mentari itu merubah senja

Aku sedikit curiga dengan lowongan pekerjaan tersebut, apalagi dengan 2 point terakhir, tapi bagaimanapun aku harus mencari pekerjaan, apapun itu, apalagi aku yang hanya lulusan SMA tanpa pengalaman kerja maupun pengalaman organisasi apapun dan sudah menganggur sudah hampir 2 tahun lamanya, aku tidak mau berlarut larut menjadi beban orang tua ku.
Maka kuputuskan untuk mencoba melamar ke tempat tersebut, sekalipun alamat Cucky Bar and Resto berada di daerah puncak sedangkan aku di tengah kota, namun aku harus mencobanya, apalagi resto tersebut tidak mematok pengalaman apapun, selama aku rapih dan mau bekerja kemungkinan besar aku bisa diterima ditempat tersebut.
Sekalipun tertulis bahwa di resto tersebut juga disediakan tempat tidur namun sepertinya aku tidak bisa tinggal disana, aku seorang perempuan dan tidak mungkin tinggal disana dengan orang asing, apa lagi aku tidak memiliki pengalaman hidup sendirian.
Sedikit cerita tentang diriku, namaku Senja Nirwana, atau biasa dipanggil Senja saja, usiaku sudah lebih dari 23 tahun namun aku belum pernah punya 1 pun pengalaman kerja maupun organisasi apapun, aku tidak pernah gabung ke komunitas, tidak pernah jualan apapun, tidak pernah mempromosikan apapun, entahlah kenapa teman atau pun saudaraku seolah tidak percaya padaku.
Jadilah sekarang aku bingung mencari pekerjaan, jika kalian bertanya kenapa tidak kuliah tentu saja masalahnya karena biaya, orang tuaku adalah orang tua tunggal, single parent, tidak tahu ayahku pergi kemana, ibu ku tidak pernah menceritakan apapun dan aku terlalu malas bertanya tentang orang tidak bertanggungjawab kepada beliau, aku tidak ingin membuat ibu sedih atau pun terluka karena menceritakan tentang ayah.

[Esok Harinya]
Pagi ini aku sudah bersiap dengan kemeja putih ku yang mulai kekecilan, celana panjang hitam, memakai dasi, dan tas yang berisikan salinan surat lamaran kerja yang entah sudah berapa ratus ku fotocopy, dengan berbekal ongkos pemberian ibuku, segera ku pergi dengan menggunakan ojek online dan pergi menuju puncak, semoga saja saat disana aku tidak berkeringat parah mengingat hari ini sedang panas panasnya. Aku sengaja tidak mengirimkan lamaran lewat email karena aku pikir akan jauh lebih cepat hasilnya jika langsung datang, aku tidak perlu menunggu keputusan diterima atau tidak terlalu lama. Aku pikir persentase kemungkinan diterima akan jauh lebih besar jika aku datang langsung ke tempat tersebut.
Setelah setengah jam mencari resto tersebut akhirnya kami sampai juga di tempat tersebut, aku beristirahat sejenak setelah membayar ojek online tersebut dan berdiri di samping resto tersebut untuk memeriksa kembali dokumen yang ku bawa sekaligus bercermin memperbaiki penampilanku, berkali kali aku memastikan diriku bahwa hari ini aku harus on-point, aku harus bisa membuat owner, HRD, atau atasan disana yakin dan menerima diriku. Setelah mengambil minum dari bekal yang kubawa, aku langsung masuk ke resto tersebut.
Sedikit gambaran soal restoran ini melalui pandanganku, ternyata resto tersebut berada jauh di atas puncak, berada diujung jalan sehingga orang harus menempuh jalan lumayan jauh dari jalan utama, heran juga kenapa ownernya membuat tempat terlalu terpencil seperi ini, resto ini pun mempunyai konsep western dan Asian yang dipadukan dengan beberapa ornament lokal khas pedesaan. Begitu asri ketika aku masuk kedalamnya, tidak terlalu modern namun tidak kuno, semua yang berada di resto ini seolah disetting dengan sangat pas dan nyaman cocok untuk anak muda yang ingin mengistirahatkan dirinya dari hingar bingar kota.
