu Kang. Sudah tau kan game apa yang kumainkan? Yup, aku main game Mortal Kombat 11 yang baru release tanggal 23 April kemarin. Walaupun game ini tidak didistribusikan di Indonesia, jauh hari aku sudah titip ke temanku yang kuliah di Singapura. Lalu dipaketkan ke rumahku. Aku begitu mencintai game ini bukan karena ikut-ikutan, tapi karena game fighting brutal dan berdarah-darah. Apalagi, Fatality nya keren-keren. Melihatnya saja aku jadi horny. Ups? Emang ada yang aneh ya?. Entahlah apa yang ada dipikiranku, setiap adegan brutal dan Fatality aku jadi horny. Ketika Liu Kang yang kumainkan menang melawan Frost, lalu ku keluarkan kombinasi tombol sehingga jurus Fatality pun muncul. Frost, terbunuh oleh Liu Kang secara brutal. Saat itu, memekku jadi basah. Aku membayangkan jika aku adalah Frost dalam game itu. Dibunuh secara brutal. Memikirkannya, aku jadi terangsang. Sambil memegang dualshock 4, tanganku yang satunya meremas-remas payudaraku. Aaaah, suara desahanku terucap dari mulutku. Aku tahu, bukan ini tujuan dari developer membuat game. Akunya saja yang aneh. Beberapa jam pun berlalu, aku menyelesaikan story dan cutscene game itu. Overall, game ini bagus dan recommended. Sudah berapa kali aku masturbasi sambil mainin game ini. Kulihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 4 sore. Tubuhku penuh keringat. Aku mengambil handuk yang tergeletak di lantai. Ku bersihkan keringatku sambil berjalan ke almari. Didepan almari, aku berdiri didepan cermin yang besar. Kulihat tubuh bugil di hadapanku. Kira-kira ada yang mau gak ya sama tubuhku ini. Memotong-motong tubuhku, lalu memakannya. Sambil meremas toket besarku, aku membayangkan ada seseorang yang mau memakannya. Aaah, aku jadi horny memikirkannya. Malam harinya, aku coba-coba berselancar di internet mencari-cari forum BDSM. Aku memposting thread “makan aku” dengan melampirkan 3 buah foto tampak depan, samping dan belakang seluruh tubuh telanjangku kecuali wajah dan kepala. Kebanyakan mereka malah menertawakan dan membuliku, ada yang mengatakan cewek gila dan bodoh. Ada juga yang ngajakin aku ngentot. Menanyakan tarif sejamnya berapa. Aku tak merespon mereka semua. Pada tengah malam, aku mendapat email dari seseorang yang isinya “jika kamu serius, temui aku di RTH besok pada jam 8 pagi. Ciri-cirinya aku pakai ini” di email itu juga mencantumkan foto pakaian yang akan dia kenakan. Aku menutup email, segera mengenakan piyama lalu tidur. **** Keesokan harinya aku bangun pukul setengah 7 pagi. Aku berdebar-debar dan ragu apa aku pergi ke RTH atau tidak. Mungkin orang itu cuma iseng pengen ngentotin saja. Untuk membuktikannya, akupun pergi ke tempat yang dijanjikan. Sebelum itu, aku harus mandi dulu. Ku kenakan kemeja lengan pendek, celana jeans, jaket, dan tentu saja tak lupa ku mengenakan bra dan celana dalam. Dengan diantar pakai ojek online, akupun tiba di RTH. Karena hari ini hari minggu, banyak orang yang berkunjung di taman ini. Sambil membuka smartphone dan kulihat gambar pakaian yang akan dia kenakan. Aku berjalan-jalan mengelilingi RTH. Ku tengok ke kiri dan ke kanan. Cukup lama aku berjalan sampai tatapan mataku tertuju pada seorang pria yang duduk