Kolektor Gadis
‘Pemirsa.. Indonesia kembali diguncang berita misterius. Baru saja kita kehilangan lagi yang kali ini seorang presenter berbakat, dimana sehari sebelumnya kita kehilangan pengantin muda artis. Mereka.. Bla bla bla bla’, suara pembawa acara berita di TV.
Flip!, TV dimatikan.
Orang yang mematikan televisi menyeringai. “Hehehe..kita masuk berita, Wuak hak hak hak hak,” ia tertawa bangga. Penisnya tengah dikulum dua wanita muda cantik jelita yang duduk bersimpuh di kiri dan kanan mengapitnya duduk bagai raja diraja. Tentu dua wanita itu adalah celebrity tanah air yang dimaksud penyiar berita TV tadi.
Mereka tidak berbusana…
Mereka serta beberapa artis lain yang tengah merangkak di lantai dengan kalung budak.
Mereka…??
-# Beberapa Waktu Sebelumnya #-
di sebuah Pendopo, tempat Lelaku ilmu hitam.
Seorang dukun sakti mandraguna tengah duduk bertapa di sebuah ruang penuh kepulan asap kemenyan, dinding berpajangan kepala tengkorak manusia serta jejeran keris. Matanya terpejam, mulutnya komat-kamit ‘was wes wos.. was was was belon bayar gas.. was pa dah ditagih tukang gas.. wah gas wat uange nge-pas’.
Tring!!! tiba-tiba mata dukun itu terbuka, seperti baru terima bisikan ghoib. Ia lantas berdiri dan keluar dari ruang pertapaan.
“Nyok! Penyook.. kesini!”. Seorang pemuda berperawakan IQ jongkok lari mendengar panggilannya, “Ay, ay ‘Ndoro.. ondewe”, (on the way).
Saat pria tersebut tiba, sang Dukun berkacak pinggang. “Sampeyan itu TK aja ‘ndak lulus di DO.. mbo’ ya ‘ndak usah Inggris-Inggrisan gitu toh, Nyook-Nyok!”.
Pria itu cengengesan, “E-hehe.. punten Ndoro, anuu.. Aku habis baca buku Tintin, jadi mau tiru Kaptennya yang brewokan itu, sii.. si.. Kapten Kredok!,”
“Haddock kali, kredok mah gado-gado mentah!”.
“Hoo iya ya, betul! Seraatus buat Ndoro!.”
“Seratus perak buat opo? Wong pengamen aja paling kecil lima ratus perak sekarang! eh Nyok, aku baru dapat wangsit… ka,”
“Hah, pangsit? Aku juga mau Ndoro. Pakai baso tapi sawi jangan,” potong pria itu pakai titip pesanan pula.
“Wangsit! bukan pangsit! Budek!” omel sang Dukun.
“Punten Ndoro.. punteen,” pria yang dipanggil Penyok-nyok itu langsung menunduk minta maaf.
“Yo wis. kowe pasang plank ‘Pengumuman!! tutup praktek sementara, tidak melayani jasa perdukunan dulu. Akan kembali dibuka pada waktu yang akan ditentukan nanti.’, di depan gerbang ya Nyok!,”.
“siap ‘Ndoro, baiknya ditambah tulisan ‘milik pribumi’ saja ‘Ndoro!”
“Memangnya lagi ada kerusuhan? Demo anarkis? takut dijarah? Heh…? ada-ada saja kamu itu Nyook-Nyok!, pie toh”
“hehehe iya ya ‘Ndoro.. betul juga. Tapi itu berarti kita masih terima wanita melahirkan dong?,”.
“memangnya aku dukun bersalin! Hah?!” kata si dukun kesal.
“Punten Ndoro, siap laksanakan!”, pria itu hormat layaknya paskibraka dan lantas ngacir tahu sang juragan marah diledeknya. Sambil lari sambil ia bersenandung, “Mata-muu.. Ahh!”.
Bagi yang telah menyimak, ‘Behind the Mask of Celebrity 2 – Hypnotized’, tentu telah familiar pada mereka berdua. Mereka adalah Ki Joko Edan, dukun sakti yang ternama di dunia ilmu hitam dengan keahlian khusus hipnotis, dan pemuda yang bersamanya tidak lain adalah Penyok, asisten yang bertugas membagi-bagikan nomer urut antrian pasien.
Karena punya feeling kerjaan Penyok tidak becus, Ki Joko sidak langsung ke lokasi seperti halnya Gubernur DKI Jokowi. Dan didapati tulisan suruhannya ditambahi Penyok, ‘Awas.. Mbah Dukun Galak!!’, di plank itu.
“Wong edyaan.. dasar kadal bunting, kecoa cubby, babi ngepet, dinousaurus, brontosaurus! PENYOOK!!” Ki Joko memanggil dengan geram memaki layaknya pelawak Alm. Kasino.
“YA ‘NDOROOooo…” suara itu malah semakin kecil terdengar lantaran Penyok minggat tahu Ki Joko marah.
‘Dziiiing..!!’ Penyok lari dengan kecepatan cahaya, dalam sekejap dirinya hilang tak berbekas.
# Tragedi Sang Artis
Dua dara tengah berbincang di sebuah meja makan foodcourt kampus, Universitas ternama artis kita, Efranda Stephanus. Atau lebih akrab disapa VJ Franda atau Franda saja.
“eh Nda.. gila deh, ini artis khan pendatang baru.. tapi main di film ini, film itu. Lebih muda dari lu padahal, masa elu kalah sama dia. Gw perhatiin, banyakan dia deh filmnya daripada lu,” ledek wanita yang duduk bersama Franda, membahas isi tabloid Cek & Ricek.
“Ah nggak juga!”, Franda membela diri, dalam hatinya membenarkan hal tersebut. Sesekali ia lontar senyuman ke seorang pemuda yang duduk di kedai sama tempatnya minum lantaran pemuda itu terus pandangi dirinya tanpa berkedip sedikit pun.
“Coba aja hitung filmnya.. adu sama lu, ayoh!” tantang teman Franda itu.
Franda tidak suka dengan arah perbincangan, “udah ah, ngomong yang lain aja yang lebih bermutu!”.
“Hahaay, takut kan lu?!” ejek temannya, Franda kesal bukan main dalam hati.
Kemarahan Franda sedikit surut ketika pemuda yang terus memperhatikannya datang menghampiri. Wajah si pemuda memang tidak bisa dibilang tampan. Cenderung culun dengan tubuh gempal, pendek, berkacamata. Ia memperkenalkan diri bernama Ronald dan ingin minta tanda tangan. Pemuda itu sambil memperhatikan tanda tangan di foto yang dibawanya..sambil ia pandangi Franda dari dekat. Rupanya dia seorang maniak, sampai memperhatikan hal lain termasuk apa yang diminum Franda. “Wow! Sis Franda suka Fanta juga ya?” tanya fans Franda yang bernama Ronald-Ronald itu.
