Nazar kehamilan

Pengalaman ini sangat berkesan dan mendebarkan bagiku. Kira kira 6 bulan yang lalu sebelum cerita ini ku buat. Saatku duduk-duduk santai seusai menyapu dan mengepel lantai salon tanteku yang karyawannya telah pulang karena jam kerja telah terlewati, jam didinding telah mendekati pukul 17.00. Karena menjelang maghrib pintu salon tanteku akan kututup. Baru sebelah pintu itu tertutup tiba tiba datang sebuah mobil van berhenti tepat didepan salon. Mesin mobil segera dimatikan dan dari pintu kanan (sopir) keluarlah 1 orang pria berperawakan tinggi dan ganteng, mengenakan hem batik lengan panjang berkopiah, dan mengenakan celana panjang coklat. Sedangkan dari pintu kiri, yang dibukakan oleh pria tadi keluarlah seorang wanita cantik mengenakan jilbab putih celana panjang putih dan memakai baju jubah muslimah warna marun. Muncullah pertanyaan dibenakku : Siapa ya mereka dan ada perlu apa sore sore gini ke salon tanteku? Tamu keluarga kah? Karena penasaran, bergegas ku temui mereka.

Assalammu’alaikum…. Mbak Ana nya ada Mas? Tanya si wanita, Waalaikum salam jawabku. Maaf Mbak, Tante Ana sudah pulang duluan Ashar tadi, karyawan yang lain juga sudah pulang baru saja. Sudah tutup ya Mas? Trus Mas ini siapa nya Mbak Ana? Tanyanya lagi. ya Mbak, salon ini sudah tutup Mbak, khan jam buka salon ini Cuma sampai jam 4 sore. Saya keponakannya Tante Ana Mbak, kebetulan lagi liburan panjang nih…ya daripada suntuk dirumah khan mending main ke tante mbak. Ada apa ya Mbak? Ada yang bisa saya bantu? Tanyaku. Pa, gimana nih? Tanya si wanita kepada sang sopir yang ternyata adalah suaminya. Nurut mama gimana? tanya balik sang suami. Pa, mama pengennya sekarang aza pa, takut kalau ditunda tunda lagi pa, takut kenapa napa sama mama dan si adik pa. lalu siapa yang mau melakukannya ma? Salonnya Mbak Ana sudah tutup gak ada karyawan dan orang lain lagi ma selain Papa, mama, dan si Mas ini. Kalo papa aza gimana? Pinjam alat alat salonnya Mbak Ana, paling juga gunting sama silet aza kok pa. Gak ma, papa gak bisa ma, gak sanggup ma, gak tega papa ma.Ayo dong pa, mama yakin papa bisa, ayo pa. Dan entah kalimat apalagi yang kudengar dari percakapan mereka. Cukup lama juga aku terbengong menyaksikan mereka berdua berdebat. Ada apa ya Mas dan Mbak, mungkin ada yang bisa saya bantu?

Gini Mas, kami telah menikah 5 tahun, namun hingga saat ini belum dikaruniai buah hati. Karennya beberapa waktu yang lalu tepat nya antara 8 bulanan ini istri saya berhajat mas kalau bisa hamil, akan memangkas rambutnya sampai habis… ya gundul gitu. Awalnya saya juga kaget dan idak setuju mas atas hajatnya tersebut, namun belakangan saya mulai mencoba untuk memahami perasaan dan keinginan dia. Dan Alhamdulillah Mas, Dengan do’a dan usaha yang telaten kami jalani, mungkin juga karena disertai nazar istri saya yang serius, sekarang sudah terlihat hasilnya lima bulan sudah usia kandungannya, Alhamdulillah, Mas. Sudah terlihat. kata sang suami dengan kalimat berulang sambil mengelus elus perut istrinya. Dan kami pun telah sepakat untuk tidak lagi menunda nunda mas takut kuwalat, karena nazar itu berarti janji kita pada Yang Maha Kuasa juga pada diri sendiri. karena kehamilan istri saya saat ini telah mencapai bulan kelima, Mas. kata sang suami lagi. Waaawwwww, gila! Wanita secantik ini bernazar gundul??? Kataku dalam hati, apalagi ketika aku melihat kearah wanita itu, cantik memang, berkulit putih bersih, tinggi kurang lebih 165 an lah, sedikit berisi, maklum wanita lagi hamil. Apalagi ketika Kuperhatikan dengan seksama bagian belakang kepalanya yang tertutup jilbab terlihat punuk yang lumayan besar. Dalam ramalanku rambut wanita ini paling tidak panjangnya sepunggung. lalu aku pun mempersilahkan keduanya untuk masuk ke salon dan duduk di kursi antrean. Lalu aku berinisiatif menelepon tante Ana, ternyata hapenya gak aktif. Maaf Mas dan Mbak, Tante Ana nya gak bisa saya hubungi, hapenya gak aktif, gimana nih ? Gini aza deh Mas, kata si Istri, gimana kalo Mas nya aza yang gundulin rambut saya, ntar saya bayar deh ya mas….please mas dah sore nih mas, ntar lagi maghrib, ayo deh mas….mas nya pasti bisa kok pinta si istri memelas. Mendengar permintaan si mbak cantik ini tentu saja aku jadi iba juga.