di samping tempat sampah sambil merokok. Ciri-cirinya sama dengan gambar email yang dikirim semalam. T-shirt warna hitam dengan tulisan di punggung “JIJIPIX” dengan diatasnya bergambar simbol aneh. Mengenakan topi cowboy abu-abu dan celana wol hitam. Sandalan jepit. Untuk lebih meyakinkanku, aku menghampirinya. Kebetulan dia menghadap searah denganku, jadi ketika aku sudah dibelakangnya, dia tidak menyadari keberadaanku. Ku memutar melihat dari samping. Sepertinya dia laki-laki berumur 45 tahun. Aku kemudian duduk disampingnya. Persis seperti dugaanku, ia tak menyadari bahwa aku adalah wanita yang dikirimi email olehnya. Mungkin dia mengira aku pengunjung yang menikmati liburan di RTH. “sendirian saja pak?” ucapku duduk di sampingnya “iya dik” jawabnya. Aku kemudian menunjukkan e-mail di smartphone ku. “eeeh, adik toh orangnya” ucapnya “iya pak” jawabku “ayo dik ikut bapak… gak enak ngobrol disini” ucapnya seraya mematikan rokok dan membuangnya ke tempat sampah. Ia berdiri lalu berjalan ke sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan. “mari masuk dik” ucapnya membukakan pintu depan mobil. Akupun masuk kedalam. Kulihat ia masuk ke pintu pengemudi, duduk kedua tangannya memegang kemudi. “adik yakin mau dijadikan makanan?” tanyanya. “yakin pak” jawabku. “baiklah kalau begitu” Tak lama kemudian ia menghidupkan mobil lalu mengemudikannya. Dalam perjalanan ia memberitahu namanya ialah pak Borgan, akupun memberi tahu namaku. Ia orang kaya yang memiliki bisnis didunia hitam. Dari perawakannya, ia menunjukkan bahwa ia orang biasa pada umumnya. Tapi, dari semua yang ia ceritakan, aku sangat terkejut. Ia bertanya padaku, mengapa aku mau dimakan. Aku jawab, bahwa aku ingin mewujudkan fantasiku yang sangat liar. Dia membalas dengan tersenyum. Pak Borgan berusia 53 Tahun, ia tak memiliki istri dan sanak saudara. Beberapa jam kemudian mobilpun berhenti didepan sebuah pagar mansion besar. Mansion ini terletak ditengah hutan. Dengan remote ditangan pak Borgan, ia tekan tombol lalu pintu gerbang besar terbuka. Ketika masuk, taman bunga dan pohon rindang menghiasi halaman depan mansion. Kulihat ada 4 orang yang menyapu dan memotong merapikan ranting. Beberapa menit kemudian, mobil berhenti didepan mansion. Pak Borgan keluar pintu mobil, ia memutar lewat depan membukakan pintu mobil disampingku. Aku diantarkan menaiki beberapa anak tangga hingga sampai didepan pintu besar yang terbuat dari kayu penuh dengan ukiran. “Mari masuk dik” ucapnya membukakan pintu besar itu mempersilahkanku untuk masuk. Akupun masuk. “Selamat datang tuan” ucap dua wanita sambil menundukkan kepala. Sepertinya mereka bekerja mengurus mansion ini. Aku terpukau, didalamnya sangat mewah, lantai marmer mengkilap dan berkarpet tebal. Perabotan dan lampu yang menggantung seperti istana. Aku diantarkan pak Borgan menuju lantai atas menaiki banyak anak tangga hingga perjalanan langkah kami berhenti didepan sebuah pintu. “Adik pakai kamar ini… pakai saja pakaian yang ada didalam almari. Bapak tunggu nanti jam 4 sore di ruang tengah di lantai atas” ucap pak Borgan membuka pintu kamar lalu pergi meninggalkanku. Kulihat jam dinding digital dan analog menunjukkan