“Ngg.. iyaaa!” jawab Franda diusahakan dengan senyum manis lantaran pertanyaan tidak penting sama sekali untuk dijawab. Pikir Franda, namanya juga jadi artis, resiko-lah, lumrah.
“Sama dong Sis!” sahut Ronald itu. Di saat yang sama, (perasaan ‘gak nanya deh gw!), Franda membatin. Buru-buru saja ia tanda tangan dan menyerahkan kembali barang milik fans-nya itu.
Bukannya mengucap terima kasih lalu pamit pergi, pemuda itu malah terus berdiri disitu dan bicara tak karuan, “Fanta lebih enak kalau dikolab sama susu, Sis!” usul-nya.
“Hah? di koolab? Apaan tuh? Dicampur maksudnya?, Nggak juga! Aku lebih suka Fanta biasa sih,” sahut Franda agar pemuda itu tahu kalau Franda mulai muak dengan keberadaannya yang mengganggu dan ingin dia segera enyah pergi.
“enak sis soda susu!” kata si Ronald lagi, terus memaksakan kehendak apa yang disukainya pada orang lain.
Mungkin karena pemuda itu terbuat dari kulit Badak dan agak-agak tidak nyambung lantaran sedikit terbelakang dia jadi aneh seperti itu. “lagi juga nggak ada susu Maaas disini!” tambah Franda makin kesal padanya.
“Susunya Sis Franda aja, kan enak susu perawan hehehe,” pemuda tersebut malah menyahut tanpa kenal sopan santun dan tahu aturan yang membuat Franda makin BT.
“Hahahaha, Frandaa-Franda.. sekali punya fans yang kayak begini model-nya.. Hhh!,” sindir temannya, hal ini jadi bahan empuk dirinya makin diremehkan dan dijatuhkan. Persahabatan terkadang kejam tanpa disadari.
“Eh Mas.. gw belum punya anak! So, nggak mungkin payudara gw keluar susu.. sekolah nggak sih loh?!” Franda kelepasan jadi ketus judes.
“Tetangga saya ada kok Sis yang begitu!,” pemuda itu malah ngotot mempertahankan alibi-nya yang tidak ilmiah, bukan sadar kalau Franda sudah gerah tidak suka padanya.
“Capek deh, Gubrakk!!” Franda merebahkan kepala di meja menutup wajahnya, teman Franda yang tadi senang dipikir bisa meledek Franda, jadi jengah juga.
“Eh Mas! nggak semua!, umumnya nggak gitu.. namanya juga gak umum, ya nggak semualah, mungkin aja terjadi, tapi tidak pada semua wanita! Lagi juga nggak etis banget sih laki-laki bicara masalah cewek sama cewek langsung! Mana ini tempat umum!,” kata teman Franda kesal disertai wajah jutek.
“Kalau dia nggak mau pergi, kita aja yuk yang pergi?” kata Franda ke temannya sambil rogoh tas tangan cari dompet.
“Sis Franda pulang naik apa? kalau naik busway kita kolab!” kata Ronald si pemuda, lagi-lagi untuk yang kesekian ribu kali mengulang kata-katanya.
(apa sih nih orang?! kelainan jiwa, steb atau keterbelakangan mental barangkali.. kata-katanya nggak jauh dari kolab.. susu, perawan?), Franda bertanya-tanya dalam hati.
Tiba-tiba lelaki berkepala botak menyela, “eit-eit-eit.. tunggu duluu! Mau kemana Nona-nona cantik!? jangan pergi dulu dong!. Dari tadi Abang perhatiin Non berdua ini digoda laki-laki tengik ini kan? Makanya pada mau pergi,” kata si Abang botak yang rupanya pelayan warung yang ditempati Franda dan kawannya.
Franda jadi urung ambil dompet, ia memang masih ingin duduk dan ngobrol disitu jika saja pemuda sang pengganggu ‘Ronald’ itu pergi. Si Abang botak melipat kaus di lengan yang ibarat siap berkelahi.
“Coy, jangan ganggu pelanggan orang ye!. Lu mau gua beri..? Hah..? Gua jotos ganteng lu!” kata si Abang dengan nada keras sambil mengepal tangan ke depan wajah Ronald.
“Siapa yang ganggu?,” ujar Ronald dengan ekspresi wajah tak berdosa.
“bujug nih bocah, entar gua lempar juga lu ke bangku Kora-Kora Dufan paling belakang biar jerit-jerit tahu rasa. Lu mahasiswa bukan sih? otak lu dimana Brur? di kepala kontol gua rasa, bukan disini!” sahut si Abang sembari menunjuk kepala botaknya.
“Ada juga yang keganggu yang ditanya, bukan eLu-nya! Tolol!. Mahasiswa IPK nol koma kali lu ya? masa’ kalah sama gua yang SD aja ‘gak lulus? Bego lu! Nih gua tanyain langsung biar lu dengar, ehm, apa Non berdua merasa terganggu dengan kehadiran Masteng ini?”, tanya si Abang sembari menunjuk Ronald dengan gaya mengejek.
“Masteng apa tuh Bang?” tanya balik Franda.
“Mas-mas Tengil, heheheh,” jawab si Abang sembari menoleh ke Ronald.
Namun ekspresi pemuda itu tetap seperti anak SLB yang tidak mengerti pembicaraan orang dewasa normal. Sedang Franda dan temannya menutup mulut menahan ketawa.
“ya kalau boleh jujur sih.. kita terganggu Mas..yang nggak, Nda? jawab dong, dia kan fans lu!” ujar teman Franda bernada keras agar Franda sedikit tegas.
Franda berfikir sesuatu sebelum bicara, “Ngg..iya Mas, tapi by the way thanks ya sudah jadi fans aku. Cukup sampai sini kali yaa ketemuannya, kita kembali ke aktivitas masing-masing,” Franda bermaksud ingin mengakhiri dengan cara baik-baik. Salah orang!.
“siapa yang nge-fans? Aku cuma mau perawanin dan perkosa susu sis kok!,” tanggap pemuda bernama Ronald itu ringan jauh di luar dugaan, sudah itu ia pergi begitu saja tanpa pamit serta merta dengan wajah polos pula.
“itu.. Orang bukan sih? Apa manusia planet mana kali ya nyasar ke Bumi?” ujar Franda sembari garuk-garuk rambut padahal tidak gatal, lantaran tidak mengerti sikap aneh fans-nya itu. “ada ya Mahasiswa kayak gitu? OMES! Otak mesum! Freak! Weird! ihh” tambah teman Franda dengan ekspresi jijik di wajah.
“Tuh anak lahirnya dilepehin kali sama Emak-nya! Bagus dia pergi, baru mau dilempar ke comberan biar nganyut bareng tinja!” si Abang botak ngomel-ngomel sendiri. “Nah.. Nona-Nona cantik.. silahkan dilanjut! penggangu sudah pergi” kata si Abang lagi dengan ramah.
“makasih Bang,” sahut Franda dengan senyum manis, si Abang pun pergi dengan senang serasa jadi pahlawan.