“Permisi Kak, saya mau ngelamar, katanya disini buka untuk waitress ya?” Tanyaku pada salah satu kasir disana.
Perempuan itu memandangi ku sejenak, melihat dari atas hingga bawah, seolah tidak percaya aku akan melamar ditempat ini, “iya, mau titipin disini atau sudah ada janji sebelumnya?”
“Belum sih kak, tapi kalau boleh, bisa ga langsung interview aja kak? Soalnya rumah aku jauh ditengah kota.” Aku memohon kepadanya.
“Oh boleh koq, nanti ya, bisa ditunggu dulu, silahkan duduk.” Kasir tersebut langsung mengambil lamaranku dan menelepon seseorang.
Aku memilih untuk menunggu duduk di depan resto, karena tidak enak menunggu di dalam resto yang sedang sepi dari pengunjung, aneh juga pikirku, padahal tempatnya sangat asri, dan menunya yang terpampang di dinding pun tidak terlalu mahal, aku pun berpikir positif bahwa bisa jadi karena tempat ini terlalu jauh di atas puncak.
Tiba tiba saat aku melamun, seorang perempuan yang berdandan rapi mengagetkanku, “Selamat siang, dengan kak Senja ya? Bisa ikut saya ke dalam?” Bisa ku tebak kalau dirinya adalah HRD atau atasan di resto tersebut karena dia memakai kemeja putih dengan jas hitam, juga rok panjang selutut yang pas dengan penampilannya.
“Oh benak kak.” Aku memasukan kembali botol minumku dan kami bersama sama pergi ke dalam resto untuk interview.

[di dalam restaurant]
“Silahkan duduk terus perkenalkan diri kamu sendiri.”
Aku langsung duduk di hadapannya lalu memperkenalkan diriku sendiri, “Selamat siang, nama saja Senja Nirwana, Bisa dipanggil Senja, usia aku 23 tahun, orang tua aku single parent, dan aku belum ada pengalaman apapun, tapi aku sangat niat untuk bekerja, terima kasih.”
“Oh jadi kamu belum ada pengalaman sama sekali? Terus kenapa milih resto ini buat memulai karir kamu?”
Aku sedikit berpikir dengan pertanyaan tersebut, “Em.. soalnya saya lihat.. di lamarannya ditulis tidak mengutamakan pengalaman, makanya saya pikir saya bisa belajar sedikit tentang resto disini.”
“Oh begitu jadi bermodalkan niat saja ya? Boleh lah, tapi kamu tahu kan tentang resto ini?? coba, apa yang kamu tau tentang resto ini?”
Dengan pengetahuan seadanya, aku berkata sebisanya, “Em.. restaurant ini tempat untuk makan, untuk istirahat, untuk wisata kuliner dan sejenisnya.. ya.. itu lah yang saya tau bu.”
“Bukan, maksudnya tentang resto ini, cucky resto and bar, bukan restoran secara umum dan harfiah.”
Dalam hati aku berkata, “(Mampus, gw belum cek tentang resto ini) oh maaf bu, kebetulan saya tidak tahu menahu tentang restaurant ini, tapi saya memang niat bekerja bu.”
Perempuan itu terlihat berpikir cukup lama, “Aduh gimana ya..”
Kembali ku menegaskan, “Tapi bu saya beneran serius ingin kerja, saya siap kerja keras untuk resto ini.”
“Iya iya saya ngerti, keliatan banget koq kalau kamu lagi butuh banget kerja, saya juga bisa lihat kalau kamu bakalan rajin kerjanya, tapi.. gimana ya saya ngejelasinnya.. kalau dilihat dari penampilannya kamu itu terlalu baik dan terlalu cantik sih.. kalau ibu lihat ya.”
“Maksudnya gimana bu?” Tanyaku dengan sedikit kebingungan.
Lalu perempuan itu mengeluarkan sebuah pamphlet iklan lowongan kerja yang ku baca dan memberikannya padaku lalu menyuruhku kembali membacanya, “Coba kamu baca yang ini, kamu tau ga maksudnya nomor 8 ini apaan?”