pukul 11:47 menit. Aku menutup pintu lalu mengamati ruangan kamar tidur yang kutempati ini. Sungguh, ruangannya begitu luas dan elegan. Aku berjalan menuju jendela, lalu kubuka. Udara sejuk yang berasal dari hutan di sekeliling mansion masuk menerpa kulitku. Suara burung berkicau terdengar seperti sedang bernyanyi. Di mansion ini, pak Borgan hidup tanpa tetangga dan jauh dari kota. Dilayani oleh puluhan pelayan. Mungkin pelayan tersebut mengetahui pekerjaan pak Borgan. Kira-kira aku dibunuh dan dimasak dengan cara apa ya? Aku penasaran….hihihi. TOK TOK TOK Suara ketukan pintu kamarku. Aku berjalan membuka pintu tersebut. “Permisi non, kami membawa makanan dan minuman untuk non” ucap bibi pelayan membawa kereta yang diatasnya terdapat cangkir dan beberapa makanan ringan. “Iya bi, silahkan masuk” ucapku ke bibi. Ia mendorong kereta kedalam kamar, lalu berpamitan kepadaku. “Silahkan dinikmati, saya mohon undur diri” ucapnya dengan sopan dan kubalas dengan senyum. Aku duduk disebuah kursi, didepan ku ada sebuah meja bundar berbahan marmer. Aku mengambil cangkir dan teko dikereta makan yang letaknya dekat dengan meja ini. Pelayan itu pintar, menaruh kereta makan disamping meja dan kursi, jadi mudah kuraih. Kutuang sedikit minuman berwarna kemerahan dari dalam teko keramik ke cangkirku. Kuminum dan kurasakan teh ini sangat enak, aroma dan texture warnanya lembut. Kuambil beberapa cookies coklat. Kubuka smartphone ku dan kuambil 4 buah foto selfie di kamar ini. Kulihat jam di HPku menunjukkan pukul 12:35. Aku tidur aja kali ya, nanti jam 4 sore ditunggu pak Borgan. Akhirnya kuputuskan untuk tidur siang. Kubuka jaket yang kukenakan dan kugantung ditempat gantungan di dinding. Kuberjalan menuju tempat tidur. Kulepas 2 kancing kemejaku lalu kurebahkan badanku di tempat tidur. Kulihat langit langit terdapat ukiran bunga dari keramik, sangat indah. Kuambil HPku, ku alarm pukul 3 sore, lalu tidur. ***** RIIIIIIIIIIINNGGGGG Alarm membangunkanku. Kuraih HPku lalu kumatikan alarmnya. Tak kusangka sudah jam 3, sangat cepat sekali hihihi. Aku bergegas ke kamar mandi. Waaah, kamar mandinya bagus. Ada bathtub ukuran besar, cermin, dan perlengkapan mandi. Aku pakai shower saja deh. Kubasuh badanku, kubersihkan seluruh tubuhku lalu kumatikan showernya. Ku ambil handuk lalu keluar menuju almari. Kubuka almari, kulihat banyak sekali koleksi baju wanita. Setelah kupilah satu persatu, akhirnya aku jatuh pada baju dress terusan. Kukenakan lalu merias wajahku. Setelah selesai, kulihat jam dinding menunjukkan pukul 03:43. Akupun keluar kamar menuju lantai bawah. Kulihat beberapa pelayan sedang bersih-bersih, ada yang mengelap meja, keramik besar, kaca, dan lantai. “Permisi….” Ucapku melewati para pelayan yang sedang bekerja. “Iya non silahkan lewat” ucap mereka ramah. Setelah menuruni anak tangga, aku bertanya ke salah satu pelayan. “Maaf, ruang tengah itu dimana bi?” Tanyaku ke bibi pelayan. “Lewat sini non” jawabnya menunjukkan arah dengan ibu jarinya. Aku membuka pintu yang dimaksud bibi. Wooow ruangannya besar. Ada TV raksasa sebesar bioskop komersial sedang menyala menayangkan channel berita berbahasa inggris. Aku belum melihat