Teman Franda rupanya tidak lama juga pamit pergi setelah terdengar bicara dengan seseorang di HP. Tinggal ia termenung seorang diri. Franda berpikir keras, bagaimana cara agar para produser dan sutradara tertarik untuk selalu mengajak dirinya main film terus dan terus hanya dia saja. Jual diri ke pejabat atau cukong sudah, lalu harus bagaimana? Lobby hanya menghantar ia menjadi pembawa acara singkat berita olah raga malam hari. Kesibukan dan penghasilan yang tidak seberapa dibanding celebrity lain hingga memaksanya cari kesibukan di kampus dengan jadi staf, tidak sulit dengan nilai IPK tinggi ditambah wajah cantik. Jika ditelisik dari kasus Eyang Kabur yang masih hangat terdengar, itu berarti para artis juga main kotor lewat jasa ilmu ghoib / dukun. Persaingan di dunia hiburan memang sangat ketat. Tapi..darimana dia bisa kenal dukun? apalagi yang jaminan. Haruskah ia datangi seluruh dukun dan menjajal keahliannya satu persatu?. Sebagai entertainer yang baru naik daun, tentu ia bahan sorotan paparazzi, akan tercoreng nama baik jika ketahuan terlihat di tempat-tempat praktek dukun.
Franda tidak sadar terlarut lamunan, orang-orang di sekitarnya pergi satu demi satu lantaran langit menguning. Masih hanyut dalam lamunan, sebuah jari tangan hitam kehijauan sebesar pisang ambon membekap mulutnya,
“eMpf! Mmpff!” rontaan Franda terhenti ketika menghirup aroma tangan pembekap mulutnya, mata serasa gelap, aromanya sangat tidak sedap dan ada bau-bau mistis sebangsa kemenyan.
Bisa dibilang Franda sempat tak sadar seperti terbius, lemas tubuh namun masih dapat merasa dirinya dipapah sang penculik, dibawa ke balik semak belukar dan ditelungkupkan di atas rerumputan. Ia mendengar suara derit meja digeser yang entah untuk apa, tubuhnya lalu ditelungkupkan di atas meja bekas dia minum tadi. Kedua tangannya ditikung ke belakang dan di ikat erat dengan seutas tali. Herannya mulut tidak disumpal apa-apa, seakan sang penculik yakin, tidak takut, kalau Franda akan teriak minta tolong. Franda sempat berpikir, apakah pemuda bernama Ronald tadi yang melakukan ini lantaran dendam. Penculik yang hanya dapat diterkanya itu memelorotkan celana beserta dalamannya. Agar yakin, sang penculik menciumkan tangannya ke hidung Franda sekali lagi, dan Franda pun berangsur tertidur, yang lagi-lagi herannya tidak lama. Seakan sang penculik ingin Franda setengah sadar ketika diperkosa, namun tidak melawan ketika ditelanjangi. Sang penculik membalik tubuh Franda terlentang. Franda dapat sedikit membuka mata. Tubuhnya masih tidak dalam kendali penuh, lemas tak bertenaga. Ia dapat melihat penculiknya kini, seperti bukan manusia utuh, aneh, dengan kulit hitam agak kehijauan. Hanya mengenakan kolor berwarna hijau, dalam hati Franda terbesit. Ia ingat memang sedang ramai kasus Kolor Ijo yang memperkosa para Ibu Rumah Tangga. Tapi yang paling mengagetkan, ternyata sosoknya botak?! Abang-abang tadi! (Aargh!), teriak Franda dalam hati, tidak dapat berbuat apa-apa. Franda seperti kena ‘Sirep’, hanya dapat melihat tanpa mampu gerak maupun bersuara, apalagi teriak. Franda menatap langit…gelap! Berarti hari telah menginjak malam. Sekitarnya pohon rimbun, dan ia tergeletak tak berdaya di atas meja bundar tempatnya duduk berdua temannya tadi. Kakinya mengangkang terlipat seperti huruf ‘V’ dengan celana dan dalaman warna putih menggantung di kaki kiri. Kancing bajunya terbuka dua, mempertontonkan belahan dada ala Franda yang sangat seksi menggoda. Dan sialnya, wajah laki-laki kolor ijo beruntung itu ada di depan kewanitaannya. Keanehan kembali muncul, wajah pria itu tidak senyum mesum, senyum menang dsb, seperti biasa, justru tanpa ekspresi. Bahkan ketika dia lekatkan hidung ke vagina Franda juga terlihat biasa-biasa saja. Tanpa diketahui Franda, bukan penculik itu sebenarnya yang menikmati… namun seseorang yang berada di kejauhan. Dengan ilmu hitam tingkat tinggi, orang dikejauhan itu yang merasakan nikmatnya. Jadi apa yang sang penculik lihat, dia juga bisa melihat jelas, apa yang sang penculik hendus, indera penciuman orang sakti itu juga menciumnya tanpa kontak langsung.
‘Hmhhh.. haruumnya iki memek! Enaaak, Hak hak hak!’ celoteh si orang sakti dari kejauhan.
Begitu juga ketika sang penculik menjulur lidah dan menyapukannya ke vagina Franda, si orang sakti yang berperawakan aki-aki itu merasakannya di mulut sampai liurnya menetes, ibarat lapar tiga hari belum makan dan kini menyeruput kuah baso yang lezat.
Franda hanya mampu bersuara kecil, ‘engh.. nghh..’ menikmati perkosaan mulut sang Kolor Ijo. Jika saja ia dapat bergerak, ingin rasanya tangan menjambak rambut Kolor Ijo itu untuk lampiaskan gairah yang menggelegak. Franda sangat menyukai jilatan-jilatan rakus penculiknya, mulutnya sampai megap-megap dengan lidah terjulur keluar seperti ingin berkata, ‘eMhh… Ki-kimochi! layaknya pemain JAV.
‘Slrrrphh.. Slrrrrrp!! Ahhh.. wuena’e memek jeng ayu iki! Aromae, wuiiih.. pancen oye poko’e!’ celoteh si orang sakti tentang vagina Franda yang serasa dijilat dan diemutnya.
