AKU KATRIN, SI ISTRI HAUS SEKS
Ini adalah kelanjutan dari : NAMAKU KATRIN DAN INI KISAHKU
Sekilas tentang diriku. Namaku Katrin. Aku sudah married. Suamiku bernama Alex. Aku dan suamiku merupakan WNI keturunan. Umurku kini 28 tahun sedangkan suamiku 35 tahun. Kami sudah menikah hampir 2 tahun. Suamiku adalah seorang businessman sukses yang bisnisnya berskala internasional, terutama di Singapura. Kami tinggal di sebuah rumah mewah di area Jakarta Barat. Aku yang awalnya istri yang setia ini akhirnya terjerumus dalam perselingkuhan karena suamiku yang kurang bisa memuaskan birahiku. Ya, aku termasuk wanita hyperseks. Aku berselingkuh dengan Mr.Adnan, rekan bisnis suamiku seperti yang pernah kuceritakan di kisah sebelumnya. Dan kemudia puncaknya adalah saat aku naik kapal bersama suamiku dan Mr.Adnan. Dimana aku disetubuhi oleh 2 ABK dan Mr.Adnan. Sejak kejadian di kapal itu dimana aku merasakan digangbang, aku jadi mulai menyukai seks dengan lebih dari 1 pria dan malah ketagihan dengan seks seperti itu. Sisi liar diriku seperti dibangkitkan oleh gangbang di kapal itu. Hubungan gelapku dengan Mr.Adnan, client suamiku terus berlanjut. Suamiku juga tetap berselingkuh dengan sekretaris Mr.Adnan dan entah siapa lagi. Seks dengan suamiku kini terasa hanya sebagai formalitas. Aku tidak peduli lagi karena aku juga mencari kepuasan dari client suamiku itu. Untungnya aku pintar menjaga rahasia ini dan rumah tangga kami juga tetap utuh hingga akhirnya aku dikaruniai seorang putri. Putri ini adalah anak sah dari suamiku karena saat seks dengan Mr.Adnan dan pria lain, mereka selalu keluar di luar, kecuali saat aku sedang tidak subur. Aku akan menceritakan pengalaman liarku saat sedang hamil putriku ini. Aku begitu bahagia ketika mengandung anak yang sudah begitu kunantikan dari pertama menikah dengan suamiku. Walau dia kurang bisa memuaskan birahiku tapi aku tetap cinta dengan suamiku ini. Ketika mengandung ini suamiku jadi begitu perhatian dan jarang pergi ke luar negeri. Dia lebih banyak di rumah. Hal ini membuatku jadi tidak leluasa untuk menuntaskan birahiku dengan mencari pejantan atau pun dengan bertemu Mr.Adnan. Aku jadi uring-uringan dengan tingginya hasrat seksualku. Saat ini usia kandunganku baru berjalan 3 bulan. Akhirnya aku nekat mencari celah untuk memuaskan nafsu birahiku. Dan kesempatan itu datang saat suamiku yang harus pergi ke kantor untuk menangani masalah yang memang urgent dan tidak bisa diselesaikan dari rumah. Aku yang memang sudah sekitar 2 bulan tidak merasakan kenikmatan seksual ini memutar otak untuk mencari pria yang staminanya tinggi dalam bercinta dan juga aku tidak bisa terlalu lama karena suamiku bilang ia hanya ke kantor sekitar 4 jam hari ini. Dan untungnya ARTku sedang izin ke tempat saudaranya dan besok baru pulang. Kesempatan emas ini pastinya tidak akan sering ada selama aku sedang hamil. Aku yang sudah dibutakan nafsu birahi pun memutar otak mencari cara untuk memuaskan dahaga seksualku. Hmmm, akhirnya terpikirkan ide yang bagus yaitu mencari jasa panggilan ke rumah seperti tukang pijat. Dengan begitu aku cukup menunggu di rumah dan tidak mencurigakan. Aku pun memutuskan untuk mencari tukang pijat pria, yah setidaknya dengan