pak Borgan. Sambil menunggu, aku duduk di kursi sofa panjang. Di meja terdapat hidangan kue yang ditutupi kaca transparan, juga minuman panas didalam wadah stainless yang masih mengepul mengeluarkan uap. “Sudah nunggu dari tadi ya?” Tiba tiba pak Borgan muncul dii samping kananku. Saking asiknya nonton TV aku tidak sadar keberadaannya. “Eeeh pak Borgan. Baru 4 menit kok pak” ucapku tersenyum. Pak Borgan duduk di sofa didepanku. Seorang pelayan datang memberikan sebuah cerutu dan pemantik klasik berbahan minyak, lalu menyulut cerutu dan menghisapnya. “Dik Siska berencana mau dimakan kapan?” Tanyanya “Ya kalau bisa secepatnya pak, Siska gak sabar” jawabku. “Bagaimana kalau besok malam?” Tanyanya lalu menghembuskan asap cerutu. “Iya boleh pak” “Baiklah, saya sudah mempersiapkan rencana kematianmu sampai memasak tubuhmu” ucapnya “Besok malam, kamu akan saya lelang dengan menjual bagian-bagian tubuhmu, dari kepala sampai ujung kaki, termasuk juga organ-organ dalam tubuhmu. Itu semua dilelang secara terpisah…seperti ini” ucapnya dengan tangan kanannya menyodorkan 3 gambar sketsa tubuh wanita dari tampak depan, belakang dan samping yang diberi garis pada bagian tubuh. Seperti, ketiak, siku, pergelangan tangan, leher, pinggang, selangkangan, lutut, pergelangan kaki, payudara kanan, payudara kiri, pantat kanan, dan pantat kiri. “Metode eksekusinya pakai ini, dijamin kamu mati sangat cepat, tidak tersiksa dan tanpa rasa sakit” lanjutnya dengan menyodorkan gambar guillotine. Membayangkan aku di guillotine itu, aku jadi horny. Uughh…. Memekku jadi basah. Beberapa saat kemudian, 3 orang pria dan 2 wanita berpakaian chef berdiri berjajar di samping. “Dik Siska silahkan pilih koki yang akan memasak adik besok” ucap pak Borgan. Aku berdiri menghampiri 5 orang tersebut. Kulihat ada pin di dada mereka masing masing bernomor 1 sampai 5. “Siska pilih no 3” ucapku dengan menunjuknya “Gadis pintar, perkenalkan dia adalah chef Yongki. Dia salah satu chef terbaik yang ada di Dunia” ucap pak Borgan. “Bagaimana chef, besok prosesnya seperti apa?” Tanya pak Borgan ke chef Yongki. “Besok, sesaat setelah kepala dik Siska lepas, saya langsung memproses tubuh dik Siska untuk dimasak ala Roast Turkey. Mengeluarkan organ dalam adik lalu memasukkan bahan dan rempah-rempah ke dalam tubuh adik, kita panggang pakai oven transparan, agar bisa dilihat banyak orang. Setelah matang, peserta lelang yang telah memenangkan lelang akan mengiris dan memotong bagian tubuh adik yang dimenanginya” ucapnya. Aaah, mendengar ceritanya, tak bisa kubayangkan nanti tubuhku jadi bahan makanan. “Nanti dimasak yang enak ya chef?” Tanyaku ke chef Yongki. “Siaap dik, saya jamin rasanya nikmat berkelas dunia” jawabnya. Aku terdiam cukup lama terbawa lamunan membayangkan tubuhku berwarna coklat dimakan banyak orang. “Ada yang ingin dipertanyakan lagi dik?” Ucap pak Borgan. “Cukup pak, terimakasih” ucapku. “Kalau begitu, kalian boleh pergi” ucap pak Borgan. “Kami undur diri dulu” ucap 5 chef pamit sambil hormat membungkuk ke pak Borgan dan aku. “Mari dik, saya antar melihat-lihat ke tempat pelelangannya” pak Borgan berdiri berjalan mengajakku. “I..iya” aku mengikutinya dari