Dia pun merasa puas bukan main. Dapat cuma-cuma memperkosa dengan mulut vagina Franda yang bentuknya indah, rasanya manis dan aromanya wangi. Sang penculik bekerja keras menyapukan lidah, menjilat-jilat klitoris Franda, si orang sakti tinggal duduk santai mulut otomatis menikmati kelezatan itil Franda. Bahkan lendir manis vagina Franda terasa di lidah, tentu langsung ditelan oleh orang tua sakti itu. Keluarnya cairan vagina yang begitu banyak menandakan jebolnya pertahanan Franda, ia telah jauh terangsang. Kecantikan dan fisik Franda memang bak Bidadari Nirwana, tapi ia anak manusia. Bidadari Dunia. Manusia yang memiliki nafsu lahiriah. Jamak jika terus dicumbu, ia takluk juga dan akan pasrah disenggama siapa saja. Seolah dengan telepati, si orang sakti menyuruh sang penculik berhenti, lanjut ke kenikmatan yang lebih-lebih lagi, penetrasi. Ya…penetrasi. Sang penculik melepas kolor hijaunya. Penis ukuran penis kampung miliknya membuat Franda cemas khawatir. Tidak sebanding bukan tandingan, vagina Franda terlalu mungil. Apalagi liangnya, hampir tidak terlihat kasat mata hanya berupa garis. Tidak heran para cukong dan pejabat yang membooking tidak tahan lama menyetubuhinya. Mereka yang pada dasarnya orang kaya, ‘payah!’ di ranjang, hanya nafsu besar di awal, kebanyakan Ejakulasi Dini. Sang penculik melekatkan ujung kepala penisnya yang gundul besar seperti kepalanya. Digesek-gesek sepanjang bibir vagina Franda, daerah kewanitaan itu pun semakin basah dan licin. Lancarlah sudah jalan menuju nirwana yang akan dipandu Bidadari Franda. Kolor Ijo itu menekan penisnya agar masuk ke liang surga Franda. JLEB!, ‘Ookhh…!!’ si orang sakti merasakan kepala penisnya terhimpit daging vagina yang super legit luar biasa, sesuai dengan kondisi sebenarnya dimana kepala penis Kolor Ijo tertancap mantap di vagina Franda.
‘Hh-hhh.. Slerrrrp! Ahh..’ si orang sakti menyapu liur-nya dengan tangan, saking enaknya dia sampai ngiler-ngiler, padahal baru kepala penis yang kejepit.
Pikiran jorok dan nafsu binatang yang besar buatnya tak sabar, ingin seluruh batang penis masuk hingga pangkal ke liang pussy juicy Franda. Di lain sisi, Franda sedang kesusahan. Jelas ia menolak disetubuhi pria asing apalagi orangnya jelek, gratisan lagi. Namun sayang, tubuh berkata lain. Tubuh moleknya berkhianat, malah menikmati apa yang orang asing itu lakukan pada tubuhnya. ‘Dia..’ tubuh Franda, malah ingin ‘Tuan’ penis masuk lebih dalam, sedalam-dalamnya, agar kenikmatan lebih nyata dapat diraih.
Kolor Ijo itu mendorong paksa masuk penis. Sedikit demi sedikit vagina Franda dengan bodoh menelan penis kampung itu, dan banyak demi banyak liur si orang sakti meleler deras lantaran ke-enakan. SLUB!, vagina Franda mengunci seluruh batang penis, masuk sudah dari kepala sampai pangkal.
‘O-ookhh… Memek artis memang e-enyaaaak, hhh..hhh..hhh..hhh!’, si orang sakti meracau dan nafasnya memburu lantaran penis akhirnya masuk total dan dicengkram erat-erat liang vagina Franda yang wangi, legit lagi sempit. Siapapun pasti iri.
(Genjot habis memek Jeng ayu iki!!), perintah via telepati si orang sakti ke kolor ijo.
Kolor ijo otomatis patuh, perlahan ia mengulur penis, baik Franda maupun si orang tua sakti sama-sama meliur keenakan menikmati pergesekan penis dan vagina. Vagina Franda mencengkram penis seakan tak rela jika ditarik habis keluar semua yang ternyata disisakan bagian kepalanya. Batang penis terlihat mengkilap, basah oleh lendir cinta vagina Franda.
“Enghh!!” Franda meluapkan suara erangan kecil lantaran si kolor ijo menghujamkan penisnya masuk vagina hingga membentur dinding rahim.
Begitu kerasnya sentakan hingga Franda yang di cap lemas tak dapat bersuara jadi mengerang juga. Sedang ekspresi wajah si orang sakti di kejauhan jelek tak karuan jeleknya. Sodokan itu nikmatnya sampai membuat wajah si tua itu terlihat blo’on. Beruntung dia, sodokan terulang berkali-kali, penisnya yang mengacung konak berkedut-kedut lantaran serasa bergesek dengan liang senggama Franda sungguhan.
‘Ugh! Ugh! Ooh! Ugh!’, begitu lenguhan si orang sakti menikmati persetubuhannya dengan VJ Franda. Lewat telepati juga ia menyuruh kolor ijo meremas payudara dan memilin puting merah muda Franda.
Sodokan-sodokan kolor ijo kian lama kian brutal, seirama erangan Franda maupun lenguhan si orang tua sakti. Aki-aki telanjang itu berdiri dari duduknya, ‘Aaakh..!! Aaaakh..!! Aaaaakh..!! Aaaaaakh!!’ lenguhnya serak parau, kian lama kian keras dan panjang mendekati ejakulasi. Ia menggeram menahan nafas, ‘Hrgkh!!’.
CRAAAATS!!!, spermanya muncrat keluar dari penisnya yang mengacung tegak. CROOOTT!!! CROT! CROOT! ia mengejang nikmat ibarat orang kambuh ayan. Kolor Ijo berhenti menyodok seolah tahu Tuan-nya tengah klimaks, yang aneh penis dia malah tidak keluar sperma. Seolah mereka tukar setengah jiwa pisah raga.
Wajah si orang tua sakti nampak puas namun tidak lelah. Batang penisnya masih tegak gagah mengacung yang seperti masih kepingin menggauli Franda, entah karena dia sudah menenggak ramuan kuat senggama atau fisik tidak begitu lelah lantaran tak bersetubuh secara langsung atau karena Franda yang terlalu cantik dan seksi baginya, hingga dia tak kenal lelah. Kesemuanya mungkin terjadi. Namun sayang, niat cabul gagal berlanjut di kala sorotan sinar terang benderang dari dua lampu senter milik satpam kampus menyinari jalan dan semak-semak sekitar.
“Li, aneh tuh.. kok meja tenda kayak kurang satu? Emang bisa jalan tuh meja?” tanya seorang satpam senior pada rekannya yang muda.
“ya kagak-lah Beh, masa’ iye.. punya kaki dong berarti! kagak sekalian punya meki!” jawab satpam muda yang dipanggil Li-Li itu.
“Hus.. lagi tugas jaga malem gini ngeres aja otak lu! entar disamperin pocong ngesot baru tahu!” omel si satpam tua.
“Jiaah.. pocong sih ada yang ngesot. Ada juga loncat Beh,”.
“ada noh..di pilem serem Indonesia nyang baru, ho-oh.. ngarang ye. Aneh-aneh aje pilem sekarang.. aneh tapi kagak mutu!.”.
“Ye iye Beh, kagak sekalian tuh pocong salto sambil bilang Wow!”.
“iye udeh lu ke semak sono gih, gua kesini!”.
“Jiaah Babeh pinter.. nyari yang deketan, aye disuruh yang jauh!” keluh si satpam muda.
“Huss, dosa nentang orang tue! udeh sono! entar gue tepak biji lu nyisa satu, mao?!”.