begini lebih aman. Aku ingat dulu ada sepupuku yang pernah memberitahu tentang aplikasi pijat panggilan. Aku pun mencari-cari aplikasi itu di app store iphoneku dan tidak lama aku menemukan aplikasi itu. Kudownload dan tidak sampai 2 menit kemudian aku sudah selesai mendownloadnya. Lalu kubuka dan aku melakukan registrasi tapi aku sengaja membuat registrasi dengan nama pria karena setahuku aplikasi ini tidak membolehkan orderan terapis yang lawan jenis dari pengguna aplikasi. Tidak lama ID yang kubuat di aplikasi ini pun siap. Aku pun segera mengatur pesanan seperti alamatku, jam, durasi dan usia terapis. Aku yang sudah tidak sabar untuk mendapatkan kenikmatan seksual pun segera mengklik order di aplikasi itu dan mendapat notif berhasil. Muncul notifikasi dari aplikasi ini yang menginfokan jika terapis untukku diestimasi tiba dalam waktu 30 sampai 45 menit lagi. Wah ternyata lama karena terapis yang available terdekat dengan lokasiku tidak ada dan cukup jauh. Hmm, kulihat wajah si terapis pria ini yang kutaksir berusia 40an tahun ini. Kulitnya coklat kegelapan. Hmm, semoga stamina bersetubuhnya kuat seperti kebanyakan pria-pria berkulit gelap yang pernah kucicipi sodokan kontolnya, hihi. Memikirkan ini memekku jadi berdenyut pertanda aku mulai dilanda gairahku. Memang sudah cukup lama sejak aku terakhir bersetubuh dengan pria perkasa yang bisa membuatku orgasme. Aku pun memutuskan untuk bersiap dengan mengganti pakaian yang lebih minim bahan karena akan dipijat dan juga untuk menggoda si pria beruntung ini supaya jadi bernafsu denganku, hihihi. Aku menanggalkan kaosku dan lalu braku, setelah itu kukenakan tanktop putih yang ketat hingga payudaraku yang montok pun tercetak jelas dengan puting susuku membayang. Untuk celanaku dan celana dalamku juga kutanggalkan dan aku hanya mengenakan celana hotpants bahan kain yang tipis. Penampilanku sungguh sangat hot dan kuyakin si terapis itu tidak akan tahan melihat keseksian tubuhku ini yang selalu kurawat dengan luluran dan juga rutin berolahraga. Kulihat HPku yang ternyata si terapis masih sedang perjalanan ke tempatku dan sekitar 20 menit lagi tiba. Aku memutuskan untuk bersantai sejenak di sofa ruang tamu rumahku sambil menonton acara di TV. Aku yang asyik menonton film di TV tiba-tiba dikejutkan dengan suara notif di smartphoneku. Oh, ternyata notifikasi dari aplikasi pijat panggilan yang memberitahu jika si terapis sudah tiba. Tidak lama terdengar suara bel pintu gerbang rumahku yang berbunyi. Aku pun segera berjalan ke depan rumah menyambut si terapis pria yang kulihat di aplikasi ini bernama Ridho. Saat tiba di depan pintu gerbang kulihat pria paruh baya bernama Ridho yang nantinya akan memijit tubuhku sedang duduk di atas motor bebeknya. Tubuhnya yang berkulit coklat gelap itu termasuk jangkung dan badannya tampak tegap. Wah, aku bisa memperkirakan jika kontolnya pastilah panjang dan besar seperti tubuhnya. Uhh, aku makin tidak bisa mengontrol birahiku yang terus bangkit tanpa bisa kucegah. Kulihat mata besar si terapis paruh baya ini melotot ketika pandangannya terarah ke gundukan besar di dadaku. Apalagi pentil susuku yang tercetak di kain tanktop putihku ini terlihat samar-samar. Matanya tampak tidak berkedip ketika pria ini terus saja memandangi buah dadaku yang berukuran 34B ini. Tanktopku yang bahan kainnya tipis ini mencetak jelas payudaraku yang bulat dan kencang. Pak Ridho tampak terbengong dengan keindahan “gunung kembar” putih di depan matanya. Akhirnya aku berinisiatif membuka percakapan dengannya, “Dengan pak Ridho yang dari aplikasi Pijit Online ya?”