belakang. Kami berjalan melewati pintu demi pintu, ruangan demi ruangan dan anak tangga hingga aku sampai di sebuah ruangan besar dengan panggung solid di ujungnya. Aku diajak naik ke atas panggung. “Ini tempat pelelangannya. Kamu nanti dieksekusi di panggung ini. Besok akan ada pembawa acara yang mengatur perjalanan lelang. Kamu ikuti saja ucapannya, atau jika kamu ada ide silahkan diceritakan ke pembawa acara atau ditulis melalui beberapa lembar kertas” ucap pak Borgan. Pak Borgan lalu mengajakku berjalan ke belakang panggung, melewati pintu dan menuruni anak tangga keruangan bawah tanah. Didalamnya terdapat barang antik, mulai patung ukiran, pedang kuno, dan lain lain. “Semua barang ini akan dilelang besok, dik Siska akan muncul setelah barang lelang ini laku semua” ucapnya. Pak Borgan mengajakku lagi ke ruangan sebelah. “Ini guillotine yang akan mengakhiri hidupmu” ucapnya dengan menunjukkan alat eksekusi yang terbuat dari kayu. Diatasnya tergantung sebuah besi pipih dan tajam untuk memenggal kepala. Di samping salah satu pilar guillotine terdapat tuas yang bila di tarik, pisau itu jatuh tertarik gravitasi dengan sangat cepat memotong leher. Memisahkan kepala dan tubuh. “Boleh Siska coba pak?” Tanyaku. “Silahkan dik” Aku menundukkan badanku merangkak dan memasukkan kepalaku. Ada penyangga disisi kiri dan kanan di pundakku. Biasanya guillotine ada papan untuk tidur, sedangkan ini tidak. Jadi aku harus doggy style untuk mensejajarkan tubuh dan lubang kepala pada guillotine ini. Oh seperti ini rasanya berada disini. Pasti besok seru. Hihihi. Beberapa menit kemudian aku mengeluarkan kepalaku dari lubang pasung kepala lalu berdiri. “Pak, Siska ada permintaan” ucapku “Permintaan apa dik?” “Siska mau semua uang hasil lelang disumbangkan ke yayasan yatim piatu” ucapku. “Okay, syaratnya bapak mau mengoleksi kepala dik Siska, diawetkan untuk dipajang di dinding kamar bapak..gimana?” “Hhmmmm…. Baiklah pak. Siska setuju” ucapku. Setelah itu, pak Borgan menelpon seseorang. 6 menit kemudian, seorang pria berumur 28 tahun datang kehadapan kami. “Sekarang kamu ikut mas Heri untuk sesi foto yang nantinya akan dicetak pada katalog daftar barang lelang” ucap pak Borgan. “Okay…” jawabku. Akupun mengikuti mas Heri ke sebuah ruangan di lantai atas untuk mengambil gambarku. Dia mengeluarkan kamera DSLR dalam tas lalu mengalungkan di lehernya. Ia mengarahkanku untuk bergaya sesuai keinginannya. Beberapa gambar ia ambil, lalu sampai pada akhirnya ia memintaku untuk telanjang bulat. Katanya untuk barang lelang utama dengan harga jual tinggi. Benar juga sih. Pembeli tentu ingin melihat bagian-bagian tubuh incarannya dengan jelas. Jadi aku harus menunjukkan semua bagian tubuhku. Tidak ada yang perlu kututup-tutupi. Aku berpose dari depan, dari samping, gaya doggy, mengangkat payudaraku dengan tangan kiri dan kanan, membuka lebar pantatku, dan lain sebagainya. Dalam sesi foto ini, mas Heri bertanya umurku, dan menanyakan apakah aku masih perawan atau tidak. Aku jelaskan bahwa aku masih perawan dengan menunjukkan memekku. Ketika aku duduk mengangkang, aku membuka lebar memekku sehingga mas Heri dapat mengambil foto memekku dengan leluasa. Ya