Aku membaca apa yang perempuan itu tunjuk, “Bersedia menggunakan chastity saat bekerja maupun setelahnya. Saya kurang tahu tuh bu Chastity itu apaan, tapi saya bersedia menggunakannya bu selama saya diizinkan kerja disini.”
“Coba kamu baca juga bagian bawahnya, kamu tahu maksudnya?” Kembali perempuan itu bertanya kepadaku.
Kembali aku membaca isi pamflet tersebut, “Semua yang terjadi di dalam bar dan resto, harus tetap berada di dalam bar and resto, artinya apapun yang terjadi diresto ini jangan sampai bocor keluar, gitu bukan bu?”
“Nah, apa kamu bisa jaga rahasia perusahaan?”
Aku menjelaskan, “Sangat bisa bu, bahkan saya berani mengambil konsekuensi apapun jika saya sampai membocorkan rahasia perusahaan. Saya janji kalau resep resto bakalan aman koq bu.”
“Ini bukan soal resep masakan.. Hm.. kamu beneran yakin mau bekerja disini apapun resikonya?”
Mendengar kalimat tersebut aku yakin persentase aku diterima ditempat ini semakin tinggi lagi, dengan tersenyum aku meyakinkannya kembali, “Yakin bu, saya sudah siap dengan semua konsekuensinya.”
“Ya sudah, ikut saya ke kantor.” Kemudian perempuan itu berdiri dan pergi dari tempat tersebut, disusul aku yang dengan senang karena kemungkinan besar aku akan diterima ditempat ini.
Sesampainya kami di kantor tersebut, aku tidak melihat adanya staf lain, hanya meja kosong dan berbagai peralatan kantor lainnya, ketika aku melihat jam, ternyata sudah pukul 12 lebih, tentu saja kantornya kosong, pasti sedang pada makan siang.
“Silahkan duduk.” Perempuan itu mempersilahkan aku duduk, dan dia langsung sibuk dengan laptopnya, lalu kembali bertanya dengan pelan dan sejelas jelasnya, “Kamu beneran serius ingin kerja disini? Apapun resikonya mau kamu ambil? Kamu juga ga masalah dengan syarat nomor 8?”
Aku jawab, “Yakin bu, saya sudah niat dari kemarin saat saya baca pamfletnya, saya berani mengambil resiko apapun dan saya bersedia dengan syarat nomor 8.”
“coba kamu baca dulu profile perusahaan ini dengan keras dan sejelas jelasnya.” Dia memutarkan laptop tersebut dan menyuruhku membaca profil perusahaan yang ada di layarnya.
Aku membaca, “Cucky resto dan bar adalah sebuah tempat makan yang menyajikan makanan khas western dan japanese dengan harga yang terjangkau dan selalu menyajikan acara tiap malamnya, khusus sabtu dan minggu acara hanya bisa dihadiri oleh member VIP dan member Elit (terlihat normal dan tidak ada masalah, lanjut scroll bawah) Cucky resto and bar dibuat oleh pasangan Miya dan Salsa dikarenakan sudah menjamurnya para cuckold dan cuckquean khususnya di kota kota besar di Indonesia, dan rata rata dari mereka tidak memiliki pekerjaan yang tepat untuk menyalurkan fetish mereka, maka dari itu restaurant ini dibuat agar para cuckold dan cuckquean selain dapat menyalurkan fantasinya juga bisa berkarir di bidang food and beverages, restaurant ini juga dibangun untuk memenuhi dan menyalurkan fetish dan hasrat komunitas khususnya para member VIP dan elit.” Pada point ini aku terdiam merasa kebingungan.
“Saya tahu kamu bingung dimananya (perempuan itu mengembalikan laptop ke posisinya) jadi yang disebut dengan cuckold itu adalah para pria dengan fetish senang dan terpuaskan ketika melihat pasangannya bersama dengan orang lain, entah itu pacaran, mesra mesraan, pelukan, bahkan hingga sampai hubungan sex, nah cuckquean itu sebutan untuk perempuannya, untuk selebihnya akan saya jelaskan ketika kamu sudah tanda tangan kontrak, nah yang saya pertanyakan disini, apakah kamu seorang cuckquean atau bukan?” jelas perempuan itu.