“jangan dong Beh.. bisa mandul tujuh turunan aye,”.
Mereka berdua pun berpencar. SREK!! SREK!! semak demi semak belukar mereka rintangi, si satpam tua melotot melihat sesuatu di depannya, ‘Haaahh…’ ia terpana. “LII!! ROJALIII…!!!, KEMARI!!!” teriaknya.
“BEK? BENTAAR.. NANGGUNG!!”.
“YAELAAH, CEPETAN!!!”.
“BENTAR BEEH, LAGI NYARI DAUN DULU.. ABIS KENCING!! BUAT NYEKA PALA PELER!!”.
“BUJUG BUNENG, UDEH PAKE LUDAH AJEE..!!. BUKANNYE KERJA MALAH.. SINI CEPET AH!!”.
“IYE-IYE SABAR NAPE.. INI LAGI NGESOT KESITU,” (ada apaan sih? palingan juga takut dilihatin Kuntilanak! Rasain!), pikir Jali si satpam muda. ‘Heeeeh…’ giliran dia yang terperangah ketika tiba, keduanya berbarengan mulut keluar liur lantaran lihat Franda rebah di atas meja tenda minum dengan kaki ngangkang seperti huruf V, dan dalaman menggantung di betis. Vagina Franda yang mungil sedikit berbulu tipis luber cairan cinta terlihat jelas.
‘Tes..! Tes..! Tes..!’ liur mereka menetes di rumput bersamaan.
“Li… gua masing idup ape di sorga nih? ape cuman ngimpi? Slrrrp!.”
“Sakaratul maut kali.. Babeh kan udah bau tanah, Slrrrp!”
“Sompret lu! Slrrrp!”.
“ini artis ngentot aeh nge-top Beh.. asisten dosen juga, dulu mahasiswi bunga kampus sini, Neng Franda namanya, Slrrrrpp!” jelas si satpam muda sambil menghirup liurnya yang sebagian sudah tumpah.
“Oo, gua tahu-gua tahu.. nyang maen di bioskop itu pan..Kung-pu Pranda? Slrrp!,”
“Babeh sok u know, itu mah film kartun barat, Kungfu Panda. Bukan.. ini artis yang bawa acara lensa olahraga malem yang suka kite pantengin di tipi, sambil maen gaple ama ngemil gorengan di pos.”.
“Ho-oh, Ho-oh.. gua baru inget!,”
“jamak aje.. orang seumuran Babeh kan pikun.”.
“Nyemot (Monyet) luh! nyela’ mulu!. Gua sering papasan di kampus ama ni anak, disenyumin.. waduhh, jadi dah ngaceng seharian si Justin, Slrrrp!” sahut si satpam tua juga menyapu lelehan liur di mulut dengan lidah.
“Justin? name Babeh Sobirin, kontol namenye Justin, kerenan name kontolnye Beh!”
“Diem lu ah! terus gimane.. kok si Neng ini diem aje kagak begerak? Jangan-jangan abis diperkaos aeh diperkosa?”.
“bisa jadi Beh, antara die takut ape dipelet, ape jangan-jangan pacarnye kabur takut ketangkep terus dikawinin?” emang kite hang-sip (hansip) kampung lagi ronda!.
“Ngaco lu Li! semua juga mao kawin ama anak cantik gini, homo aja tuh orang kalo kabur, goblok!. Diperkosa gua rasa nih, kagak bisa begerak, kena ilmu macem sirep atau hipnotis!”.
“sok tahu Babeh ah,”.
“Tong, satpam zaman sekarang rata-rata cuman bisa bela diri kayak lu.. angkatan gua beda, kudu punya pegangan juga!”.
“Keren Beh punya pegangan, seriusan?,”.
“ye ade-lah.. noh, bini di rumah!”.
“Mpok Yuyun? Jiaaah.. entu mah dipegangin.. bukan pegangan. Ye udeh.. terus pegimane nih urusan? masa dibopong bugil gini masuk kampus? bisa jadi layar tancep buat anak kuliah malem entar.. ke-enakan!”. (kalo yang nonton aye sendiri mah kagak nape!), dalam hati si satpam muda sesungguhnya.
“Ye jangan,” sahut si satpam tua juga sok mikir padahal matanya terus melotot ke vagina Franda, tidak lepas memandang, “gini aje, gua usahain lepas sirep si Neng ini biar dia bisa pake pakaian.. lu sebentar cari ke sekitar semak. Gua yakin pemerkosanye ngumpet belon jauh kalo dilihat dari keadaan si Neng ini. Kudu kita tangkep tuh sebelon ade korban nyang laen!”, usul si satpam tua yang dipanggil Babeh itu dengan nada mantap dan meyakinkan.
“siap Beh! Jali on duty,” sahut si satpam muda penuh semangat ‘45.
“ho-oh deh sono, kagak ngarti gua entu bahase,”.
Satpam muda bernama Rojali itu langsung mengemban tugas mencari tersangka pemerkosa yang berkeliaran. Sementara tanpa diketahui oleh Rojali, satpam tua rekannya malah memasukkan jari tengah gemuknya ke vagina Franda dan berulah mengobok-obok, Franda pun ‘ah-uh’ jadinya. Mulut artis keturunan itu megap-megap, dirasa Sobirin si satpam tua jarinya basah sekali, Franda orgasme rupanya. Dia tarik keluar jari untuk menciumnya, (sayang nonok si Neng udah kecampur sama bau kontol! kalo belon.. bakal gua jilatin nonok-nye ampe ledes!), katanya dalam hati, lalu buru-buru melepas celana dan kolor buluknya.
Penis gemuknya yang sudah mengacung konak langsung dihujam masuk vagina Franda tanpa ba-bi-bu. Siapapun pasti sama tidak akan tahan. (Bujugg! nggkh!! liat bener nonok ni amoy!!) “Okh..enak!” lenguh satpam tua itu, ia langsung mencengkram kedua pergelangan kaki Franda dan merentangnya lebar-lebar, lantas bergerak menghentak brutal-brutal.
“Ehh..ehh..ehh..ehh!,” desah Franda seksi dengan suara tipis. Ia masih belum bisa menggerakkan tubuh, hanya bisa pasrah disetubuhi. Namun sorot matanya yang sayu masih dapat melihat jelas satpam kampus yang menyenggamainya. Tulisan ‘sobirin’ tertera di baju putih satpam tua tersebut, Franda mencatat.
Disaat yang sama, “Wooy! jangan lari luh!!,” suara itu teriakan Rojali ketika melihat kolor ijo yang sembunyi, lari lantaran tersorot lampu senternya. Babeh sempat menoleh sejenak berhenti menggenjot, namun sebentar lanjut karena vagina Franda serasa memijat-mijat penis gemuknya seolah minta kembali dipenetrasi.