Badanku langsung gemetaran panas dingin jadi satu, nervous banget, sampai gak terasa celana dalamku langsung basah keluar cairan kental/Mazi, saking nervousnya. Tentu aku berusaha menutupi nervousku sebisanya. Maaf ya Mbak, saya gak ada pengalaman motong rambut, mbak, apalagi kalo harus menggunduli rambut mbak, Mbak cantik banget mbak, sayang kalo gak punya rambut, karena rambut kata orang adalah mahkota wanita. Tolong deh mbak pikir pikir dulu berulangkali sebelum menyesalinya. Kataku mencoba untuk menasehati dan membatalkan nazarnya. Sudah Mas, saya sudah pikir berulang kali sebelum nazar itu terucp dan saya telah ikhlas merelakannya sejak janji itu saya buat Mas, delapan bulan yang lalu. Lagian saya khan sehari harinya kalo keluar dari kamar pribadi kami, selalu mengenakan jilbab mas, jadi walau kepala saya gundul nantinya Insya Allah gak akan ada orang yang tahu selain kita bertiga, mas. Sekarang ya tinggal mas nya saja mau gak bantu saya? Waduh makin nervous nih aku dibuatnya. Ya sudah kalo memang itu keinginan Mbak dan Mas oke lah saya mau bantu, tapi maaf jika bantuan saya ini kurang berkenan nantinya dihati mbak dan mas, karena seperti yang sudah saya katakan tadi saya tidak punya pengalaman apapun memotong rambut wanita apalagi saya baru 2 minggu disini. Memang sih saya selama dua minggu ini beberapakali melihat Tante Ana maupun anak buahnya melayani konsumen wanita potong rambut, tapi kalo gundul ya belum ada mbak. Jadi gugup nih saya Mbak. Ih si Mas, belum apa apa sudah gugup sih? Gak pa a mas, hitng hiung buat pengalaman pertama ya… Iya mbak jujur saja, karena saya gak ada pengalaman mbak, wajar khan mbak kalo saya gugup gini? Mbak yakin si Mas bisa kok, ayo dong dicoba dulu ya? Rajuknya. Ya Oke lah Kalo itu mau nya mbak. Suami mbak gimana setuju gak kalo saya yang bantuin mbak? Kalo suami khan sudah setuju saja dari tadi, maklum dah kepepet, gak tega katanya lihat rambt saya nanti dibabat habis hehehe. Kalo mbak nya sudah siap ya silahkan ke kursi itu mbak, kataku sambil menunjuk ke arah kursi salon. tolong jilbabnya juga langsung dilepas mbak, kataku lagi. Lalu Wanita cantik itu melangkah perlahan kearah meja bercermin didepan kursi salon dan melepas jilbabnya dengan melepas pin dan aksesoris hiasan di jilbabnya. Menarik jilbab itu kearah atas. Pa, nih jilbabku dibawain dulu ya pa katanya ke suaminya, yang kemudian melipat jilbab itu dan menyelempangkannya dikursi tunggu. Terlihatlah wajah asli cantiknya dengan sanggul cepol yang lumayan besar bertusuk konde berbahan besi dan dua jepit dikanan dan kiri kepalanya untuk menahan jatuhnya anakan rambut ke wajahnya. Lalu wanita itupun melangkah santai tanpa beban kearah kursi salon. Aku mempersiapkan gunting, sisir, dan kain cape, tapi wanita itu berkata lagi, dibuat licin aza mas…. ya dikerok sekalian biar enteng dibawanya, hamil hamil gini rasanya gerah banget mas dan repot juga kalo harus punya rambut sepanjang ini ditambah lagi saya berjilbab mas….duh makin panas aza, apalagi dirumah AC nya rusak mas, kata wanita ini lagi sambil tangan kanannya menarik kursi salon untuk kemudian didudukinya dengan santai. karena perkataannya itu aku terhenyak, lalu kutanya lagi, dihabisin ya mbak? Iya mas, aku kan mintanya mulus mas gak boleh ada yang ketinggalan satu helaipun mas. Ok deh mbak, kataku sambil mempersiapkan sebuah kliper, sengaja ku ambil kliper yang baru dari dusnya, sambil membersihkan ujung kliper dengan kuas dari debu debu yang kemungkinan menempel. Saya sengaja pake kliper yang baru mbak, biar nggak macet saat dipakai. Ok kalo begitu kita mulai sekarang ya mbak. Wanita ini mengangguk saja menanggapi perkataanku. Sang suami sedari tadi hanya duduk santai, membaca Koran edisi terbaru hari itu dan tak menghiraukan percakapan kami. Dan akupun segera membuka laci meja mengambil Kliper, pengaman 2 senti nya nya aku lepas. Lalu aku pun segera memakaikan kain cape ke punggungnya. Mas, potongan rambutnya saya bawa mas, buat kenang kenangan. Ok Mbak, kataku lagi.