. Terlihat pak Ridho tampak kaget dan gugup lalu ia menjawab, “Eh eh a anu iya ci. Saya Ridho, terapis yang dari aplikasi Pijol.”. “Oh oke, silakan masuk pak.”, ucapku santai sambil membukakan pintu gerbang kecil mempersilakan pria paruh baya ini masuk dengan mengendarai motornya. Ia lalu memarkirkan motornya setelah kutunjukkan area parkir yang sengaja kuatur di depan mobilku yang terparkir supaya tidak terlihat dari luar pagar rumahku. “Yang mau dipijit ayahnya cici?”. Pak Ridho bertanya karena memang ID yang kubuat itu menggunakan nama pria. Aku jadi tersenyum bangga karena ia mengira aku masih gadis muda yang belum menikah dan ayahku yang ingin dipijit oleh dia. “Oh bukan pak, saya sendiri yang mau pijit. Itu tadi saya pinjam ID suami saya untuk mesan. Hehe.”, jawabku sengaja menjelaskan statusku yang sudah bersuami ini. “Eh cici udah menikah? Kirain cici masih gadis yang belum nikah, hehe.”, ucapnya dengan canggung. “Oh emangnya saya keliatan masih gadis ni pak? Hihi.”, jawabku yang coba menggodanya. “Iya ci, kirain ya masih anak kuliahan gitu kisaran 20 tahun gitu. Hehe.”, ucapnya sambil matanya terus memandangi payudaraku. “Oh saya udah 28 tahun pak. Makasih ya dibilang masih muda.”, jawabku sambil tersenyum tersipu menatap pak Ridho. “Sama-sama ci. Oh ya, mau langsung mulai aja pijitnya? Soalnya kebetulan setelah dari sini saya ada bookingan lagi untuk pijit. Hehe.”, terang pak Ridho yang ingin memulai sesi pijitnya. Wah, sepertinya dia tidak sabar lagi mau menyentuh kulitku, hihi. “Oh boleh pak, yuk masuk ke dalam.”, ucapku sambil berjalan di depannya dan diikuti pak Ridho. Dari posisi di depannya ini, pantatku yang bulat dan hanya tertutup celana yang sangat pendek ini tentu tersaji untuk dilihat matanya. Pastilah ketika aku berjalan bongkahan pantatku yang tercetak di celana pendek yang ketat ini akan membuatnya makin bernafsu setelah tadi payudaraku yang membuatnya begitu melotot. Oh, terasa memekku yang sudah gatal ingin disodok-sodok kontol pria ini yang semoga saja kuat dan tahan lama. Sesampainya di dalam rumahku, pak Ridho bertanya, ”Eh anu, pijitnya dimana ci?” Aku pun menjawabnya, ”Oh sini di kamar tamu aja ya pak.” Aku berjalan sambil diikuti pak Ridho ke arah kamar tamu di rumahku yang memang tidak ditempati siapa-siapa. Sengaja kuajak di kamar tidur karena aku ingin langsung di ranjang saja supaya lebih leluasa dalam bercinta. Suamiku juga tidak pernah masuk ke kamar tamu ini jadi jika ada bekas pun dia tidak akan tahu. Aku pun membuka pintu kamar tamu ini dan aku lalu menunjuk ranjang Queenbed dengan sprei berwarna biru navy bercorak bunga kuning ini. Pak Ridho pun segera mempersiapkan keperluan pijitnya. Si pria paruh baya ini pun segera meletakkan kain persegi yang besar di atas kasur sebagai alas saat ia memijit. “Umm pak, nanti dipijitnya masih pake baju atau