Tiba-tiba Franda merasa mendapat kembali tenaganya, namun ia merasa tanggung untuk menyudahi persetubuhan. Vagina-nya yang banjir lendir jelas sudah kecolongan masuk dan digesek-gesek penis gemuk hitam jelek seperti sosok satpam yang menyetubuhinya. Jadi ia biarkan saja semua berlanjut, toh terlanjur basah, sekalian saja mandi. Jika saja Sobirin ‘ngeh’, dia harusnya tahu Franda sudah lepas dari ‘Sirep’, desahan Franda lebih keras kini. Sirep itu telah dilepas si orang sakti lantaran sudah tiada guna. Korban sudah tak dapat dipakai lagi. Sobirin tidak ‘ngeh juga wajar, tubuhnya tengah diselubungi kenikmatan seks yang luar biasa. Baginya, bermain seks dengan wanita cleaning service paruh baya saja asoy, apalagi dengan wanita muda cantik jelita macam Franda.
“Anggh!! Anggh!! Anggh!! Anggh!!” Franda mengerang, tangannya berpegangan di sisi meja oleh sebab tubuhnya terpental dan kepalanya membentur tiang payung di tengah meja.
Sobirin tidak menyadari kondisi menyakiti Franda itu, dia asyik memakai vagina Franda buat muncrat air mani-nya.
“Jiah.. ane disuruh ngudak begundal, die asik enggong.. pinter bener dah! Bukannye ngelepas sirep, malah lepas kolor, hadeeeh, Babeh-Babeh.. culas deeh!” keluh Rojali, rupanya dia telah kembali karena gagal menangkap kolor ijo yang hilang secara ghoib. Sobirin masa bodo terus meng-kimpoy Franda. “Kapan lagi Tong.. bisa ewek-in cewek ca’em kayak si Neng ini? ohh-ohh,” tanggap satpam tua itu sambil terengah-engah.
“iye juga sih.. paling mentok muke Babeh dapete babu!”
“monyong lu!, Ukh! Ukh!,”.
“abis ajak-ajak dong kalo ngewong.. sendirian aje!”.
“sabar.. tap dulu,Hnggk!Kkkh!! Engkkh!!!” ekspresi Sobirin menunjukkan kalau dia ejakulasi, cengiran senang di bibir Rojali, berarti gilirannya sekarang.
“eM.ahh.. ahh!” Franda mendesah pasrah merasakan cairan kental hangat satpam kampusnya tersembur begitu banyak di relung kewanitaannya, sampai-sampai luber keluar padahal penis masih menancap ketat tak ada celah.
Satpam kampus tua itu menarik batang penis gemuknya ketika dirasa tak ada lagi air mani keluar, untuk sementara, ia cukup puas berhasil menyenggama Franda hingga sex klimaks. Gumpalan cairan kental putih pekat hasil karya-nya di vagina Franda, berhamburan keluar, menetes di rerumputan ketika ia usai mencabut.
“Busyet! Beh.. ngen-crot dalem memek? Ntar anak orang bunting aje!,” Rojali cemas tapi kepingin juga.
“emang gua pemaen pilem Be-eP, ngocok terus crot diluar.. mana enak? Hh..hh.. Biarin, kalo die bunting minta tanggung jawab, gua kawinin! Hh.. hh.. capek tapi, hh.. hh, enak! ngaso’ dulu ah!” sahut Sobirin sambil terengah dan merebah ke rerumputan.
“Mana mao die ame Babeh biar kata bunting juga, mending ama aye yang muda-an!”.
“siape tahu, kali aje!”.
“Wooo.. ngarep! Mpok Yuyun mao dikemanain? Di lego? kagak bakal laku.. mane bekas Babeh lagi, dibuang ke tong sampah palingan!.”
“Anak kurap lu! udeh.. mao coblos tuh nonok kagak? ngemeng aje, kalo kagak gua nyang nambah nih!”.
“busyet! muke giile… doyan ape doyan Beh? Emang kemek di warteg nambah! ya mao lha Beh, aye! Masa’ kagak mao memek cewek kece’ gini.. bego aje, homo kali!” ujar Rojali seraya bersiap menempatkan kepala penis di depan bibir vagina Franda. Namun tiba-tiba saja Franda terbangun sedikit, siku lengannya menumpu badan, Rojali kaget. PLAK!!!, “Adaw!!, belon juga make’ udah kena gaplok.. apes gua!,” keluhnya, Sobirin antara mau ketawa dan takut lantaran Franda akan menuntut di-entotnya.
“Sama aja kalian berdua! cari-cari kesempatan!” bentak Franda dengan suara marah yang keras.
Rojali memegangi pipinya yang terasa sakit, tiba-tiba dia menarik Franda hingga kakinya menapak rumput lalu membalikkan tubuh Franda. “Beh! Beh! bantuin aye Beh.. tulung!” teriak Rojali ke Sobirin yang terkejut dengan kenekatan anak muda itu.
Rojali ingin Sobirin menekan dan menahan punggung Franda ke meja. Franda mencoba berontak, “Eh.. eh! jangan main gila lagi ya! nanti gw laporin polisi kalian!,” ancam Franda disela rontaan.
Rojali nampak tak perduli, ia terus melolosi celananya. “Li.. dengar ‘gak tuh, dia mao ngelaporin kite ke Pak RT aeh..Pak Polisi!! kabur nyok?!” Sobirin ketakutan tapi mau tak mau karena masih merasa punya hutang, dia bantu juga Rojali.
“Halaah, peduli setan! Babeh mah enak udah ngerasain nih amoy.. aye secelup aje belon, kagak adil! Masa aye di bui kagak dapet ape-ape! Mending aje sekalian,” tanggap Rojali.
“Eh! eh! jangan! ja-Anghh! Sssh.. eMhh!” rontaan Franda terpotong desahannya, lantaran penis kampung Rojali sukses besar menyeruak masuk vagina tanpa ampun.
“Anjrit memeknyee! Ngkh!”, Rojali mendengus-dengus keenakan, jantungnya berdegup akan keberuntungan.
Pertama kali dalam hidup penisnya merasakan jepitan vagina artis..bersetubuh dengan Tv sport anchor, mantan bunga kampus, asisten dosen amoy. Satpam itu pun langsung menggenjot ugal-ugalan lantaran enaknya. Franda disamping tubuhnya dipiting tak dapat bergerak, dia sendiri menikmati. Tidak seorang pun dapat menolak kenikmatan ketika vagina sudah kemasukan penis. Apalagi tubuh Franda ibarat mesin mobil yang sudah hidup, tinggal dibawa jalan-jalan saja ke puncak, dalam hal ini puncak kenikmatan. Saking enaknya, Rojali hanya tahan beberapa menit.
“Akh! Akh!,” ia menahan nafas tiap kali mani-nya muncrat keluar di dalam liang kewanitaan Franda. Franda lagi-lagi hanya dapat mendesah pasrah keras-keras tiap kali sperma Rojali muncrat Crot!.
Satpam muda itu menarik keluar penisnya dari liang kewanitaan Franda, Sobirin juga berhenti menindih punggung Franda.