untunglah aku selalu rutin mencukur rambut pubis dan bulu ketiakku. Meringankan beban chef Yongki biar gak nyabutin buluku. Hihihi. Kemudian, berat badanku ditimbang, tinggi badanku diukur, dan menanyakan penyakit yang kuderita. Kulihat mas Heri sedang mencatat. Mungkin ia menulis apa yang tadi kukatakan, menulis semua tentang tubuhku. Tak terasa sesi foto ini sudah selesai. Mas Heri menyuruhku untuk mengenakan kembali pakaianku, lalu mengantarkanku kembali ke pak Borgan. Mas Heri berpamitan ke pak Borgan lalu pergi. Aku salut dengan mas Heri. Dari tadi berjumpa sampai sekarang, ia tidak pernah melakukan tindakan asusila. Jangankan ngegrepe toketku, menyentuh kulitku saja tidak pernah. “Gimana tadi sesi fotonya dik?” Tanya pak Borgan. “Menyenangkan pak, tapi kok mas Heri kayak gak normal ya… mlempem gitu orangnya… apa jangan jangan dia gay gak nafsu sama Siska?” Tanyaku. “Hahahaha… dia normal dik. Semua pekerja disini patuh apa yang bapak perintahkan” ucapnya dengan menepuk pundakku. “Sekarang sudah pukul 7 malam, ayo ikut sama bapak makan malam sama-sama” ajaknya “Iya pak” ucapku. Pak Borgan mengajakku ke ruang makan dengan furniture dan dinding berwarna keemasan. Para pelayan di ruang itu memberikan salam hormat. Aku melihat chef Yongki sedang menata piring gelas, air mineral dan peralatan makan lainnya. Sebuah meja panjang dan kursi mengelilingi meja tersebut. Diatas dan ditengah meja sudah tersedia makanan yang masih tertutupi tudung saji berbahan besi stainless ukuran besar dan tinggi. Aku duduk saling berlawanan dengan pak Borgan. Dihadapanku tersedia sebuah piring keramik pipih berdiameter 30 cm, gelas, garpu dan pisau potong. “Menu makan malam ini sangat istimewa dik, karena itu bapak mengajak adik untuk sama-sama makan hidangan istimewa dari chef Yongki” ucap pak Borgan. Aku hanya tersenyum. Seharian ini aku hanya sarapan pagi dan siangnya ketika aku sampai di mansion pak Borgan aku disuguhi kue dan minuman hangat. Bisa dibilang itu cuma ngemil saja sih. Aku penasaran menu istimewa yang dimaksud pak Borgan. “Silahkan dibuka chef” ucap pak Borgan. Chef Yongki mendekat, kedua tangannya yang terbungkus sarung tangan tahan panas membuka tudung penutup besi stainless kearah atas dengan perlahan. Saat itu juga, kulihat uap panas mengepul beraroma enak dan membuat nafsu laparku meningkat. KRUYUUUK Suara perutku berbunyi. Pak borgan, chef Yongki, dan pelayan yang mendampingi kami di ruangan itu tersenyum. Pasti mereka bisa melihat wajahku berwarna merah. Aaahh malu banget. Whaaaaaaat? Aku terkejut. Menu makanan dihadapanku ialah seorang tubuh perempuan dengan posisi doggy style berwarna coklat keemasan tanpa kepala, hanya sebatas leher. Siku sampai ujung jarinya tak ada, begitu pula pada kedua kakinya, dari lutut sampai ujung kaki tak ada, terpotong rapi. Kedua payudaranya yang besar menggantung dengan puting meruncing meneteskan cairan minyak bercampur bumbu dan rempah-rempah kehitaman. “Ini pak, menu kesukaan bapak. Silahkan dinikmati” ucap chef Yongki menyuguhkan nampan yang diatasnya terdapat sepasang kedua tangan bawah dan sepasang kaki bawah, lengkap dengan telapak tangan, telapak kaki dan jari-jarinya