“ja.. jadi ini restaurant khusus cuckold dan cuckquean?”
“iya, hampir seluruh staff disini cuckold dan cuckquean, saya juga termasuk, nah berhubung kamu sudah sampai sini dan bilang bisa jaga rahasia, saya akan tunjukan saja apa itu chastity.” Lalu perempuan itu berdiri dan mengangkat roknya, terlihat sebuah celana dalam dengan bahan stainless steel yang memiliki sebuah gembok dan kunci disampingnya.
Aku terdiam melihatnya, entah kenapa aku merasa takjub melihat perempuan itu, dia terlihat sangat sexy menggunakan celana dalam berbahan stainless steel tersebut.
“Koq diem, sexy ya? Jadi gimana? Masih mau kerja disini?”
Aku tersenyum dan malu sendiri, pasti terlihat dari mataku yang takjub melihat benda metal terpasang sebagai pengganti celana dalam pada dirinya, “Emh.. ma.. mau bu.”
“Apa? Gimana? Suara kamu kecil barusan.”
Dengan tegas aku berkata, “Mau bu, saya siap pakai chastity itu.”
“Oh, saya kira kamu bakalan lari (Dia menurunkan dan merapikan rok nya lagi) baik kalau kamu memang sudah siap, pertanyaan penentuannya, apa kamu siap liat pacar kamu nanti pacaran dengan orang lain didepan kamu?”
Aku tersentak kaget sekaligus senyam senyum sendiri, tidak bisa kubayangkan kalau aku melihat pacarku yang sudah berkorban dan berjuang menghidupiku selama aku menganggur, dan sudah menjagaku selama 3 tahun pacaran, tidak bisa ku bayangkan bagaimana jika melihat pacarku itu mesra mesraan dengan perempuan lain di depan mataku sendiri.
“Koq diem Senja? Gimana? Siap ga?” Perempuan itu menyadarkan aku dari lamunanku.
“Eh iya, maaf bu, iya siap bu hihihi.”
“Siap atau ga sabar nih?”
aku tertawa kecil mendengar pertanyaannya.
“Panggil aku kakak Sisca aja, ga usah ibu, kakak masih kuliah koq.” Katanya meneruskan kalimat sambil mengeluarkan sebuah surat perjanjian dari dalam mejanya. “Nih kamu baca dulu, nanti kamu tanda tangani kalau setuju dengan perjanjiannya.” Sisca memberikanku sebuah pena.
Aku langsung mengambil surat perjanjian itu dan membacanya dengan seksama, “Disini emang semuanya harus kaya gini ya?” aku menunjuk pada salah satu persyaratan.
“Iya Senja, kamu wajib cantumkan semua biodata tentang pacarmu juga, soalnya nanti pacar kamu bakalan diundang kesini sama cewe lain, mereka bakalan pacaran didepan kamu, terus kamu harus ngelayanin mereka sampai mereka beres, gimana? Masih mau gabung sama kita?”
Aku benar benar menganga mendengarnya, aku terdiam, dan bingung harus bertindak apa, membayangkannya saja sudah membuat rasa sakit hatiku, apalagi ketika nanti melihat pacar sendiri yang sangat kucintai tiba tiba selingkuh dengan orang lain didepan mataku sendiri, dan aku harus melayaninya. Tapi anehnya, sekalipun aku sakit membayangkannya namun aku justru antusias dan memekku malah jadi gatal.
“Jadi gimana? Kamu sudah siap bergabung dengan para cucky di restaurant ini?”
Aku menandatangani surat perjanjian tersebut dan memberikannya pada Sisca, “Siap bu, eh kak Sisca.”
Sisca mengambil surat perjanjian tersebut dan memberikan selamat kepadaku, “Selamat bergabung dengan Cucky bar and resto, kamu sudah boleh pulang, jangan lupa istirahat biar besok kamu siap bekerja.”