Setelah kain cape aku balutkan ke punggungnya lalu kujepit pake jepit jemuran, Maaf mbak, sanggulnya dibuka ya mbak, kataku. Kemudian kedua tangan wanita itu bergerak kearah belakang kepalanya, meraba sanggul cepol nya yang lumayan besar, sebesar bola tenis kurang lebih. lalu menarik kayu konde dan jepitnya. Konde dan jepit itu kemudian diletakkan dimeja salon.Terurailah rambut itu. lalu kepalanya digerakkan kekanan dan kekiri untuk mempercepat terurainya rambut. Amazing, rambut yang indah, tebal, lurus sedikit berombak ditengahnya, hitam kelam, wangi, terurai hingga kelantai salon. Ya rambutnya lebih panjang dari yang kuduga dari awal, sepunggung…ternyata se lutut…. mungkin… kalau wanita ini berdiri. Lalu tangan kanannya mengambil dua buah karet gelang yang kebetulan ada dimeja salon lalu mengikat rambutnya tepat di pangkal kepalanya. Rambut itu kemudian dibagi tiga bagian lalu dijalin seperti ekor kuda, ya mirip rambut rambut pelajar wanita SMP dan SMA gitu. Ujungnya pun diikatnya denag karet satu lagi Sambil mempersiapkan peralatan, kliper, sisir, kain cape dan silet Match 3 Turbo, ku sedikit mencuri pandang kearah rambut wanita itu. Gila! Panjang amat. gumamku. Rambut itupun terikat erat menjuntai hingga lantai salon tanteku. Sudah mas….saya sudah siap. Silahkan mas….