yang sudah dimasak. “Silahkan dik, dimakan saja” ucap pak Borgan. Aku tertegun dengan apa yang ada dihadapanku. Pak Borgan ternyata seorang kanibal. “saya sembelih lalu dimasak dengan cara dipanggang dengan api sedang. Saya menusuk pantat sampai tembus kerongkongan dan dibumbui dengan rempah-rempah pilihan. Dengan teknik dan seluruh kemampuan yang saya punya, jadilah masakan didepan adik namanya gadis guling” jelas chef Yongki. Aku berdecak kagum atas kemampuan chef Yongki. Hasil tampilan dan aromanya memuaskan membuatku ingin segera mencicipinya. Aku bergeser melihat memeknya yang masih rapat, lubang anusnya menganga sedikit lebar bekas tusukan untuk proses pemanggangan. Uap dari tubuh dihadapanku masih mengepul. “Jangan bengong dik, langsung makan saja” saran pak Borgan. Kulihat pak Borgan sedang melahap bagian jari-jari tangan. Tak kusangka, pak Borgan menyukai bagian itu. Aku mengambil garpu, ku tusukkan ke toket kanan dihadapanku. Dengan pisau ditangan kanan, kuiris toket dari bagian bawah sampai keatas hingga seluruh toket kanannya lepas. BLAAAK Karena aku tak kuat menahan berat toket yang tertancap pada garpu ditangan kiriku, akhirnya toket kanannya terlepas dan jatuh. Kulihat lubang bekas tusukan garpu pada toket kanan itu mengeluarkan cairan kental berwarna putih. Belum sempat mengamati, chef Yongki membantuku untuk menaruh toket kanan ke piringku. Toket bulat dan putingnya menghadap keatas. Biasanya hukum fisika toket kalau aku lagi tidur telentang, dadaku menghadap keatas, toket pasti sedikit pipih. Ini tidak demikian, toketnya tidak pipih dan masih bulat. Mungkin karena sudah dimasak ya. Hihihihi. “Silahkan dik dicicipi” ucap chef Yongki mempersilahkan makan. Aku tusuk toket di dekat aerola, lalu tangan kanan yang memegang pisau mengiris toket. Setiap tarikan pisauku, uap dari sela irisan itu menghembuskan uap dan aroma daging yang enak. Sampai mata pisauku membentur piring. Kusingkirkan bilah daging toket yang kuiris. Terlihat dari bekas potonganku, meluber cairan berwarna putih dan merah. Aku baru tahu, bagian dalam toket jika dibelah, warna dan texturenya seperti ini. Putih sedikit kusam. Mungkin toketku jika dimasak bagian dalam warnanya seperti ini ya. Hihihi. Kucicipi potongan toket itu. Oooohh, seperti inikah rasanya daging toket? Gurih, manis dan lembut dimulut. Aku bisa menebak cairan putih dan merah yang meluber dari dalam toket ini. “Chef, ini mayonnaise dan saus pedas ya?” Tanyaku ke chef Yongki. “Tepat dik. Mayonnaise dan saus itu saya buat sendiri. Tidak enak ya dik?” Jawabnya “Sempurna chef. Nanti toketku diginikan juga kam?” Tanyaku. “Iya, setelah adik mati dan saya memproses tubuh adik, toket adik saya suntik dengan mayonaise dan saus seperti yang adik makan” ucapnya. “Chef, nanti tolong ya sebelum Siska dieksekusi, mayonaise dan saus disuntik terlebih dahulu ya. Siska ingin merasakan gimana toket Siska disuntik mayonaise dan saus.” Ucapku. “Siap dik” tegasnya. Akupun lanjut melahap sisa daging toket yang tertusuk digarpu sampai habis. Selanjutnya aku menusukkan garpu ke aerola berwarna hitam, kuiris bongkahan toket dengan ngiris sisi samping aerola secara vertikal. Potongan toket