Aku menunggu sesuatu dan tidak beranjak dari kursiku.
“Mau sekarang?” Tanya Sisca.
Aku mengangguk.
“Ckckckc udah ga sabar kayanya ya, ya sudah buka pakaian kamu, kakak ambilin dulu.”
Aku berdiri dan melepaskan seluruh pakaian luarku sementara Sisca sibuk mencari chastity di lemari penyimpanan, saat dia kembali membawa chastity belt dan sebuah bra yang juga terbuat dari bahan stainless steel, Sisca berkata, “Loh, lepas pakaiannya, bugil maksudnya.”
“Loh kak sampai bugil? Ta.. tapi kak..” Belum sempat menyelesaikan kalimat, Sisca menaruh barang barang tersebut diatas meja dan melepas kancing kemejanya, terlihat dia memakai sebuah bra dari bahan metal dan tidak memakai dalaman lagi, lalu dia juga kembali mengangkat roknya dan memperlihatkan chastity nya lagi.
“Nih lihat, kamu lihat ada pakaian dalam ga?” Ujarnya padaku.
“Oh iya juga ya.. hmm.. ya udah deh.” Akhirnya untuk pertama kalinya aku bugil di hadapan orang lain selain ibuku dan pacarku sendiri. Terlihatlah memekku yang bersih, putih, dan mulus, tidak ada bulu bulu diatasnya, lalu toketku yang berukuran 36DD yang masih padat, bulat, mulus, dan tidak ada cacat sedikit pun, Sisca lalu menyuruhku untuk berputar dan memperlihatkan pantatku bulat dan padat, pacarku bahkan sering memujinya, terlihat di matanya kalau dia takjub dengan tubuhku.
Sisca mendekatiku, menyentuh dan meraba seluruh tubuhku termasuk bagian sensitifnya, sambil terus meraba memekku, “Kamu yakin Senja? body sexy dan sempurna kaya gini mau kamu kunci?”
Belum sempat menjawab namun Sisca kini mengocok memekku yang mulai basah, “Ahh.. ya.. yakin kak Sisca aahh.. hahh..” Aku pun langsung tersungkur karena keenakan memekku di kocok oleh Sisca, tidak ku kira Sisca jago sekali mengocok memek untung saja aku segera menahan ke bibir meja.
“Maaf ya kakak mainin dulu, soalnya kakak kangen sama memek kakak sendiri, udah lama banget kakak ga mainin.. uuhh ini pasti enak banget ya rasanya??”
Aku pun mengangguk pelan dengan mata yang sedikit sayu, kemudian saat memekku semakin basah ku tanyakan padanya, “Me.. memang udah berapa la.. lama.. ka.. kakak ga mainin?? ma.. maksudnya udah be.. berapa lama dikurung..”
Sisca semakin mempercepat kocokannya dan aku pun mengerang keenakan karenanya, tubuhku sampai sedikit membungkuk, kakiku melebar, dan mataku merem melek menikmatinya, cairan memekku saja sampai berhamburan menetes ke atas lantai, “Tahan Senja, jangan sampai keluar (Aku mengangguk sambil menggigit bibirku) Kakak udah lama banget ga dilepas (Sisca mendekat ke telingaku dan berbisik) Setahun setengah.”
Aku terkejut mendengarnya dan saat memekku kedutan, Sisca langsung mengeluarkan tangannya dan menahan belahan memekku sambil berkata, “Tahan, tahan, tenang, tenang, ambil nafas.”
Ku ikuti perintahnya dan biasanya aku sangat hebat dalam orgasme sampai keenakan membasahi kasur, namun entah kenapa saat menahan orgasmeku rasanya malah lebih enak.
Sisca bertanya, “Gimana rasanya nahan orgasme? Enak kan??”
Aku mengangguk dengan pelan. Sisca lalu kembali mengusap belahan memekku lagi, merabanya lalu berkata, “Sshh.. sabar ya memek, kamu ga kan ngerasa keenakan sampai batas waktu yang ga ditentukan.”