handukan aja?”, tanyaku yang memang sengaja untuk memancing pak Ridho. “Oh terserah cici aja enaknya gimana. Hehe. Pake itu aja juga gapapa neng. Tapi biasanya yang saya pijit itu rata-rata gak pake apa-apa dan ditutup handuk aja biar lebih kerasa pijitannya” jelas pak Ridho. “Ya udah pak kulepas aja deh bajuku biar lebih enak pijitan bapak. Hehe.”, ucapku sambil tersenyum manis dan lalu aku memunggungi pak Ridho dan aku menanggalkan tanktop ketatku ini dan kulempar ke kursi sofa kecil di kamar tamu ini. Sengaja aku agak berlama-lama berdiri memunggungi si terapis ini untuk memancing nafsunya. Aku menutupi payudara montokku dengan satu tangan sambil aku pura-pura mau mencari remote AC kamar ini, padahal aku sudah tau posisinya di dekat TV. Aku lalu berbalik menghadap pak Ridho yang kaget menatap tubuhku yang topless dan hanya kututupi dengan tangan kananku, itu juga seadanya saja sehingga ia bisa melihat bukit payudaraku yang telanjang. Aku pura-pura berjalan mondar-mandir di depannya sambil mencari remote AC yang aku sebenarnya tahu letaknya. “Eh eh dimana ya remotenya?”, ucapku pura-pura bingung mencari remote AC. “Oh biasanya taruh dimana ci biar saya bantu carikan?”, ucap pak Ridho menawarkan bantuan. “Harusnya di dekat kasur sih pak biasanya.”, ucapku yang masih pura-pura sibuk mencari. Lalu aku pun pura-pura menemukan remote itu dan kuraih remote itu dengan tangan kiri dan sengaja saat aku sudah menghidupkan AC itu aku menjatuhkan remote itu ke lantai karpet kamar ini. Aku yang pura-pura mau meraih remote yang jatuh itu pun sengaja menggunakan tanganku yang sebelah kanan yang menutupi payudaraku untuk mengambil remote. Jadilah buah dadaku tidak terhalang sama sekali dan pak Ridho bisa melihat jelas. Aku agak mengintip dari sudut mataku bagaimana mata pria ini melotot begitu lebar tampak bagai mau copot melihat keindahan dadaku. Apalagi aku kini membungkuk di depannya jadi payudaraku jadi menggantung. Aku agak lambat meraih remote itu supaya ia bisa melihat lebih lama dan makin nafsu. Aku ingin pak Ridho langsung menerkamku supaya aku bisa menuntaskan birahiku yang mulai tinggi ini. Tapi ternyata pak Ridho tidak melakukan apa-apa dan ia hanya menolehkan pandangannya dari payudaraku dan seperti tampak menahan napas. Hmm, sepertinya ia tidak berani nekat memperkosaku nih. Harus kugoda lebih intense sepertinya. Aku juga belum mau langsung menawarkan diriku karena aku ingin dia yang memperkosaku, hihi. Baiklah, saat dipijit nanti aku akan mengeluarkan jurusku yang lain, hihi. Aku pun berjalan ke ranjang dan mulai naik ke kasur. “Yuk pak, mulai aja mijitnya ya.”, kataku santai di posisi menelungkup ini. “Baik ci, bapak izin naik ke kasur ya.”, ucap pak Ridho yang lalu duduk di sebelah kanan dari kakiku. “Misi ci, saya pijit ya kakinya.”, kata pak Ridho yang sopan sekali karena akan menyentuh kakiku. Kemudian pak Ridho pun mulai memijit dari telapak kaki , pergelangan dan lalu ke betis. “Eh anu ci, pijitan saya gimana? Kekencangan gak?”, tanya pak Rdiho saat sedang memijit betisku. “Ngghh, nggak koq pak, enakhhh ssshhh.”, kataku sambil sengaja mendesah untuk menggodanya. “Oke ci kalo gitu.”, timpal pak Ridho sambil terus memijit. Jujur harus kuakui, pijitan