digarpu kudekatkan ke wajahku. Kuamati texture puting dan aerolanya. Kugigit putingnya dengan gigi seriku. Wooow kenyal banget. Kulahap habis puting beserta aerolanya hingga habis. Waktu berjalan begitu cepat. Seluruh toket kanan habis kulahap. Perutku sudah terasa penuh. Tapi aku ingin mencoba nyicipi yang lain. Ya seiris aja sepertinya masih muat deh. Hihihi. Kulihat bagian perutnya yang terbuka. Didalamnya sudah tak ada organ-organ seperti usus hati dan lain-lain. “Chef, organ dalamnya kemana ya?” Tanyaku “Organ dalamnya saya taruh freezer” jawabnya. “Oooh gitu” ucapku. “Ajak saja dik Siska Chef, dia penasaran mau lihat” celetuk pak Borgan. “Boleh?” Tanyaku. “Kalau pak Borgan bilang begitu, ya silahkan dik. Habis makan malam saja ya dik?” Ucap chef Yongki berbalik padaku. “Ok deh” ucapku singkat. Kulihat pak Borgan sudah menghabiskan makannya. Hebat, sepasang betis dan tangan dimakan habis, cuma menyisakan tulang dan kuku. Pak Borgan berdiri lalu menusuk garpu ke pantat kiri, lalu mengirisnya. “Kalau dik Siska mau nambah, silahkan kok dik. Jangan sungkan-sungkan. Ini jatah buat kita berdua” ucap pak Borgan. Aku bingung sih. Perut udah penuh, tapi penasaran ingin nyicip bagian lain. “Payudara satunya tidak adik makan juga? Sisa satu nanggung” Ucap pak Borgan. “Siska mau coba yang lain saja pak” ucapku. Aku berdiri melihat memeknya. Ku ambil garpu. Ku tusuk perineumnya. Kuiris dari samping kiri kebawah memutar berbentuk lonjong hingga memek dan anusnya lepas. Kutaruh di piring. “Namanya Vivi” ucap pak Borgan tiba-tiba. “Nama apa pak?” Tanyaku bingung. “Daging yang dik Siska makan namanya Vivi. Umurnya 24 tahun. Dia sudah tidak perawan. Dia frustasi ingin bunuh diri karena habis diperkosa. Kutawarkan kalau kubunuh bagaimana. Dia setuju. Ya bapak langsung bawa kesini untuk di eksekusi. Dia ingin dibunuh pakai guillotine……dan Vivi adalah orang pertama yang dibunuh pakai guillotine” ucap pak Borgan. Jantungku berdebar-debar. Besok, aku adalah korban kedua guillotine itu. Woow. Ku lihat pangkal lehernya. Benar rapi. Aku dapat melihat 2 lubang, tenggorokan dan kerongkongan. Aku kembali duduk. Mengamati memek dan anusnya. Kubuka lebar-lebar memek sempitnya hingga aku dapat melihat lubang kencing. Aku ambil cabai bubuk lalu ku taburkan ke memeknya. Dengan garpu, ku tusuk lalu kuangkat didepan mulutku. Kugigit dan kukunyah memeknya. Rasanya sedikit masam, tapi tetap manis dan gurih. Beberapa lemaknya nyangkut disela-sela gigi. Aku tak merasakan bulu pubis. Mungkin sebelum di masak, sudah dicabut dulu. Sekarang sisa anus. Kutabur bubuk cabai lalu kulahap. Nah, kalau ini agak alot. Mirip brutu ayam. Cuma ini brutu ukuran jumbo. Hihihi. Aku minum air mineral lalu kubersihkan mulutku dengan tisu. “Sudah selesai dik?” Tanya pak Borgan. “Sudah pak” jawabku. “Yakin tidak mau nambah?” Tanyanya lagi. “Cukup pak, sudah kenyang. Siska gak sabar mau lihat organ dalam Vivi pak.” Ucapku dan hanya dibalas tawa. “Silahkan dik” ucapnya singkat. “Ayo chef, antar Siska liat-liat organ dalam Vivi” ucapku ke chef Yongki. “Mari dik” jawab chef Yongki memanduku berjalan menuju ke tempat penyimpanan organ dalam Vivi. Bersambung ke halaman 3.