Setelah Kak Sisca meraba memekku, dengan santainya dia memakaikanku bra besar yang terbuat dari stainless steel tersebut membuat seluruh toket jumbo ku tertutup bh padat dan dingin tersebut, kemudian Kak Sisca mengambil chastity nya dan berlutut di hadapanku lalu menyuruhku melebarkan kedua kakiku, ku pikir Kak Sisca akan memakaikan chastity padaku namun ternyata salah, tiba tiba Siska mendekatiku dan melumat memekku, kembali memekku merasa keenakan ketika Kak Siska menjilatinya, mengulum, dan menghisapnya. Astaga pacarku saja tidak pernah sejago ini.
“ahh.. ahh.. oohh.. kak sisca.. aahh.. e.. enak bangett.. oohh.. hohh..” Bisa bisanya aku keenakan oleh orang yang baru 5 menit mengenalnya, bahkan saking enaknya aku sampai meremas rambut kepala Kak Sisca.
sluurpp.. sluurpp.. puahh.. Kak Sisca melepaskan kulumannya dan mulai memasukan kembali jari jarinya dan mengocok memekku, “Maaf ya Senja, aku lagi kangen banget sama memek aku.. ooh pasti enak banget ya kaya gini??” slurrpp.. sluurrpp..
“Aahh.. kak siscaa.. ahh.. hahh..” Berkali kali aku mendesah keenakan sambil mencengkram rambut kepala Kak Sisca yang sangat hebat dalam melumat memekku dan lidahnya benar benar jago menari di dalam memek dan klitorisku.
slurrpp.. sluurpp.. puuaahh.. “Sshh aahh ini pasti enak banget ya..” sluurpp.. sluurpp..
“i.. iya kaak.. oohh.. enak bangeett.. ahh.. hahh.. a.. aku ga kuatt.. penggenn..”
Sluurrpp.. sluurpp.. puuahh.. “tahan sayang.. tahaann..” sluurpp.. sluurrpp..
Aku benar benar melayang karenanya, apalagi sambil di jilmek, jari jari Kak Sisca pun telaten maju mundur menggenjot memekku dan memainkan klitorisku sampai sampai aku tidak tahan dan semakin erat mencengkram rambut kepala Kak Sisca.
Seolah tahu aku menderita karena menahan rasa ingin orgasme yang teramat parah, bukannya memelankan kuluman dan kocokannya, Kak Sisca malah semakin mengencangkannya.
“ahh.. ahh.. kaakk.. ampuunn ga kuaatt..”
sluurpp.. sluurpp.. puahh.. “Ga kuat apa?? Mau keluar ya??” Tanya Kak Sisca ketika tahu memekku sudah kedutan dan sangat banjir.
Aku mengangguk untuk menjawabnya.
Kak Sisca semakin kuat mengocok memekku dengan lebih cepat kemudian bertanya. “Kalau mau orgasme tahu kan harus apa??”
“Di.. ditahan kak.. aahh..” Habis habisan ku tahan rasa nikmat dari kocokan dan sapuan lidah juga kuluman Kak Sisca yang benar benar membuatku melayang yang menyatu dengan siksaan karena harus mati matian menahan orgasme yang tinggal beberapa mili saja. Entah kenapa aku menjawab seperti itu, mungkin karena aku sudah terdoktrin atau mungkin sebenarnya dari dulu aku adalah seorang cuckquean namun belum sadar.
Setelah mengocok dan mengulum memekku bersamaan, Kak Sisca tiba tiba mundur dan menarik jarinya sangat cepat dan melihat memekku yang kedutan parah karena ingin orgasme. Beberapa kali Kak Sisca mengecup dan menciumi memekku sampai akhirnya tenang dari kedutan kemudian kami berdua saling tatap menatap dan kita pun saling tersenyum.
“Pinter, kakak kasih reward deh.” Lalu Kak Sisca memakaikan chastity dan menguncinya kemudian memegang pahaku membentuk lingkaran dengan kedua tangannya lalu pergi lagi ke lemari penyimpanan.