Lalu ku ambil sepasang sarung tangan lalu kapakai untuk menghindarkan adanya kontak fisik bersentuhnya kulit kami Karena kami memang bukan muhrim dan aku mengambil pula sebuah kliper dan mencolokkan kabelnya kearah stop kontak disamping kursi, kutekan tombol powernya dan bunyi khas kliper itupun terdengar. Kliper itu kupegang dengan tangan kanan, sedangkan ditangan kiriku sebuah sisir mungil. Bismillahirrahmannirrahim, ku berdiri di samping kanan wanita itu. Beneran nih mbak? Tanyaku, Iya mas lakuin saja. Iya mbak. lalu ku letakkan ujung kliper itu tepan di atas keningnya. Lalu kudorong perlahan kearah belakang. Untungnya aku sering melihat cara menggunakan kliper dari video dideo headshave di Youtube, jadi gak terlalu kuper lah hehehehe walaupun dengan tangan dan badan yang gemetaran saking nervousnya, celanaku juga sudah basah untuk yang kedua kalinya. Ketika kliper itu berjalan mulai memangkas sedikit rambut depan kepalanya, ku bertanya lagi, beneran nih mbak mau dihabisin? Takutnya mbak menyesal nanti. Iya Mas beneran, lanjutin aza mas, saya sudah ikhlas, katanya. Perlahan namun pasti berguguranlah rambut yang terkena jalur kliperku namun tak jatuh ke lantai karena terikat erat dengan sebuah karet rambut dibelakang kepalanya. Rambut yang telah terpangkas kliper, ku sisir kearah belakang. Kulit kepalanya mulai terlihat, putih mulus sekali walau ada juga rambut rambut yang terisa sedikit, berdiri tajam tajam seperti durinya buah durian, nantilah ku ulangi lagi kliperku. Perlahan namun pasti jalur kliperku berpindah kearah sebelahnya. Ku dorong terus kliperku kearah belakang, sambil kuperhatikan di cermin meja salon, mimik wajahnya yang terlihat pasrah dan tegar memperhatikan dengan seksama hasil kerjaku. Yang paling membuatku gugup adalah saat mengkliper rambut disisi sisi telinganya. Karena aku kuatir sekali kliper itu akan melukai telinganya yang indah berisi sepasang giwang kecil berbahan logam mulia putih. Perlahan namun pasti kutuntaskan pekerjaanku dibagian daerah telinga kanan dan kirinya. Berarti telah setengah kepalanya gundul, namun belum mulus benar karena masih terlihat rambut rambut mirip duri buah durian, ah biarlah, nanti saja terakhir kugarap pikirku. Mbak, sudah setengah nih gundulnya, yang depan sudah habis, jadi kayak bintang film persilatan cina ya mbak? Kayak jet li hehehe. kataku. Iya Mas lucu ya kayak jet li, katanya lagi ku hanya tertawa perlahan hehehe. Kuteruskan pekerjaanku. Kini yang tersisa tinggal segenggam lagi yang belum terpangkas dibagian belakang tepat di ekor kudanya. wanita itu menggerakkan badan nya sedikit kedepan bermaksud menjamah rambutnya yang terjuntai dibelakang. Seakan tak sabar menanti, rambut yang ada digenggamannya itu ditariknya, Aduh, mbak kirain sudah lepas mas, belum selesai ya? Belum mbak, sedikit lagi jangan ditarik dulu mbak, ntar sakit, kataku.

Tak lama rambut itupun terkliper seluruhnya, terlihat kelegaan di wajah wanita ini sembari berucap Alhamdulillah. Lalu potongan rambut yang panjangnya kurang lebih 120 sentian dalam keadaan terjalin dan lumayan berat itu ku serahkan padanya. Ini Mbak potongan rambutnya. Rambut yang telah tanggal dari kepalanya itu diterimanya dengan kedua tangan dan diciumi berkali kali lalu dielus elus. Aku jadi terharu melihatnya namunku terus melanjutkan pekerjaanku, Mbak, sisa rambutnya saya kerok ya biar rapi. Oh iya mas silahkan lanjutkan pekerjaannya, katanya sambil memberikan potongan rambut itu ke suaminya, Pa, rambutku dibawain ya Pa. Suaminya lalu menerima potongan rambut itu dan menaruhnya didalam sebuah kotak/container plastik, lalu kotak itu dimasukan ke tas istrinya yang sedari tadi dibawa suaminya.