pak Ridho ini memang enak. Pas sekali tenaganya, kuat tapi tidak berlebihan dan terasa sekali pijitannya di titik tubuhku yang ototnya kaku. Gairahku yang dari tadi sudah muncul kini makin menjadi-jadi karena sentuhan-sentuhan tangan pria paruh baya ini. Kurasakan pijitan pak Ridho yang kini sudah merayap naik menuju bagian pahaku. Saat pak Ridho memijit pahaku sensasi geli nikmat ini makin bertambah intensitasnya. Pijitan enak yang bercampur rasa geli dari Pak Ridho membuatku tidak malu-malu mendesah. “Ngggghhhhhh..”, desahan erotis dari mulutku. Aku ingin memancing pak Ridho untuk naik nafsunya dengan suaraku. Kini tangan terapis ini terus memijit di pahaku dan terus ke atas mendekati pangkal pahaku. Dilakukannya itu di kedua pahaku secara bergantian. “Aahhhh..”, aku kembali merintih sesensual mungkin tiap sentuhannya di area dalam pahaku. “Oke ci, sekarang punggungnya ya. Bapak izin naik ke pinggangnya cici ya.”, ucap pak Ridho. “Iya pak.”, aku mengiyakannya dalam kondisi sudah diserang birahi yang hebat. Oh, terasa batang kejantanan pria ini yang sudah cukup keras mengenai bagian bawah punggungku. Nah, dia sudah bernafsu juga melihat dan menyentuh-nyetunh tubuhku dari tadi. Sepertinya tidak lama lagi ia akan memperkosaku, hihi. Tangan-tangan terampil pak Ridho pun mulai bekerja memijit punggungku. Terasa enak di bagian yang diurut oleh pria ini. “Ssshhhh ahhhh..”, kembali kulancarkan desahan erotisku. “Ooohhhh… enakhhh pakkhhh pijitanyahhh ahhhh..”, aku makin liar mendesah. Hmmm, sudah beberapa menit berlalu dengan aku mendesah-desah erotis tapi pak Ridho tidak juga mau menggumuliku. Nafsuku sudah begitu tinggi dan terus menguat seiring sentuhan-sentuhan tangan kasar pria paruh baya ini di kulitku yang mulus. Akhirnya setelah bagian punggung selesai dipijit pak Ridho pun bilang mau memijit lenganku dari belakang. Aku yang sudah birahi tinggi ini langsung berkata, “Eh lanjut ke yang depan aja pak.”. “De depan?”, tanya pak Ridho yang tampak terbata-bata. Lalu mulailah pak Ridho memijit kakiku dari betis naik ke paha dan mendekati area selangkanganku. Tangannya sampai agak memasuki celana pendekku. Ohh, terasa enak ketika jari-jari kasarnya yang mengurut-ngurut dekat selangkanganku. Kurasakan cairan cintaku makin merembes di rongga memekku. Beberapa menit kemudian pak Ridho pun sudah selesai memijit pahaku dan ia lalu bertanya, “Mau dipijit dimana lagi neng?”. Aku pun buru-buru menjawab, “Sekarang pijit dadaku ya.”. “Eh dada?”, tanyanya lagi. “Iya pak, pijitin dadaku ya.”, pintaku sambil tersenyum penuh arti menatapnya. Aku sudah benar-benar mengundangnya begini, harusnya ia tidak akan tahan lagi tidak memperkosaku. Aku sudah begitu horny dan memekku sudah basah dari sejak tadi dipijit olehnya. Pak Ridho pun beranjak dari posisinya tadi. Aku lalu membalikkan tubuhku yang tinggal memakai celana pendek ketatku saja. Aku pun menutupi payudaraku dengan tangan kiriku supaya tidak terlihat murahan di depannya. Mulailah ia pun memijit area di sekitar leherku termasuk pundakku. Lalu jemari si terapis ini pun mulai turun ke dekat bukit payudaraku. Buah dadaku yang besar ini memang tidak tertutup semua oleh tanganku. Apalagi aku agak menekan payudaraku