“Ngehek!. Memeknye enak baanget! anjrit!!. Aahh… sekarang bodo’ habis ini, di bui-di bui dah..yang penting puass.. pernah ngerasain kimpoy artis, haha!” ujar Rojali dengan mata berbinar dan muka puas duduk di rerumputan meski harus dibayar hilang pekerjaan plus mendekam di penjara.
“Neng..Neng..maap Neng! Bapak kagak mao masuk penjare.. entar disodomi ame napi-napi kerasan disane, bisa kagak suka lagi entar ame cewek.. berabe dah si otong makan gaji bute!,” Sobirin berlutut memohon pada Franda yang mulai bangun berdiri mengenakan pakaian perlahan karena masih lemas.
Rojali yang tadi pasrah, lihat seniornya begitu dia langsung ikutan, daripada terima nasib jadi Maho, pikirnya. Franda pasang muka galak BT, meski ia tak bisa menyembunyikan kelelahan dan nikmat sisa orgasme di wajah cantik orientalnya. Tangannya masih menumpu meja tenda, sebagai korban perkosaan, tentu ia lelah fisik maupun mental.
“Hmhh.. ya sudahlah..sudah terjadi juga sih, mau gimana lagi. Bantu aku saja Pak ke parkiran mobil!,” pinta Franda dengan nada bicara maupun mimik wajah tidak terlihat naik pitam.
Tentu Franda pun lega, banyak pemerkosa yang membunuh korbannya untuk hilangkan jejak agar lepas dari hukum pidana. “aduh.. makasih Neng! untung banget kite Li, tau gitu nambah dah,” tanggap satpam tua itu malah.
“Yeee, pegimane si Babeh.. udeh bagus dimaapin juga, malah ngelunjak! dikasih pete’ minta jengkol Babeh mah!” sahut Rojali.
“Udah ah! nggak penting! Mau bantu ‘gak?!” omel Franda sambil jalan tertatih-tatih, “siap Neng!” tanggap keduanya sambil hormat layaknya pada atasan dan segera bantu memapah.
“Pak, nggak usah bertiga-tiga begini! yang satu tolong lihat jalan di depan saja jangan sampai ada orang lihat dan tahu, bisa jadi gosip nggak sedap nanti!”.
“Oh, rebes (beres) Neng. Kopral Jali, biar Komandan yang mapah si Neng, kamu amankan jalan! Kasih kode kalo sepi!. Laksanakan!.” Sobirin sok ngatur sok jadi atasan, padahal niatnya mesum, Rojali tahu.
“si Babeh pinter bener pilih peran dari tadi! Aye kebagian gak enak melulu… aye aje sini yang bopong Neng Franda!” usul Rojali, Sobirin lebih bulus darinya. “Hus, nyang senior sape disini.. entu nyang kudu jadi Bos! Ayo sono cepet pigi (pergi)! Huss-huss..!”.
“emang aye ayam diusir gitu!” keluh Rojali kesal bukan pada usiran Sobirin sebenarnya, tetapi karena kebagian peran yang tidak enak.
Rojali terpaksa nurut meski ekspresi muka masam. Dia mendahului awasi jalan yang akan dilalui. ‘ayoo.. kosong!” tangan Rojali melambai-lambai memanggil, artinya aman, Franda dan Sobirin jalan meski perlahan.
“Neng Franda.. jalan masing (masih) jauh.. mending Bapak gendong aje ye biar cepet?”, tanpa dengar persetujuan Franda, Sobirin langsung menggendong Franda layaknya pasangan pengantin baru nikah. “Pak, awhh!,” Franda terkejut, tanggannya spontan menggelayut ke belakang leher Sobirin,
Rojali makin iri dengki. Ia jadi ingat lagu yang sering didengarnya di radio, ‘ingin kubunuh satpam-mu! saat dia peluk tubuh indahmu! Di depan kedua mata-ku.. makan ati ama jengkol oh cantik.. aku cemburu!’.
Tentu tangan Sobirin dengan ini leluasa mengelus kemulusan paha Franda yang putih mulus, Franda tahu itu. Ia hanya bisa ngedumel, “bagus ya..? pintar usaha cari celahnya!” sindirnya, “ee-hehe.. namanya juga laki-laki Neng, maklum deh, hehe,” tanggap Sobari merasa Franda tahu akal-akalannya kesempatan dalam kesempitan. Franda juga terpaksa mendiamkan, toh dia terbantu juga, secara tubuhnya lemah lunglai, lemas tak bertenaga.
“ta’ gendong.. si eNeng Franda… ta’ ewong.. dimana-mana,” Sobirin bersenandung menikmati moment langka baginya.
Kira-kira setengah jalan, Rojali minta gantian, jika tidak dia mengancam akan pergi meninggalkan mereka berdua. “ini anak emang ye!,” Sobirin kesal kesenangannya direnggut. (Sejenis aja nih orang barbar berdua, dasar!), keluh Franda dalam hati. Bedanya Rojali minta gendong kuda, jadi dada montok Franda juga dapat dinikmati kekenyalannya selain bisa pegang paha.
“Sik-asyik.. sik-asyik.. ngentot denganmu. Sik-asyik.. sik-asyik.. ewek-in kamu, sampe abis peju-u-u-!” Rojali tidak mau kalah bersenandung ketika menggendong kuda Franda.
Sampai di pintu mobil Franda berpesan, “Pak, tolong rahasiakan masalah ini yah! jangan sampai ke telinga publik! Hanya kita bertiga yang tahu!”.
“Baik Neng, siap!” tanggap kedua satpam tersebut serentak seraya hormat.
“Satu lagi, aku mau minta tolong.. carikan info penjual minuman di warung tenda itu, kepalanya gundul pokoknya Pak!” imbuh Franda lagi.
“Oh betul Neng, saya tadi juga waktu ngejar sempat lihat.. memang kepalanya botak!. Mukanya jelek, item.. idup lagi,”.
“mirip lu dong!?,” celetuk Sobirin.
“Aye emang item Beh, tapi kagak botak.. ganteng lagi!”.
“Muke lu jauh! nah, Rohane tukang jamu gendong aje kagak sudi sama lu!”. Franda menepuk kening ‘capek deeh!’ dengar obrolan ngalor ngidul mereka yang sama sekali tidak penting.
“ya sudah Pak, itu saja ya.. informasi-nya aku tunggu, oya.. hubungi aku kesini saja!,” Franda lalu memberikan sebuah nomer HP yang dicatatnya di secarik kertas, dia malas mendengarkan pembicaraan mereka yang tidak bermutu itu. Pintar dia, tentu nomer yang diberikannya adalah nomer yang hanya untuk sekali pakai bisa langsung dibuang, jadi kedua satpam itu hanya bisa menghubungi seperlunya saja. Tentu nomor ponsel pribadi tidak diumbar ke sembarang orang.