Ada kelegaan melihat rambut wanita ini telah tanggal seluruhnya dari kepalanya, berarti tugasku tinggal sedikit lagi, merapikan rambut-rambut yang tersisa. Ku lalu mengambil kuas salon dan sekaleng krim cukur, mengocok kaleng itu beberapa saat lalu kukeluarkan isinya yang berwarna putih ku oleskan ke kuas lalu kuas itu ku oleskan ke kepala wanita cantik yang telah gundul namun masih ada rambutnya sedikit tajam tajam satu sampai dua mili an. Ku ambil sebuah silet cukur Macth 3 turbo dari laci meja samping, lalu ku ganti mata siletnya dengan yang baru. Maaf Mbak, rambutnya saya kerok dulu ya biar rapi, kataku lagi, tolong mbaknya jangan bergerak gerak dulu beberapa saat, takutnya terluka mbak kulit kepalanya karena siletnya baru mbak jadi sangat tajam. oh ya mas silahkan. Ku mulai aksiku ini seperti diawal tadi dari depan diatas dahinya. Perlahan namun pasti pula kepalanya mulai mulus dan licin, terlihat kulit kepalanya yang putih mulus itu kinclong bersinar memantulkan cahaya lampu yang lumayan terang disalon ini. Tak lama berselang tuntaslah pekerjaanku. Sudah Mbak, sudah selesai. Lega lah diriku, akhirnya pengalaman pertamaku ini sukses juga. Menatap kearah cermin, sembari kedua tangannya meraba kearah kepala yang kini kinclong mulus tanpa sehelai rambutpun. terlihat kepuasan pada diri wanita ini, Alhamdulillah katanya, terbayar sudah hajatku mas, terima kasih ya mas. Sama sama Mbak kataku. Rasanya gimana mbak? Enak juga mas ternyata punya kepala gundul gini, adem dan enteng banget mas. Jika dibanding dengan tadi saat rambut saya masih panjang selutut, waduh mas, gerah dan berat apalagi kalo dibawa kerja bersih bersih rumah, sering lepas dari jilbab mas walaupun sudah saya ikat. Kalo lepas gitu sering tersangkut terutama di sela lemari ataupun kursi mas, ya sakit banget nyabut dari tersangkutnya itu Mas. Setelah ini mungkin saya mau gundul aza deh mas seterusnya kalo diizinin sama suami, kalo nggak ya saya panjangin sedikit saja mungkin paling panjangnya ya seleher Mas. Kalo lebih dari leher saya nyerah deh mas, repot ngurusnya apalagi ntar setelah si adik lahir, dah kebayang mas repotnya, katanya panjang lebar sembari menatap kaca mengenakan kembali jilbabnya. Mbaknya masih cantik lho kataku, ah yang bener mas? Masa sih kepala saya gundul gini dibilang cantik? Kalo gak percaya tanya aza deh ke suaminya mbak….Pa…gimana penampilanku sekarang? Cantik gak? Suaminya yang sedari tadi hanya duduk membaca Koran terkaget sedikit lalu berkomentar, ntar ya papa lihat lihat dulu…..Cantik cantik….hehehe walaupun kayak casper….goda suaminya. Ihhh papa jahat masa mama disamain sama casper? kata si istri sambil mencubit genit paha suaminya. Aduh ma sakiiiit, kata si suami manja…pasangan yang serasi…..gumamku. Lalu sang suami pun berujar, Mas tambah satu lagi ya…saya juga mas digundulin, hehehe biar adil. Ok Mas. Karena rambut suaminya memang sudah cepak tipis,ku langsung aza ambil krim cukur yang ku oleskan ke kuas salon lalu kuoleskan ke kepalanya, langsung ku kerok dengan silet yang sama saat mengerok rambut sang istri tadi. Tak berapa lama selesai lah tugasku. Seandainya si istri tidak berjilbab hehehe…khayalku…..mirip upin dan ipin ya???? Sama sama gundul dan kinclongnya…..

Berapa Mas ongkosnya? Sudahlah mbak biar aza gak apa kok, ku senang bisa bantu mbak, gak usah dibayar mbak . jangan gitu mas, masnya sudah mau bantu saya. Berapa mas? Sudah mbak gak apa kok biar dah mbak kataku lagi. gak boleh gitu mas, nih buat mas jajan aza ya….sambil memasukkan uang selembar 50 ribu ke kantong hem ku…ya makasih mbak kataku, gak enak juga aku menolaknya. Padahal niatku benar benar ikhlas membantu mewujudkan nazar nya, tidak lebih. Ya sudahlah nanti uang ini kugunain untuk amaliyah saja atas nama mereka. Kuantarkan mereka hingga ke pintu mobil, lalu berjalanlah mobil itu perlahan meninggalkan halaman salon. Sayangnya momen pertamaku yang begitu mendebarkan ini tak sempat ku abadikan dalam bentuk apapun karena tidak ada kamera digital, handycam ataupun hp berkamera di Salon Tante Ana saat itu. Tak lama kemudian berkumandanglah azan penanda telah masuknya waktu untuk menunaikan Sholat maghrib dari Musholla. Ku bergegas kekamar mandi untuk mandi besar hehehe celanaku benar benar basah…….Semoga anak yang nanti dilahirkan wanita tadi diberi keselamatan dunia akherat, menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua, berguna bagi kemashlahatan umat….Ammmmiiinnnnn. Hingga cerita ini kutulis, ku belum pernah bertemu lagi dengan pasangan ini. Kata Tante Ana, mereka pindah ke kota lain…..Namun terbersit pula sebuah keraguan dihatiku, apakah bantuanku mewujudkan nazar/khaul wanita itu dinilai ibadah oleh Allah atau sebaliknya ku berbuat dosa? Mohon tanggapan dari teman teman ya…….