dengan tanganku hingga makin menonjollah buah dadaku. Kulirik ke pak Ridho yang tampak gelisah melihat pemandangan “gunung kembar” di depannya ini. Dalam hati aku berkata, “Ayo lah pak, perkosa aku sekarang. Kapan lagi kan kamu dapat kesempatan bercinta dengan wanita kalangan atas sepertiku.” Tapi pak Ridho tetap saja hanya memijit bagian atas dadaku dan tidak mengenai payudaraku sama sekali. Wah hebat juga pak Ridho ini bisa menahan diri. Jarang-jarang kutemui pria seperti ini yang bisa menahan nafsunya. Mau tidak mau kulancarkan jurus yang lebih gila lagi ni. Maka aku pun berkata, “Pak, sekarang pijitin payudaraku ya. Yang buat kencengin. Bisa kan?”. “Eh eh beneran ci? Bi bisa sih tapi cici gak masalah payudaranya dipegang saya?”, tanyanya lagi memastikan. “Gak apa-apa pak. Udah langsung pijitin.”, ucapku seraya melepaskan dekapan tanganku. Kini payudaraku yang putih bulat dan berputing pink ini pun tidak tertutupi lagi. Kulihat pak Ridho yang tampak terpesona dengan keindahan buah dadaku yang kini dilihat dari dekat. “Loh koq bengong pak? Mulai dong.”, aku berkata pada pria ini yang sempat terbengong. “Eh eh i iya ci.”, jawabnya cepat. Lalu kedua tangan kasar pak Ridho mulai memijit buah dadaku. Ohh, terasa geli nikmat ketika kulit payudaraku yang mulus bersentuhan dengan tangannya yang kasar. Apalagi ketika telapak tangannya mengenai puting susuku, sungguh geli nikmat yang kurasakan. “Ohhhhh pakhh…”, desahku yang keenakan dengan pijitannya di payudaraku. Tampak pak Ridho yang terus memijit inci demi inci sepasang bongkahan daging putih di dadaku ini. Aku sudah benar-benar dilanda gairah seks yang menggebu-gebu dan menuntut penuntasan. “Aahhhh pakhhh pentilnya diurut juga..”, ucapku sambil mendesah. “Baik ci.”, jawab pak Ridho yang kulihat mukanya sudah merah menahan nafsu itu. Tapi dia tidak juga bertindak lebih jauh dan hanya menjalankan instruksi pijit saja. Jari jemari pak Ridho lalu menyentuh puting susuku yang berwarna merah muda ini, tangannya menarik-narik pucuk payudaraku itu. Sesekali ia menjepitnya dengan dua jari, oh nikmatnya, aku menarik nafas panjang. Sungguh aku begitu terangsang jika putingku dimainkan seperti ini. “Sshhhhh ahhhh iyahhh.. ahhhh..”, desahku merespon sentuhan jarinya di pentilku. Aku yang kini sudah sangat horny pun akhirnya tidak tahan lagi dengan pak Ridho yang belum mau berbuat lebih jauh. Aku pun menyentuh selangkangan pria ini yang terlihat sudah menggembung. Tanganku pun menggenggam kontol pak Ridho dari balik celananya. “Eh ehh ci, apa-apaan ini. jangan ci.”, ujar pak Ridho yang menolak dan lalu menjauh dariku. “Pakhh.. kasi servis lebih ya buatku.. mau kan?”, ujarku sambil tersenyum dan mengerling nakal menatap pak Ridho. “Ma maaf ci, bapak gak mau melakukan zinah. Bapak sudah punya istri dan gak mau khianatin istri bapak.”, ucapnya menjelaskan keengganannya menerima tawaran bercinta dariku. Aku sungguh tidak menyangka ada pria seperti ini yang bisa tidak mau ngeseks karena setia. Tapi aku yang ingin dipuaskan ini tidak putus asa dan kutanggalkan celana pendekku hingga aku pun sudah telanjang bulat di depan pria ini. Aku berjalan mendekat ke arahnya sambil tersenyum nakal.. ~ BERSAMBUNG ~ Lanjutan : Part 2 –