“Lihat Li, nomer HP si Neng.. wuiih, mantep gua dapet nomer cantik si cantik.. Hihuuy!.” Sobirin memamerkan lalu mencium-ciumi kertas bertuliskan nomer HP Franda itu.
“Yee Babeh, ntu bukan buat Babeh seorangan.. buat aye juga! mane lihat Beh? bagus nomernye.. kite pasang buat togel aje ape..?, kali aje dapet!” tambah Rojali, membuat Franda makin geleng kepala, kok bisa-bisanya dia sampai jatuh ke pelukan mereka, disetubuhi mereka yang notabene orang udik yang bisanya judi togel dan main sama ‘Mbok-‘mbok. Hari yang aneh, pikir Franda.
“Pak, ini untuk sekedar uang rokok!” Franda menyodori uang beberapa ratus ribu.
“Waduh.. kagak usah Neng! kite aje masing (masih) kagak enak masalah kimpoy tadi! Bener ‘gak Li?,” tanggap Sobirin.
“bener Neng, udah kayak pemaen Be-eP abis kimpoy dibayar.. dapet meki, dapet duit!” tambah Rojali.
“Justru itu! ini..agar supaya Bapak berdua lebih bertanggung jawab pegang rahasia, ada beban.. jaga Aib! Jangan sampai keceplosan!” imbuh Franda dengan tatapan tajam.
Sobirin dan Rojali saling bertukar pandang, Sobirin membisik sesuatu ke juniornya itu. Mereka berbaris merapat layaknya upacara satpam, bersamaan mereka ber-ikrar,
“SIAP!! KAMI SUMPAH POCONG TIDAK AKAN MEMBEBERKAN RAHASIA KEPADA SIAPAPUN!!!” sumpah mereka dengan suara lantang.
“Sungguh? Janji?,” Franda belum percaya 100 %.
“DEMI TUKUL aeh DEMI TUHAAAN!!”, jawab mereka menirukan salah satu murid Eyang Kabur seperti yang dilansir Youtube. “asal.. Neng Franda bersedia kita kimpoy lagi, hehehehe” tambah mereka kompak dengan suara pelan sambil garuk kepala persis orang o’on.
“Heeh?” tanggap Franda dengan mimik wajah ‘WTH?!’. Sobirin kemudian mengambil duit itu dari tangan Franda, “kita lihat nanti Pak,” kata Franda lagi langsung menyalakan mesin mobil dan tancap gas pergi.
“Yihaaa! yes..yes, nak ning.. ning nang ning nuung.. nak ning!,” Sobirin girang joget jaipongan layaknya orang baru menang togel setelah pasang nomer ratusan kali.
“kenape Beh.. udeh sinting ape kesurupan?” tanya Rojali dengan muka serius. Sobirin langsung berhenti joget.
“Blo’on lu ye, persis tampang lu! Entu artinye Neng Franda kagak bisa nolak kalo kite kimpoy die lagi, bodo lu ah!” jelas Sobirin.
“Babeh sotoy..tau dari mane?”.
“Dasar pe’a! lu denger ‘gak jawab si Neng ‘lihat aja ntar’, nah.. kalo die mao nolak pan die bakal bilang ‘kagak bisa kek..ape kagak mao kek!’, gituu, dongo banget sih lu jadi orang!”.
“yaa Babeh.. jelasin aje nape, ‘gak usah bego-begoin aye gitu..entar bego beneran lagi,”.
“emang lu udeh bego dari pabrik! nyok ah kite balik ke pos lagi sekarang.. untung Silalahi kagak ikut ngider, bisa-bisa lender nonok Neng Franda dipake tigaan kontol segede gaban!”.
“anyo deh Beh, kite selidik besok sebelon tugas ye,” imbuh Rojali meng-usul.
Mereka berdua pun kembali ke pos.
###############
Esok harinya, selagi Franda istirahat tidak ke kampus maupun off syuting, Sobirin dan Rojali coba cari informasi. Mereka sok jadi detektif. Sembunyi dibalik semak-semak mengawasi orang yang dicurigai sekitar lokasi kejadian kemarin.
S : “Li.. ono bukan orangnye?”.
R : “bukan! entu mah Pak Soleh Beh.. tukang sapu!,”.
S : “alah, sok tau lu.. bisa aje die nyaru pake wig (rambut palsu),”.
R : “emm dibilangin.. terserah deh, aye kagak ikutan!”.
S : “oke, tapi awas lu kalo gua bener.. lu kagak boleh ngikut gua ngewek-in Neng Franda,”.
R : “sok aja Beh.. mata Babeh tuh yang burem.. giliran cewek ame duit aje, baru jelas!”.
S : “ye iyelah.. normal dong? lu juga sih.. katenye sore-an, eh, malem juga pas ronda! Udeh tau mata gua sliwer suka keder kalo malem!”.
R : “sori Beh aye ketiduran.. masing ngantuk bekas kemaren begadang, lagian kan sekalian biar kalo malem kite bisa ngendep-ngendep gini. Kalo siang kan keliatan orang, malah kite disangka maling trus digebukin orang sekampus lagi!”.
S : “Tapi eni gua yakin Li, kagak salah deh.. gua piting no orang pokoknye!”.
R : “ye udeeh.. gi dah, bekep sonoo.. dibilangin badung Babeh mah!,”.
“bilang aje lu takut, pengecut!” Sobirin ngedumel, Rojali cuma ketawa tanpa sudi membantu. Satpam gembul itu bergerak mengendap-endap hendak menyergap sasaran sendiri.
Dengan gerak cepat ia jalan ke belakang si tersangka dan menjambak rambutnya, “dapet lu, modar!”.
Sol : “Adeh-deh-deh, sakit! sakit!. Rin.. apa-apaan ente malem-malem gini cande, ah?!”, Sobirin langsung melepas jambakan saat lihat muka orang tersebut.
Sob : “waduh, Leh.. salah orang gua!” Sobirin menunduk-nunduk minta maaf. Rojali ketawa terpingkal-pingkal karenanya.
Sol : “bijimane sih..?! bahlul ente!”.
Sob : “mangap aeh maap Bos, gelap kagak keliatan!”.
Sol : “ah..gilo le aeh gile lo, hampir botak pala ane..
Sob : “di Reboisasi aje Bos kalo gundul mah,”
Sol : “emangnye hutan ditebangin?! ade-ade aje. Lagi ngapain dimari antum pade, hah?”.
Terpaksa karena tak dapat alasan lain, Sobirin pun menceritakan seluruh kejadian kepada Solehudin, hanya saja dia tidak bilang wanita korban adalah Franda pada awalnya. Setelah mendapat pencerahan balik, dia beserta Rojali balik ke pos. Mereka cukup terkejut dengan kenyataan yang ada, bahkan karena penasaran mereka menerusi penyelidikan hingga ke luar kampus karena kasus ini rupa-rupanya juga terjadi di kampus tetangga yang sama-sama kampus populer sekitar Jakarta Barat sesuai info yang didapat dari Solehudin.
bersambung ke part 2 – Segera