Tidak berapa lama Kak Sisca kembali dengan dua buah cincin lumayan besar dengan rantai yang menghubungkan keduanya lalu memasangkan pada kedua pahaku, hebatnya ukurannya sangat pas dengan ukuran pahaku.
“ini buat apa fungsinya kak?” Tanyaku keheranan karena saat ku coba melangkah hanya merasakan terganggu saja.
“Fungsinya biar kamu ga nakal hihihi nanti juga kamu tahu, btw itu rantainya bisa di atur loh, bisa dilepas juga buat rapatin kedua cincinnya, sekarang kakak kasih jarak 10 cm dulu, tapi hati hati soalnya kalau kamu kecilin ga bakalan balik lagi, mesti dibuka dulu pake kuncinya.” Jawab Kak Sisca sambil tersenyum sendiri, kemudian dia kembali mengusap memekku yang sudah tertutup chastity, aku sama sekali tidak bisa merasakan apapun, begitu pula saat dia melakukannya pada toketku.
“Sshh ahh.. ga kerasa apa apa kak.”
“Ya emang itu yang selama ini kakak rasakan, ga ngerasa apapun, cuma rangsangan yang ga kan pernah tersalurkan (Sisca lalu memberikanku tiga buah kunci) Kalau kamu mau mundur sekarang kamu bisa lepaskan pake ketiga kunci itu? Tapi kalau lanjut itu artinya kamu bakalan ngerasain rangsangan yang ga ada batasannya itu, inget, kamu bakalan sange terus terusan loh sampai kamu frustasi parah kaya kakak barusan? Gimana lanjut?”
Aku memakai kembali semua pakaianku kecuali pakaian dalamnya, dan berkata pada Sisca, “Siap kak, jujur aja aku ga sabar buat ngerasain frustasi karena rangsangan yang ga kan pernah tersalurkan kaya kakak itu, kayanya seru banget hihihi.”
“Selamat ya Senja, kamu sudah resmi jadi staff disini tapi kamu belum resmi jadi cuckquean, soalnya kamu belum masuk ke test yang sebenarnya.”
Aku mengangguk, “Siap kak, terima kasih sudah mengajak aku jadi cuckquean kak, saya mohon bimbingan dan kerjasamanya agar saya jadi cuckquean yang baik dan benar.”
Kami sama sama melempar senyum.
“Ya sudah. Senja, selamat bergabung dengan perusahaan ini, silahkan pulang dan selamat beristirahat, besok kami tunggu kamu jam 8 pagi dengan kemeja hitam dan rok hitam. Terima kasih.” Lalu kita salaman dan aku pergi meninggalkan restaurant tersebut.
Akhirnya aku terbebas juga dari kutukan bernama pengangguran, kini saatnya aku fokus pada karir dan membalas semua kebaikan yang sudah ibu berikan. aku tidak sabar mengambil status baruku sebagai seorang cuckquean karena kata kak Sisca aku baru bisa dibilang cuckquean kalau aku sudah puas melihat pacarku mesra mesraan dengan perempuan lain.
Sore ini, seperti biasanya, setelah pacarku pulang kerja, aku dan pacarku rutin bertemu di rumahku, selain untuk pacaran, juga untuk mengistirahatkan dirinya, entah kenapa ibu ku tidak pernah protes saat aku kedatangan lelaki ke rumahku, bahkan ibu juga sangat sering menyuruhnya untuk istirahat di kamar ku, ketika kami nanti berada di kamar yang sama, aku janji akan memperlihatkan chastity yang ku kenakan.
Aku benar benar tidak sabar untuk menunjukkan kepadanya, aku tidak sabar melihat ekspresinya ketika dia tahu bahwa mulai saat ini bagian sensitifku sudah tidak dapat lagi disentuh maupun dilihat siapapun, dan jujur aku pun tidak sabar untuk merangsang diriku sendiri dan tidak akan pernah dapat tersalurkan, karena setiap aku gabut atau sebelum dan setelah tidur aku selalu tidak tahan ingin masturbasi, dan mulai hari ini, aku hanya akan masturbasi dengan meraba dan mengelus stainless steel dingin ini dari luar kemaluanku tanpa bisa merasakan apapun.​